1. Jelaskan promosi kesehatan yang menyangkut pengorganisasian masyarakat atau
comunity organisasi dan berikan contohnya, pengembangan masyarakat, pergerakan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat diberikan contoh yang jelas. Ambil 1 kasus penyakit masukan pada 4 aspek kesehatan 2. Promosi kesehatan yang mencakup upaya advokasi berikan contoh dan jelaskan promotif, preventif, kuratif, rehabilitasi.
Jawaban :
1. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat dilihat sebagai salah satu
“tehnologi” dalam kegiatan Pendidikan Kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku sasaran (dalam bentuk kemampuan untuk mandiri atau self-help) yang sifatnya berkelanjutan untuk tercapainya derajat kesehatan yang lebih baik. Minat pokok dalam Promosi Kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat adalah masalah perubahan perilaku kesehatan. Minat pokok ini yang menjadi ciri khas Promkes yang membedakannya dari "disiplin keilmuan" lain dibidang kesehatan masyarakat. Dengan titik tolak pada minat pokoknya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses perubahan perilaku, dengan menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Lawrence Green, Penggorganisasian dan Pengembangan Masyarakat merupakan tehnologi yang digunakan untuk melakukan intervensi pada faktor pendukung (enabling factors) sebagai salah satu prasyarat untuk terjadinya proses perubahan perilaku. Teknologi dalam Penggorganisasian dan Pengambangan Masyarakat diperuntukkan dalam pengorganisasian dan pengembangan sumber daya yang ada pada masyarakat sehingga mampu mandiri untuk meningkatkan derajat kesehatannya. • contohnya : Dalam bidang kesehatan maka pembahasan mengenai penerapan PPM dikaitkan dengan pelaksanaan program PKMD/Posyandu termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan kader kesehatan (oleh karena itu pula lah mata ajaran ini disebut juga sebagai mata ajaran PKMD). Juga dalam kaitan dengan penerapan PPM dalam program kesehatan ini dibahas kebijakan mengenai keterpaduan KB - Kesehatan dan pola pembinaan peran serta masyarakat dari Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. pengembangan masyarakat dalam pembangunan di bidang kesehatan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Tujuan ini mengandung konsekwensi bahwa partisipasi merupakan proses yang harus dikembangkan dalam setiap upaya kesehatan dan ini terlihat dalam upaya-upaya pengembangan peran serta masyarakat dalam kegiatan PKMD atau Posyandu. Meskipun masih mempunyai kekurangan disana -sini, tetapi melalui kegiatan Posyandu diharapkan dapat diwujudkan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan. Secara bertahap hal ini perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga tercapai suatu bentuk partisipasi yang optimal. Dalam konsep PHC ini, masyarakat diposisikan sebagai subyek yang berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu dilakukanlah berbagai pelatihan untuk para wakil masyarakat untuk menjadi kader kesehatan. Setelah mengikuti pelatihan maka para kader kesehatan kemudian mengembangkan berbagai pos swadaya masyarakatsebagai sebuah wujud partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengelolaan pos-pos swadaya masyarakat tsb dilakukan sepenuhnya oleh para kader kesehatan dengan bimbiungan teknis dari aparat kesehatan dan aparat pemerintah lain (seperti BKKBN, pertanian, agama dsb). Para kader kesehatan misalnya dibekali dengan ketrampilan untuk melakukan pengobatan sederhana selain ketranpilan untuk melakukan upaya penyuluhan bagi masyarakat. Sebagai hasilnya lahirlah berbagai pos swadaya masyarakat seperti Pos Kesehatan, Pos Penimbangan dan Pos KB. 2. Komitmen politik ( politik komitmen ) Komitmen para pembuat keputusanatau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan - peraturan yang hal baik dengan kesehatan masyarakat , misalnyauntuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan , contoh : konkrit pencananganIndonesia sehat 2010 oleh presiden . untuk meningkatkan komitmen ini sangatdibutuhkan advokasi yang baik .Adanya komitmen politik dari para eksekutif , maka perlu ditindak lanjuti denganadvokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telahmemperoleh komitmen politik tersebut . dukungan kebijakan ini dapat berupaundang - undang , peraturan pemerintah atau peraturan daerah , surat keputusan pimpinan institusi baik pemerintah maupun suasta .Penerimaan sosial ( sosial penerimaan ) : penerimaan sosial artinya diterimanyasuatu program oleh masyarakat . suatu program kesehatan yang telah memperolehkomitmen dan dukungan kebijakan , maka langkah selanjutnya adalahmensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan 3. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat jug mengenai organ tubuh lainnya seperti kulit, ginjal, usus, tulang, selaput otak dan lain-lain. Semua jenis tuberculosis ini sama-sama disebabkan oleh Mycobacterium. Tuberculosis dan obatnya pun dasarnya sama Tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan saja, namun juga seutuhnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang meliputi dari berbagai aspek, seperti promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Keempat aspek tersebut harus dapat seimbang, sehingga kesehatan yang diharapkan dapat tercapai. Upaya Promotif (peningkatan kesehatan) yang meliputi: Penyelenggaraan kegiatan pemenuhan gizi, minimal 2250 kalori per hari bagi narapidana dengan susunan yang seimbang. Kebersihan perorangan; setiap narapidana menjaga kebersihan diri masing- masing dengan jalan mandi dua kali sehari, hygiene mulut, pakaian selalu bersih. Olahraga untuk kesehatan; narapidana diwajibkan untuk melakukan kegiatan olahraga teratur untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Penyuluhan kesehatan; petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada narapidana secara berkala mengenai lingkungan/perorangan, manfaat P3K, pencegahan penyakit, dan penularan penyakit.
Upaya Preventif (pencegahan) yang meliputi:
Isolasi/pengasingan apabila seorang narapidana terjangkit penyakit menular,
maka yang bersangkutan harus diisolasi/diasingkan dari yang lainnya. Melakukan penyemprotan/pembasmian maupun pengendalian hewan/serangga yang dapat menularkan penyakit. Kebersihan lingkungan; narapidana diwajibkan menjaga kebersihan kamar mandi/WC, tempat tidur, tikar, peralatan makan, minum (piring dan gelas) dan tidak boleh meludah disembarang tempat. Tenaga sanitarian satu kali dalam sebulan melaksanakan pemeriksaan kesehatan lingkungan. Pemeriksaan berkala baik fisik maupun mental; petugas kesehatan diharuskan melakukan pemeriksaan fisik narapidana secara berkala/periodik 1 tahun 1 kali untuk menemukan apakah ada penderita suatu penyakit. Screening/penjaringan; apabila terjadi wabah, maka diadakan pemeriksaan bagi seluruh penghuni untuk menemukan apabila ada narapidana yang menderita suatu penyakit.
Upaya Kuratif (penyembuhan) yang meliputi:
Pengobatan dasar meliputi pemeriksaan dan pengobatan umum oleh dokter
umum atau tenaga paramedis, pemeriksaan dan pengobatan gigi oleh dokter gigi atau perawat gigi, pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana, pemeriksaan obat sesuai dengan indikasi media. P3K; untuk mengatasi terjadinya kecelakaan dan keadaan gawat darurat seperti luka, patah tulang, pingsan, perlu diberi penanganan yang tepat. Pengobatan spesialistik (rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap), rawat jalan/rawat inap dikarenakan tidak dapat ditangani oleh petugas medis lapas.
Upaya Rehabilitatif (pemulihan) yang meliputi:
Rehabilitatif fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh kebaikan fisik
semaksimal mungkin. Misalnya, rehabilitasi terhadap penderita yang harus kakinya harus diamputasi, yakni dengan menggunakan kaki buatan yang fungsinya dapat menggantikan kaki yang sesungguhnya. Rehabilitatif mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara baik. Misalnya, dengan memberikan bimbingan kepada penderita yang mengalami gangguan mental akibat suatu peristiwa yang pernah dialaminya, sebelum dia kembali ke masyarakat. Rehabilitatif sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal mungkin, sesuai dengan kemampuannya. Rehabilitatif aesthetis, yakni suatu upaya rehabilitatif yang perlu dilakukan untuk mengembalikan fungsi keindahan, walaupun fungsi dari alat tersebut tidak dapat dikembalikan.