DISUSUN OLEH :
FINA ANGGITA
NIM :
20.14401.1.006
DOSEN :
UNIVERSITAS SAMAWA
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………i
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSRAKA……………………………………………………………………………………
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang
dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan lain
mengingat latar belakang anak berbeda. (Hidayat, Alimul Aziz A. 2009).
Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan, perkembangan dan rentang sakit.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran, atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu, bersifat kuantitatif sehingga bisa di ukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram), ukuran, panjang (cm, meter). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur. Dalam proses
berkembangnya anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial.
(Cahyaningsih, Sulistyo Dwi, 2011).
Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan
pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat
optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status
kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung (Hidayat, Alimul Aziz
A, 2009).
Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara
yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis tersebut adalah demam tifoid, yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan
yang kurang, hygiene pribadi serta perilaku masyarakat. (Mutiarasari dan Handayani, 2017).
1
Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu yang menderita tifoid
lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Case Fatality Rate (CFR)
diperkirakan 1–4% dengan rasio 10 kali lebih tinggi pada anak usia lebih tua (4%) dibandingkan anak
usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat meningkat hingga
20%.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 memperlihatkan bahwa gambaran 10 penyakit terbanyak pada
pasien rawat inap di rumah sakit, prevalensi kasus demam thypoid sebesar 5,13%.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Definisi
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik,
2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan
gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
2.1.2. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas
humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus selsel epitel (sel
m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di
ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan
menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa
melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini,
kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi).
(Lestari Titik, 2016).
3
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeriyang
sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel
endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya
penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua
dan ulserasi plak peyeri pada mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi
proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan
salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses. (Lestari
Titik, 2016).
4
2.1.4. Tanda dan gejala
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-
20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian
menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016)
2.1.4.1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
nyeri dan peradangan.
2.1.4.4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
6
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darahtergantung dai beberapa faktor :
2.1.5.4. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada akhir
minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua hingga minggu ketiga.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
2.1.6. Penatalaksanaan
2.1.6.1. Perawatan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
2.1.6.2. Diet
1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
2.1.6.3. Obat-obatan
2.1.7. Komplkasi
2.1.7.1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
10
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus
dapat menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh
klien. (Hutahaean Serri, 2010). Menurut sodikin 2012 pengkajian pada anak demam typhoid
antara lain:
2.2.1.1. Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.
Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing dan kurang
bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi). Pada kasus
yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu
tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik
setiap harinya biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat minggu ke
tiga, suhu beragsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ke tiga. Umumnya
kesadaran pasien menurun walaupun tidak berada dalam kedaaan yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epitaksis pada anak besar.
1) Kepala
Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata dan warna rambut.
11
3) Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek pupil mengecil ketika
terkena sinar.
4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering, dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna
kemerahan dan jarang disertai tremor.
5) Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.
6) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi konstipasi, atau
mungkin diare atau normal.
7) Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
8) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.
9) Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit
yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam).
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan
aneosinofillia pada permukaan yang sakit.
2) Darah untuk kultur (biakan darah, empedu) dan widal.
3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urine dan feses.
4) Pemeriksaan widal Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer
zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang
progresif (Nursalam Susianingrum, Rekawati Utami, Sri, 2008).
2.2.2.Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah
diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. (Hutahaean Serri, 2010)
Berdasarkan Nanda NIC NOC 2016 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
12
2.2.3. Intervensi
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Hasil Pengkajian yang didapat pada kedua pasien menunjukkan adanya beberapa tanda dan gejala
yang khas. Keluhan yang dirasakan oleh pasien 1 juga dirasakan oleh pasien 2. Keluhan yang
dirasakan adalah demam lebih dari satu minggu, terjadinya demam pada sore hingga malam hari,
badan lemas, dan terdapat hasil tes widal pada kedua pasien typhi O menunjukkan 1/320. Hal ini
yang menunjukkan ciri khas pada pasien demam typhoid yang biasanya muncul pasien.
3.1.2 Masalah yang sama-sama muncul pada kedua pasien diantaranya hipertermi, defisit nutrisi, defisit
pengetahuan dan resiko kekurangan volume cairan. Dan terdapat beberapa diagnosa berbeda pada
pasien 1 diagnosa yang muncul berupa konstipasi sedangkan pada pasien 2 diagnosa yang muncul
berupa gangguan pola tidur.
3.1.3 Perencanaan yang digunakan pada kedua pasien disesuaikan dengan masalah keperawatan yang
ditegakkan berdasarkan kriteria hasil, tanda dan gejala dan kondisi pasien saat ini.
3.1.4 Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
Dilakukan pada ke dua anak pada tanggal 18 April - 10 Mei 2019 selama ± selama 8 jam.
Masalah hipertermi pada kedua anak diatasi dengan melakukan observasi suhu tubuh,
menganjurkann menggunakan pakain yang tipis serta kolaborasi pemberian obat penurun panas.
Masalah defisit nutrisi di atasi dengan menganjurkan makan sedikit tapi sering. Masalah resiko
kekurangan volume cairan diatasi dengan dorong keluarga untuk membantu pasien minum untuk
membantu status cairannya. Dari tindakan yang diberikan peneliti memperoleh pengalaman
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit demam typhoid.
3.1.5 Akhir dari proses keperawatan yaitu evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, pada
evaluasi yang peneliti lakukan selama 3 hari pada pasien 1 dengan masalah keperawatan berupa
hipertermi, defisit nutrisi, konstipasi, defisit pengetahuan dan resiko kekurangan volume cairan
dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang ada. Evaluasi pada pasien 2 selama 3 hari diagnosa
seperti hipertermi, defisit nutrisi, gangguan pola tidur, defisit pengetahuan dan resiko kekurangan
volume cairan dapat teratasi dengan berdasarkan kriteria hasil.
14
3.2 Saran
Untuk menigkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam Typhoid
diperlukan adanya suatu perubahan dan perbaikan diantaranya:
Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan dan
menjadi bahan perbandingan pada peneliti selanjutnya melakukan penelitian pada pasien
demam typhoid.
15
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, M. Dkk. (2010). Ensiklopedia kesehatan untuk umum. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.
http:www.depkes.go.id/Downloads/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf.
http://www.depkes.go.id/Downloads/6472_Kaltim_Kota_Samarinda_2015
Salemba Medika.
Tim.
Typoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumaratas ejournal Keperawatan (eKp) Volume 3. Nomor 2.
tipoid Pada Pasien Anak Di RSU Anutapura Tahun 2013. Jurnal Ilmiah
Penerapan Diagnosa Nanda Nic Noc Dalam Berbagai Kasus Ed. Revisi
Nursalam, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
Pramitasari, Okky P. 2013. “Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada
Rijai, dkk. (2016). Karakteristik dan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam
Pelajar.