Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

UJI BAHAN

Nama : Efata Nirahua


Nim : 1319154013
Kelas : MPK 5A

POLITEKNIK NEGERI AMBON


JURUSAN TEKNIK SIPIL
D4 PRODI MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

1
KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Pelaksanaan Praktikum ini merupakan buku anduan dalam pelaksanaan
praktikum Rekayasa Beton yang dilaksanakan di Laboratorium Uji Material Beton,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ambon. Buku ini merupakan pegangan bagi
mahasiswa dalam menambah pengetahuan dalam bidang Rekayasa Beton melalui
kegiatan eksperimental.

Setelah menjelaskan mengenai beberapa prosedur dalam pelaksanaan praktikum, buku ini
juga menjanjikan pengetahuan mendasar mengenai sifat-sifat material dari beton.

Buku Pedoman Praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam


melaksanakan praktikum menjadi terarah.

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB l : PENDAHUALUAN
1.1 : Umum 1
1.2 : Jenis Praktikum 1
1.3 : Prosedur K3 Untuk Praktikan Dan Penggunaan Laboratorium
Uji Material Beton 1
1.4 : Metodologi Praktium 3
BAB ll : PERKENALAN ALAT_ALAT PRAKTIKUM
2.1 : Referensi 4
2.2 : Tujuan 4
2.3 : Alat 4
BAB III PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 : Praktikum 1 ( Analisa Saringan Agregat ) 6
3.1.1 : Referensi 6
3.1.2 : Tujuan 6
3.1.3 : Penjelasan Umum 6
3.1.4 : Alat 6
3.1.5 : Benda Uji 7
3.1.6 : Prosedur 7
3.1.7 : Analisis dan Hasil 7
3.1.8 : Laporan 8

3.2 : Praktikum 2 ( Analisa Berat Jenis dan Penyerapan Agregat )


3.2.1 : Agregat Halus 11
3.2.1.1 : Referensi 11
3.2.1.2 : Tujuan 11
3.2.1.3 : Penjelasan Umum 11
3.2.1.4 : Alat 11
3.2.1.5 : Benda Uji 11
3.2.1.6 : Prosedur 11
3.2.1.7 : Analisis dan Hasil 12
3.2.1.8 : Laporan 13

3.2.2 : Agregat Kasar


3.2.2.1 : Referensi 13
3.2.2.2 : Tujuan 13
3.2.2.3 : Penjelasan Umum 13
3.2.2.4 : Alat 13
II
3.2.2.5 : Benda Uji 13
3.2.2.6 : Prosedur 13
3.2.2.7 : Analisis dan Hasil 14
3.2.2.8 : Laporan 14

3.3 : Praktikum 3 ( Pemeriksaan Berat Volume Agregat )


3.3.1 : Referensi 15
3.3.2 : Tujuan 15
3.3.3 : Penjelasan Umum 15
3.3.4 : Alat 15
3.3.5 : Benda Uji 15
3.3.6 : Prosedur 15
3.3.7 : Analisis dan Hasil 16
3.3.8 : Laporan 17

3.4 : Praktikum 4 ( Pemeriksaan Kadar Air Agregat )


3.4.1 : Referensi 18
3.4.2 : Tujuan 18
3.4.3 : Alat 18
3.4.4 : Benda Uji 18
3.4.5 : Prosedur 18
3.4.6 : Analisis dan Hasil 18
3.4.7 : Laporan 20

3.5 : Praktikum 5 ( Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat )


3.5.1 : Referensi 21
3.5.2 : Tujuan 21
3.5.3 : Alat 21
3.5.4 : Benda Uji 21
3.5.5 : Prosedur 21
3.5.6 : Analisis dan Hasil 21
3.5.7 : Laporan 22

3.6 : Praktikum 6 ( Rancangan Campuran Beton )


3.6.1 : Pemilihan Proposi Campuran 23
3.6.2 : Bahan 23
3.6.3 : Perhitungan Proposi Campuran 23

3.7 : Praktikum 7 ( Perawatan )


3.7.1 : Referensi 30
3.7.2 : Tujuan 30
3.7.3 : Penjelasan Umum 30
3.7.4 : Alat 30
3.7.5 : Benda Uji 30
3.7.6 : Prosedur 30

III
3.8 : Praktikum 8 ( Pengujian Kekuatan Hancur Beton )
3.8.1 : Referensi 31
3.8.2 : Tujuan 31
3.8.3 : Alat 31
3.8.5 : Benda Uji 31
3.8.6 : Prosedur 31
3.8.7 : Analisis dan Hasil 31
3.8.8 : Laporan 32

IV
I. PENDAHULUAN

1.1 UMUM
Praktikum sangat diperlukan dalam kegiatan akademis untuk menunjang pembelajaran.
Pelaksanaan praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami
teori yang diperoleh di kegiatan perkuliahan. Salah satu pengetahuan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa adalah pengetahuan mengenai material pembentuk beton. Material
tersebut merupakan material yang paling sering digunakan dalam suatu konstruksi
bangunan. Beton merupakan salah satu kesatuan yang heterogen yang terdiri dari air,
semen, agregat halus dan agregat kasar. Betapa pentingnya pemilihan yang baik dari
material pembentuk beton, karena kekuatan beton berhubungan erat dengan kekuatan dan
jenis material pembentuknya. Praktikum yang dilakukan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai sifat-sifat dan parameter pengujian material beton, serta
perencanaan dan pembuatan campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu. Agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar dan terarah diperlukan suatu panduan dalam
pelaksanaan praktikum. Hal ini yang menjadi dasar penyusunan Buku Panduan
Praktikum UJI MATERIAL BETON. Buku ini berisi penjelasan mengenai prosedur
praktikum sehingga masiswa diharuskan membaca dan memahami secara rinci prosedur
pelaksanaan sebelum menghadiri praktikum.

1.2 JENIS PRAKTIKUM


Praktikum Beton
1. Penentuan parameter agregat halus dan agregat kasar
a. Analisa Saringan Agregat (Gradasi)
b. Analisa Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
c. Pemeriksaan Berat Volume Agragat
d. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
e. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat
2. Perancangan (Mix Design) dan Pembuatan Campuran Beton
a. Penentuan Komposisi Pembentuk Beton
b. Pemeriksaan Kualitas Adukan Beton (Slump Test)
3. Perawatan (Curing)
4. Pemeriksaan kekuatan hancur benda uji beton
a. Penentuan tegangan hancur beton

1.3 PROSEDUR K3 UNTUK PRAKTIKAN DAN PENGGUNAAN


LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON
1 Selalu gunakan sepatu tertutup dan tidak licin saat memasuki
laboratoriumm.
2 Gunakan baju praktikum selama melakukan kegiatan di Laboratorium
3 Dilarang menggunakan perhiasan yang berlebihan.
4 Rambut yang panjang harus diikat dan dimasukan kedalam baju praktikum.

1
5 Jangan menggunakan pakaian yang menggangu pergerakan selama
melakukan kegiatan di laboratorium, seperti baju yang terlalu longgar dan
perhiasan yang terlalu menggantung.
6 Dilarang makan dan minum selama melakukan kegiatan praktikum dan
pengujian di laboratorium.
7 Dilarang merokok.
8 Dilarang bergurau, berteriak, bergerak atau berbicara yang tidak perlu yang
dapat mengganggu kegiatan praktikum maupun pengujian di laboratorium.
9 Dilarang mengoperasikan alat telekomunikasi selama praktikum sedang
berlangsung.
10 Dimohon untuk menjaga kebersihan laboratorium dan membuang sampah
pada tempat yang telah disediakan.
11 Baca prosedur pengujian dan tujuan dari pengujian sebelum melakukan
pengujian di laboratorium.
12 Jangan bekerja sendiri di laboratorium tanpa instruksi dari pengajar/teknisi
laboratorium.
13 Dilarang menggunakan peralatan laboratorium tanpa ijin dari
pengajar/teknisi laboratorium, atau orang yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan praktikum.
14 Jika terjadi kerusakan pada alat uji atau alat uji tiba-tiba bersuara aneh atau
mengeluarkan bau yang menyengat, segera laporkan kepada teknisi.
15 Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi di laboratorium kepada
pengajar/teknisi laboratorium, baik kecelakaan kecil maupun besar.
16 Laporkan setiap kondisi yang tidak aman atau berbahaya ketika melakukan
kegiatan di laboratorium kepada pengajar/teknisi laboratorium.
17 Jangan melakukan pekerjaan di tempat lalu lalang yang menghalangi jalan.
18 Setelah melakukan kegiatan di laboratorium, kembalikan alat uji dan benda
uji ke tempat semula.
19 Demi keamanan dihimbau untuk tidak meninggalkan barang tanpa
pengawasan.

2
1.4 METODOLOGI PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PENGUJIAN
MATERIAL BETON

PENENTUAN PARAMETER DARI


MATERIAL BETON
Agregat halus dan Agregat kasar
• Analisa saringan
• Analisa Berat Jenis dan Penyerapan
• Pemeriksaan Berat Volume
• Pemeriksaan Kadar Air
• Pemeriksaan Kadar Lumpur

PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN


• Kategori Jenis Struktur
• Rencana Slump
• Kekuatan Tekan Rencana Beton
• Ukuran Maksimum Agregat Kasar
• Perbandingan Air Smen
• Kandungan Agregat Kasar
• Kandungan Agregat Halus

PELAKSANAAN CAMPURAN BETON


• Pembuatan Benda Uji
• Slump Tes

PERAWATAN BENDA UJI

PENGUJIAN KUAT TEKAN HANCUR BETON

KESIMPULAN

3
II. PERKENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM

2.1 REFERENSI
Penggunaan alat-alat praktikum mengacu pada spesifikasi teknis untuk masing-masing
alat. Prosedur penggunaan alat serta informasi lain akan diberikan pada kegiatan
praktikum terkait sesuai standar yang berlaku.

2.2 TUJUAN
Memperkenalkan penggunaan alat-alat praktikum pada praktikan.

2.3 ALAT
a. Oven (Gambar 2.1)
b. Timbangan Digital (Gambar 2.2)
c. Timbangan Manual (Gambar 2.3)
d. Saringan (Gambar 2.4)
e. Conggreate Mixer (Gambar 2.5)
f. Kubus dan Silinder (Gambar 2.6)
g. Kerucut Uji (Gambar 2.7)
h. UTM (Gambar 2.8)
i. Picnometer (Gambar 2.9)

Gambar 2.1 Oven Gambar 2.2 Timbangan Digital

Gambar 2.3 Timbangan Manual Gambar 2.4 Saringan

4
Gambar 2.5 Pengaduk Beton Gambar 2.6 Kubus dan Silinder

Gambar 2.7 Kerucut Uji

Gambar 2.8 UTM


Gambar 2.9 Picnometer

5
III. PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 Praktikum 1
ANALISA SARIGAN AGREGAT (GRADASI)

3.1.1 REFERENSI
ASTM C136-Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates
SNI 03-1968-1990-Metode Pengujian Tentang Analisas Saringan Agregat Halus dan
Kasar

3.1.2 TUJUAN
Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar dengan uji
saringan.

3.1.3 PENJELASAN UMUM


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi butiran agregat. Data
distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan
penentuan gradasi ini pada angregat halus dan agregat kasar.

3.1.4 ALAT
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.1% dari benda uji
b. Satu set saringan dengan ukuran :

Tabel 3.1 Spesifikasi Saringan

Nomor Ukuran Lubang


Saringan (mm)
3” 75
1½” 37.5
3/4” 19
3/8” 9.5
No. 4 4.75
No. 8 2.36
No. 16 1.18
No. 30 0.6
No. 50 0.3
No. 100 0.15
No. 200 0.075
Pan -

c. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan 110°C


6
d. Mesin penggetar saringan
e. Talam-talam
f. Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya

3.1.5 BENDA UJI


Sampel Agregat Halus dan Kasar yang akan diuji.

3.1.6 PROSEDUR
a. Ambil sampel agregat (halus dan kasar) sesuai kebutuhan kemudian masukan kedalam
oven dengan suhu 110°C selama 24 jam.
b. Keluarkan material dari oven dan dinginkan
c. Timbang kembali berat sampel agregat yang digunakan
d. Persiapan saringan yang akan digunakan (timbang berat tiap saringan)
e. Saringan disusun sesuai dengan ketentuan, setelah itu masukan sampel agragat
kedalam saringan
f. Letakan saringan yang telah disusun + sampel agregat pada mesin penggetar dan
hidupkan selama 15 menit
g. Timbang berat agregat tertahan tiap saringan

3.1.7 ANALISIS DAN HASIL


a. Hitung presentasi agregat yang lolos dan presentase berat yang tertahan
b. Plot grafik akumulasi (kurva gradasi)
c. Hitung modelus kehalusan

Formulir 3.2 Analisa Saringan Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON

ANALISA SARINGAN (GRADASI HALUS)


Nomor Berat Berat Ayakan + Berat Berat Presentasi
Ayakan Ayakan Material Tertahan Tertahan Kumulatif Tertahan Lolos
3” 0 0 0 0 0 0
1½” 647,25 0 0 0 0 0
¾” 407,30 0 0 0 0 0
3/8” 534,27 549,29 15,02 0,60 0,60 99,40
No. 4 556,05 604,6 48,55 1,94 2,54 97,46
8 541,47 633,19 91,72 3,67 6,21 93,79
16 486,93 634,29 147,36 5,89 12,10 87,90
30 453,39 724,07 270,68 10,82 22,93 77,07
50 426,77 1522 1095,23 43,80 66,73 33,27
100 339,59 870,14 470,55 18,82 85,55 14,45
200 398,03 398,19 0,16 0,01 85,55 14,45
Pan 440,78 802,07 361,29 14,45 100 0
2500 355,21
7
Modelus Kehalusan (MK) = Jumlah Persen Kumulatif Tertahan/100
= 355,21/100
= 3,6

Formulir 3.2 Analisa Saringan Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON

ANALISA SARINGAN (GRADASI KASAR)


Nomor Berat Berat Ayakan + Berat Berat Presentasi
Ayakan Ayakan Material Tertahan Tertahan Kumulatif Tertahan Lolos
1½” 647,25 647,25 0 0 0 0
¾” 407,30 994,15 586,85 23,47 23,47 78,53
3/8” 534,27 2182,17 1647,9 65,90 89,37 10,63
No. 4 556,05 776,30 220,25 8,81 98,18 1,82
8 541,47 545,74 4,27 0,17 98,35 1,65
16 486,93 487,88 0,95 0,04 98,39 1,61
30 453,39 454,84 1,45 0,06 98,45 1,55
50 426,77 431,73 4,96 0,020 98,65 1,35
100 339,59 408,95 9,36 0,37 99,02 0,98
200 398,03 398,08 0,05 0,00 99,02 0,98
Pan 440,78 465,20 24,42 0,98 100 0
2500 804,51
Modelus Kehalusan (MK) = Jumlah Persen Kumulatif Tertahan/100
= 804,51/100
= 8,05

d. Uji presentasi lolos saringan untuk menetahui Zona Gradasi

3.1.8 LAPORAN
a. Presentasi material yang tertahan pada masing-masing saringan, presentasi kumulatif
dari material yang tertahan pada masing-masing saringan dan yang lolos
Agregat Halus
Nomor Ukuran Lubang Presentasi Presentasi
Saringan (mm) Kumulatif Tertahan Kumulatif Lolos
3” 75 0 0
1½” 37.5 0 0
3/4” 19 0 0
3/8” 9.5 0,60 99,40

8
No. 4 4.75 2,54 97,46
No. 8 2.36 6,21 93,79
No. 16 1.18 12,10 87,90
No. 30 0.6 22,93 77,07
No. 50 0.3 66,73 33,27
No. 100 0.15 85,55 14,45
No. 200 0.075 85,55 14,45
Pan - 100 0

Agregat Kasar
Nomor Ukuran Lubang Presentasi Presentasi
Saringan (mm) Kumulatif Tertahan Kumulatif Lolos
1½” 37.5 0 0
3/4” 19 23,47 78,53
3/8” 9.5 89,37 10,63
No. 4 4.75 98,18 1,82
No. 8 2.36 98,35 1,65
No. 16 1.18 98,39 1,61
No. 30 0.6 98,45 1,55
No. 50 0.3 98,65 1,35
No. 100 0.15 99,02 0,98
No. 200 0.075 99,02 0,98
Pan - 100 0
804,51

b. Modelus kehalusan
Modelus Kehalusan (MK) = Jumlah Persen Kumulatif Tertahan/100
= 804,51/100
= 8,05

c. Grafik akumulatif (Kurva gradasi)

9
GRAFIK ANALISA SARINGAN (AH)
120

presentase lolos ayakan 100

80

60 GRAFIK ANALISA SARINGAN


(AH)+Sheet1!$E$4:$E$15
40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Diamter ayakan

GRAFIK ANLISA SARINGAN (AK)


90
80
70
presentase lolos ayaan

60
50
GRAFIK ANLISA SARINGAN
40 (AK)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Diamter ayakan

3.2 Praktikum 2
ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT

10
3.2.1 AGREGAT HALUS

3.2.1.1 REFERENSI
ASTM C128-Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
SNI 03-1970-1990-Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

3.2.1.2 TUJUAN
Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.

3.2.1.3 PENJELASAN UMUM


Nilai berat jenis adalah karakteristik umum yang digunakan untuk menghitung volume
yang ditempatkan oleh agregat dalam berbagai campuran, termasuk semen, beton aspal
dan campuran lainnya yang proporsional.

3.2.1.4 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas
minimum 1000 gram atau lebih
b. Picnometer dengan kapasitas 500 gram
c. Kompor Hock
d. Wajan
e. Kerucut uji dan penumbuk
f. Mistar perata
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu 110°C
h. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
i. Loyang

3.2.1.5 BENDA UJI


Berat sampel agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram

3.2.1.6 PROSEDUR
a. Sampel agregat yang sudah disiapkan direndam selama 24 jam
b. Sampel agregat dikeringkan sampai mencapai kondisi SSD dengan cara dijemur atau
dipanaskan dengan kompor.
c. Untuk mengecek apakah agregat dalam kondisi SSD atau belum, masukan sampel
agregat yang sudah dijemur/dipanaskan kedalam kerucut uji dalam tiga lapisan yang
sama tebal dan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali, dengan
banyaknya tumbukan pemadatan lapisan pertama 8 kali, lapisan kedua 8 kali dan
lapisan ketiga 9 kali dengan jarak tongkat pemadat dan material maksimal 5 mm.
Setelah itu tambahkan sampel agregat melewati kerucut uji setebal 2 cm dan diratakan
dengan mistar.
d. Setelah itu kerucut diangkat tegak lurus. Kondisi SSD akan diperoleh jika
butiranbutiran sampel agregat longsor/gugur.
11
e. Ambil sampel agregat SSD sebanyak 500 gram
f. Isi picnometer dengan air sampai batas kemudian ditimbang
g. Tuang sebagian air dari picnometer kemudian masukan sampel agregat 500 gram tadi
kedalam picnometer. Hilangkan gelembung-gelembung udara
dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer, kemudian isi air sampai batas
dan timbang picnometer + air + material.
h. Tuang air dan material ke dalam loyang dengan hati-hati agar material tidak tumpah
keluar talam, kemudian masukan material dalam oven selama 24 jam.
i. Keluarkan material dari oven kemudian didinginkan dan ditimbang.

3.2.1.7 ANALISIS DAN HASIL


a. Berat Jenis Bulk
b. Berat Jenis SSD
c. Berat Jenis Semu
d. Penyerapan

Formulir 3.3 Penentuan Berat Jenis dan Penyerapan

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON

ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN


AGREGAT HALUS
Tanggal terima : Pelaksana : Tanggal uji : Jenis
material : Untuk : Sember material :

A. Berat Agregat kondisi SSD = 500 gra


m
B. Berat Picnometer + Air = 659,85 gra
m
C. Berat Picnometer + Air + Agregat SSD = 939,09 gra
m
D. Berat Material Kering Oven = 487,9 gra
m
Berat Jenis Bulk = D/(A+B-C) = 2,21

Berat Jenis SSD = A/(A+B-C) = 2,26

Berat Jenis Semu = D/(D+B-C) = 2,34

Penyerapan = (A-D)/D x 100% = 2,48

12
3.2.1.8
LAPORAN
a. Berat Jenis Bulk
D/(A+B-C) = 2,21
b. Berat Jenis SSD
A/(A+B-C) = 2,26
c. Berat Jenis Semu
D/(D+B-C) = 2,34
d. Penyerapan
(A-D)/D x 100% = 2,48

3.2.2 AGREGAT KASAR

3.2.2.1 REFERENSI
ASTM C128-Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
SNI 03-1970-1990-Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

3.2.2.2 TUJUAN
Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.

3.2.2.3 PENJELASAN UMUM


Nilai berat jenis adalah karakteristik umum yang digunakan untuk menghitung volume
yang ditempatkan oleh agregat dalam berbagai campuran, termasuk semen, beton aspal
dan campuran lainnya yang proporsional.

3.2.2.4 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas
minimum 5000 gram atau lebih
b. Kontener Air
c. Keranjang Besi dan Penggantung
d. Handuk atau Kain Majun
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu 110°C
f. Loyang

3.2.2.5 BENDA UJI


Berat sampel agregat kasar disiapkan sebanyak 5000 gram

3.2.2.6 PROSEDUR
a. Sampel Agregat direnram selama 24 jam
b. Sampel agragat dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan
menggulungkan handuk pada tiap butiran.
c. Timbang sampel agregat kondisi SSD.
13
d. Sampel agregat dimasukan ke keranjang besi kemudian timbang dalam air setelah
keranjang digoyang-goyangkan di dalam air untuk melepaskan udara yang
terperangkap.
e. Masukan sampel agregat kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 110°C.
Setelah didinginkan ditimbang.

3.2.2.7 ANALISIS DAN HASIL


e. Berat Jenis Bulk
f. Berat Jenis SSD
g. Berat Jenis Semu
h. Penyerapan
Formulir 3.4 Penentuan Berat Jenis dan Penyerapan

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON


ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT KASAR
A. Berat Agregat kondisi SSD = 4296 gra
m
B. Berat Material dalam air = 2849 gra
m
C. Berat Material Kering Oven = 4200 gra
m
Berat Jenis Bulk = C/(A-B) = 2,9
Berat Jenis SSD = A/(A-B) = 2,97
Berat Jenis Semu = C/(C-B) = 3,11
Penyerapan = (A-C)/C 100% = 2,29

3.2.2.8 LAPORAN
a. Berat Jenis Bulk
C/(A-B) = 2,9
b. Berat Jenis SSD
A/(A-B) = 2,97
c. Berat Jenis Semu
C/(C-B) = 2,11
Penyerapan
(A-C)/C 100% = 2,29

14
3.3 Praktikum 3
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT

3.3.1 REFERENSI
ASTM C29 – Bulk Density (Unit Weight) and Voids in Aggregate
SNI 03-4804-1998 – Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam Agregat

3.3.2 TUJUAN
Menghitung berat volume agregat halus dan kasar.

3.3.3 PENJELASAN UMUM


Berat volume agregat digunakan untuk menentukan proporsi agregat yang digunakan
dalam campuran. Berat volume agregat dapat diartikan adalah perbandingan antara berat
material kering dengan volumenya.

3.3.4 ALAT
Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh.
a. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
b. Tongkat pemadat diameter 15mm, panjang 60cm yang ujungnya bulat, terbuat dari
baja tahan karat.
c. Mistar perata.
d. Sekop.
e. Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang.

3.3.5 BENDA UJI


Agregat halus dan kasar.

3.3.6 PROSEDUR
Masukan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah.
Keringkan dengan oven, suhu pada oven 110°C sampai berat menjadi tetap untuk
digunakan sebagai benda uji.
1. Berat Isi Lepas
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Masukan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran-butiran
agregat dengan ketinggian 3cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau
sekop.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W 2).
e. Hitung berat benda uji ((W3= W2-W1).
2. Berat Isi Padat
15
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukan sebanyak 25 kali perlapis
secara merata.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W 2).
e. Hitung berat benda uji ((W3= W2-W1).

3.3.7 ANALISIS DAN HASIL

W3
Berat Isi Agregat = ¿
V
Dimana :
V = isi wadah (dm 3)

Formulir 3.5 Pemeriksaan Bobot Isi Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON

PEMERIKSAAN BOBOT ISI AGREGAT HALUS

URAIAN PADAT LEPAS

A. Volume Wadah = 12528 cm3 = 12528 cm3


B. Berat Wadah = 6,93 kg = 6,93 kg
C. Berat Wadah + Benda Uji = 18,91 kg = 17,51 kg
D. Berat Benda Uji (C-B) = 11,98 kg = 10,58 kg
E. Berat Volume (D/A) = 0,0010 kg/cm3 = 0,0008 kg/cm3

16
Formulir 3.5 Pemeriksaan Bobot Isi Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON

PEMERIKSAAN BOBOT ISI AGREGAT KASAR

URAIAN PADAT LEPAS

A. Volume Wadah = 14843 cm3 = 14843 cm3


B. Berat Wadah = 9,49 kg = 9,49 kg
C. Berat Wadah + Benda Uji = 31,92 kg = 28,92 kg
D. Berat Benda Uji (C-B) = 22,43 kg = 19,43 kg
E. Berat Volume (D/A) = 0,0015 kg/cm3 = 0,0013 kg/cm3

3.3.8 LAPORAN
Pelaporan berisi hasil pemeriksaan berat volume agregat seperti pada tabel isian di atas.
a. Agregat halus
Berat volume lepas = 0,00083 kg/cm3
Berat volume padat = 0,0010 kg/cm3
b. Agregat kasar
Berat volume lepas = 0,0013 kg/cm3
Berat volume padat = 0,0015 kg/cm3

17
Praktikum 4
3.4 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

3.4.1 REFERENSI
SNI 03-1971-1990-Metode Pengujian

Kadar Air Agregat

3.4.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar yang terkandung dalam
agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat
agregat dalam kondisi kering terhadap terhadap berat semula yang dinyatakan dalam
persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang
disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

3.4.5 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat sampel
b. Oven dengan suhu 110°C
c. Tin Box tahan karat untuk pengeringan sampel agregat

3.4.6 BENDA UJI


Sampel Agregat Kasar dan Halus

PROSEDUR
a. Timbang dan catat berat tin box (W1)
b. Masukan sampel agregat ke dalam tin box, kemudian timbang dan catat berat tin box
+ sampel agregat (W2)
c. Hitung berat sempel agregat W3=W2-W1
d. Masukan tin box + sampel agregat dalam oven dengan suhu 110°C selama 24 jam
e. Timbang dan catat berat tin box + material kering oven (W 4).
f. Hitung berat sampel agregat kering oven W 5=W4-W1

ANALISIS DAN HASIL


Menghitung kadar air dalam agregat dengan persamaan berikut :

W 3−W 5
Kadar air dalam agregat = x 100 %
W5

Dimana :
W3 = Berat sampel agregat semula (gr)
W5 = Berat sampel agregat kering oven (gr)
18
Formulir 3.6 Pemeriksaan Kadar Air Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON


PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
1. A. Berat box = 12,50 gram
B. Berat box + sampel agregat = 49,06 gram
C. Berat sampel agregat (B-A) = 36,56 gram
D. Berat sampel agregat kering = 23,10 gram
oven
Kadar air = (C-D/D) x 100% = 18,74 %
(KA1)
2. A. Berat box = 12,40 gram
B. Berat box + sampel agregat = 46,39 gram
C. Berat sampel agregat (B-A) = 33,99 gram
D. Berat sampel agregat kering = 21,71 gram
oven
Kadar air = (C-D/D) x 100% = 10,03 %
(KA2)
3. A. Berat box = 13,92 gram
B. Berat box + sampel agregat = 53,02 gram
C. Berat sampel agregat (B-A) = 39,1 gram
D. Berat sampel agregat kering = 24,53 gram
oven
Kadar air = (C-D/D) x 100% = 12,71 %
(KA3)
KA 1+ KA 2 + KA 3
Kadar air = = 13,82 %
3

Formulir 3.6 Pemeriksaan Kadar Air Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON


PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR
1. A. Berat box = 13,80 gram
B. Berat box + sampel agregat = 71,5 gram
C. Berat sampel agregat (B-A) = 57,70 gram
D. Berat sampel agregat kering = 55,82 gram
oven
Kadar air = (C-D/D) x 100% = 3,37 %
19
(KA1)
2. A. Berat box = 13,23 gram
B. Berat box + sampel agregat = 71,21 gram
C. Berat sampel agregat (B-A) = 57,98 gram
D. Berat sampel agregat kering = 56,08 gram
oven
Kadar air = (C-D/D) x 100% = 3,39 %
(KA2)
3. A. Berat box = 11,49 gram
B. Berat box + sampel agregat = 68,14 gram
C. Berat sampel agregat (B-A) = 56,65 gram
D. Berat sampel agregat kering = 54,18 gram
oven
Kadar air = (C-D/D) x 100% = 4,56 %
(KA3)
KA 1+ KA 2 + KA 3
Kadar air = = 3,77 %
3

3.4.7 LAPORAN
Pelaporan berisi hasil kadar air dalam agregat sesuai pengamatan.
a. Agregat halus
KA 1+ KA 2 + KA 3 = 3,77 %
Kadar air =
3

b. Agregat Kasar
KA 1+ KA 2 + KA 3
Kadar air = = 13,82 %
3

20
3.5 Praktikum 5
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT

3.5.1 REFERENSI
SNI 03-1971-1990-Metode Pengujian Kadar Lumpur Agregat

3.5.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan besarnya (presentase) kadar lumpur dalam agregat
halus yang digunakan sebagai campuran beton.

3.5.3 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat sampel
b. Loyang
c. Oven dengan suhu 110°C

3.5.4 BENDA UJI


Sampel Agregat Kasar dan Halus

3.5.5 PROSEDUR
a. Sampel agregat dikeringkan dalam oven dengan suhu 110°C selama 24 jam
b. Timbang sampel agregat kering oven
c. Cuci sampel agregat berulang-ulang sampai bersih.
d. Sampel agregat dikeringkan kembali dalam oven dengan suhu 110°C selama 24
jam
e. Timbang sampel agregat kering oven.

3.5.6 ANALISIS DAN HASIL

Formulir 3.7 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON

21
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS

A. Berat sampel agregat kering oven (sebelum dicuci) = 2422,33 gram


B. Berat sampel agregat kering oven (setelah dicuci) = 2076,02 gram
Kadar Lumpur = (A-B)/B x 100% = 16,68 %

Formulir 3.7 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat

LABORATORIUM UJI MATERIAL BETON

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR

A. Berat sampel agregat kering oven (sebelum dicuci) = 2322,88 gram


B. Berat sampel agregat kering oven (setelah dicuci) = 2298,11 gram
Kadar Lumpur = (A-B)/B x 100% = 1,06 %

3.5.7 LAPORAN
Laporan berisi perbandingan antara hasil pemeriksaan kadar lumpur.
a. Kadar Lumpur Agregat Kasar = 1,06
b. Kadar Lumpur Agregat Halus = 16,68 %

22
3.6 Praktikum 6
RANCANGAN CAMPURAN BETON
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SK.SN-T15-1990-03)

Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode perancangan


campuran merurut SK.SNI-T15 antara lain :
3.6.1 Pemilihan proporsi campuran
Pemilihan proporsi campuran beton harus dilaksanakan menurut ketentuanketentuan
sebagai berikut :
1. Rancangan campuran beton ditentukan berdasarkan hubungan antara kuat tekan
dan factor air semen.
2. Untuk beton wngan nilai f’c lebih besar dari 20 Mpa proporsi campuran coba
serta serta pelaksanaan pruduksinya harus didasarkan pada penakaran berat.
3. Untuk beton dengan nilai f’c hingga 20 Mpa pelaksannan produksinya boleh
menggunakan penakaran voume. Penakaran volume ini harus didasarkan pada
perencanaan proporsi campuran dalam berat yang dikonversikan kedalam
volume melalui berat isi dari masing-masing.

3.6.2 Bahan
Air
Air harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
Semen
Semen harus memenuhi SII 0013-81 tentang mutu dan cara uji beton.
Agregat
Agregat harus memenuhi SII 0052-80 tentang mutu dan cara uji agregat beton.

3.6.3 Perhitungan proporsi campuran.


a. Menentukan kuat tekan beton yang disyaratkan pada 28 hari (f’c)
Kuat tekan beton ditetapkan sesuai dengan persyratan perencanaan strukturnya
dan kondisi setempat di lapangan. Kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat
tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah hanya 5% saja dari nilai tersebut.
Menentapkan nilai deviasi standar (sd).

23
Standar deviasi ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya, makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi
standar.

b. Menghitung nilai tambah margin (M).


Rumusnya : M=K.Sd Ket : M = Nilai
tambah K = 1,64
Sd = Standar Deviasi

Rumus diatas berlaku jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan


beton yang diuji kuat tekannya pada umur 28 hari. Jika tidak mempunyai data
pengalaman pembuatan beton atau mempunyai pengalaman kurang dari 15 benda
uji, nilai N langsung diambil 12 Mpa.
c. Menentukan kuat tekan rata-rata yang direncanakan.
Rumusnya : f’cr = f’c + M Ket : f’cr = Kuat tekan rata-rata
f’c = Kuat tekan beton yang disyaratkan
N = Nilai tambah.

d. Menetapkan jenis semen.


Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen pertland di Indonesia (SI 0013-81) di
bagi menjadi 5 jenis :
Jenis I, yaitu semen biasa yang cepat mengeras.
Jenis II, yaitu jenis semen yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III, yaitu jenis semen untuk struktur yang menuntut kekuatan yang tinggi
atau cepat mengeras.
Jenis IV, yaitu jenis semen yang menuntut untuk panas hidrasi yang rendah.
Jenis V, yaitu jenis semen yang sangat tahan terhadap sulfat.

f. Menetapkan jenis agregat (pasir dan kerikil).


Menurut peraturan SK-SNI-T-15-19990-03 kekasaran pasir dapat dibagi menjadi
4 kelompok menurut gradasinya yaitu, pasir halus, agak halus, agak kasar dan
kasar. Adapun jenis agregat kasar (kerikil) dibedakan menjadi 2 yaitu, kerikil
alami dan kerikil batu pecah. Agregat yang baik butirannya tajam, kuat, bersudut
dan tidak mengandung tanah atau kotoran lain yang lewat ayakan 0,075 mm yaitu
≤ 5% bagi pembuatan beton sampai 10 Mpa, dan untuk diatas 10 Mpa atau mutu
yang lebih tinggi yaitu tidak mengandung satu organic, kotoran yang lewat
ayakan ≤ 2,5%, terjadi variasi butir atau gradasi tidak bersifat kekal, tidak hancur
dan tidak reaktif yang negative terhadap alkali. Agregat kasar butir yang pipih
dan panjang harus ≤ 20% berat.

g. Menetapkan factor air semen (FAS)


Cara menetapkan factor air semen diperoleh dari nilai terendah ketiga cara

24
1. Misal, kuat tekan silinder (f’cr = 32 Mpa) pada saat umur beton 28 hari. Jenis
semen tipe I atau garis utuh. Cara tarik garis lurus dan memotong 28 hari
didapatkan factor air semen, yaitu 0,48. Jadi factor air semen pertama -0,48.
2. Diketahui jenis semen I, jenis agregat kasar batu pecah. Kuat tekan rataratanya
pada umur 28 hari, maka digunakan table di bawah ini.
3. Dengan melihat persyaratan untuk berbagai pembetotan dan lingkungan
khusus, beton yang berhubungan dengan air tanah mengandung sulfat dan
untuk beton bertulang terendam air.
Dengan cara ini diperoleh :
1. Untuk pembetonan di dalam ruang bangunan dan keadaan keliling
Non-korosif = 0,60
2. Untuk beton yang berhubungan dengan air tanah, dengan jenis semen tipe
I tanpa pozolan untuk tanah mengandung SOȝ antara 0,3-1,2 maka factor
air semennya diperoleh = 0,50.
3. Untuk beton bertulang dalam air tawar dan tipe semen I yaitu factor air
semennya = 0,50.

Dari ketiga cara diatas diperoleh masing-masing 0,6; 0,5 dan 0,5 di
ambil harga yang terendah yaitu 0,5; maka diperoleh factor air
semennya 0,5.

h. Menentapkan factor air semen maksimum.


Dengan cara pertam diperoleh factor air semen 0,48
Dengan cara kedua diperoleh factor air semen 0,56
Dengan cara ketiga diperoleh factor aiaar semen 0,50
Dalam perhitungan, digunakan factor air semen terendahnya yaitu 0,48.

i. Menetapkan nilai slump.


Dari table diatas untuk balok dan kolom nilai slumpnya antara 7,5-15,0.
Penerapan angka diatas memperhatikan pelaksanaan pembuatan, pengangukatan,
penuangan, pemadatan, jenis strukturnya, dialirkan dengan pipa terpompa, dan
dipadatkan dengan menggunakan alat getar.

j. Menetapkan ukuran besar butir agregat maksimum (kerikil).


Penetapan butiran maksimum diperoleh melalui pengayakan dan mmeperhatikan
nilai terkecil dari ketentuan-ketentuan dibawha ini, yaitu :
1. 3/4 kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tendon rategang atau selongsong
2. 1/3 kali tebal plat.
3. 1/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan.

Untuk mnetapkan butir maksimum dan menggunakan diameter maksimum 40


mm, 30 mm, 20 mm, 10 mm.
25
k. Menetapkan Kebutuhan air.
Unuk menetapkan Kebutuhan air per meter butir beton digunakan table dibawah
ini dan dilanjutkan dengan perhitungan :

A = 0,67 Ah + 0,33 Aĸ

Dengan : A= Jumlah air yang dibutuhkan, liter/m³


Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Aĸ = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

l. Menetapkapkan Kebutuhan semen.


Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan =

Jumlah air yang dibutuhkan (langkah 11)


Faktor air semen maksimum(langkah 8)

Misal jumlah air yang dibutuhkan 175 liter/m³ dan factor air semen
maksimumnya = 0,60
175
Jadi kbutuhan semuanya adalah = 291,67
060
,

m. Menetapkan Kebutuhan semen minimum. Kebutuhan semen minimum ditetapkan


lewat table antara lain untuk menghindari beton dari keruasakan akibat
lingkungan khusus misalnya lingkkungan korisif, air payau, dan air laut.
1) Jika digunakan air tawar, jenis semen I, agregat kerikil 40 mm diperoleh
semen minimum = 280 (table pertama).
2) Jika SOȝ dalam air tanah antara 0,3-1,2, jenis semen tipe I tanpa pozolan,
agregat kerrikil maksimum 40 mm, diperoleh semen minimum = 290 (table
kedua).
3) Jika beton didalam ruangan dan tanpa krosif, diperoleh semen minimum =
275. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kebutuhan semen minimumnya adalah :
280, 290 dan 275 Kg/m³, dan dipakai terendah yaitu 275 Kg/m³ beton.
Jika Kebutuhan semen yang diperoleh pada langkah 12, lebih kecil dari pada
Kebutuhan semen minimum, maka factor air semen harus diganti: jika
mengetahui factor air semen ditambah tetapi mutu beton tetap,
workabilitasnnya tinggi dan tambah lecek. Jika factor air semen dirubah maka
mutu beton menurun dan workabilitasnnya rendah.

n. Menetapkan Kebutuhan semen yang sesuai.


Untuk menetapkan Kebutuhan semen, lihat langkah 12, Kebutuhan semen dan
Kebutuhan semen minimummya; maka yang dipakai harga terbesar diantara
26
keduannya. Missal hasil hitungan diperoleh 370 dan Kebutuhan semen minimum
275, maka yang dipakai adalah 370 Kg.

o. Penyesuaian jumlah air atau factor air semen.


Jika jumlah semen pada langkah 12 dan langkah 14 berubah, maka factor air
semen berubah yang ditetapkan dengan :
1) Jika akan menurunkan factor air semen, maka factor air semen dihitung lagi
dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen minimum. Misal, Kebutuhan
semen yang dari hitungan = 370, Kebutuhan semen minimum 275 (ini harus
175
diubah), jumlah air yang diperoleh = 175. Factor air semennya = = 0,5
370
2) jadi FAS yang baru adalah 0,5
3) Jika akan menaikan jumlah air lakukan dengan cara jumlah semen minimum
dikalikan factor air semen. Missal, factor air semen 0,5, jumlah semen
minimum 275, maka jumlah air yang baru = 0,5 x 275 = 138

p. Menentukan golongan pasir.


Golongan pasir ditentukan dengan cara menghitung hasil ayakan hingga dapat
dditemukan golongannya.
Dalam SK-SNI-T-15-19990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4 daerah yaitu
Daerah I = pasir kasar
Daerah II = pasir agak kasar
Daerah III = pasir agak halus
Daerah IV = pasir halus
q. Menentukan perbandingan pasir dan kerikil.
Untuk menentukan perbandingan pasir dan kerikil dicacri dengan bantuan grafik
dibawah ini. dengan melihat nilai slump yang diinginkan, ukuran butir
maksimum, zone pasir, faktor air semen.
Misalnya : faktor air semen = 0,5
Zone / daerah pasir = daerah 2
Slump yang diinginkan = 100 mm
Agregat maksimum = 40 mm
Caranya,, factor air semen 0,5 tarik garis ke atas momotong garis 2 dan tarik garis
ke kiri teryata didapat 36% pasir, pada grafik ke empat (100 mm slump).

r. Menentukan berat jenis pasir dan kerikil


1) Jika tidak ada data, maka agregat alami (pasir) diambil 2,4 dan untuk kerikil
(pecahan) diambil 2,70.
Agregat normal berat jenis antara 2,5-2,7, dan beton yang dihasilkan mempunyai
berat jenis sampai dengan 5 dan sangat efektif sebagai pelindung radiasi sinar
X. Agregat ringan berat jenisny kurang dari 2 dan biasanya dipakai untuk non-
struktural.
2) Jika mempunyai data, dihitung dengan rumus

27
p k
Bj campuran = x Bj pasir + Bj kerikil
100 100

Diketahui : Bj campuran : berat jenis campuran


P : presentas pasir terhadap agregat campuran
K : presentas kerikil terhadap agregat campuran

s. Menentukan berat beton.


Untuk menentukan berat beton digunakan data berat jenis campuran dan
Kebutuhan air tiap meter kubik, setelah ada data, kemudian dimasukan kedalam
grafik beton dibawah ini.
Misalnya, jika berat jenis campuran 2,4
Kebutuhan air tiap meter kubik = 185
Caranya, tentukan angka 185 dan tarik garis ke atas memotong garis berat jenis
2,4 dan tarik garis ke kiri, dan tentukan berat jenis betonnya yaitu 2225 kg/m³

t. Menentukan Kebutuhan pasir dan kerikil

Berat pasir + berat kerikil = beton-kebutuhan air-kebutuhan semen

= langkah 19 – langkah 11 - langkah 12

Missal, berat beton 2235 kg/m³ = 2225


Kebutuhan air = 185
Kebutuhan semen terbesar = 370
Berat pasir + berat kerikil = 2225 – 185– 370
= 1670 kg
u. Menentukan Kebutuhan pasir.
Kebutuhan pasir = Kebutuhan pasir dan kerikil x presentase berat pasir
= langkah 20 x langkah 17
Missal, Kebutuhan pasi dan kerikil = 1695 kg
Presentase berat pasir = 36%
Maka Kebutuhan pasir = 1670 x 36%
36
= 1670 x
100
= 610, 2
= 611 kg (dibulatkan)

v. Menentukan kebutuhan kerikil.

Kebutuhan kerikil = Kebutuhan pasir dan kerikil – Kebutuhan pasir


= langkah 20 – langkah 21
28
Misalnya, Kebutuhan pasir dan kerikil 1695
Kebutuhan pasir = 611, maka
Kebutuhan kerikil = 1670-611 = 1059 kg

Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil dianggap
dalam keadaan jenuh kering, padahal biasanya di lapangan tidak jenuh kering,
maka hitunglah

Air = A−¿) x B− ( Ak−A 2


100 )
x

A 1−A 2
= B−(
100 )
Pasir xB

Ak− A 2
=C−(
100 )
Kerikil xC

Keterangan :
A = jumlah Kebutuhan air (liter/m³)
B = jumlah Kebutuhan pasir (kg/m³)
C = jumlah Kebutuhan kerikil (kg/m³)
Ah = kadar air sesungguhnya dalam pasir (%)
Ak = kadar air sesungguhnya dalam kerikil (%)
A1 = kadar air pada pasir jenuh kering muka (%)
A2 = kadar air pada kerikil jenuh kering muka (%)

Setelah semua perhitungan di atas selesai, dibuat kesimpulannya.


Kesimpulan :

Untuk 1 m³ beton (dengan berat beton kg) dibutuhkan =


Air =185 liter
Semen =3370 kg (1 sak=40 kg)
Pasir = 611 kg
Kerikil = 1059 kg
Untuk adukan (digunakan 1 kantong semen = 40 kg) dibutuhkan :
Air = 0,5 liter
Semen = 1 kg (1 sak = 40 kg)
Pasir =1,6 kg
Kerikil = 3 kg
Berat satu kali adukan = 3,08 skg

29
Praktikum 7
3.7.1 PERAWATAN (Curing)

3.7.2 REFERENSI
ASTM C31-Making and Curing Concrete Tes Specimens

3.7.3 TUJUAN
Membantu berlangsungnya reaksi kimia yang terjadi antara senyawa pembentukan beton

3.7.4 PENJELASAN UMUM


Praktikum ini memberikan persyaratan standar pembuatan dan perawatan benda uji
beton. Specimen dapat digunakan untuk menentukan kekuatan untuk desain, control
kualitas dan jaminan kualitas.

3.7.5 ALAT/KONDISI
a. Ruangan lembab dengan kelembaban relative tidak kurang dari 95%
b. Bak yang diisi air kapur jenuh untuk curing

3.7.6 BENDA UJI


Beton silinder/kubus

3.7.6 PROSEDUR
Letakan benda uji dalam ruangan lembab atau dengan perendaman di dalam air kapur.

30
Praktikum 8
3.8.1 PENGUJIAN KEKUATAN HANCUR BETON

3.8.2 REFERENSI
ASTM E8-Tension Testing of Metallic Materials

3.8.3 TUJUAN
Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dengan
dirawat (curing) di laboratorium. Kekuatan tekan beton adalah perbandingan beban
terhadap luas penampang beton.

3.8.4 ALAT
Alat yang digunakan dalam uji kuat beton adalah UTM dengan kapasitas 100 ton

3.8.5 BENDA UJI


Beton Silinder/Kubus

3.8.6 PROSEDUR
a. Ambil benda uji dari tempat perwatan
b. Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentris
c. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikan berangsur-angsur dengan kecepatan
berkisar antara 4 kg/cm2 sampai dengan 6 kg/cm2 perdetik.
d. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah benda uji beban
maksiumum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
e. Lakukan langkah a, b, c, dan d sesuai dengan jumlah benda uji.

3.8.7 ANALISA DAN HASIL


31
Hitung Kuat Tekan beton dengan persamaan berikut :

Kuat Tekan Beton = P/A

Dimana :
P = Beban maksimum, N
A = Luas Penampang Benda Uji, mm2

Luas alas Kubus = 150mm x 150mm = 22.500mm 2


Beban Maksimum Beton l = 182,5 KN/182500 N
Beban Maksimum Beton ll = 285 KN/285000 N
Beban Maksimum Beton lll = 315 KN/315000 N

Umur 7 Hari
Beton l = P/A
= 182500N/22500mm2
= 8,1N/mm2

Beton ll = P/A
= 285000N/22500mm2

=12,6N/mm2

Beton lll = P/A


= 315000N/22500mm2
= 14N/mm2

3.8.8 LAPORAN
Laporan berisi Kuat Tekan Beton (MPa) yang dicapai oleh sampel beton di hari ke-7,
ke14, ke-21 dan ke-28.
a. Beton l, Kuat Tekan Beton = 8,1N/mm 2 / 8,1Mpa
b. Beton ll, Kuat Tekan Beton = 12,6N/mm 2 / 12,6Mpa
c. Beton lll, Kuat Tekan Beton = 14N/mm 2 / 14Mpa

32
33

Anda mungkin juga menyukai