Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

DI SUSUN OLEH :

Desriani nolanda lambayu

PO7103119019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN D III KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI D III SANITASI

TAHUN 2021
Tugas:

1. Jelaskan promosi kesehatan yang menyangkut pengorganisasian masyarakat atau


comunity organisasi dan berikan contohnya, pengembangan masyarakat, pergerakan
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat diberikan contoh yang jelas. Ambil 1
kasus penyakit masukan pada 4 aspek kesehatan
2. Promosi kesehatan yang mencakup upaya advokasi berikan contoh dan jelaskan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitasi.

Jawaban :

1. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat dilihat sebagai salah satu


“tehnologi” dalam kegiatan Pendidikan Kesehatan sehingga terjadi perubahan
perilaku sasaran (dalam bentuk kemampuan untuk mandiri atau self-help) yang
sifatnya berkelanjutan untuk tercapainya derajat kesehatan yang lebih baik.
Minat pokok dalam Promosi Kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat adalah
masalah perubahan perilaku kesehatan. Minat pokok ini yang menjadi ciri khas
Promkes yang membedakannya dari "disiplin keilmuan" lain dibidang kesehatan
masyarakat. Dengan titik tolak pada minat pokoknya mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan proses perubahan perilaku, dengan menggunakan kerangka yang
dikembangkan oleh Lawrence Green, Penggorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat merupakan tehnologi yang digunakan untuk melakukan intervensi pada
faktor pendukung (enabling factors) sebagai salah satu prasyarat untuk terjadinya
proses perubahan perilaku. Teknologi dalam Penggorganisasian dan Pengambangan
Masyarakat diperuntukkan dalam pengorganisasian dan pengembangan sumber
daya yang ada pada masyarakat sehingga mampu mandiri untuk meningkatkan
derajat kesehatannya.
• contohnya : Dalam bidang kesehatan maka pembahasan mengenai penerapan PPM
dikaitkan dengan pelaksanaan program PKMD/Posyandu termasuk hal-hal yang
berkaitan dengan pembinaan kader kesehatan (oleh karena itu pula lah mata ajaran ini
disebut juga sebagai mata ajaran PKMD). Juga dalam kaitan dengan penerapan PPM
dalam program kesehatan ini dibahas kebijakan mengenai keterpaduan KB
- Kesehatan dan pola pembinaan peran serta masyarakat dari Direktorat Bina Peran
Serta Masyarakat.
pengembangan masyarakat dalam pembangunan di bidang kesehatan, maka tujuan
yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
Tujuan ini mengandung konsekwensi bahwa partisipasi merupakan proses yang harus
dikembangkan dalam setiap upaya kesehatan dan ini terlihat dalam upaya-upaya
pengembangan peran serta masyarakat dalam kegiatan PKMD atau Posyandu.
Meskipun masih mempunyai kekurangan disana -sini, tetapi melalui kegiatan
Posyandu diharapkan dapat diwujudkan peran serta masyarakat dalam upaya
kesehatan. Secara bertahap hal ini perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga tercapai
suatu bentuk partisipasi yang optimal.
Dalam konsep PHC ini, masyarakat diposisikan sebagai subyek yang berperan aktif
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu dilakukanlah berbagai
pelatihan untuk para wakil masyarakat untuk menjadi kader kesehatan. Setelah
mengikuti pelatihan maka para kader kesehatan kemudian mengembangkan berbagai
pos swadaya masyarakatsebagai sebuah wujud partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengelolaan pos-pos swadaya
masyarakat tsb dilakukan sepenuhnya oleh para kader kesehatan dengan bimbiungan
teknis dari aparat kesehatan dan aparat pemerintah lain (seperti BKKBN, pertanian,
agama dsb). Para kader kesehatan misalnya dibekali dengan ketrampilan untuk
melakukan pengobatan sederhana selain ketranpilan untuk melakukan upaya
penyuluhan bagi masyarakat. Sebagai hasilnya lahirlah berbagai pos swadaya
masyarakat seperti Pos Kesehatan, Pos Penimbangan dan Pos KB.
2. Komitmen politik ( politik komitmen ) Komitmen para pembuat keputusanatau
penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan -
peraturan yang hal baik dengan kesehatan masyarakat , misalnyauntuk pembahasan
kenaikan anggaran kesehatan , contoh : konkrit pencananganIndonesia sehat 2010
oleh presiden . untuk meningkatkan komitmen ini sangatdibutuhkan advokasi yang
baik .Adanya komitmen politik dari para eksekutif , maka perlu ditindak lanjuti
denganadvokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang
telahmemperoleh komitmen politik tersebut . dukungan kebijakan ini dapat
berupaundang - undang , peraturan pemerintah atau peraturan daerah , surat keputusan
pimpinan institusi baik pemerintah maupun suasta .Penerimaan sosial ( sosial
penerimaan ) : penerimaan sosial artinya diterimanyasuatu program oleh masyarakat .
suatu program kesehatan yang telah memperolehkomitmen dan dukungan kebijakan ,
maka langkah selanjutnya adalahmensosialisasikan program tersebut untuk
memperoleh dukungan
3. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang paru,
tetapi dapat jug mengenai organ tubuh lainnya seperti kulit, ginjal, usus, tulang,
selaput otak dan lain-lain. Semua jenis tuberculosis ini sama-sama disebabkan oleh
Mycobacterium. Tuberculosis dan obatnya pun dasarnya sama Tidak hanya terbebas
dari penyakit dan kelemahan saja, namun juga seutuhnya mendapatkan pelayanan
kesehatan yang meliputi dari berbagai aspek, seperti promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Keempat aspek tersebut harus dapat seimbang, sehingga kesehatan yang
diharapkan dapat tercapai.
Upaya Promotif (peningkatan kesehatan) yang meliputi:
 Penyelenggaraan kegiatan pemenuhan gizi, minimal 2250 kalori per hari bagi
narapidana dengan susunan yang seimbang.
 Kebersihan perorangan; setiap narapidana menjaga kebersihan diri masing-
masing dengan jalan mandi dua kali sehari, hygiene mulut, pakaian selalu
bersih.
 Olahraga untuk kesehatan; narapidana diwajibkan untuk melakukan kegiatan
olahraga teratur untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
 Penyuluhan kesehatan; petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada
narapidana secara berkala mengenai lingkungan/perorangan, manfaat P3K,
pencegahan penyakit, dan penularan penyakit.

Upaya Preventif (pencegahan) yang meliputi:

 Isolasi/pengasingan apabila seorang narapidana terjangkit penyakit menular,


maka yang bersangkutan harus diisolasi/diasingkan dari yang lainnya.
Melakukan penyemprotan/pembasmian maupun pengendalian hewan/serangga
yang dapat menularkan penyakit.
 Kebersihan lingkungan; narapidana diwajibkan menjaga kebersihan kamar
mandi/WC, tempat tidur, tikar, peralatan makan, minum (piring dan gelas) dan
tidak boleh meludah disembarang tempat. Tenaga sanitarian satu kali dalam
sebulan melaksanakan pemeriksaan kesehatan lingkungan.
 Pemeriksaan berkala baik fisik maupun mental; petugas kesehatan diharuskan
melakukan pemeriksaan fisik narapidana secara berkala/periodik 1 tahun 1
kali untuk menemukan apakah ada penderita suatu penyakit.
 Screening/penjaringan; apabila terjadi wabah, maka diadakan pemeriksaan
bagi seluruh penghuni untuk menemukan apabila ada narapidana yang
menderita suatu penyakit.

Upaya Kuratif (penyembuhan) yang meliputi:

 Pengobatan dasar meliputi pemeriksaan dan pengobatan umum oleh dokter


umum atau tenaga paramedis, pemeriksaan dan pengobatan gigi oleh dokter
gigi atau perawat gigi, pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana,
pemeriksaan obat sesuai dengan indikasi media.
 P3K; untuk mengatasi terjadinya kecelakaan dan keadaan gawat darurat
seperti luka, patah tulang, pingsan, perlu diberi penanganan yang tepat.
 Pengobatan spesialistik (rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap), rawat jalan/rawat inap dikarenakan tidak dapat ditangani oleh
petugas medis lapas.

Upaya Rehabilitatif (pemulihan) yang meliputi:

 Rehabilitatif fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh kebaikan fisik


semaksimal mungkin. Misalnya, rehabilitasi terhadap penderita yang harus
kakinya harus diamputasi, yakni dengan menggunakan kaki buatan yang
fungsinya dapat menggantikan kaki yang sesungguhnya.
 Rehabilitatif mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan sosial secara baik. Misalnya, dengan memberikan
bimbingan kepada penderita yang mengalami gangguan mental akibat suatu
peristiwa yang pernah dialaminya, sebelum dia kembali ke masyarakat.
 Rehabilitatif sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal
mungkin, sesuai dengan kemampuannya.
 Rehabilitatif aesthetis, yakni suatu upaya rehabilitatif yang perlu dilakukan
untuk mengembalikan fungsi keindahan, walaupun fungsi dari alat tersebut
tidak dapat dikembalikan.

Anda mungkin juga menyukai