DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6 KELAS 1-1 PRODI D-IV MANAJEMEN ASET PUBLIK TA 2021/ 2022, dengan
anggota:
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Ruang Lingkup Belanja Negara" dengan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Keuangan
Negara 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu tentang Ruang Lingkup
Belanja Negara bagi para pembaca dan juga bagi kami sendiri.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Sunarya selaku dosen Mata
Kuliah Pengantar Keuangan Negara. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II Pembahasan............................................................................................3
2.1 Pengertian Belanja Negara.............................................................................3
2.2 Klasifikasi Belanja Negara...............................................................................3
2.3 Jenis Belanja Negara......................................................................................4
2.4 Tujuan Penggunaan Setiap Jenis Belanja ......................................................8
2.5 Ketentuan Umum Pelaksanaan Belanja Negara...........................................13
BAB III Penutup.................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................ 16
Daftar Pustaka...................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat meliputi belanja operasi (belanja pegawai,
belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial), belanja modal, belanja lain-lain.
Klasifikasi belanja menurut fungsi dibagi menjadi pelayanan umum, pertahanan, ketertiban
dan ketentraman, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman,
kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial. Menurut
fungsi artinya klasifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk penyusunan anggaran berbasis
kinerja guna memperoleh manfaat sebesar-besarnya. Rincian belanja Negara menurut
fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya,
agama, pendidikan dan perlindungan sosial, disesuaikan dengan tugas masing-masing
Kementerian Negara/Lembaga.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Belanja Negara
1.3.2 Untuk mengetahui klasifikasi dari Belanja Negara
1.3.3 Untuk mengetahui jenis Belanja Negara untuk Pemerintah Pusat dan Transfer ke
Daerah dan Dana Desa (TKDD)
1
1.3.4 Untuk mengetahui tujuan dari penggunaan setiap jenis Belanja
1.3.5 Untuk mengetahui ketentuan umum pelaksanaan Belanja Negara
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembaca terutama tentang Belanja Negara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
agraria, pertanian, perekonomian, perdagangan, perindustrian, dinas perbelanjaan,
perhubungan, pelajaran dan pekerjaan umum dan tenaga; (4) Sektor kebudayaan,
yang terdiri penerangan; pendidikan, pengajaran dan kebudayaan; dan, agama; (5)
Sektor sosial, yang terdiri dari: kesehatan, sosial, perburuhan; pergerakan tenaga
rakyat; Veteran; dan, (6) Sektor luar negeri. Klasifikasi fungsi dalam belanja negara
adalah pengelompokan anggaran Belanja Negara berdasarkan fungsi-fungsi
pemerintahan yang dilaksanakan oleh K/L dan BUN secara berjenjang.. Untuk
menyelenggrakan tugas dan fungsinya, Menteri/pimpinan Lembaga mengusulkan
fungi/subfungsi/program/kegiatan kepada kemenkeu dan Bappenas. Tujuan dari
Klasifikasi Fungsi ini adalah untuk menganalisis alokasi anggaran. Adapun tahap-
tahap dari klasifikasi fungsi ini adalah:
1. Mengkompilasi anggaran dari program-program yang termasuk fungsi atau
subfungsi yang bersangkutan.
2. Anggaran yang sudah dikompilasi diubah menjadi data statistik yang disusun
mengikuti standar data internasional sebagaimana ditetapkan dalam COFOG yang
dipublikasikan oleh PBB
3. Menjadi tools of analysis yang menggambarkan perkembangan belanja suatu
negara menurut fungsi/subfungsi/program yang dapat dibandingkan dengan negara
lainnya.
2.3 Jenis Belanja Negara untuk Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa (TKDD)
Belanja Negara untuk Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai
4
Belanja pegawai Belanja pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang maupun
barang yang diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan serta
pegawai honorer yang akan diangkat sebagai pegawai lingkup pemerintah. Baik
yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang
telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit organisasi
pemerintah. Belanja pegawai digunakan untuk belanja gaji dan tunjangan PNS dan
TNI/POLRI, belanja gaji dokter pegawai tidak tetap, belanja uang makan PNS,
belanja uang lauk pauk TNI/POLRI, belanja uang lembur PNS, dan lain-lain yang
berhubungan dengan pegawai.
2. Belanja Barang
Belanja barang Belanja barang adalah pengeluaran yang digunakan untuk
pembelian barang atau jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang atau jasa
yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan. Serta pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat di luar kriteria belanja
bantuan sosial serta belanja perjalanan. Belanja barang digunakan untuk belanja
barang operasional, belanja barang non-operasional, belanja barang badan layanan
umum (BLU), dan belanja barang untuk masyarakat atau entitas lain.
3. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan untuk pembayaran
perolehan aset atau menambah nilai aset tetap yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang ditetapkan pemerintah. Belanja modal digunakan untuk belanja modal
tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan,
belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, belanja modal lainnya, serta belanja modal
badan layanan umum (BLU).
4. Belanja Bunga Utang
Belanja bunga utang Belanja bunga utang adalah pengeluaran anggaran yang
digunakan untuk membayar kewajiban atas penggunaan pokok utang, baik utang
dalam negeri maupun utang luar negeri. Belanja bunga utang dihitung berdasarkan
ketentuan dan persyaratan dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru.
Pembayaran bunga utang meliputi pembayaran kewajiban pemerintah atas bunga
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan bunga obligasi negara, pembayaran
kewajiban pemerintah atas diskon SPN dan diskon obligasi negara, pembayaran
diskon SBSN, dan denda.
5. Belanja subsidi
Belanja subsidi Belanja subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada
perusahaan utuk memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan
jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga
jualnya dapat dijangkau masyarakat. Belanja subsidi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu belanja subsidi energi (BBM, LPG, tenaga listrik) dan belanja subsidi non-
energi.
6. Belanja Hibah
Belanja hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk transfer uang atau
barang kepada pemerintah negara lain, organisasi internasional, BUMN, BUMD,
serta pemerintah daerah. Belanja hibah bersifat sukarela, tidak wajib, tidak mengikat,
tidak perlu dibayar kembali serta tidak terus menerus. Dilakukan dengan naskah
perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah dengan pengalihan hak dalam
bentuk uang, barang, atau jasa.
7. Belanja Bantuan Sosial
Belanja bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Pengeluaran
ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bersifat tidak terus
menerus serta selektif. Belanja bantuan sosial digunakan untuk belanja rehabilitas
sosial, belanja pemberdayaan sosial, belanja perlindungan sosial, belanja
penanggulangan bencana, belanja jaminan sosial, dan belanja penanggulangan
kemiskinan.
8. Belanja Lain-Lain
5
Belanja lain-lain adalah pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran atas
kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, belanja bunga utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan
belanja bantuan sosial. Belanja lain-lain bersifat mendesak dan tidak bisa diprediksi.
Belanja lain-lain biasanya digunakan untuk belanja lain-lain dana cadangan dan
risiko fiskal, belanja lain-lain lembaga non-kementerian, belanja lain-lain bendahara
umum negara, dan belanja lain-lain tanggap darurat.
DASAR HUKUM
1. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan
Pemerintahan Daerah
2. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
3. PMK Nomor 04/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Transfer Ke Daerah.
PRINSIP UMUM
Transfer ke Daerah meliputi Transfer Dana Perimbangan dan Transfer Dana
Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Transfer Dana Perimbangan meliputi
1. Transfer Dana Bagi Hasil Pajak
2. Transfer Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
3. Transfer Dana Alokasi Umum
4. Transfer Dana Alokasi Khusus.
Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian meliputi:
1. Transfer Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat
2. Transfer Dana Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam
3. Transfer Dana Penyesuaian.
6
Dalam rangka penyaluran Transfer ke Daerah, Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah membuka rekening pada Bank Sentral dan/atau Bank
Umum dengan nama Rekening Kas Umum Daerah. Penyaluran Transfer ke Daerah
dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke
Rekening Kas Umum Daerah. Penyaluran DBH PBB dan DBH BPHTB:
1. Penyaluran DBH PBB dan DBH BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi
penerimaan PBB dan BPHTB tahun anggaran berjalan.
2. Penyaluran DBH PBB dan DBH BPTHB bagian daerah dilaksanakan secara
mingguan.
3. Penyaluran DBH PBB bagian pemerintah yang dibagikan secara merata kepada
seluruh kabupaten dan kota, dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu bulan April, bulan
Agustus, dan bulan November tahun anggaran berjalan.
4. Penyaluran DBH PBB bagian pemerintah yang dibagikan sebagai insentif kepada
kabupaten dan/kota dilaksanakan dalam bulan November tahun anggaran berjalan.
5. Penyaluran DBH BPTHB bagian pemerintah yang dialokasikan dengan porsi yang
sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota, dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu
bulan April, bulan Agustus, dan bulan November tahun anggaran berjalan.
Penyaluran Biaya Pemungutan PBB bagian daerah dilaksanakan secara bulanan.
Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21:
- Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan
prognosa realisasi penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun anggaran
berjalan.
- Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 bagian daerah
dilaksanakan secara triwulanan, dengan rincian sebagai berikut: Penyaluran
triwulan I sampai dengan triwulan III masing-masing sebesar 20% dari alokasi
sementara dan Penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pembagian
definitif dengan jumlah dana yang telah dicairkan selama triwulan I sampai dengan
triwulan III. Penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Penyaluran Dana
Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau diatur sesuai peraturan perundang-undangan.
PENYALURAN DAU
Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 dari
besaran alokasi masing masing daerah.
PENYALURAN DAK
Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) dilaksanakan secara bertahap:
1. Tahap I sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan setelah peraturan daerah
mengenai APBD diterima oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, paling
cepat dilaksanakan pada bulan Februari.
2. Tahap II sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat- lambatnya 15
hari kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap I, diterima oleh
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.
7
3. Tahap III sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15
hari kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap II, diterima oleh
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.
4. Tahap IV sebesar 10% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15
hari kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III, diterima oleh
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.
Laporan penyerapan penggunaan DAK disampaikan setelah penggunaan DAK telah
mencapai 90% dari penerimaan DAK sampai dengan tahap sebelumnya. Laporan
penyerapan penggunaan DAK tahap III diterima selambat- lambatnya ada tanggal 15
Desember tahun berjalan. Laporan disusun dengan menggunakan format
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor
04/PMK.07/2008. Laporan wajib disertai dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab
dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2008.
Penyaluran Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh. Penyaluran Dana
Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh dilaksanakan secara bertahap:
1. Tahap I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 15% dari alokasi.
2. Tahap II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dari alokasi. Tahap III
dilaksanakan pada bulan September sebesar 40% dari alokasi. Tahap IV
dilaksanakan pada bulan November sebesar 15% dari alokasi.
Penyaluran Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh Tahap II, III, dan
IV dilaksanakan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri.
Penyaluran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Papua
dan Papua Barat Penyaluran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi
Khusus Papua dan Papua Barat dilaksanakan secara bertahap setelah Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan mendapatkan surat hasil rekonsiliasi kegiatan
antara departemen teknis bersama dengan Provinsi Papua dan Papua Barat yang
disampaikan oleh departemen teknis, dengan rincian sebagai berikut:
1. Tahap I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 15% dari alokasi
2. Tahap II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dari alokasi
3. Tahap III dilaksanakan pada bulan September sebesar 40% dari alokasi
4. Tahap IV dilaksanakan pada bulan November sebesar 15% dari alokasi.
9
i) Belanja biaya pemeliharaan peralatan dan mesin tidak termasuk biaya
pemeliharaan yang dikapitalisasi
j) Belanja sewa gedung operasional sehari-hari satuan kerja
k) Belanja barang operasional lainnya yang diperlukan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar lainnya
2) Belanja barang non operasional merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang
habis pakai dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja suatu satuan kerja
dan umumnya pelayanan yang bersifat eksternal.
Jenis pengeluaran terdiri antara lain:
a) Honor yang terkait dengan output kegiatan
b) Belanja operasional terkait dengan penyelenggaraan administrasi kegiatan di
luar kantor, antara lain biaya paket rapat/pertemuan, ATK, uang saku, uang
transportasi lokal
c) Belanja jasa konsultan
d) Belanja sewa yang dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja
e) Belanja jasa profesi
f) Belanja biaya pemeliharaan non kapitalisasi yang dikaitkan dengan target
kinerja
g) Belanja jasa
h) Belanja perjalanan
i) Belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi
j) Belanja barang penunjang kegiatan tugas pembantuan
k) Belanja barang fisik lain tugas pembantuan
l) Belanja barang non operasional lainnya terkait dengan penetapan target
kinerja tahun yang direncanakan
3) Belanja barang Badan Layanan Umum (BLU) merupakan pengeluaran anggaran
belanja operasional BLU termasuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai BLU.
4) Belanja barang untuk masyarakat atau entitas lain merupakan pengeluaran
anggaran belanja negara untuk pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan kepada masyarakat atau entitas lainnya yang tujuan kegiatannya tidak
termasuk dalam kriteria kegiatan bantuan sosial.
c. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan untuk pembayaran
perolehan aset atau menambah nilai aset tetap yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Belanja modal dipergunakan untuk:
1) Belanja modal tanah
Seluruh pengeluaran untuk pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian,
balik nama, pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat tanah serta pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif
sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat
pembebasan/pembayaran ganti rugi sampai tanah tersebut siap digunakan/dipakai.
2) Belanja modal peralatan dan mesin.
Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya
instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan
sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan
3) Belanja modal gedung dan bangunan.
Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara kontraktual
sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau
biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak (kontraktual).
4) Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan.
10
Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan sampai
siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang
dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
Dalam belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian yang
meningkatkan masa manfaat, menambah nilai aset, dan di atas batas minimal nilai
kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan.
5) Belanja modal lainnya.
Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal untuk
pengadaan/pembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan
dalam perkiraan kriteria belanja modal Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan
Bangunan, Jaringan (Jalan, Irigasi dan lain-lain). Termasuk dalam belanja modal ini:
kontrak sewa beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-barang kesenian (art
pieces), barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan
ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah sepanjang tidak dimaksudkan untuk dijual dan
diserahkan kepada masyarakat.
6) Belanja modal Badan Layanan Umum (BLU)
Pengeluaran untuk pengadaan/perolehan/pembelian aset yang dipergunakan
dalam rangka penyelenggaraan operasional BLU.
“Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.”
Tugas dan wewenang KPA djabarkan lebih lanjut pada Pasal 8 yang berbunyi:
Dalam rangka pelaksanaan anggaran, KPA memiliki tugas dan wewenang
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara
Selanjutnya tugas dan wewenang PPK dijabarkan lebih lanjut menurut Pasal 12 (1)
yang berbunyi: Dalam rangka melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran Belanja Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang
menyusun rencana pelaksanaan Kegiatan dan rencana pencairan dana dan
melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara.
Pelaksanaan dan penyelesaian beban Belanja Negara diatur dalam Pasal 65, yang
berbunyi:
(1) Penyelesaian tagihan kepada Negara atas beban anggaran Belanja Negara yang
tertuang dalam APBN dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti yang sah untuk
memperoleh pembayaran.
(2) Pembayaran atas tagihan kepada Negara dilakukan secara langsung dari
Rekening Kas Umum Negara kepada yang berhak.
(3) Dalam hal pembayaran secara langsung kepada yang berhak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) belum dapat dilaksanakan, pembayaran secara langsung
atas tagihan kepada Negara dapat dilaksanakan melalui Bendahara Pengeluaran.
Pasal 81: Presiden atau Menteri/Pimpinan Lembaga menetapkan surat keputusan
kepegawaian yang mengakibatkan pembebanan pada anggaran Belanja Negara
14
Ketentuan pelaksanaan Anggaran Belanja yang diatur dalam Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara berisi sebagai berikut:
Pasal 3
1) Anggaran Belanja Rutin dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri.
2) Anggaran Belanja Pembangunan dibiayai dari Tabungan Pemerintah dan atau
sumber-sumber pembiayaan lainnya.
3) Menteri Keuangan mengatur penyediaan uang dan tata cara penyaluran dana
untuk membiayai Anggaran Belanja Negara sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah yang dituangkan dalam Undang-Undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 8
1) Jumlah yang dimuat dalam Anggaran Belanja Negara merupakan batas tertinggi
untuk tiap-tiap pengeluaran
2) Pimpinan dan atau pejabat Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen
tidak diperkenankan melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas
beban Anggaran Belanja Negara, jika dana untuk membiayai tindakan tersebut
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam Anggaran Belanja Negara.
3) Pimpinan dan atau pejabat Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen
tidak diperkenankan melakukan pengeluaran atas beban Anggaran Belanja
Negara untuk tujuan lain dari yang ditetapkan dalam Anggaran Belanja Negara.
4) Pengeluaran atas beban Anggaran Belanja Negara dilakukan berdasarkan bukti
atas hak yang sah untuk memperoleh pembayaran.
5) Pengeluaran atas beban Anggaran Belanja Negara didasarkan pada SKO atau
dokumen lain yang diberlakukan sebagai SKO.
Pasal 9
1) Dalam melaksanakan pengeluaran anggaran diusahakan standardisasi.
2) Standardisasi termasuk harga satuan pelbagai jenis barang dan kegiatan
ditetapkan secara berkala oleh Menteri/ pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen teknis terkait
Pasal 10
a. Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara didasarkan atas prinsipprinsip sebagai
berikut :
b. Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan;
c. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/ kegiatan, serta
fungsi setiap Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen;
d. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun
dan perekayasaan nasional dengan memperhatikan kemampuan/ potensi
nasional.
Pasal 11
a. Atas beban Anggaran Belanja Negara tidak diperkenankan melakukan
pengeluaran untuk keperluan :
b. Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya, hari ulang tahun/ hari jadi
Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen dan sebagainya.
c. Pemberian ucapan selamat, hadiah/ tanda mata, karangan bunga, dan
sebagainya untuk pelbagai peristiwa Iklan ucapan selamat dan sebagainya
Pesta untuk pelbagai peristiwa pada Departemen/ Lembaga Pemerintah Non
Departemen.
15
d. Pekan olahraga pada pelbagai Departemen/ Lembaga Pemerintah Non
Departemen Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/ keperluan yang sejenis/
serupa dengan yang tersebut di atas.
16
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan UU APBN 2020 No 9 tahun 2020 Belanja Negara adalah Kewajiban
Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri atas
belanja pemerintah pusat dan transfer ke Daerah dan Dana Desa.
1. Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 pasal 11, Belanja Negara dibagi menjadi dua,
belanja pemerintah pusat dan belanja daerah.
2. Belanja Pemerintah Pusat dibagi menjadi 8. Ada Belanja Pegawai yang tujuannya untuk
membayar pegawai pemerintah sebagai kompensasi atas pelaksanaan tugas-tugas
pemerintah. Ada Belanja Barang yang tujuannya untuk mendukung operasional
Pemerintah. Ada Belanja Modal yang tujuannya untuk pembayaran perolehan aset atau
menambah nilai aset tetap yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan
melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
pemerintah. Ada Belanja Bunga Utang yang digunakan untuk membayar kewajiban atas
penggunaan pokok utang, baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri. Ada
Belanja Subsidi yang diberikan kepada perusahaan untuk memproduksi, menjual,
mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Ada
Belanja Hibah. Ada Belanja Bantuan Sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan bersifat tidak terus menerus serta selektif. Ada belanja lain-lain yang
dipergunakan untuk pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam
kategori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga utang, belanja
subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial.
3. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dibagi menjadi lima. Pertama, Dana Bagi
Hasil yang tujuannya untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan
daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Kedua, Dana Alokasi Khusus
untuk pendanaan kegiatan-kegiatan daerah yang bersifat prioritas nasional. Ketiga,
Dana Alokasi Umum sebagai pemerataan kemampuan keuangan di setiap daerah untuk
mendanai berbagai kebutuhan dari daerah-daerah tersebut. Keempat, Dana
Penyesuaian untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan
pemerintah pusat dan membantu mendukung percepatan pembangunan di daerah.
Kelima, Dana Otonomi Khusus untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu
daerah.
4. Ketentuan Umum pelaksanaan Belanja Negara diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 190/PMK.05/2012
5. Pelaksanaan Belanja Negara melibatkan berbagai pihak, antara lain: PA/KPA, Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi kewenangan yang bertindak
sebagai pengambil keputusan dan tindakan, Bendahara Pengeluaran yang berperan
dalam hal keuangan yakni menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,
dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara. KPA memiliki
tugas untuk menyusun DIPA, menetapkan PPK dan PPSPM, menetapkan
panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
6. Belanja negara berdasaran klasifikasinya terbagi menjadi 3, yaitu klasifikasi berdasarkan
organisasi, klasifikasi berdasarkan fungsi, dan klasifikasi berdasarkan jenis belanja.
3.1 Saran
Demikian makalah mengenai ‘Ruang Lingkup Keuangan Negara’ yang telah kami buat,
Tentunya dalam materi Ruang Lingkup Keuangan Negara ini, masih banyak yang bisa
dipelajari dan dianalisis lebih mendalam. Untuk itu, masih terdapat beberapa kekurangan
17
dalam makalah yang telah kami buat, sehingga untuk beberapa hal yang terkait
pengembangan sangat kami harapkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 tahun 2008
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009
19