oleh:
Nim:
1320174056
BAB II Pembahasan
1.2 Tegangan Regangan…………………………………………………………….
1.3 Tegangan Normal Dan Tekan……………………………………………..
1.4 Deformasi……………………………………………………………………………
1.5 Tegangan Normal Dan Tegangan Geser ( konsentrasi tegangan
pada kondisi lentur dan punter)……………………………………….
1.6 Tegangan-Tegangan Utama……………………………………………….
1.7 Defleksi pada Balok ………………………………………………………….
Daftar Pustaka
Bab I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Modul ini sebagai suatu pendahuluan awal untuk mengetahui Tegangan Regangan
pada suatu struktur, pada kaitan dengan modul sebelumnya sebagai bahasan yang
lebih spesifik tentang karateristik bahan.
Konsep dasar dalam Mekanika Bahan adalah Tegangan dan Regangan. Konsep ini
dapat diilustrasikan dalam bentuk paling mendasar dengan meninjau sebuah batang
prismaris yang mengalami gaya aksial. Batang prismatic adalah sebuah elemen structural
lurus yang mempunyai penampang konstan di seluruh panjangnya, dan gaya aksial adalah
beban yang mempunyai arah sama dengan sumbu elemen, sehingga mengakibatkan
Pembahasan dapat kita tinjau sebagai gambaran batang penderek seperti pada
Gambar 1-1 dan mengisolasi salah satu segmennya sebagai benda bebas (Gambar 1-2a).
Sewaktu menggambar diagram benda bebas ini, kita abaikan berat batang dan kita
asumsikan gaya yang aktif hanyalah gaya aksial P diujung-ujungnya. Selanjutnya kita tinjau
dua kondisi batang tersebut, yang pertama sebelum beban diterapkan (Gambar 1-2b) dan
yang kedua beban setelah diterapkan (Gambar 1-2c). Perhatikan bahwa panjang semula dari
batang ditunjukkan dengan huruf L dan pertambahan panjangnya dengan hruf yunani δ
(delta). Tegangan internal di batang akan terlihat apabila sebuah potongan imajiner melalui
batang pada bagian mn (Gambar 1-2c). Karena potongan ini diambil tegak lurus sumbu
longitudinal batang, maka disebut potongan melintang (penampang). Sekarang kita isolasi
bagian batang di kiri potongan mn sebagai benda bebas (Gambar 1-2d). Di ujung kanan dari
benda bebas ini (potongan mn) ditunjukkan aksi yang diberikan oleh bagian yang
dihilangkan dari batang tersebut (yaitu bagian dikanan potongan mn) terhadap bagian
sisanya. Aksi ini terdiri atas gaya terdistribusi kontinu yang bekerja pada seluruh
penampang. Intensitas gaya (yaitu gaya per satuan luas) disebut tegangan dan diberi notasi
huruf yunani σ (sigma). Jadi, gaya aksial P yang bekerja di penampang adalah Resultan dari
tegangan yang terdistribusi kontinu. (Gaya resultan ditunjukkan dengan garis putus-putus di
(Gambar 1-2d), kita dapat melihat bahwa resultan harus sam dengan intensitas σ dikalikan
dengan luas penampang (A) dari batang tersebut. Dengan demikian, kita mendapatkan
P
σ=
A
Gambar 1.1. Elemen struktur yang mengalami beban aksial. (Batang penderek
mengalami tarik dan batang roda pendaratan mengalami tekan)
Gambar 1-2 Batang prismatic yang mengalami tarik (a) diagram benda bebas dari
segmen batang, (b) segmen batang sebelum dibebani, (c) segmen batang sesudah
dibebani, (d) tegangan normal pada batang
Sebagaima telah diamati, suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang
apabila dibebani secara aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi
pendek jika mengalami tekan. Sebagai contoh, tinjau kembali batang prismatis dalam
gambar 1-2. Perpanjang δ dari batang ini (Gambar 1-2c) adalah hasil kumulatif dari
perpanjangan semua elemen bahan di seluruh volume batang, Asumsikan bahwa bahan
tersebut sama dimanapun di dalam batang. Selanjutnya, jika kita meninjau setengah bagian
δ
dari batang (Panjangnya L/2), bagian ini mempinyai perpanjangan , dan jika kita meninjau
2
seperempat bagian dari batang, bagian ini akan memiliki perpanjangan yang sama dengan
δ
. Dengan cara yang sama, satu satuan panjang dari batang tersebut akan mempunyai
4
perpanjangan yang sama dengan 1/L kali perpanjangan total δ . Dengan proses ini kita akan
sampai pada konsep perpanjangan per satuan panjang, atau regangan, yang diberi notasi
δ
ε=
L
Jika batang tersebut mengalami tarik, maka regangannya disebut regangan tarik, yang
menunjukkan perpanjangan bahan. Jika batang mengalami tekan, maka regangannya adalah
regangan tekan dan batang tersebut memendek. Regangan tarik biasa bernilai positif dan
regangan tekan bernilai negative. Regangan ε disebut regangan normal karena regangan ini
Hasil-hasil pengujian biasanya bergantung pada ukuran benda uji. Karena sangat kecil
kemungkinan bahwa kita menggunakan struktur yang ukurannya sama dengan ukuran
benda uji, maka kita perlu menyatakan hasil pengujian dalam bentuk yang dapat ditetapkan
pada elemen struktur yang berukuran berapapun. Jika luas awal benda uji digunakan dalam
perhitungan, maka tegangan yang diperoleh disebut tegangan nominal (nama lainnya
Bentuk-bentuk tegangan regangan pada dasarnya hampir mirip satu sama lain tergantung
material yang digunakan sebagi pembedanya. Untuk memberi gambaran yang lengkap
mengenai Diagram Tegangan Regangan, kita ambil salah satu contoh yaitu diagram
Diagram tersebut dimulai dengan garis lurus dari pusat sumbu O ke titik A, yang berarti
bahwa hubungan antara tegangan dan regangan pada daerah awal ini bukan saja linear
regangan tidak ada lagi; jadi tegangan di A disebut limit prporsional. Kemiringan garis lurus
regangan, maka modulus elastisitas mempunyai satuan yang sama dengan tegangan.
Dengan meningkatnya tegangan hingga melewati limit proporsional maka regangan mulai
meningkat secara lebih cepat lagi untuk setiap pertambahan panjang. Dengan demikian
sampai pada titik B kurva tersebut menjadi horizontal. Mulai dari titik ini, terjadi
perpanjangan yang cukup besar pada benda uji tanpa adanya pertambahan gaya tarik (dari
B ke C). Fenomena ini disebut luluh dari bahan, dan titik B disebut titik luluh. Tegangan yang
berkaitan dengan ini disebut tegangan luluh dari baja. Di daerah antara B dan C, bahan ini
disebut menjadi plastis sempurna, yang berarti bahan ini berdeformasi tanpa adanya
pertambahan beban. Adanya regangan yang sangat besar di daerah plastis (dan setelah itu)
adalah alas an mengapa diagram tersebut diplot tidak berskala. Sesudah mengalami
regangan besar yang terjadi selama peluluhan di daerah BC, baja mulai mengalami
pengerasan regang (strain hardening), selama itu bahan mengalami perubahan dalam
struktur kristalin, yang menghasilkan peningkatan resistensi bahan terhadap deformasi lebih
lanjut. Perpanjangan benda uji di daerah ini membutuhkan peningkatan beban tarik,
tersebut pada akhirnya mencapai harga maksimumnya, dan tegangan pada saat itu (di titik
D) disebut tegangan ultimate. Penarikan beban dan akhirnya terjadi putus/patah di suatu
Tegangan luluh dan tegangan ultimate pada suatu bahan disebut juga masing-masing
kekuatan luluh dan kekuatan ultimate. Kekuatan adalah sebutan umum yang merujuk pada
kapasitas suatu struktur untuk menahan beban. Sebagai contoh, kekuatan luluh dari suatu
balok adalah besarnya beban yang dibutuhkan untuk terjadinya luluh di balok tersebut, dan
kekuatan ultimate dari suatu rangka batang adalah beban maksimul yang dapat dipikul,
yaitu beban gagal. Tetapi, dalam melakukan uji tarik suatu beban, kita definisikan kapasitas
pikul beban dengan tegangan di suatu benda uji, bukannya total yang bekerja pada benda
pada suatu struktur, gambaran yang paling lengkap tentang diagaram tegangan regangan
sudah di tunjukkan dengan contoh dari diagram tegangan regangan baja pada modul
sebelumnya. Sebagai penambah referensi akan diberikan contoh penentuan kekuatan
Pada sebuah pengujian selinder beton dengan panjang awal selinder 30 cm dengan
diameter selinder 15 cm, diujikan pada mesin pengujian desak UTM dengan pengamatan
sebagai berikut :
Beban (t) 10 20 30 40 50 55
29 29 29 29 29 29
Panjang (mm) 9 8 7 6 4 2
Tentukan :
Jawab :
1 1
Luas tampang selinder (A) = . π . d 2 = . π .(150)2 = 17671,46 mm2
4 4
P N
Rumus tegangan : σ = ( )
A mm2
∆l
Rumus tegangan : ε =
l
Beban (t) 10 20 30 40 50 55
10000 20000 30000 40000 50000 55000
Beban (N) 0 0 0 0 0 0
Panjang (mm) 299 298 297 296 294 292
σ 5.6588 11.318 16.977 22.635 28.294 31.124
ε 0.0033 0.0067 0.01 0.0133 0.02 0.0267
besar regangan koreksi yang terjadi dengan menarik garis diluar garis linear tegangan
regangan dari titik yang tidak linear, hal ini dilakukan sehingga kita dapat memprediksi
besarnya regangan yang akan terjadi setelah terjadi luluh pada selinder beton. Berikut
Beban (t) 0 10 20 30 40 50 55
10000 20000 30000 40000 50000 55000
Beban (N) 0 0 0 0 0 0 0
Panjang (mm) 300 299 298 297 296 294 292
σ 0 5.6588 11.318 16.977 22.635 28.294 31.124
ε 0 0.0033 0.0067 0.01 0.0133 0.02 0.0267
0.003
ε koreksi 3 0.0066 0.01 0.0133 0.0166 0.0233 0.03
35
30
25
20
15
10
0
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04
Modulus Elastic
σy
E=
εy
Untuk nilai σ y adalah besarnya tegangan saat selider beton luluh dan ε y adalah
Modulus Kenyal
1 1
Ekenyal = . ( σ y . ε y ) = . ( 22.635 x 0.0133 ) = 0,1509 MPa
2 2
σ 40 t 400000
ε elasti k = .εy = .0,001 = 0,0133
σy 300000
σ 40t 400000
E sekan= = = 60000000 MPa
ε plastik 0,0067
Seperti sudah dibahas diatas, untuk penentuan kekuatan tarik pada baja atau kayu
dilakukan hal yang sama, yang membedakan bila pengujian tarik maka benda uji akan
bertambah
lebih dahulu konsep dasar analisa struktur, yang berfungsi memberikan gambaran perilaku
Suatu struktur diberi atau melayani beban-beban yang bekerja padanya maka beban yang
bekerja disebut gaya luar (external forces), didalam struktur sendiri ada gaya yang bekerja
menahan/melayani beban luar, gaya dalam struktur ini disebut gaya dalam (internal forces).
Apabila gaya luar bekerja sangat besar dan gaya dalam tidak mampu lagi melayaninya, maka
akan terjadi suatu perubahan pada struktur yang meliputi dua kondisi yaitu deformasi atau
Prinsip dasar untuk menghitung besarnya gaya dalam (momen lentur, gaya geser,
gaya normal, torsi) dan menghitung deformasi (deformasi aksial, deformasi geser, deformasi
1.4. Deformasi
Pada bahasan ini kita akan membahas tentang deformasi atau perubahan bentuk struktur,
deformasi ada 4 kondisi yaitu : deformasi lentur, deformasi geser, deformasi aksial, dan
deformasi torsi.
A.Deformasi Lentur
Deformasi lentur terjadi akibat momen lentur (M), batang akan mengalami
deformasi lentur dan menimbulkan perpindahan berupa translasi searah tegak lurus sumbu
batang (Δ) dan rotasi terhadap sumbu yang tegak lurus bidang struktur (θ).
Mc1 Mc2
c t
Iz Iz
−My
σ x=
Iz
σx −My
εx= =
E EI z
ε x dx M M
dθ=− = dx dΔ=( L−x ) dθ= ( L−x ) dx
y EI z EI z
L
M
L M ML 2
θ=∫ dθ=∫ dx Δ=∫ dΔ=∫ ( L−x ) dx=
EI 0 EI z 2 EI z
0 z
B.Deformasi Geser
Deformasi geser terjadi akibat gaya geser (V), batang akan mengalami deformasi
geser dan menimbulkan perpindahan berupa translasi tegak lurus sumbu batang (Δs).
V .Q τ
tegangan geser → τ= Regangan geser →γ =
Izb G
E
V . dx G=
dλ=∫ 2 (1+υ )
GA
L
f.P f . P. L
Δ s =∫ dλ= ∫ dx =
C.Deformasi Aksial G.A 0 G. A
Deformasi aksial terjadi akibat gaya P searah batang, maka batang akan mengalami
deformasi aksial dan menimbulkan perpindahan translasi searah sumbu batang.
A
A,E,L
?
A = luas penampang
E = modulus elastisitas
D.Deformasi Torsi
LDeformasi
= panjang batang
terjadi akibat momen torsi (T), batang akan mengalami deformasi torsi
dan menimbulkan perpindahan berupa rotasi terhadap sumbu yang tegak lurus bidang
struktur (θ).
4
T .r π .R
τ= →J =momen inersia polar=
J 2
T.R
τ max = →GJ=kekakuan torsi
J
τ T .r
γ= =
G G .J
τ max T . R
γ max = =
G G.J
L
γ max T T
dφ= dx= dx →φ=∫ dφ=∫ dx
R GJ 0 GJ
Rumus lentur dan geser yang dibahas dalam modul-modul sebelumnya berlaku
untuk balok tanpa lubang, takikan, atau perubahan dimensi mendadak. Manakala
diskontuinitas seperti ini ada, tegangan local yang tinggi akan terjadi. Konsentrasi tegangan
seperti ini dapat menjadi sangat penting pada elemen struktur yang terbuat dari bahan
Kasus pertama adalah balok penampang persegi panjang dengan lubang di sumbu netral
(Gambar 2). Balok ini mempunyai tinggi h dan tebal b (tegak lurus bidang gambar) dan
mengalami lentur murni akibat aksi momen lentur M. Apabila diameter d lubang adalah
kecil disbandingkan dengan tinggi h, maka distribusi tegangan di potongan melintang yang
melalui lubang kerang lebih seperti terlihat pada Gambar 2.1a. Di titik B pada tepi lubang,
tegangan jauh lebih besar daripada tegangan yang dapat ada di titik tersebut seandainya
tidak ada lubang. (Garis putus-putus di dalam gambar tersebut menunjukkan distribusi
tegangan tanpa lubang). Namun, apabila kita berjalan menuju tepi luar balok (menuju titik
A), distribusi tegangan bervariasi secara linear terhadap jarak dari sumbu netral dan hanya
Gambar 2.1 Distribusi tegangan di sebuah balok yang mengalami lentur murni
dengan lubang lingkaran di sumbu netral. (Balok ini mempunyai penampang persegi
panjang dengan tinggi h dan tebal b)
Apabila lubangnya relative besar, maka pola tegangan kurang lebih seperti terlihat
pada gambar 2.1b. Ada peningkatan tegangan di titik B dan hanya sedikit perubahan
tegangan di titik A dibandingkan dengan distribusi tegangan di balok tanpa lubang (sekali
lagi, ini ditunjukkan dengan garis putus-putus). Tegangan di C lebih besar daripada tegangan
kurang lebih dua kali tegangan nominal di titik tersebut. Tegangan nominal dihitung dengan
My
cara standar, yaitu, σ = , dimana y adalah jarak d/2 dari sumbu netral di titik B dan I
I
adalah momen inersia penampang neto di lokasi lubang. Jadi, kita mempunyai rumus
My 12 Md
σ B=2 =
I b ( h3−d3 )
Di tepi luar balok (di titik C), tegangan kurang lebih sama dengan tegangan nominal (bukan
My 6 Md
σC = =
I b ( h3−d 3 )
σB
Pada kedua persamaan diatas kita lihat bahwa rasio kurang lebih 2d/h. Jadi kita
σC
simpulkan bahwa apabila rasio d/h antara diameter terhadap tinggi balok melebihi ½, maka
tegangan terbesar di titik B, Apabila d/h kurang dari 1/2, maka tegangan terbesar ada di titik
C.
Kasus selanjutnya kita bahas balok persegi panjang dengan takik pada Gambar 2.2.
Balok pada balok tersebut mengalami lentur murni dan mempunyai tinggi h dan tebal b
(tegak lurus bidang gambar). Juga, tinggi neto balok (yaitu, jarak antar dasar masing-masing
takikan) adalah h1 dan radius di dasar masing-masing takikan adalah R. Tegangan maksimum
untuk balok ini terjadi di dasar takikan dan dapat jauh lebih besar daripada tegangan
h1
nominal di titik yang sama. Tegangan nominal dihitung dari rumus lentur dengan y= dan
2
bh31
¿ ; jadi
12
My 6 M
σ nom = = 2
I b h1
nominal :
σ maks=K σ nom
Gambar 2.2. Faktor konsentrasi tegangan K untuk balok bertakikan dengan penampang
persegi panjang yang mengalami lentur murni (h = tinggi balok, b = tebal balok, tegak
lurus bidang gambar). Garis putus adalah takikan setengah lingkaran (h = h1 + 2R)
h
Faktor konsentarsi tegangan K diplot dalam Gambar 2.2 untuk beberapa harga rasio .
h1
R
Perhatikan bahwa apabila takikan menjadi “lebih tajam” yaitu rasio menjadi lebih kecil,
h1
Tegangan normal maksimum dan minimum, yang disebut sebagai tegangan utama,
σ x +σ y σ x −σ y
σ x 1= + cos 2θ+ τ xy sin 2 θ ……1)
2 2
−σ x −σ y
τ x 1 y1= sin 2 θ+τ xy cos 2θ ……2)
2
σ x +σ y σ x −σ y
σ y1 = + cos 2θ−τ xy sin2 θ ……3)
2 2
Dengan mengambil turunan dari σ x 1 terhadap θ dan menyamakan dengan nol, maka kita
akan memperoleh suatu persamaan yang dapat digunakan untuk mencari θ yang
d σx 1
=−( σ x −σ y ) sin2 θ+2 τ xy cos 2θ=0 …4)
dθ
Yang menghasilkan :
2 τ xy
tan2 θ p = …..5)
σ x −σ y
Subskrip p menunjukkan bahwa sudut θ p adalah orientasi bidang utama, artinya bidang
dimana tegangan utama bekerja. Dua harga sudut 2 θ p didalam selang 0ᴼ sampai 360ᴼ
dapat diperoleh dari persamaan diatas. Kedua harga tersebit berbeda 180ᴼ, dengan satu
harga antara 0ᴼ dan 180ᴼ dan harga lain diantara 180ᴼ dan 360ᴼ. Dengan demikian, sudut
θ p mempunyai dua harga yang berbeda 90ᴼ, satu harga antara 0ᴼ dan 90ᴼ dan harga lain
diantara 90ᴼ dan 180ᴼ. Kedua harga θ p dikenal sebagai sudut utama. Untuk salah satu sudut
tersebut, tegangan normal σ x 1 adalah tegangan utama maksimum; sedangkan untuk sudut
satu lagi, tegangannya adalah tegangan utama minimum. Karena sudut-sudut utama
berbeda 90ᴼ, maka kita lihat bahwa tegangan utama terjadi pada bidang-bidang yang saling
tegak lurus.
dan memecah harga σ x 1. Dengan menentukan tegangan utama secara demikian, kita tidak
utama manakah yang berkaitan dengan masing-masing sudut utama. Kita dapat pula
……………….6)
…………7)
…………….8)
Sedangkan tegangan utama yang lebih kecil , yang diberi notasi σ 2, dapat diperoleh dari
kondisi bahwa jumlah tegangan normal di bidang-bidang yang saling tegak lurus adalah
konstan
……………9)
Dengan memasukkan σ 1 ke dalam persamaan 9), dan memecahkan σ 2, maka kita dapatkan
………….10)
Kelengkungan kurva defleksi adalah salah satu cara untuk menentukan tegangan
dan regangan normal pada balok. Untuk menurunkan kelengkungan kurva defleksi kita
ditentukan besarnya defleksi dan sudut rotasinya. Beberapa kondisi defleksi pada balok
sebagai berikut.
1. Balok Kantilever
Akibat momen
Akibat beban merata
Akibat momen
3. Balok Dua Tumpuan Jepit
Timoshenko & Gere, 2000, Mekanika Bahan Edisi ke empat, Penerbit Erlangga, Jakarta.