Anda di halaman 1dari 17

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,

tetapi Proklamasi bukanlah titik akhir dari perjuangan bangsa Indonesia untuk

melepaskan diri dari penjajahan.Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan

Indonesia, justru mencoba masuk kembali ke Indonesia untuk melakukan

kolonialisme dan imprelialisme, sehingga berkobarlah perang kemerdekaan

bangsa Indonesia untuk mengusir Belanda dari tanah air Indonesia. Akibat

perjuangan Indonesia dan dukungan forum internasional, Belanda akhirnya

mengakui kemerdekaan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar tahun 1949.1

Konferensi Meja Bundar dipandang sebagai sumber munculnya sengketa

Irian Barat, dalam persetujuan KMB disebutkan bahwa Belanda akan

menyerahkan kedaulatan sepenuhnya kepada Indonesia tetapi untuk wilayah Irian

Barat baru akan dibicarakan lagi paling lambat satu tahun setelah Konferensi Meja

Bundar.2 Upaya Belanda untuk memisahkan wilayah Irian Barat dari Indonesia

ada berbagai alasan, ternyata terungkap juga ketika pemerintah Belanda pada

tanggal 6 Februari 1947 memasukkan wilayah Irian Barat dalam suatu persetujuan

pembentukan South Pacific Commission. Organisasi tersebut berkedudukan di

Noumea, beranggotakan negara-negara yang belum berpemerintahan sendiri dan

terletak di Samudera Pasifik sebelah selatan Khatulistiwa, apabila Belanda

1
Anonim, Sejarah Proses Integrasi Irian Jaya, Jakarta: Depdikbud, Hlm 1.
2
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di DenHaag,
Belanda, dari tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Indonesia, Belanda
dan BFO yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di Indonesia.

1
2

memang ingin memasukkan wilayah Irian Barat ke Indonesia maka hal itu

merupakan tindakan yang aneh. Semenjak itu Belanda mencoba meyakinkan pada

dunia bahwa Irian Barat merupakan daerah yang tidak berpemerintahan sendiri

dan kebudayaan penduduk masih sangat terbelakang.3

Saat situasi konflik antara Indonesia dan Belanda tidak dapat terselesaikan

maka munculah patriot-patriot bangsa, yang rela menyerahkan jiwa dan raganya

untuk kepentingan menegakkan kemerdekaan, dalam kaitannya dengan semangat

kepatriotan tersebut akhirnya tercatatlah sederetan nama yang terhormat. Setelah

bermunculan para patriot bangsa secara terus menerus dan mencoba melakukan

perundingan baik melalui meja perundingan, diplomasi, dan angkat senjata maka

Belanda semakin terpojok dan terpaksa menyerahkan Irian Barat ke Indonesia

setelah 12 tahun dikuasainya.

Dalam upaya pembebasan Irian Barat banyak tokoh yang turut berperan

aktif salah satunya adalah pemuda kelahiran Biak, Irian Jaya yaitu Frans

Kaisiepo.4 Bulan Juli tahun 1946 Frans menggagas berdirinya Partai Indonesia

Merdeka di Biak Saat Belanda mengadakan konferensi Malino di Sulawesi

Selatan yang membahas rencana pembentukan Negara Indonesia Timur, Frans

Kaisiepo menjadi anggota delegasi Irian Barat dan Menentang rencana Belanda

tersebut. Bahkan Frans mengganti nama Netherland Nieuwe Guinea dengan Irian.

Inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengkaji penelitian tentang Frans

Kaisiepo dalam pembebasan Irian Barat tahun 1949-1969.

3
Ibid., Hlm 3
4
Kisdiantoro, Frans Kaisiepo pejuang pembebasan yang berani dari tahan Papua,
Jakarta: Bee Media Pustaka, 2017, Hlm 20

2
3

Pada tanggal 14 Desember 1961 Presiden Sukarnomencetuskan Trikora

sebagai upaya membebaskan Irian yang dilanjutkan dengan operasi militer.5 Frans

Kaisiepo turut aktif membantu TNI untuk mendarat di Irian Barat, ketika Operasi

Trikora6 berakhir perjuangan dilanjutkan melalui jalur diplomasi tanggal 1 Mei

1963 serta secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerahkan Irian Barat

kepada pemerintah Indonesia.Karena banyak jasanya frans dijadikan Pahlawan

Nasional sekaligus Nama Frans kaisiepo diabadikan sebagai nama bandara di

Biak, Kapal perang. Perjuangan Frans Kaisiepo sangat membantu Indonesia

dalam merebut kembali Irian Barat ke NKRI karena itulah penulis merasa sangat

tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam peranannya dalam bentuk skripsi dengan

judul Perjuangan Frans Kaisiepo Dalam Pembebasan Irian Barat 1949-1969

1.2.Rumusan Masalah

Untuk mengetahui perjuangan Frans Kaisiepo dalam pembebasan Irian

Barat 1949-1969, maka akan dikaji beberapa permasalahan dari apa yang akan

dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana sengketa Irian Barat antara Indonesia dan Belanda ?

2. Bagaimana perjuangan Frans Kaisiepo dalam upaya pembebasan Irian Barat

1949-1969 ?

3. Bagaimana dampak perjuangan Frans Kaisiepo dalam pembebasan Irian Barat?

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian bertujuan agar penelitian ini lebih terarah, terfokus

dan menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka peneliti perlu

5
Ibid., Hlmn 43
6
Operasi Trikora adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk
menggabungkan wilayah Irian Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumumkan
pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta dan membentu Komando Mandala.

3
4

membatasi pembahasan khususnya batasan tempat dan waktu. Ruang lingkup

waktu atau temporal dalam penelitian ini adalah dari tahun 1946-1969. Tahun

1946 dijadikan batasan awal karena pada tahun tersebut Tentara Sekutu NICA

kembali ke Indonesia lalu terjadilah perjanjian Linggarjati dan dilanjutkan dengan

perjanjian Renville yang dalam perjanjian tersebut wilayah Indonesia semakin

sedikit serta Belanda membentuk negara-negara boneka di Indonesia.

Konflik tersebut ternyata semakin meruncing dengan adanya penolakan dari

pihak Belanda untuk mengembalikan Irian Barat. Tahun 1969 dijadikan batas

akhir karena pada 4 Agustus 1969 nasib Irian Barat ditentukan oleh Pepera dan

hasilnya suara bulat dari masyarakat papua adalah tetap bergabung dengan

Indonesia. Melalui resolusi No. 2504 pada tanggal 19 November 1969, secara

resmi papua dinyatakan kembali kedalam pangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Ruang lingkup spasial atau tempat penelitian ini adalah

Indonesia mengingat fokus utama persengketaan antara Indonesia dan Belanda.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk menjawab berbagai masalah yang berkaitan

dengan Perjuangan Frans Kaisiepo dalam pembebasan Irian Barat. Untuk itu

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sengketa Irian Barat antara Indonesia dan Belanda.

2. Untuk mengetahui perjuangan Frans Kaisiepo dalam upaya pembebasan Irian

Barat 1949-1969.

3. Untuk mengetahui dampak perjuangan Frans Kaisiepo dalam pembebasan Irian

Barat.

4
5

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang baik bagi

semua kalangan masyarakat, sehingga berdasarkan rumusan masalah dan tujuan

penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1.5.1 Bagi Mahasiswa

1. Memperkaya penulisan Sejarah terutama tentang Sejarah Indonesia Setelah

kemerdekaan.

2. Mengetahui perjuangan Frans Kaisiepo sebagai pahlawan Nasional yang

mampu membantu Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat dari Belanda .

3. Memberikan pengetahuan bagaimana perjuangan para pahlawan bangsa

melawan belanda yang sudah sekian lama menjajah Indonesia serta merebut

dan memperjuangkan Irian Barat agar kembali ke NKRI

1.5.2 Bagi Masyarakat

1. Mendorong masyarakat umum agar berfikir ilmiah dan dinamis tentang

perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan agar NKRI tetap utuh serta

masyarakat masa kini juga harus berperan aktif dalam menjaga keutuhan

NKRI sebagai wujud penghargaan kepada para pahlawan bangsa.

2. Meningkatkan rasa saling menghargai dalam bermasyarakat serta bersama-

sama menjaga persatuan dan kesatuan dari berbagai pengaruh dunia luar yang

dapat memecah belah NKRI.

3. Mengetahui perjuangan para tokoh nasional yang sudah bersusah payah agar

Irian Barat kembali kedalam wilayah Indonesia.

5
6

4. Mengetahui bahwasannya dalam kehidupan sehari-hari uang 10.000,- yang

digunakan untuk belanja adalah gambar tokoh pahlawan penyatu Irian Barat

kedalam wilayah NKRI.

1.5.3 Bagi Dunia Pendidikan

1. Sebagai bahan bacaan dan literatur tentang perjuangan para pahlawan dalam

memperjuangkan Irian Barat.

2. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan karya tulis yang berhubungan

dengan masalah Irian Barat.

1.6 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah penelusuran pustaka penelitian serta

mengemukakan pendapat para ahli dan hasil penelitian terdahulu yang memiliki

kertekaitan dengan masalah yang dibahas yaitu konflik Indonesia dengan Belanda

dalam masalah pengembalian Irian Barat tahun 1949-1969, baik yang diterbitkan

dalam buku maupun yang tidak diterbitkan misalnya berupa laporan penelitian

dan skripsi. Pendapat para ahli dan hasil-hasil penelitian terdahulu ini digunakan

sebagai kerangka berfikir dalam penulisan ini. Tujuannya adalah untuk

memperluas referensi dan membuktikan bahwa penelitian ini memiliki nilai

‘kebaruan’ karena berfokus pada periode tahun 1949-1969, dimana periode ini

belum pernah diambil sebelumnya oleh civitas akademika program study

pendidikan sejarah pada Universitas Jambi sehingga bukan merupakan plagiasi

dari penelitian atau karya orang lain. Berikut ini beberapa penelitian yang pernah

mengkaji pembebasan Irian Barat.

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Umi Muyasaroh yang berjudul Konflik

Indonesia dengan Australia dalam masalah pengembalian Irian Barat, membahas

6
7

terjadinya konflik dalam permasalahan pengembalian Irian Barat antara Indonesia

dengan Australia berfluktasi menurut presepsi atas kepentingan nasional masing-

masing pihak dalam periode pemerintahan yang berbeda sedangkan dalam

penelitian penulis membahas mengenai konflik sengketa antara Indonesia dengan

Belanda yang berawal dari sejak diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar.

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Maya Nurhasni yang berjudul peranan

Angkatan Laut Indonesia dalam operasi pembebasan Irian Barat, membahas

jalannya proses pelaksanaan Angkatan Laut Republik Indonesia sejak

dikeluarkannya perintah konfrontasi militer oleh Pemerintah Indonesia dalam

pembebasan Irian Barat, sedangkan dalam penelitian penulis mempunyai sudut

pandang yang berbeda yaitu melalui tokoh perjuangan pahlawan nasional Frans

Kaisiepo dalam membantu pembebasan wilayah Irian Barat.

Ketiga, buku yang berjudul tanah merah digul dibumi pahlawan

kemerdekaan Indonesia yang memaparkan tentang masalah Irian Barat Buku ini

hanya membahas bagaimana kondisi wilayah digul yang dijadikan oleh

pemerintah Belanda untuk tempat pembuangan para pejuang yg berusaha

menyatukan Irian Barat dengan Indonesia dengan korbannya adalah Ir.

Kamaluddin, sedangkan dalam penelitian ini penulis membahas tentang sosok

pahlawan nasional yang berasal dari Papua yaitu Frans Kaisiepo yang pernah

menjadi korban pembuangan diwilayah Digul tersebut.

Keempat, buku yang berjudul lima belas tahun Digul kamp konsentrasi di

Nieuw Guinea tempat persemaian kemerdekaan Indonesia yang memaparkan

tentang asal mulanya Digul yang pada dahulunya adalah hutan belantara yang

berada di daerah terpencil Papua dan terdapat banyak burung Cendrawasih,

7
8

sehingga banyak orang Cina dan Merauke yang membawa senjata untuk berburu

burung Cendrawasih, sedangkan dalam penelitian ini penulis membahas tentang

pahlawan nasional Frans Kaisiepo yang dipenjarakan di tanah Digul karena

menentang Belanda.

Kelima, buku yang berjudul dekolonisasi Indonesia yang memaparkan

susulan masalah Niuew Guinea pada tahun 1950-1962 yang hanya membahas

perundingan-perundingan informil antara Indonesia dan Belanda yang saat itu

dilakukan dalam masa sekjen PBB dalam masa tuntutan Indonesia atas Irian

Barat, sedangkan dalam penelitian ini penulis membahas lebih rinci mulai dari

akar permasalahan Irian Barat sampai dengan Irian Barat masuk kedalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keenam, buku yang berjudul Indonesia abad ke-20 dari perang

kemerdekaan pertama sampai PELITA III memaparkanpemulihan keamanan

Irian Barat yang pada masa itu menjadi sengketa antara Indonesia dan Belanda

dengan cara melakukan operasi Komando Mandala untuk membantu

permasalahan ini, sedangkan dalam penelitian ini penulis memiliki sudut pandang

lain yaitu perjuangan Frans Kaisiepo dalam membantu permasalahan sengketa

antara Indonesia dan Belanda tersebut.

1.7 Kerangka Berfikir

Penelitian ini mengkaji mengenai sejarah perjuangan pergerakan Indonesia

sesudah proklamasi kemerdekaan, yang sebenarnya telah tumbuh kesadaran akan

konsep atau paham bagi bangsa kita yang disebut paham Integralistik. Paham ini

adalah suatu semangat yang mengatasi paham golongan, serta mendahulukan

kepentingan umum atau bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi. Dalam

8
9

wujud yang lebih nyata, paham dasar ini telah menumbuhkan kesadaran

masyarakat Indonesia untuk melahirkan sosok tubuh yang ternyata telah

berkembang menjadi suatu kekuataan yang melahirkan negara kebangsaan

Indonesia .7

Masa antara tahun 1945 sampai tahun 1969 bangsa kita di uji

kemampuannya untuk mempertahankan kemerdekaan, persatuan dan kesatuan

Bangsa Indonesia. Masa ini ditandai oleh bermacam-macam usaha untuk

mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang sesungguhnya, sehingga dalam masa ini

nampaknya Bangsa Indonesia berada dalam suasana mencari-cari bentuk jati

dirinya. Hal ini mengakibatkan bahwa banyak permasalahan yang sebenarnya

tidak sejalan atau bertentangan seperti pemberontakan, baik yang bersifat

separatisme kedaerahan ataupun yang bersifat ideologis.8

Pada masa Irian Barat menjadi sengketa antara Indonesia dan Belanda

banyak para tokoh yang membantu dalam penyelesaian sengketa tersebut salah

satunya adalah Frans Kaisiepo pemuda asal Biak, Papua. Frans adalah anak dari

kepala suku yang pemberani, ditinggal oleh ibu dan bapaknya sejak kecil, jiwa

kepemimpinannya sudah terlihat sejak kecil dan sering ditunjuk menjadi mediator

untuk menyelesaikan masalah dikampung dan menjadi pemimpin perang antar

suku.

Jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo tumbuh saat berkenalan dengan mantan

guru Taman Siswa yang diasingkan ke Digul Papua. Belanda mengadakan

konferensi malino yang membahas rencana pembentukan Negara Indonesia

7
Sejarah Perjuangan, Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,
1990, Hlm 12
8
Julianto, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta: Erlangga,
1992, Hlm 13

9
10

Timur dan Frans menjadi anggota delegasi Irian Barat tetapi ia menentang

rencana Belanda tersebut. Frans Kaisiepo dan rakyat Biak kemudian terus

melakukan perlawanan menentang Belanda di Irian sampai Tri Komando Rakyat

yang dicetuskan oleh Soekarno sampai pada Penentuan Pendapat Rakyat Irian

Barat.

Sengketa Irian Barat antara


Indonesia dan Belanda

Perjuangan Frans Kaisiepo

Operasi pembebasan Irian Barat

Sumbangsih Fisik Sumbangsih pemikiran

Persetujuan penyerahan
Irian Barat ke Indonesia

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian

1.8 Metode Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, sangat penting bagi peneliti untuk

memperhatikan metode penelitian yang akan digunakan. Karena metode yang

sesuai dan tepat akan memberikan kelancaran bagi terlaksananya penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian sejarah (historis). Menurut

LouisGottschalk,9 penelitian ini merupakan suatu kajian yang tujuannya untuk

mengumpulkan, menguji dan menganalisis data yang diperoleh dari masa lampau

9
Gottshalk, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press, 1975, Hlmn 32

10
11

kemudian melakukan rekonstruksi berdasarkan data yang diperoleh sehingga

menghasilkan historiografi.

Syamsudin menyatakan bahwa metode penelitian sejarah adalah

seperangkat aturan atau prinsip yang menyimpulkan sumber-sumber sejarah

secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesa dan hasil-hasil

yang dicapai dalam bentuk tulisan.10 Sedangkan Nawawi memandang bahwa

penelitian sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data

masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau

suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu.11

Jenis penelitian ini digolongkan ke dalam bentuk penelitian Kualitatif.

karena sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek

sesuai dengan apa adanya.12 Berdasarkan tujuannya, peneltiian kualitatif adalah

jenis penelitian ilmu sosial yang mengumpulkan dan bekerja dengan data non-

numerik dan yang berupa menafsirkan makna dari data.13Pendapat lain

mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah metode riset yang sifatnya

deskriptif dengan menggunakan analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori

yang ada sebagai bahan pendukung serta menghasilkan suatu teori. 14 Selain itu

juga penelitian kualitatif sering diberlakukan pada ilmu-ilmu kebudayaan yang

10
Syamsuddin, Metodologi Sejarah, Jakarta: Depdikbud Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik, 1996, Hlmn 3
11
Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:UGM Press, 1995, Hlmn 79
12
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosdakarya. 2007, Hlm.
62
13
Sugiyono, Metode Peneltiian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2016, Hlm 9
14
A. Muri Yusuf, Metode Peneltiian Kuantitatif, Kualitatif dan Peneltiian Gabungan,
Padang:UNP Press, 2013, Hlm 333.

11
12

mencakup humaniora, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial yang bertujuan untuk

menemukan gejala yang unik atau individual.15

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan

sebagai sutau teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat

teoritis, sehingga diperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi. Teknik

kepustakaan memanfaatkan sumber perpustakaan berupa buku-buku untuk

mengkaitkan dengan permasalahan yang dikaji, sehingga dapat membantu

penulisan dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan

mengenai sengketa Irian Barat antara Indonesia dan Belanda serta bagaimana

perjuangan Frans Kaisiepo dalam membatu membebaskan wilayah Irian Barat

agar kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Metode penelitian dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan suatu

proses, tindakan atau interaksi berdasarkan pandangan para partisipan dalam

suatu studi.16 Dalam rangka penelitian, peneliti menggunakan metode sejarah.

Metode sejarah adalah teknik dalam mempelajari kejadian atau peristiwa pada

masa lampau, yang bertujuan untuk membuat suatu rekonstruksi kejadian atau

peristiwa tersebut secara sistematis dan objektif, yang dapat dilakukan dengan

empat tahapan kerja, yaitu:

1.8.1. Heuristik

Heuristik merupakan langkah awal yang dilakukan dalam metode penelitian

sejarah ini mengingat bahwa tidak bisa ditukar-balik atau mendahulukan kritik,

interpretasi, maupun historiografi, karena semua penelitian tentang sejarah

15
Sugeng Priyadi, Metode Penelitian Pendidikan Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2012,
Hlmn 2
16
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Hlm 23.

12
13

menempatkan posisi sumber sejarah sebagai syarat mutlak yang harus ada.

Heuristik adalah pengumpulan data dan kegiatan untuk menghimpun informasi

yang dapat digunakan sebagai sumber data.17 Tanpa adanya sumber sejarah, kisah

masa lalu tidak akan bisa direkontruksi.18

Pada tahap ini, penulis mengumpulkan data terkait dengan penelitian, dalam

bentuk buku, artikel, skripsi, dan jurnal dan Berbagai Perpustakaan diantaranya

adalah Perpustakaan Universitas Jambi, Perpustakaan Wilayah Kota Jambi dan

Perpustakaan FKIP Universitas Jambi.Buku yang didapat yaitu buku yang

berjudul Pahlawan Nasional Frans Kaisiepo, yang ditulis oleh Pius Suryo

Haryono Dkk, dalam buku ini terdapat enam bab yaitu berisikan latar sosio-

kultural Frans Kaisiepo dalam keluarga dalam menggeluti pendidikan,

pekerjaan,dan perjuangannya dalam menyambut kemerdekaan serta perannya

dalam arus sejarah Indonesia. Kemudian buku yang berjudul Frans Kaisiepo

pejuang pembebasan yang berani dari tanah Papua, yang ditulis oleh Kisdiantoro,

dalam buku ini sangat mudah dimengerti dalam pembahasannya karena penulis

membahas secara singkat, padat dan jelas mengenai biografi Frans Kaisiepo dan

perjuangan-perjuangan yang dilakukannya untuk membantu membebaskan

wilayah Irian Barat.

Kemudian buku yang berjudul Sedjarah Operasi Pembebasan Irian Barat,

yang ditulis oleh Cholil pada buku ini membahas awal mula munculnya sengketa

Irian Barat hingga operasi-operasi yang dilakukan mulai dari Trikora,

pembentukan Komando Mandala, Operasi Infiltrasi Hingga Operasi Djajawidjaya

dan penyerahan pemerintahan Irian Barat. Selanjutnya buku yang berjudul


17
E. Kosim. Metode Sejarah Asas dan Proses. Bandung: UNPAD, 1984. Hlm 30.
18
Abd Rahmad Hamid-Muhamamad Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta:
Ombak, 2011. Hlm 43.

13
14

Sejarah proses integrasi Irian Jaya yang ditulis oleh R.Z. Leirissa Dkk, pada buku

ini membahas upaya integrasi Irian Barat melalui perundingan, perang, diplomasi,

Papera hingga Gerakan separatis Papua merdeka.

1.8.2. Kritik Sumber

Setelah mengumpulkan sumber, Langkah berikutnya adalah kritik sumber,

langkah ini dilakukan untuk menentukan otentisitas dan kredebilitas sumber

sejarah. Sumber ini yang di dapatkan dengan kualifikasi atas bentuk, bahan dan

jenis dari naskah atau dokumen yang nantinya menentukan validitas teks dan isi

dari data-data. Verifikasi ini dibagi menjadi dua yaitu:

1) Kritik Ekstern

Kritik ekstern adalah mencari otensitas atau keotentikan (keaslian) sumber

yang digunakan untuk meneliti sumber dengan cara menguji material kertas atau

bahan, tanggal dan tanda yang terdapat di dalam teks.19 Kritik ekstern mengarah

pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber. Hal ini dilakukan untuk

membuktikan keaslian sumber dan membutuhkan pembuktian secara mendetai

hingga dinyatakan bahwa sumber tersebut asli. Baik sumber primer ataupun

sumber sekunder yang peneliti gunakan merupakan sumber yang dapat dikatakan

asli karena sumber tersebut dari pelaku dan peristiwa itu sendiri.

2) Kritik Intern

Kritik intern merupakan tahap kedua dalam kritik sumber. Tujuan dari kritik

intern ini untuk mengupayakan dalam mendapatkan fakta-fakta yang berkaitan

dengan fokus penelitian dengan mencocokan sebuah fakta-fakta yang lainnya.

Jika semua sumber dinyatakan positif tidak ada cara lain mengakui bahwa

19
Ibid., Hlm 62

14
15

dokumen tersebut credible. Dalam sumber-sumber primer yang dipakai penulis

menggunakan buku yang ditulis oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia yang bisa dibilang sumber terpercaya.

1.8.3 Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu tahapan atau kegiatan menafsirkan fakta-fakta

serta menetapkan makna dan saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh

atau dengan perkataan lain berdasarkan informasi. Interpretasi berarti proses

penggabungan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah yang

berkaitan dengan tema penelitian dan sebuah kerangka berfikir yang kemudian

tersusun berdasarkan fakta tersebut ke dalam suatu penafsiran yang menyeluruh.

Tanpa adanya penafsiran, data yang dikumpulkan tidak memberikan

pembuktiansepenuhnya, sejarawan yang jujur akan mencantumkan keterangan

secara mendetail tentang asal-usul data yang diperoleh.20 Peneliti melakukan

interpretasi atas fakta-fakta sejarah, yang terdiri dari kejiwaan, hubungan sosial

dan benda. Disini ada dua hal yang harus dikerjakan peneliti, yaitu analisis dan

sintesis.21Pada tahap analisis, peneliti menguraikan sedetail mungkin ketiga fakta

yaitu kejiwaan, hubungan sosial dan benda dari berbagai sumber atau data

sehingga unsur-unsur terkecil dalam fakta tersebut saling berhubungan. Pada

tahap sintesis, peneliti mengaitkan dan menyatukan fakta-fakta sehingga interaksi

antar unsur akan membentuk makna keseluruhan yang utuh dan bulat.

1.8.4 Historiografi

Historiografi merupakan tahapan akhir yang dilakukan berupa kegiatan

penulisan hasil dari penafsiran atas fakta-fakta dan usaha merekontruksi kejadian

20
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 2005, Hlm 100
21
Ibid., Hlm 100-102

15
16

di masa lampau untuk memberikan jawaban atas masalah-masalah yang telah

dirumuskan diatas. Pada tahap historiografi ini, hasil penafsiran atas fakta-fakta

itu dituliskan menjadi suatu kisah sejarah yang selaras. Penulisan sejarah ini

merupakan inti dari metode penelitian sejarah. Dalam hal ini historiografi

dilakukan tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan elementer seperti

what, who, when ataupun how, melainkan eksplanasi secara kritis dan mendalam

mengenai bagaimana dan mengapa atau sebab musabab terjadinya suatu

peristiwa.22

1.9 Sistematika Penulisan

Penelitian ini tersusun berdasarkan struktur sebagai berikut:

BabI menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang

lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka berfikir, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II menjelaskan sengketa Irian Barat antara Indonesia dan Belanda pada

bab ini dideskripsikan mengenai hal-hal yang memicu timbulnya konflik sengketa

atas wilayah Irian Barat.

Bab III menjelaskan perjuangan yang dilakukan Frans Kaisiepo dalam

penyelesaian sengketa Irian Barat, pada bab ini peneliti mendeskripsikan

perjuangan Frans Kaisiepo baik melalui jalur diplomasi maupun konfrontasi.

Bab IV menjelaskan dampak perjuangan Frans Kaisiepo dalam pembebasan

Irian Barat dan apa saja yang telah dicapai oleh Frans dalam membantu

pembebasan Irian Barat.

22
Abd Rahman Hamid-Muhammad Saleh Madjid, op. Cit., hlm. 53.

16
17

Bab V merupakan kesimpulan dan saran, didalam bab ini akan

dikemukakan kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah secara keseluruhan,

serta pengkajian pada bab sebelumnya. Didalamnya akan disajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuannya dalam bentuk kesimpulan

yang disertai dengan pemberian saran.

17

Anda mungkin juga menyukai