Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Hakikat Bimbingan dan Konseling”

DOSEN : ZHILA JANNATI,M. Pd

Disusun Oleh :

RIKA HERDIANA ( 2120502085 )

VIVI ANGGRAINI (2120502073)

PRODI :

Bimbingan dan Penyuluhan Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Hakikat Bimbingan dan konseling ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ibu Zhila Jannati M,Pd pada mata kuliah Teori BPI .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang [topik makalah] bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Zhilla Jannati M,Pd


selaku dosen mata kuliah Teori BPI yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Palembang, 10 April 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Judul......................................................................................................i

KataPengantar.......................................................................................ii

Daftar
Isi.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah........................................................................1

1.1 Rumusan Masalah................................................................. .....1

1.2 Tujuan Pengkajian........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asas- asas hakikat bimbingan dan Konseling.................................2

2.2. Kesalah pahaman dalam Hakikat Bimbingan dan Konseling........3

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.....................................................................................5
SARAN.................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dilahirkan didunia ini dibekali akal, pikiran dan perasaan.


Dengan bekal itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling
sempurna dan diberi amanat oleh Sang Pencipta sebagai pemimpin di
muka bumi. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan
perasaan itu, manusia diselimuti berbagai macam masalah, bahkan ada
yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan
segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai
masalah tersebut ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya atau
mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor), pemberian
bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang
membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan konseling.

Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak


pilihan cara, salah satunya adalah dengan cara Islam. Mengapa
demikian? Karena Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling. Perlu kita
ketahui bahwa kesuksesan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh
klien salah satunya sangat bergantung dari bagaimana ahli konseling
itu dalam proses mengkonsultasi kliennya dan proses tersebut tidak
dapat dilakukan sesaat, karena membutuhkan proses waktu dalam
membantu klien memecahkan masalahnya, dan bukan terjadi hanya
dalam satu pertemuan, bahkan permasalahan klien yang kompleks dan
cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam
pertemuan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dari pernyataan yang
menunjukkan pentingnya proses dalam konseling, maka penulis
mengangkat judul “Asas-Asas Bimbingan dan Konseling” agar
berbagai hal terkait dengan bimbingan konseling terkhusus bagaimana
Asas dalam mengkonsultasi klien dapat diimplementasikan dalam
kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Asas-asas dari Hakikat Bimbingan dan Konseling


2. Apa saja kesalahpahaman dalam hakikat bimbingan dan
Konseling.

1.3 Tujuan Pengkajian

1. Mengetahui tentang asas-asas bimbingan dan konseling


2. Mengetahui apa saja kesalahan dalam hakikat bimbingan dan
konseling.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Asas-Asas bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan Konseling Adalah pekerjaan Profesional.


Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan
penyiapan (yang meliputi Unsur-unsur Kognisi, Efeksi, dan
perlakuan) konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien
dan efektivitas proses dan lain-lainnya.

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling Kaidah-


kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling,
yaitu ketentuan- ketentuan yang harus diterapkan dalam
penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan
terselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan
mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, sebaliknya
Apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan
kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang
yang terlibat di dalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan
konseling itu sendiri.

Berikut beberapa asas-asas Bimbingan dan konseling :

1. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak
boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau
keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan
dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka pemberi
bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama
penerima bimbingan klien sehingga mereka akan mau memanfaatkan
jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika
Konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka
hilanglah kepercayaan klien, sehingga akibatnya pelayanan bimbingan
tidak dapat tempat dihati klien dan para calon Klien, mereka takut
untuk meminta bantuan, sebab khawatir masalah dan diri mereka
menjadi bahan Gunjingan.
2. Asas kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari pihak si klien, maupun dari pihak konselor.
Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa
terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta
mengungkapkan segenap fakta, data dan seluk-beluk berkenaan
dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya
dapat memberikan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain
konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan
suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari pihak konselor maupun
dari pihak klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia
menerima saran- saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan
masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan
bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus
terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan keterbukaan ini
penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan si
klien dapat dilaksanakan.
Keterbukaan ini ditinjau dari dua arah, dari pihak klien
diharapkan pertama-tama mau membuka diri sendiri sehingga apa
yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh konselor, dan kedua mau
membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan
lainnya dari konselor. Dari pihak konselor, keterbukaan terwujud
dengan kesediaan konselor menjawab pertanyaan- pertanyaan klien
dan mengungkapkan diri konselor sendiri jika hal itu memang
dikehendakinya oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana seperti
itu, masing-masing pihak bersifat transparan (terbuka) terhadap pihak
lainnya.
4. Asas Kekinian
Masalah Individu yang ditanggulangi ialah masalah- masalah
yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau dan juga
bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang.
Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau dan atau
masa yang akan datang yang perlu di bahas dalam upaya bimbingan
yang sedang diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalah
merupakan latar belakang atau latar depan dari masalah yang dihadapi
sekarang, sehingga masalah yang sedang dialami dapat terselesaikan.
Dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada dasarnya pertanyaan
yang perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang
sehingga kemungkinan yang kurang baik dimasa datang dapat
dihindari.
Asa kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor
tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Konselor tidak
selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan dalih. Dia harus
mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain-lain. Jika dia
benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan
bantuannya kini, maka dia harus dapat mempertanggung jawabkan
bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.
5. Asas kemandirian
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan bertujuan menjadi si
terbimbingan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pda orang lain
atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah
dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri ciri pokok mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d. Mengarah diri sesuai dengan keputusan itu
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat
dan kemampuan- kemampuan yang dimilikinya
Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas haruslah disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupanya
sehari-hari.

6.Asas kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah
yang berarti klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam
mencapai tujuan bimbingan dan konseling.Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan
sendirinya ,melainkan harus dengan kerja giat dari klien
sendiri.konselor hendaknya hendaklah membangkitkan
semangat klien sehingga
Ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan
dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan
dalam konseling.
Asas ini merujuk pada pola konseling “multi
dimensional” yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal
antara klien dan konselor.dalam konseling yang berdimensi
verbal pun asas kegiatan masih harus terselenggara,yaitu klien
aktif menjalani proses konseling dan aktif pula
melaksanakan/menerapkan hasil-hasil konseling.

7.asas kedinamisan

Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki


terjadinya perubahan pada diri klien,yaitu perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik.perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal
yang sama,yang bersifat monoton,melainkan perubahan yang selalu
menuju kesuatu pembaruan,sesuatu yang lebih maju,dinamis sesuai
dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki
Asas kedinamsian mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-
hasilnya

8. asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan


sebagai aspek kepribadian klien.sebagaimana dikethui individu
memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak
seimbang,serasi dan terpadu justruakan menimbulkan masalah .di
samping keterpaduan pada diri klien,juga harus diperhatikan
keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.jangan hendaknya
aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek layanan yang lain.

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan,konselor perlu


memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek
aspek lingkungan klien,serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan
untuk menangani masalah klien.kesemuanya itu dipadukan dalam
keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan dan
konseling.

9. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh dan bertentangan


dengan norma-norma yang berlaku,baik ditinjau dari norma agama
adat,norma hukum/negara,norma ilmu,maupunkebiasaan sehari-
hari.asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.seluruh isi layanan harus
sesuai dengan norma-norma yang ada.demikian pula
prosedur,teknik,dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari
norma-norma yang dimaksudkan.

Ditilik dari permasalahan klien,barangkali pada awalnya ada


materi bimbingan dan konseling yang tidak bersesuaian dengan
norma(misalnya klien mengalami masalah melanggar norma-norma
tertentu),namun justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah
tingkah laku yang melanggar norma itu diarahkan kepada yang lebih
bersesuaian dengan norma.

10. Asas keahlian

Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian


secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur,teknik
dan alat(instrumentasi bimbingan dan konseling)yang memadai.untuk
itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya,sehingga dengan
itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian
layanan.pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan
profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus
dididik untuk pekerjaan itu.
Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi
konselor(misalnya pendidikan sarjana bidang bimbingan dan
konseling),juga kepada pengalaman.teori dan praktek bimbingan dan
konseling perlu dipadukan.oleh karena itu,seorang konselor ahli harus
benar-benar menguasai teori dan pratek konseling secara baik.

11.Asas alih tangan

Dalam pemberin layanan bimbingan dan konseling,asas alih


tangan jika konselor sudah mengarahkan segenap kemampuannya
untuk membantu individu,namun individu yang bersangkutan belum
dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan,maka konselor dapat
mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih
ahli.di samping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan
bimbingan,konseling hayanga menangani masalah-masalah individu
sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan,dan setiap
masalah ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.bimbingan dan
konseling hanya memberikan kepada individu individu yang pada
dasarnya normal(tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja
dengan kasus-kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal
ataupun perdata.

12. Asas Tutwuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya


tercptanya dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan
klien.lebih-lebih dilingkungan sekolah,asas ini makin dirasakan
keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung
tulodo,ing madya mangun karso”.

Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling


tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan
menghadap kepada konselor saja,namun diluar hubungan poses
bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya
dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.

2.2 Kesalahpahaman dalam bimbingan dan Konseling


Apabila untuk penggunaan istilah saja, terutama istilah
penyuluhan dan konseling, masih belum ada kesepakatan semua
pihak, maka dapat dimengerti kalau sampai sekarang masih banyak
kesalahpahaman dalam bidang bimbingan dan Konseling itu.
Kesalahpahaman yang sering dijumpai dilapangan antara lain adalah
sbb:
1. Bimbingan dan Konseling disamakan saja dengan atau
dipisahkan sama sekali dari pendidikan

Ada dua pendapat yang Ekstrem berkenaan dengan pelaksanaan


bimbingan dan konseling. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa
bimbingan dan Konseling sama saja dengan pendidikan. Pendapat ini
menganggap Bahwa pelayanan Khusus Bimbingan dan Konseling
tidak perlu disekolah. Bukankah seklah telah menyelenggarakan
Pendidikan? Jadi, dengan sendirinya bimbingan dan Konseling sudah
termasuk kedalam usaha sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
itu. Sekolah tidak perlu bersusah payah melaksankan pelayanan
Bimbingan dan Konseling secara mantap dan mandiri. Mantapkan saja
pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari usaha pendidikan.
Pendapat ini akhirnya cenderung terlalu mengutamakan pengajaran
dan mengabaikan aspek-aspek lain dari pendidikan serta tidak melihat
sama sekali pentingnya bimbingan dan konseling.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa pelayanan bimbingan


dan konseling harus benar-benar dilaksankan secara khusus oleh
tenaga yang benar-benar ahli dengan perlengkapan ( alat, tempat, dan
sarana) yang benar-benar memenuhi syarat. Pelayanan bimbingan dan
konseling harus secara nyata dibedakan dari praktek pendidikan
sehari-hari.
Kita seyogianya tidak menganut pandangan-pandangan
Ekstrem tersebut.

2. Konselor disekolah dianggap sebagai polisi Sekolah


3. Bimbingan dan Konseling dianggap semata-mata sebagai
Proses pemberian Nasihat
4. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya menangani
masalah yang bersifat Insidental
5. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk klien-klien
tertentu saja
6. Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” atau
“kurang Normal”
7. Bimbingan konseling bekerja sendiri
8. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain Pasif
9. Menganggap pekerjaan Bimbingan dan Konseling dapat
dilakukan siapa saja
10. Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan
pertama saja
11. Penyamaan pekerjaan bimbingan dan koseling dengan
pekerjaan dokter atau Psikiater
12. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling
harus segera dilihat
13.Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
14.Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada
penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling
(misalnya tes, inventori, angket dan alat pengunggap
lainnya)
15.Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya menangani
masalah-masalah yang Ringan saja.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
Kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan
konseling, yaitu ketentuan- ketentuan yang harus diterapkan dalam
penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan
terselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan
mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, sebaliknya
Apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan
kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang
yang terlibat di dalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan
konseling itu sendiri.
Bimbingan dan konseling memiliki Asas-asas yaitu:

Asas kerahasiaan, Asas kesukarelaan, Asas keterbukaan, Asas


kekinian, Asas kemandirian, Asas kegiatan, Asas kedinamisan, Asas
keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tengan, dan
asas Tutwuri handayani.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat,semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik
yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
mema'afkan dan memakluminya,karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf,alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Dasar-dasar BPI karya Prof. Dr. H. Prayitno, Msc,Ed

Anda mungkin juga menyukai