Makalah Isp Kel 7
Makalah Isp Kel 7
DI SUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD MADUN ( 200106083 )
2. ZAINUDIN ( 200106082 )
3. HIDAYATI ( 200106084 )
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Islam, Sains dan Peradaban. Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat
membantu menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi maupun
penulisan.Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan kemajuan sains dan teknologi di Barat, nilai-nilai
agama berangsur-angsur bergeser bahkan bersebrangan dengan ilmu. Bagi kalangan
ilmuwan Barat, agama adalah penghalang kemajuan karena beranggapan jika ingin maju
agama tidak boleh lagi mengurus masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia seperti
politik dan sains.
Revolusi industri di Inggris dan revolusi sosial politik di Perancis pada paruh ke-
dua abad ke-18, merupakan titik awal pencerahan (renaissance) di Eropa menuju
peradaban modern. Hal inilah yang mengantarkan Barat mencapai sukses luar biasa
dalam pengembangan teknologi masa depan. Sedangkan ummat Islam malah mengalami
kemunduran-kemunduran sistematik dalam alur peradabannya. Praktis dunia Islam
dewasa ini merupakan kawasan bumi yang paling terbelakang di antara penganut-
penganut agama besar di dunia dikarenakan begitu rendahnya kemajuan yang diraih dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan ummat Islam menjadi penonton bahkan
terbuai oleh kenikmatan semu yang disuguhkan oleh Barat dengan kecanggihan
teknologinya.
Sejak terjadinya pencerahan di Eropa, perkembangan ilmu-ilmu rasional dalam
semua bidang kajian sangat pesat dan hampir keseluruhannya dipelopori oleh ahli sains
dan cendikiawan Barat. Akibatnya, ilmu yang berkembang dibentuk dari acuan pemikiran
filsafah Barat yang dipengaruhi oleh sekularisme dan materialisme. Sehingga konsep,
penafsiran dan makna ilmu itu sendiri tidak bias terhindarkan dari pengaruh
pemikirannya. Ummat Islam mempelajari sains barat tanpa menyadari kaitan temali
historis Barat dan ilmu-ilmu Barat, sehingga ummat Islam pun terjatuh dalam hegemoni
Barat dan proses ini mengakibatkan esensi peradaban Islam semakin tidak berdaya di
tengah kemajuan peradaban Barat yang sekuler.
Menghadapi keadaan yang demikian itu, ummat Islam mencari sebab-sebabnya.
Sebab-sebab tersebut yang utama di antaranya karena ummat Islam tertinggal dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya perpecahan. Di kalangan ummat
Islam paling kurang timbul sikap menghadapi keterbelakangan dalam bidang ilmu
pengetahuan tersebut sebagai berikut:
1. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat
sebagai ilmu pengetahuan yang sekuler. Karena itu ilmu tersebut harus ditolak.
2. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwailmu pengetahuan Barat sebagai ilmu yang
bersifat netral. Karenanya ilmu tersebut harus diterima apa adanya tanpa disertai rasa
curiga dan sebagainya.
3. Sikap yang diadasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat
sebagai ilmu yang bersifat sekuler dan materialisme. Namun diterima oleh ummat
Islam dengan terlebih dahulu dilakukan proses Islamisasi.
Islamisasi ilmu pengetahuan telah menjadi tema dan term popular di kalangan
intelektual Islam, di Indonesia maupun di negara-negara lain. Hal tersebut tidak lepas dari
1
kesadaran ber-Islam di tengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di Ameriaka istilah ini telah menjadi simbol dari sebuah
keinginan besar untuk member warna Islam pada berbagai disiplin ilmu. Dengan sebuah
konsep bahwa ummat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat mana kala mampu
mentransformasiakan ilmu pengetahuan dalam memahami wahyu atau memahami wahyu
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Latar Belakang Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Bagaimana Telaah Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Islamisasi Ilmu
Pengetahuan?
3. Apa Tantangan Ilmu-Ilmu Islam Ditengah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Modern?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Latar Belakang Islamisasi Ilmu Pengetahuan
2. Untuk Mengetahui Telaah Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Islamisasi Ilmu
Pengetahuan
3. Untuk MengetahuiTantangan Ilmu-Ilmu Islam Ditengah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Modern
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada sekitar abad ke-8 masehi, pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, proses
Islamisasi ilmu ini berlanjut secara besar-besaran dengan dilakukannya penerjemahan
terhadap karya-karya dari Persia dan Yunani. Salah satu karya besar tentang usaha
Islamisasi ilmu adalah hadirnya karya Imam al-Ghazali Tahafutal-Falasifah. Hal yang
demikian walaupun tidak menggunakan pelabelan Islamisasi, tetapi aktivitas yang sudah
mereka lakukan semisal dengan makna Islamisasi. Ada dua tokoh yang dianggap sebagai
pencetus gagasan Islamisasi Pengetahuan yaitu Ismail Raji al-Faruqi (seorang sarjana
yang mendirikan lembaga International Instituteof Islam Thought di Amerika Serikat)
serta Syed M. Naquibal- Attas (seorang sarjana Budaya Melayu yang membentuk
lembaga International Instituteof Islam Thoughtand Civilization di Kuala Lumpur) 1.
Gagasan ini timbul sejak dasawarsa 1970-an.
1
M. Dawan Raharjo, Strategi Islamisasi Pengetahuan, (ed.) Moeflich Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Pustaka Cidesendo,2000), h. Xii.
2
Muhammad Ismail, Tiga Fase Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer,(www. Hidayatullah.com, 06
Desember 2009), h. 1.
3
pengetahuan.3Walaupun dalam perkembangannya Islamisasi Ilmu Pengetahuan dikritik,
tetapi gagasan Islamisasi ini merupakan suatu revolusi epistemologis yang merupakan
jawaban terhadap krisis epistemologyyangh bukan hanya melanda dunia Islam tapi juga
budaya dan peradaban Barat Sekuler.
3
Moh. Suef, Islamisasi Ilmu: Sejarah, Dasar, Pola dan Strategi, (Ululalbab.com, 07 Mei 2009), h. 2.
4
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Cet; XXVI: Jakarta: PT Gramedia, 2005), h.
332.
5
Moh. Suef, op. Cit, h.5
6
Marwah Daud Ibrahim, “Etika, Strategi Ilmu dan Teknologi Masa Depan” (ed.) Moeflich Hasbullah, Gagasan
dan Perdebatan Islamisdasi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Pustaka Cidesendo,2000), h. 100-101.
4
علَّ َم
َ ض ُه أم ث ُ َّم كُلَّ َها أاْل َ أس َما َء آدَ َم َو َ صا ِدقِينَ كُ أنت ُ أم ِإ أن َهؤ ََُلءِ ِبأ َ أس َماءِ ئُونِيِِأ َ أنب فَقَا َل أال َم ََل ِئ َك ِة
َ علَى
َ ع َر َ
7
Mulyadi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam, (Cet.I;Bandung: Mizan,
2003), h. 52
8
Marwah Daud Ibrahim, op. Cit, h. 103-105
5
1) Yang berhubungan dengan pengetahuan alam terdapat dalam QS Saba’(34) : 10
dan QS al-Hadid (57) : 25.
2) Yang berhubungan dengan geografi terdapat dalam QS al-Baqarah (2) : 22 dan
QS ar-Rad (13) :3’.
3) Yang berhubungan dengan kesehatan terdapat dalam QS al-Baqarah (2) :184 dan
222, al Mudatsir (74) : 74, al-Maidah (5) : 6, an-Nisa (4) : 43 dan al-A’raf (7) : 31.
4) Yang berhubungan dengan sejarah terdapat dalam QS Yusuf (12) : 109, al-Ashr
(103) : 2, Maryam (19) : 2-15, al-Maidah (5) : 110-120 dan al-Baqarah (2) : 30-
39.
5) Yang berhubungan dengan matematika terdapat dalam QS al-Isra’ (17) : 12 dan
14 serta al-Muzammil (73) : 20
6) Yang berhubungan dengan ekonomi terdapat dalam QS al-Baqarah (2) : 29, al-
Mulk (67) : 15, an-Naba’ (78) : 9-11 dan ad-Dhuha (93) : 6-8.9
Dari keaneka ragaman disiplin ilmu di masing-masing bidang dapat
diperlihatkan di dunia Barat, maka dalam hal ini Juhaya S Praja mengemukakan
pendapatnya bahwa upaya Islammisasi telah menunjukkan hasilnya di Barat.
Menurutnya ini adalah gejala aneh, mengapa tidak lahir di dunia Islam?. Alasannya
mungkin karena sarjana Muslim yang hidup di dunia Barat menghadapi langsung
tantangan dunia nyata terhadap Islam dan ummatnya. 10
c. Telaah Aksiologis
Istilah Islamisasi Ilmu Pengetahuan sering dipandang sekelompok pemikir
hanya sebagai proses penerapan etika Islam dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
kriteria suatu jenis ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan. Konsekuensi dari
epistemology Islamisasi Ilmu Pengetahuan, maka aksiologinya yaitu mengandung
nilai rohaniah atau moral yang bersumber dari agama (Islam) sifatnya adalah absolute
dan kebenarannya bersifat permanen. Hal ini karena bersumber dari Dzat yang
absolute (mutlak) yaitu Allah Swt.
Telaah aksiologi sasarannya adalah manfaat dari hasil kajian yang dijadikan
bahasan materi, dengan artian bahwa aksiologidiartikan nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. 11Dalam hubungannya dengan Islamisasi
Ilmu Pengetahuan, dapat dikatakan bahwa dengan Islamisasi dapat diketahui dengan
9
Miska Muhammad Samin, Epistemologi Islam, Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 2006), h. 17-19.
10
Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu Dalam Islam dan Penerapannya di Indonesia, Jakarta:
Teraju,2002), h. 222
11
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Cet.II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h,533
6
jelas kalau Islam bukan hanya mengatur segi-segi ritualitas dalam arti shalat, puasa,
zakat dan haji saja, melainkan sebuah ajaran yang mengintegrasikan segi-segi
kehidupan duniawi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain beberapa hal di atas, juga muncul para filosof dan cendikiawan muslim
tidak lain oleh karena mereka bukan hanya menguasai ilmu-ilmu Islam saja tetapi juga
menguasai ilmu-ilmu yang datang dari Barat. Dengan ilmu, mereka dapat mempelajari
gejala alam dan menciptakan peralatan untuk mengontrol gejala-gejala alam sesuai
dengan hukumnya.
3. Tantangan Ilmu-Ilmu Keislaman di Tengah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Modern
Perjalanan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, semula adalah muncul di
Yunani pada Abad ke enam sebelum masehi. Ilmu pengetahuan yang banyak berkaitan
dengan dunia materi pada waktu itu masih bersatu dengan dunia filsafat yang banyak
memusatkan perhatiannya pada dunia metafisika (dunia dibalik materi). Ilmu dan Filsafat
masih berada dalam satu tangan.
12
Mehdi Nakoesteen, Op.Cit., h. 22
13
Harun Nasutioan, Islam Rasional, Op.Cit., h. 410
14
Harun Nasution, Islam Rasional, Op.Cit., h. 410
7
penterjemah buku-buku karya ulama Muslim ke dalam bahasa Latin, sehingga melahirkan
renaissans di Italia. 15 Juga terjadinya kontak Islam – Kristen selama perang salib. Sejak
peristiwa ini, ilmu pengetahuan dan filsafat yang telah dikuasai oleh dunia Islam dibawa
kembali ke dunia Barat (Eropa) dan sebagai akibatnya, Eropa keluar dari masa kegelapan
dan memasuki masa renaisans selanjutnya memasuki abad modern dengan kemajuan
teknologinya yang cepat dan spektakuler. Sifat ilmu pengetahuan yang semula masih
bersatu dalam kesatuan filsafat dan agama, pada masa renaissans Eropa hingga memasuki
zaman modern seperti saat ini. Ilmu pengetahuan hanya memusatkan perhatiannya kepada
dunia materi. Terlepas nilai filsafat maupun agama, sehingga kemudian muncul suatu
paham apa yang disebut dengan “Humanisme” yang mengakui bahwa manusia dengan
segala kemampuannya merupakan sumber kekuatan yang melebihi kekuatankekuatan
lainnya sehingga menyisihkan peranan dan kedaulatan Tuhan.16 Dari pengaruh faham
materi inilah yang mendorong bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda,
Inggris dan Perancis berlomba-lomba merebut wilayah Islam yang membentang dari
Atlantik hingga Pasifik. Dunia Islam harus mengakui akan kekuatan Barat (Eropa) baik
secara, ekonomi, militer maupun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuannya. Terlebih
lagi setelah menyadari kekalahannya atas peristiwa invasi Mesir oleh Napoleon pada
tahun 1789.17
15
Ibid., h. 301-302
16
Moh. Natsir Mahmud, Bunga Rampai, Epistemologi dan Metode Studi Islam (Ujung Pandang : IAIN
Alauddin, 1998), h. 17
17
Sayyed Hossein Nasr, Op.Cit., h. 124-125
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Jilid 2 ; Yograkarta : Fak. Psikologi UGM, 1983),. H. 42
19
A. Baiquni, Op.Cit., h.6
8
menggunakan alat khusus untuk melakukan proses penelitian kimia sebagaimana
lazimnya dilakukan oleh para ahli kimia, seperti adanya destilasi, kristalisasi, kalsinasi
dan lain sebagainya. Yang pada akhirnya buku-buku al-Razi tentang ilmu kimia
dianggap sebagai manual atau buku pegangan laboratorium kimia yang pertama di
dunia yang banyak dipergunakan oleh sarjana-sarjana barat setelah menyelesaikan
studinya di UniversitasUniversitas Islam Toledo maupun Cordova.20
b. Dikalangan Islam masih banyak yang menekankan studi pustaka daripada studi atas
realitas sosio-kultural. Akibatnya terjadi kurang berkembangnya literatur-literatur
tentang ilmu-ilmu Empiris Islam, seperti : sosiologi Islam, antropologi Islam,
psikologi Islam, ekonomi Islam dan sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan ilmu
pengetahuan empiris Islam yang pernah dikembangkan oleh ilmuan Muslim di abad
renaissans Islam, dimana hasil karya ilmuan muslim banyak yang dijadikan sumber
rujukan dalam studi pustaka, hal ini dapat dilihat seperti pada buku Al-Fihrist (index
of the science) karya besar Ibn Ya‟qub an-Nadim, berisi tentang ensiklopedis
monumental yang masih signifikan hingga abad ini. Termasuk bidang zoologi oleh ad-
Dinawari, Book of Animals oleh al-Jahiz, book of roads and provinces oleh Ibn
Khurdadbih dan dalam Book of the countries oleh al-ya’qubi dan masih banyak yang
lainnya. 21
c. Belum adanya paradigma yang jelas tentang posisi nilai normatif, eksistensi dan
struktur keilmuan Islam. Sebagai misal dalam menyikapi problematika tantangan
modernisasi yang ditandai oleh pesatnya perkembangan industrialisasi, transformasi,
canggihnya alat-alat informasi, dan kuatnya paham rasionalisme yang apabila
dihadapkan kepada agama, di kalangan muslim belum mampu menyelesaikan dengan
cara dialektis tetapi masih bersifat normatif. 22 Dan para peneliti muslim masih kurang
siap menghadapi atau menolak gagasan asing, karena tidak adanya persiapan secara
memadai untuk melawan mereka melalui telaah mendalam dan penolakan terhadap
promis-promis palsu. 23 Akibat yang ditimbulkan tentang posisi nilai normative,
eksistensi dan struktur keilmuan Islam menjadi tidak jelas. Ada yang datang dari
Barat, seperti westernisasi, rasionalisme, sekularisme, gagasan filsafat Barat dan
semua yang berbau ke barat-baratan ditolak bahkan dikafirkannya. 24
20
Ibid., h.8
21
Mehdi Nakoesteen, Op.cit., h. 213-217
22
Taufik Adnan Amal, Islam dan tantangan modernitas, Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman (Cet. VI ;
Bandung : Mizan, 1996), h. 38
23
Jamaluddin Rakhmat, Islam Alternatif (Cet. IV ; Bandung : Mizan, 1991), h. 176.
24
Sayyad Hossein Nasr, Op.Cit. h.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Latar Belakang Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pandangan Islam terhadap ilmu menjadi landasan bagi pengembangan ilmu
disepanjang sejarah kehidupan ummat Islam, sejak dari zaman klasik sampai sekarang.
Sejak kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar terhadap
ilmu dan menawarkan cahaya untuk mengubah jahiliyah menuju masyarakat yang
berilmu dan beradab. Proses Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya telah
berlangsung sejak permulaan Islam hingga zaman kita sekarang ini. Ayat-ayat yang
diwahyukan kepada Nabi saw secara jelas menegaskan semangat Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, yaitu ketika Allah menekankan bahwa Dia adalah sumber dan asal ilmu
manusia.
10
3. Tantangan Ilmu-Ilmu Keislaman di Tengah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Modern
a. Masih banyak menggunakan logika deduktif, maksudnya dalam hal
mengembangkan ilmu pengetahuan masih bertolah pada pengetahuan fakta-fakta
yang bersifat umum kemudian ditarik ke dalam kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat khusus
b. Dikalangan Islam masih banyak yang menekankan studi pustaka daripada studi
atas realitas sosio-kultural. Akibatnya terjadi kurang berkembangnya literatur-
literatur tentang ilmu-ilmu Empiris Islam, seperti : sosiologi Islam, antropologi
Islam, psikologi Islam, ekonomi Islam dan sebagainya
c. Belum adanya paradigma yang jelas tentang posisi nilai normatif, eksistensi dan
struktur keilmuan Islam. Sebagai misal dalam menyikapi problematika tantangan
modernisasi yang ditandai oleh pesatnya perkembangan industrialisasi,
transformasi, canggihnya alat-alat informasi, dan kuatnya paham rasionalisme
yang apabila dihadapkan kepada agama, di kalangan muslim belum mampu
menyelesaikan dengan cara dialektis tetapi masih bersifat normatif
B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca makalah ini agar membaca makalah ini
dengan baik agar dapat memahami isi dan bisa mengetahui tentang Islam dan Ilmu
Pengetahuan. Jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini saya selaku
penyusunnya sangat mengharapkan kritikan yang membangun agar kedepannya saya bisa
mengembangkan pembuatan makaalah ini lebih baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ibid.
Moh. Natsir Mahmud, Bunga Rampai, Epistemologi dan Metode Studi Islam (Ujung
Pandang : IAIN Alauddin, 1998)
Sayyed Hossein Nasr, Op.Cit.
Taufik Adnan Amal, Islam dan tantangan modernitas, Studi Atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman (Cet. VI ; Bandung : Mizan, 1996)
Jamaluddin Rakhmat, Islam Alternatif (Cet. IV ; Bandung : Mizan, 1991)
Sayyad Hossein Nasr, Op.Cit
12