Laboratorium Uji Material Beton KLMPK 2
Laboratorium Uji Material Beton KLMPK 2
UJI BAHAN
1
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman Pelaksanaan Praktikum ini merupakan buku anduan dalam pelaksanaan
praktikum Rekayasa Beton yang dilaksanakan di Laboratorium Uji Material Beton,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ambon. Buku ini merupakan pegangan bagi
mahasiswa dalam menambah pengetahuan dalam bidang Rekayasa Beton melalui
kegiatan eksperimental.
Setelah menjelaskan mengenai beberapa prosedur dalam pelaksanaan praktikum, buku ini
juga menjanjikan pengetahuan mendasar mengenai sifat-sifat material dari beton.
I
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB l : PENDAHUALUAN
1.1 : Umum 1
1.2 : Jenis Praktikum 1
1.3 : Prosedur K3 Untuk Praktikan Dan Penggunaan Laboratorium
Uji Material Beton 1
1.4 : Metodologi Praktium 3
BAB ll : PERKENALAN ALAT_ALAT PRAKTIKUM
2.1 : Referensi 4
2.2 : Tujuan 4
2.3 : Alat 4
BAB III PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 : Praktikum 1 ( Analisa Saringan Agregat ) 6
3.1.1 : Referensi 6
3.1.2 : Tujuan 6
3.1.3 : Penjelasan Umum 6
3.1.4 : Alat 6
3.1.5 : Benda Uji 7
3.1.6 : Prosedur 7
3.1.7 : Analisis dan Hasil 7
3.1.8 : Laporan 8
III
3.8 : Praktikum 8 ( Pengujian Kekuatan Hancur Beton )
3.8.1 : Referensi 31
3.8.2 : Tujuan 31
3.8.3 : Alat 31
3.8.5 : Benda Uji 31
3.8.6 : Prosedur 31
3.8.7 : Analisis dan Hasil 31
3.8.8 : Laporan 32
IV
I. PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Praktikum sangat diperlukan dalam kegiatan akademis untuk menunjang pembelajaran.
Pelaksanaan praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami
teori yang diperoleh di kegiatan perkuliahan. Salah satu pengetahuan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa adalah pengetahuan mengenai material pembentuk beton. Material
tersebut merupakan material yang paling sering digunakan dalam suatu konstruksi
bangunan. Beton merupakan salah satu kesatuan yang heterogen yang terdiri dari air,
semen, agregat halus dan agregat kasar. Betapa pentingnya pemilihan yang baik dari
material pembentuk beton, karena kekuatan beton berhubungan erat dengan kekuatan dan
jenis material pembentuknya. Praktikum yang dilakukan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai sifat-sifat dan parameter pengujian material beton, serta
perencanaan dan pembuatan campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu. Agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar dan terarah diperlukan suatu panduan dalam
pelaksanaan praktikum. Hal ini yang menjadi dasar penyusunan Buku Panduan
Praktikum UJI MATERIAL BETON. Buku ini berisi penjelasan mengenai prosedur
praktikum sehingga masiswa diharuskan membaca dan memahami secara rinci prosedur
pelaksanaan sebelum menghadiri praktikum.
1
5 Jangan menggunakan pakaian yang menggangu pergerakan selama
melakukan kegiatan di laboratorium, seperti baju yang terlalu longgar dan
perhiasan yang terlalu menggantung.
6 Dilarang makan dan minum selama melakukan kegiatan praktikum dan
pengujian di laboratorium.
7 Dilarang merokok.
8 Dilarang bergurau, berteriak, bergerak atau berbicara yang tidak perlu yang
dapat mengganggu kegiatan praktikum maupun pengujian di laboratorium.
9 Dilarang mengoperasikan alat telekomunikasi selama praktikum sedang
berlangsung.
10 Dimohon untuk menjaga kebersihan laboratorium dan membuang sampah
pada tempat yang telah disediakan.
11 Baca prosedur pengujian dan tujuan dari pengujian sebelum melakukan
pengujian di laboratorium.
12 Jangan bekerja sendiri di laboratorium tanpa instruksi dari pengajar/teknisi
laboratorium.
13 Dilarang menggunakan peralatan laboratorium tanpa ijin dari
pengajar/teknisi laboratorium, atau orang yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan praktikum.
14 Jika terjadi kerusakan pada alat uji atau alat uji tiba-tiba bersuara aneh atau
mengeluarkan bau yang menyengat, segera laporkan kepada teknisi.
15 Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi di laboratorium kepada
pengajar/teknisi laboratorium, baik kecelakaan kecil maupun besar.
16 Laporkan setiap kondisi yang tidak aman atau berbahaya ketika melakukan
kegiatan di laboratorium kepada pengajar/teknisi laboratorium.
17 Jangan melakukan pekerjaan di tempat lalu lalang yang menghalangi jalan.
18 Setelah melakukan kegiatan di laboratorium, kembalikan alat uji dan benda
uji ke tempat semula.
19 Demi keamanan dihimbau untuk tidak meninggalkan barang tanpa
pengawasan.
2
1.4 METODOLOGI PRAKTIKUM
PRAKTIKUM PENGUJIAN
MATERIAL BETON
KESIMPULAN
3
II. PERKENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM
2.1 REFERENSI
Penggunaan alat-alat praktikum mengacu pada spesifikasi teknis untuk masing-masing
alat. Prosedur penggunaan alat serta informasi lain akan diberikan pada kegiatan
praktikum terkait sesuai standar yang berlaku.
2.2 TUJUAN
Memperkenalkan penggunaan alat-alat praktikum pada praktikan.
2.3 ALAT
a. Oven (Gambar 2.1)
b. Timbangan Digital (Gambar 2.2)
c. Timbangan Manual (Gambar 2.3)
d. Saringan (Gambar 2.4)
e. Conggreate Mixer (Gambar 2.5)
f. Kubus dan Silinder (Gambar 2.6)
g. Kerucut Uji (Gambar 2.7)
h. UTM (Gambar 2.8)
i. Picnometer (Gambar 2.9)
4
Gambar 2.5 Pengaduk Beton Gambar 2.6 Kubus dan Silinder
5
III. PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Praktikum 1
ANALISA SARIGAN AGREGAT (GRADASI)
3.1.1 REFERENSI
ASTM C136-Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates
SNI 03-1968-1990-Metode Pengujian Tentang Analisas Saringan Agregat Halus dan
Kasar
3.1.2 TUJUAN
Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar dengan uji
saringan.
3.1.4 ALAT
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.1% dari benda uji
b. Satu set saringan dengan ukuran :
3.1.6 PROSEDUR
a. Ambil sampel agregat (halus dan kasar) sesuai kebutuhan kemudian masukan kedalam
oven dengan suhu 110°C selama 24 jam.
b. Keluarkan material dari oven dan dinginkan
c. Timbang kembali berat sampel agregat yang digunakan
d. Persiapan saringan yang akan digunakan (timbang berat tiap saringan)
e. Saringan disusun sesuai dengan ketentuan, setelah itu masukan sampel agragat
kedalam saringan
f. Letakan saringan yang telah disusun + sampel agregat pada mesin penggetar dan
hidupkan selama 15 menit
g. Timbang berat agregat tertahan tiap saringan
3.1.8 LAPORAN
a. Presentasi material yang tertahan pada masing-masing saringan, presentasi kumulatif
dari material yang tertahan pada masing-masing saringan dan yang lolos
Agregat Halus
Nomor Ukuran Lubang Presentasi Presentasi
Saringan (mm) Kumulatif Tertahan Kumulatif Lolos
3” 75 0 0
1½” 37.5 0 0
3/4” 19 0 0
3/8” 9.5 0,60 99,40
8
No. 4 4.75 2,54 97,46
No. 8 2.36 6,21 93,79
No. 16 1.18 12,10 87,90
No. 30 0.6 22,93 77,07
No. 50 0.3 66,73 33,27
No. 100 0.15 85,55 14,45
No. 200 0.075 85,55 14,45
Pan - 100 0
Agregat Kasar
Nomor Ukuran Lubang Presentasi Presentasi
Saringan (mm) Kumulatif Tertahan Kumulatif Lolos
1½” 37.5 0 0
3/4” 19 23,47 78,53
3/8” 9.5 89,37 10,63
No. 4 4.75 98,18 1,82
No. 8 2.36 98,35 1,65
No. 16 1.18 98,39 1,61
No. 30 0.6 98,45 1,55
No. 50 0.3 98,65 1,35
No. 100 0.15 99,02 0,98
No. 200 0.075 99,02 0,98
Pan - 100 0
804,51
b. Modelus kehalusan
Modelus Kehalusan (MK) = Jumlah Persen Kumulatif Tertahan/100
= 804,51/100
= 8,05
9
GRAFIK ANALISA SARINGAN (AH)
120
80
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Diamter ayakan
60
50
GRAFIK ANLISA SARINGAN
40 (AK)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Diamter ayakan
3.2 Praktikum 2
ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
10
3.2.1 AGREGAT HALUS
3.2.1.1 REFERENSI
ASTM C128-Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
SNI 03-1970-1990-Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
3.2.1.2 TUJUAN
Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
3.2.1.4 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas
minimum 1000 gram atau lebih
b. Picnometer dengan kapasitas 500 gram
c. Kompor Hock
d. Wajan
e. Kerucut uji dan penumbuk
f. Mistar perata
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu 110°C
h. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
i. Loyang
3.2.1.6 PROSEDUR
a. Sampel agregat yang sudah disiapkan direndam selama 24 jam
b. Sampel agregat dikeringkan sampai mencapai kondisi SSD dengan cara dijemur atau
dipanaskan dengan kompor.
c. Untuk mengecek apakah agregat dalam kondisi SSD atau belum, masukan sampel
agregat yang sudah dijemur/dipanaskan kedalam kerucut uji dalam tiga lapisan yang
sama tebal dan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali, dengan
banyaknya tumbukan pemadatan lapisan pertama 8 kali, lapisan kedua 8 kali dan
lapisan ketiga 9 kali dengan jarak tongkat pemadat dan material maksimal 5 mm.
Setelah itu tambahkan sampel agregat melewati kerucut uji setebal 2 cm dan diratakan
dengan mistar.
d. Setelah itu kerucut diangkat tegak lurus. Kondisi SSD akan diperoleh jika
butiranbutiran sampel agregat longsor/gugur.
11
e. Ambil sampel agregat SSD sebanyak 500 gram
f. Isi picnometer dengan air sampai batas kemudian ditimbang
g. Tuang sebagian air dari picnometer kemudian masukan sampel agregat 500 gram tadi
kedalam picnometer. Hilangkan gelembung-gelembung udara
dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer, kemudian isi air sampai batas
dan timbang picnometer + air + material.
h. Tuang air dan material ke dalam loyang dengan hati-hati agar material tidak tumpah
keluar talam, kemudian masukan material dalam oven selama 24 jam.
i. Keluarkan material dari oven kemudian didinginkan dan ditimbang.
12
3.2.1.8
LAPORAN
a. Berat Jenis Bulk
D/(A+B-C) = 2,21
b. Berat Jenis SSD
A/(A+B-C) = 2,26
c. Berat Jenis Semu
D/(D+B-C) = 2,34
d. Penyerapan
(A-D)/D x 100% = 2,48
3.2.2.1 REFERENSI
ASTM C128-Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate
SNI 03-1970-1990-Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
3.2.2.2 TUJUAN
Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
3.2.2.4 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas
minimum 5000 gram atau lebih
b. Kontener Air
c. Keranjang Besi dan Penggantung
d. Handuk atau Kain Majun
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu 110°C
f. Loyang
3.2.2.6 PROSEDUR
a. Sampel Agregat direnram selama 24 jam
b. Sampel agragat dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan
menggulungkan handuk pada tiap butiran.
c. Timbang sampel agregat kondisi SSD.
13
d. Sampel agregat dimasukan ke keranjang besi kemudian timbang dalam air setelah
keranjang digoyang-goyangkan di dalam air untuk melepaskan udara yang
terperangkap.
e. Masukan sampel agregat kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 110°C.
Setelah didinginkan ditimbang.
3.2.2.8 LAPORAN
a. Berat Jenis Bulk
C/(A-B) = 2,9
b. Berat Jenis SSD
A/(A-B) = 2,97
c. Berat Jenis Semu
C/(C-B) = 2,11
Penyerapan
(A-C)/C 100% = 2,29
14
3.3 Praktikum 3
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT
3.3.1 REFERENSI
ASTM C29 – Bulk Density (Unit Weight) and Voids in Aggregate
SNI 03-4804-1998 – Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam Agregat
3.3.2 TUJUAN
Menghitung berat volume agregat halus dan kasar.
3.3.4 ALAT
Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh.
a. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
b. Tongkat pemadat diameter 15mm, panjang 60cm yang ujungnya bulat, terbuat dari
baja tahan karat.
c. Mistar perata.
d. Sekop.
e. Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang.
3.3.6 PROSEDUR
Masukan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah.
Keringkan dengan oven, suhu pada oven 110°C sampai berat menjadi tetap untuk
digunakan sebagai benda uji.
1. Berat Isi Lepas
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Masukan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran-butiran
agregat dengan ketinggian 3cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau
sekop.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W 2).
e. Hitung berat benda uji ((W3= W2-W1).
2. Berat Isi Padat
15
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukan sebanyak 25 kali perlapis
secara merata.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W 2).
e. Hitung berat benda uji ((W3= W2-W1).
W3
Berat Isi Agregat = ¿
V
Dimana :
V = isi wadah (dm 3)
16
Formulir 3.5 Pemeriksaan Bobot Isi Agregat
3.3.8 LAPORAN
Pelaporan berisi hasil pemeriksaan berat volume agregat seperti pada tabel isian di atas.
a. Agregat halus
Berat volume lepas = 0,00083 kg/cm3
Berat volume padat = 0,0010 kg/cm3
b. Agregat kasar
Berat volume lepas = 0,0013 kg/cm3
Berat volume padat = 0,0015 kg/cm3
17
Praktikum 4
3.4 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
3.4.1 REFERENSI
SNI 03-1971-1990-Metode Pengujian
3.4.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar yang terkandung dalam
agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat
agregat dalam kondisi kering terhadap terhadap berat semula yang dinyatakan dalam
persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang
disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
3.4.5 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat sampel
b. Oven dengan suhu 110°C
c. Tin Box tahan karat untuk pengeringan sampel agregat
PROSEDUR
a. Timbang dan catat berat tin box (W1)
b. Masukan sampel agregat ke dalam tin box, kemudian timbang dan catat berat tin box
+ sampel agregat (W2)
c. Hitung berat sempel agregat W3=W2-W1
d. Masukan tin box + sampel agregat dalam oven dengan suhu 110°C selama 24 jam
e. Timbang dan catat berat tin box + material kering oven (W 4).
f. Hitung berat sampel agregat kering oven W 5=W4-W1
W 3−W 5
Kadar air dalam agregat = x 100 %
W5
Dimana :
W3 = Berat sampel agregat semula (gr)
W5 = Berat sampel agregat kering oven (gr)
18
Formulir 3.6 Pemeriksaan Kadar Air Agregat
3.4.7 LAPORAN
Pelaporan berisi hasil kadar air dalam agregat sesuai pengamatan.
a. Agregat halus
KA 1+ KA 2 + KA 3 = 3,77 %
Kadar air =
3
b. Agregat Kasar
KA 1+ KA 2 + KA 3
Kadar air = = 13,82 %
3
20
3.5 Praktikum 5
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT
3.5.1 REFERENSI
SNI 03-1971-1990-Metode Pengujian Kadar Lumpur Agregat
3.5.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan besarnya (presentase) kadar lumpur dalam agregat
halus yang digunakan sebagai campuran beton.
3.5.3 ALAT
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat sampel
b. Loyang
c. Oven dengan suhu 110°C
3.5.5 PROSEDUR
a. Sampel agregat dikeringkan dalam oven dengan suhu 110°C selama 24 jam
b. Timbang sampel agregat kering oven
c. Cuci sampel agregat berulang-ulang sampai bersih.
d. Sampel agregat dikeringkan kembali dalam oven dengan suhu 110°C selama 24
jam
e. Timbang sampel agregat kering oven.
21
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
3.5.7 LAPORAN
Laporan berisi perbandingan antara hasil pemeriksaan kadar lumpur.
a. Kadar Lumpur Agregat Kasar = 1,06
b. Kadar Lumpur Agregat Halus = 16,68 %
22
3.6 Praktikum 6
RANCANGAN CAMPURAN BETON
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SK.SN-T15-1990-03)
3.6.2 Bahan
Air
Air harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
Semen
Semen harus memenuhi SII 0013-81 tentang mutu dan cara uji beton.
Agregat
Agregat harus memenuhi SII 0052-80 tentang mutu dan cara uji agregat beton.
23
Standar deviasi ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya, makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi
standar.
24
1. Misal, kuat tekan silinder (f’cr = 32 Mpa) pada saat umur beton 28 hari. Jenis
semen tipe I atau garis utuh. Cara tarik garis lurus dan memotong 28 hari
didapatkan factor air semen, yaitu 0,48. Jadi factor air semen pertama -0,48.
2. Diketahui jenis semen I, jenis agregat kasar batu pecah. Kuat tekan rataratanya
pada umur 28 hari, maka digunakan table di bawah ini.
3. Dengan melihat persyaratan untuk berbagai pembetotan dan lingkungan
khusus, beton yang berhubungan dengan air tanah mengandung sulfat dan
untuk beton bertulang terendam air.
Dengan cara ini diperoleh :
1. Untuk pembetonan di dalam ruang bangunan dan keadaan keliling
Non-korosif = 0,60
2. Untuk beton yang berhubungan dengan air tanah, dengan jenis semen tipe
I tanpa pozolan untuk tanah mengandung SOȝ antara 0,3-1,2 maka factor
air semennya diperoleh = 0,50.
3. Untuk beton bertulang dalam air tawar dan tipe semen I yaitu factor air
semennya = 0,50.
Dari ketiga cara diatas diperoleh masing-masing 0,6; 0,5 dan 0,5 di
ambil harga yang terendah yaitu 0,5; maka diperoleh factor air
semennya 0,5.
A = 0,67 Ah + 0,33 Aĸ
Misal jumlah air yang dibutuhkan 175 liter/m³ dan factor air semen
maksimumnya = 0,60
175
Jadi kbutuhan semuanya adalah = 291,67
060
,
27
p k
Bj campuran = x Bj pasir + Bj kerikil
100 100
Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil dianggap
dalam keadaan jenuh kering, padahal biasanya di lapangan tidak jenuh kering,
maka hitunglah
A 1−A 2
= B−(
100 )
Pasir xB
Ak− A 2
=C−(
100 )
Kerikil xC
Keterangan :
A = jumlah Kebutuhan air (liter/m³)
B = jumlah Kebutuhan pasir (kg/m³)
C = jumlah Kebutuhan kerikil (kg/m³)
Ah = kadar air sesungguhnya dalam pasir (%)
Ak = kadar air sesungguhnya dalam kerikil (%)
A1 = kadar air pada pasir jenuh kering muka (%)
A2 = kadar air pada kerikil jenuh kering muka (%)
29
Praktikum 7
3.7.1 PERAWATAN (Curing)
3.7.2 REFERENSI
ASTM C31-Making and Curing Concrete Tes Specimens
3.7.3 TUJUAN
Membantu berlangsungnya reaksi kimia yang terjadi antara senyawa pembentukan beton
3.7.5 ALAT/KONDISI
a. Ruangan lembab dengan kelembaban relative tidak kurang dari 95%
b. Bak yang diisi air kapur jenuh untuk curing
3.7.6 PROSEDUR
Letakan benda uji dalam ruangan lembab atau dengan perendaman di dalam air kapur.
30
Praktikum 8
3.8.1 PENGUJIAN KEKUATAN HANCUR BETON
3.8.2 REFERENSI
ASTM E8-Tension Testing of Metallic Materials
3.8.3 TUJUAN
Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dengan
dirawat (curing) di laboratorium. Kekuatan tekan beton adalah perbandingan beban
terhadap luas penampang beton.
3.8.4 ALAT
Alat yang digunakan dalam uji kuat beton adalah UTM dengan kapasitas 100 ton
3.8.6 PROSEDUR
a. Ambil benda uji dari tempat perwatan
b. Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentris
c. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikan berangsur-angsur dengan kecepatan
berkisar antara 4 kg/cm2 sampai dengan 6 kg/cm2 perdetik.
d. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah benda uji beban
maksiumum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
e. Lakukan langkah a, b, c, dan d sesuai dengan jumlah benda uji.
Dimana :
P = Beban maksimum, N
A = Luas Penampang Benda Uji, mm2
Umur 7 Hari
Beton l = P/A
= 182500N/22500mm2
= 8,1N/mm2
Beton ll = P/A
= 285000N/22500mm2
=12,6N/mm2
3.8.8 LAPORAN
Laporan berisi Kuat Tekan Beton (MPa) yang dicapai oleh sampel beton di hari ke-7,
ke14, ke-21 dan ke-28.
a. Beton l, Kuat Tekan Beton = 8,1N/mm 2 / 8,1Mpa
b. Beton ll, Kuat Tekan Beton = 12,6N/mm 2 / 12,6Mpa
c. Beton lll, Kuat Tekan Beton = 14N/mm 2 / 14Mpa
32
33