Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PENELITIAN

KARAWANG SEBAGAI KOTA PANGKAL PERJUANGAN

disusun sebagai syarat kelulusan mata kuliah Jatidiri Bangsa


Dosen Pengampu :
Lusiana Rahmatiani, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Muchamad Parevi Ashari


Kelas : TI20H
NIM : 20416226201293

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2020/2021
Abstract
Karawang is part of a witness to the history of the nation's struggle in seizing the
independence of the Republic of Indonesia from the hands of the colonialists. Today, Karawang
is one of the biggest foreign exchange earners for Indonesia. Not surprisingly, because
Karawang is one of the industrial areas that is the pulse of the circulation of money in Indonesia.
Key words: Karawang, Witness of History, Struggle
Abstrak
Karawang merupakan bagian dari saksi sejarah perjuangan bangsa dalam merebut
kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah. Di masa kini, Karawang adalah salah
satu wilayah penyumbang devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Tak heran, sebab Karawang
menjadi salah satu kawasan industri yang menjadi denyut nadi perputaran uang di Indonesia.
Kata kunci: Karawang, Saksi Sejarah, Perjuangan
PENDAHULUAN
Karawang – sebuah kata yang sangat bermakna bagi dua juta lebih penduduknya.
Penelusuran dan kajian dilakukan dengan mengamati dan mengumpulkan berbagai catatan
mengenai sejarah Karawang yang terekam dalam arsip-arsip Kolonial. Pertanyaan awal yang
sering terjadi namun jarang untuk diteliti lebih dalam adalah sebenarnya seperti apakah
pelafalan kata ‘Karawang’ yang tepat, apakah Karawang? Ataukah sebenarnya dilafalkan
‘Krawang’ ataukah ‘Kerawang’ seperti yang sering kita dengar dari masyarakat di luar
lingkungan budaya Sunda seperti suku Betawi atau suku Jawa ketika mengucapkan kata
‘Karawang’ dalam percakapan sehari-hari? Oleh karena itu, penting untuk mengkaji dan
membahas mengenai kata ‘Karawang’ baik mengenai asal usul, sejarah dan maknanya, maupun
menelusuri catatan-catatan lokal maupun kolonial dalam penyebutan kata Karawang.
Untuk memudahkan maka penulisan akan dipaparkan secara kronologis. Asal usul,
sejarah dan makna di balik kata ‘Karawang’ telah dikaji oleh beberapa tokoh maupun sejarawan
dengan memberikan gambaran yang cukup komprehensif. Menurut Prof. A. Sobana
Hardjasaputra seorang guru besar sejarah di Universitas Padjadjaran, dalam buku Sejarah
Purwakarta (Penelitian bersama Pemerintah Daerah Kab. Purwakarta), disebutkan bahwa
Karawang merupakan salah satu dari wilayah Tatar Ukur yaitu Ukur Karawang.2 Tatar Ukur
merupakan suatu wilayah kerajaan kecil di bawah Kerajaan Sunda/Pajajaran, yaitu
Timbanganten, yang pada tahun 1450 merupakan wilayah kekuasaan Prabu Pandaan Ukur
sehingga disebut Tatar Ukur atau Bumi Ukur.3 Prabu Pandaan Ukur kemudian digantikan oleh
Dipati Agung dimana pada masa pemerintahannya terdapat delapan Ukur, dimana Karawang
disebut sebagai Ukur Karawang, dengan tujuh wilayah lainnya yaitu Ukur Maraja, Ukur
Pasirpanjang, Ukur Biru (dua daerah), Ukur Curug Agung-Kuripan, Ukur Manabaya, dan Ukur
Sagaraherang.4 Kelak, Dipati Agung akan digantikan oleh menantunya yang terkenal yaitu
Dipati Ukur (Raden Wangsanata) yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang
(1580-1620). Pada masa Dipati Ukur, ia merestrukturisasi wilayah menjadi sembilan wilayah
Ukur sehingga disebut “Ukur Sasanga” dimana Ukur Karawang tidak lagi menjadi nama Ukur
karena Karawang-Wanayasa masuk dalam Ukur Aranon dan beberapa wilayah lain seperti
Adiarsa, Ciampel, dan Tegalwaru masuk dalam Ukur Nagara Agung.
Karawang kota pangkal perjuangan adalah sebuah kota dengan nilai historis yang
sungguh sangat luar biasa. Pada dasarnya bahwa memang karawang memiliki masa lalu sebuah
perjuangan yang sungguh luar biasa, realita dan kenyataan yang terjadi di karawang seperti
angin berlalu begitu saja tanpa ada catatan tertulis akan sebuah nilai perjuangan yang terjadi di
karawang. Rengasdengklok adalah bagian kecil dari sebuah nilai pangkal perjuanganya
karawang.
Karawang tak pernah bisa dipisahkan dari peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945.
Pada hari itu, terjadi peristiwa penculikan terbesar dalam sejarah Republik Indonesia. Pemuda
Rengasdengklok menculik Soekarno-Hatta dan mendesak mereka berdua untuk mempercepat
proklamasi tanpa harus menunggu keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).
Berawal dari keberanian beberapa pemuda Indonesia yang tergabung dalam sebuah
perkumpulan yang disebut Menteng 31, yaitu Chaerul Saleh, Soekarni, Wikana, dan Aidit, para
pemuda ini berinisiatif menculik Soekarno-Hatta karena Jepang yang kalah perang sudah tak
mampu lagi mengontrol keadaan di Indonesia. Tepat pada pukul 3 dini hari, mereka membawa
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Karawang.
Penculikan ini dipicu adanya perbedaan pendapat antara golongan pemuda dan
golongan tua mengenai pelaksanaan proses Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bagi golongan
tua, melakukan proklamasi kemerdekaan RI haruslah sesuai dengan persetujuan dan usulan
dari PPKI. Namun, golongan pemuda tak menyetujui hal tersebut karena mereka beranggapan
bahwa PPKI sejatinya adalah organisasi bentukan Jepang.
Tentunya itu akan membuat bangsa Indonesia makin sulit dalam mempercepat
kemerdekaannya. Para pemuda beranggapan bahwa jika proklamasi kemerdekaan telat
dilakukan, semakin lama kekuasaan Jepang di Indonesia akan semakin kuat. Golongan pemuda
ingin proklamasi dilakukan secara cepat, mereka ingin kemerdekaan diperoleh sendiri dan
bukan diberikan oleh Jepang melalui PPKI.
Di akhir drama penculikan ini, Soekarno-Hatta akhirnya kembali ke Jakarta untuk
meneruskan proses perumusan Proklamasi Kemerdekaan RI. Hasilnya, pada tanggal 17 Agustus
1945, bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya sebagai hasil dari jerih payah rakyat dan
seluruh elemen bangsa.
METODE
Tugas penelitian sejarah pada dasarnya adalah membuat rekontruksi masa lampau,
metode sejarah sebagai proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman, dokumen-
dokumen, dan peninggalan masa lamapu yang otentik dan dapat dipercaya, serta membuat
interpretasi dan sintesis atas fakta-fakta tersebut menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.
Dengan ini saya menguji dan menganalisis beberapa dokumen dan juga fakta sejarah yang
berasal dari sumber yang dapat dipercaya

PEMBAHASAN

Asal Mula Karawang

Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan
berawa-rawa. Hal ini menjadikan apabila Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an
artinya tempat berawa-rawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang
berawa-rawa, bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut. Selain sebagian rawa-rawa
yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti : Rawasari,
Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain. Keberadaan daerah Karawang telah dikenal
sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang pada masa itu,
merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan
Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa
buku-buku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhan-pelabuhan
penting dari kerajaanPajajaran adalah : “ CARAVAN “ sekitar muara Citarum”, Yang disebut
CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai
Citarum. Sejak dahulukala, bila orang-orang yang bepergian akan melewati daerah-daerah rawa,
untuk keamanan, mereka pergi berkafilah-kafilah dengan menggunakan hewan seperti Kuda,
Sapi, Kerbau atau, Keledai. Demikian pula halnya yang mungkin terjadi pada zaman dahulu,
kesatuan-kesatuan kafilah dalam bahasa Portugis disebut “ CARAVAN ” yang berada disekitar
muara Citarum sampai menjorok agak ke pedalaman sehingga dikenal dengan sebutan “
CARAVAN “ yang kemudian berubah menjadi Karawang. Dari Pakuan Pajajaran ada sebuah jalan
yang dapat melalui Cileungsi atau Cibarusah, Warunggede, Tanjungpura,Karawang, Cikao,
Purwakarta, Rajagaluh Talaga, Kawali, dan berpusat di kerajaan Galuh Pakuan di Ciamis dan
Bojonggaluh. Luas Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas Kabupaten
Karawang masa sekarang. Pada saat itu Kabupaten Karawang meliputi Bekasi,Subang,
Purwakarta dan Karawang sendiri.

Sejarah Karawang Sebagai Pangkal Perjuangan

Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan


banyak catatan sejarah. Rengasdengklok merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan
Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi
Kemerdekaan . Kecamatan Rengasdengklok adalah daerah pertama milik Republik Indonesia
yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan
Indonesia di Gaungkan. Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan Lumbung PadiKarawang
juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Kaisar Hiro Hito mengumumkan bahwa Jepang
menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh
Amerika Serikat. Berita kekalahan Jepang dengan cepat didengar oleh bangsa Indonesia,
terutama oleh para pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang, Domei.

Soekarno, Hatta, dan Radjiman yang baru kembali dari Dalat dalam rangkamemenuhi undangan
Marsekal Muda Terauchi (Panglima Jepang yang membawahi kawasan Asia Tenggara) belum
mengetahui berita tersebut. Para pemuda yang telah mengetahui info tersebut mendesak
Soekarno dan Hatta unutk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanpa bentukan
Jepang. Akan tetapi, Soekarno dan Hatta ingin mendapat kepastian terlebih dahulu apakah
benar Jepang benar-benar telah menyerah. Soekarno dan Hatta masih memiliki keinginan untuk
membicarakan segala sesuatu mengenai pelaksanaan proklamasi dalam rapat PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Soekarno-Hatta Diculik dalam Peristiwa Rengasdengklok

Gambar 1. Lokasi Penculikan Soekarno

Tempat Soekarno diculik Adanya perbedaan pandangan antara golongan muda dengan
Soekarno-Hatta membuat mereka para golongan muda untuk menculik mereka berdua.
Akhirnya Soekarno-Hatta diculik dan dibawa ke rengasdengklok. Keputusan untuk menculik
kedua tokoh tersebut diambil dalam rapat tanggal 16 Agustus 1945 dini hari ayng dihadiri oleh
Sukarni, Jusuf Kunto, dr, Mawardi dari barisan Pelopor dan Shudanco Singgih dari Daidan PETA
Jakarta Syu. Tugas penculikan diberikan kepada Singgih.

Dalam pelaksanaannya, Singgih dibantu oleh Cudanco Latief Hendriningrat berupa


perlengkapan militer. Soekarno –Hatta dijemput oleh sekelompok pemuda dan kemudian
dibawa ke Rengasdengklok karena daerah tersebut dianggap aman. Kedua tokoh tersebut
berada di Rengasdengklok seharian penuh. Para kelompok pemuda mendesak Sokarno-Hatta
untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanpa adanya keterkaitan dengan
Jepang. Negosiasi dan Kesepakatan Peristiwa Rengasdengklok . Ketidakadaan Soekarno di
Jakarta tercium oleh Ahmad Soebardjo sehingga dia mencari informasi letak keberadaan
Soekarno. Setelah mengetahui bahwa Soekarno diculik oleh kelompok pemuda, ia mencoba
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Akhirnya tercapai kesepakatan antara Ahmad Soebardjo yang mewakili dari kalangan tua dan
Wikana dari kalangan pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan harus diadakan di Jakarta.
Sebagai syarat dan jaminannya, Soebardjo meminta para pemuda agar segera memulangkan
Soekarno-Hatta ke Jakarta dan Ahmad Soebardjo menjanjikan kepada mereka bahwa
proklamasi akan segera dikumandangkan tanpa keterlibatan Jepang. Akhirnya bersama Jusuf
Kunto dan Soebardjo dengan didampingi Sudiro berangkat ke Rengasdengklok unutk
menjemput Soekarno-Hatta.

Proses Persiapan Proklamasi Kemerdekaan

Rombongan Soekarno-Hatta kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta pada tanggala 16


Agustus 1945 sekitar pukul 23.00 WIB. Mereka sempat singgah ke rumah masing-masing
sebelum menuju ke rumah Laksamana Maeda. Rumah Laksamana Maeda berada di Jalan Imam
Bonjol No. 1 Menteng, Jakarta Pusat yang sekarang dijadikan Museum Proklamasi.

Kemudian, Soekarno-Hatta dengan didampingi Laksamana Maeda menemui Somubuco Mayor


Jenderal Nishimura untuk mengetahui sikap Jepang tentang proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Dalam pertemuan itu tidak tercapai kata sepakat antara Soekarno-Hatta dan
Nishimura. Soekarno-Hatta menekankan bahwa Marsekal Terauchi telah mneyerahkan
sepenuhnya pelaksanaan kemerdekaan kepada PPKI.

Akan tetapi Nishimura mengatakan bahwa setelah menyerahnya Jepang, mereka mendapatkan
perintah untuk menjaga status quo. Artinya, proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak boleh
dilakukan. Dari pertemuan itu, akhirnya mereka merasa yakin bahwa tidak ada gunannya lagi
membicarakan masalah kemerdekaan dengan pihak Jepang. Kemudian, mereka kembali ke
rumah Laksamana Maeda yang dinilai relatif lebih aman dari campur tangan angkatan
bersenjata Jepang pada saat itu. Kedudukan Laksamana Maeda sebagai kepala kantor
penghubung angkatan laut di daerah kekuasaan angkatan darat harus dihormati. Tidak lama
setelah itu, anggota PPKI dan tokoh-tokoh pemuda mendatangi rumah Laksamana Maeda.
Kemudian Soekarno dan Hatta dengan ditemani Ahmad Soebardjo menuju ruang makan untuk
merumuskan naskah proklamasi.

Kejadian Sebelum Proklamasi Indonesia Dikumandangkan


Gambar 2. Soekarno - Hatta

Setelah rumusan teks proklamasi selesai disusun, Soekarno memberikan saran agar
semua orang yang hadir pada saat itu bersama-sama menandatangani naskah tersebut selaku
wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran itu diperkuat oleh Moh. Hatta dengan mengambil contoh
Declaration of Indepence Amerika Serikat. Namun usul itu ditentang oleh para golongan
pemuda. Mereka tidak setuju kalau naskah itu ditandatangani oleh tokoh-tokoh tua yang
dianggap sebagai “budak-budak Jepang”. Hal itu memunculkan ketegangan. Sukarni kemudian
mengusulkan agar naskah itu ditandatangani oleh Soekarno-Hatta saja selaku wakil bangsa
Indonesia.

Usul itu secara aklamsi disetujui oleh semua yang hadir. Setelah itu, Soekarno menyerahkan
konsep naskah proklamasi kepada Sayuti Melik untuk diketik. Naskah itu akhirnya
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. Setelah naskah proklamasi siap, kemudian dirundingkan
bagaimana cara naskah tersebut disebarluaskan. Sukarni mengusulkan Lapangan Ikada (Ikatan
Atletik Djakarta) untuk digunakan mengumpulkan masyarakat Jakarta untuk mendengarkan
proklamasi. Namun, Lapangan Ikada dikhawatirkan cukup rawan dan akan menimbulkan
bentrokan dengan pihak Jepang. Oleh karena itu Soekarno mengusulkan agar pembacaan
naskah proklamasi diselenggarakan di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sekarang
telah dibongkar dan dijadikan gedung pola dan monumen proklamasi).

Usul itu disetujui dan pertemuan pun selesai. Mereka semua meninggalkan rumah Laksamana
Maeda pukul 04.30. Namun sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada para pemuda yang
bekerja di Domei, terutama B.M. Diah, agar memperbanyak naskah proklamasi dan
menyebarkannya ke seluruh dunia. Para pemuda tidak langsung pulang ke rumah masing-
masing. Mereka berkumpul untuk membagi tugas dalam kelompok untuk menyelenggarakan
pembacaan naskah proklamasi. Salah satu kelompok dibawah pimpinan Sukarni mengadakan
rapat rahasia membicarakan bagaimana caranya untuk menyiarkan berita proklamasi dan
pengerahan massa unutk mendengarkan pembacaan teks proklamasi.

Pembacaan Teks Proklamasi

Gambar 3. Teks Proklamasi

Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, para pemuda banyak yang datang menuju ke
Lapangan Ikada. Mereka mengira teks proklamasi akan dibacakan disana. Pihak Jepang yang
mengetahui kedatangan para pemuda itu kemudian berusaha untuk menghalang-halangi.
Namun setelah mendapatdari beberapa pemuda yang mengetahui tentang pembacaan teks
proklamasi, mereka semua pun menuju ke Jalan Pegangsaan Timur.

Akhirnya, pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, dihadapan massa yang
mendhadiri acara, Soekarno didampingi Hatta membacakan teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

Setelah itu disusul dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat. Secara
spontan dan tanpa dipimpin, massa mengiringinya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan


Gambar 4. Pembacaan Teks Proklamasi (Ir. Soekarno)

Peristiwa rengasdengklok berhasil menginisiasi terjadinya proklamasi Indonesia segera


setelah Jepang menyerah. Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, hal yang perlu
selanjutnya dilakukan adalah menyebarkan informasi tersebut seluas-luasnya. Sesaat setelah
proklamasi dikumandangkan, kabarnya telah sampai kepada kepala bagian radio dari kantor
berita Domei. Melalui kabar dari Sjahrudin, seorang wartawan Domei, Joesoef Ronodipu
memerintahkan seorang markonis (petugas telekomunikasi kapal) untuk segera menyiarkan
sebanyak 3 kali berturut-turut.

Berkat sebuah taktik yang mereka lakukan, kabar tentang proklamasi kemeredekaan Indonesia
berhasil tersiar . Akan tetapi, baru dua kali berita itu tersiar, pihak Jepang yang mendengar
penyiaran itu menjadi marah dan memerintahkan agar siaran dihentikan. Meskipun demikian,
Palenewer selaku kepala bagian Radio Domei tetap memerintahkan bawahannya untuk
menyiarkan berita gembira tersebut.

Sehingga setiap setengah jam sampai pukul 16.00 siaran tentang proklamasi kemerdekaan
Indonesia tersiar terus menerus. Akibat penyiaran itu, pimpinan militer Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita tersebut sebagai suatu kekeliruan. Setelah itu pada
tanggal 20 Agustus 1945, pihak Jepang menyegel pemancar radio itu dan para pegawainya
dilarang masuk.

Setelah Kemerdekaan

Wilayah Karawang pada masa lalu (hasil pembagian oleh Sunan Gunung Jati pada abad
ke 15) kemudian dipecah menjadi dua bagian pada masa perang kemerdekaan sekitar tahun
1948 dengan sungai Citarum dan sungai Cilamaya menjadi pembatasnya, wilayah Kabupaten
Karawang Barat meliputi wilayah Kabupaten Karawang sekarang ditambah desa-desa di
sebelah barat Citarum yaitu desa-desa Sukasari dan Kertamanah dengan ibukota di kecamatan
Karawang.

Sementara Kabupaten Karawang Timur meliputi wilayah Kabupaten Purwakarta dikurangi


desa-desa di kecamatan Sukasari (yang dahulu masih bagian dari Kabupaten Karawang) dan
Kabupaten Subang dengan ibukota di kecamatan Subang. lalu kemudian pada tahun 1950 nama
Kabupaten Karawang Timur diubah menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibukota di
kecamatan Subang dan Kabupaten Karawang Barat menjadi Krawang dengan ibukota di
kecamatan Karawang.

Pada tahun 1968 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama
Kabupaten Karawang Timur menjadi Kabupaten Subang dengan ibukota di kecamatan Subang
dan Kabupaten Purwakarta dengan ibukota di kecamatan Purwakarta.

Karena pada tahun yang sama berlangsung proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang
dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur maka pemerintah pusat pada masa itu merasa perlu
untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya
diputuskan dimasukan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta.

Sehingga pada tahun 1968 wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang
berada disebelah barat sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar bendungan Ir. Djuanda
atau Bendungan Jatiluhur, desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang
sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, sehingga dengan
diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi
berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai Kabupaten Karawang.

Karawang Masa Kini

Tanpa melupakan sejarahnya, Karawang kini telah berkembang pesat untuk membuktikan pada
para pejuang bahwa wilayah tersebut menjalani kemerdekaan dengan baik. Di masa awal
kemerdekaan, wilayah ini hadir sebagai kabupaten. Ya, saat itu, Kabupaten Karawang dikenal
sebagai Lumbung Padi yang ikut memberikan sumbangsih besar bagi program swasembada
pangan kala itu.

Wilayah Kabupaten Karawang yang didominasi oleh area hijauan karena banyaknya area
persawahan, kemudian berkembang dengan munculnya beberapa perusahaan besar yang
mendirikan pabrik. Hal ini tak lepas dari kepercayaan perusahaan asing yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Pelan tapi pasti, Karawang berubah dari Lumbung Padi menjadi
Kawasan Industri.
Saat ini, Karawang telah menjadi wilayah perindustrian terbesar di Indonesia, serta kedua
terbesar di Asia Tenggara. Industri-industri yang dibangun dan dibesarkan di Karawang mampu
menunjukkan perannya yang besar terhadap ekonomi Indonesia. Kini, Karawang mampu
memberikan pendapatan yang besar bagi penduduknya, bahkan mampu mengalahkan Jakarta.
Standar Upah Minimum Regional di Karawang merupakan yang terbesar di Indonesia.

Berbagai jenis industri ada di Karawang. Industri otomotif, IT, garmen, elektronik, dan masih
banyak lainnya, bisa ditemukan di Karawang.

Lokasi Persinggahan Napak Tilas Kemerdekaan RI

Sebagai wilayah penting yang menjadi saksi sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI, beberapa
lokasi di Jakarta dan Karawang merupakan destinasi penting napak tilas kemerdekaan RI. Jika
Anda ingin mengunjungi situs-situs bersejarah tersebut, berikut beberapa lokasi yang bisa Anda
kunjungi.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta

Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Munasprok
adalah sebuah museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah yang berkaitan dengan
penyusunan naskah Proklamasi. Bangunan dua lantai ini dulunya adalah rumah Laksamana
Maeda. Anda dapat menyaksikan benda-benda koleksi dan patung lilin yang menggambarkan
proses perumusan naskah Proklamasi.

Rumah Sejarah Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok

Terletak di Rengasdengklok, Rumah Sejarah Djiaw Kie Siong adalah rumah tempat para pemuda
singgah saat menculik Soekarno-Hatta. Rumah ini dipilih karena tak mencolok dan tidak
mengundang kecurigaan Jepang yang kala itu menjaga ketat tiap lokasi penting yang bisa
digunakan untuk berkumpul. Di rumah inilah Soekarno-Hatta singgah dan beristirahat. Rumah
ini sempat mengalami renovasi dan dipindahkan tak jauh dari lokasi aslinya.

Tugu Kebulatan Tekad, Rengasdengklok

Tak jauh dari Rumah Sejarah Djiaw Kie Siong, Tugu Kebulatan Tekad berdiri tegak berbentuk
tangan mengepal yang berwarna keemasan. Tugu ini adalah simbol perjuangan pemuda di
Rengasdengklok untuk meyakinkan Soekarno-Hatta agar segera melakukan Proklamasi
Kemerdekaan RI. Meski lokasi ini hanya menawarkan tugu dan dinding relief, namun tersedia
area yang luas dan rindang, sehingga cukup menyenangkan untuk berlibur.

Tugu Proklamasi, Jakarta


Berlokasi di daerah Pegangsaan, Menteng, Jakarta, Kompleks Tugu Proklamasi menjadi simbol
kebebasan bangsa Indonesia dari penjajahan. Dengan adanya lokasi ini, pengunjung bisa
mengenang jasa para proklamator dan semua yang terlibat dalam proses proklamasi. Bagi
generasi milenial, Tugu Proklamasi menyimpan informasi lengkap perjuangan bangsa demi
tercapainya Proklamasi Kemerdekaan RI. Tanpa Proklamasi, bangsa Indonesia mungkin tidak
akan pernah merdeka secara mandiri, hasil perjuangan rakyat.

Kesimpulan

Dari penelitian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu Karawang merupakan
bagian dari saksi sejarah perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia
dari tangan penjajah yang diperkuat dengan beberapa bukti peninggalan sejarah seperti rumah
yang dahulu dijadikan tempat penculikan bung karno dan bung hatta yang sampai saat ini masih
ada di tanah karawang, tepat nya di rengasdengklok.

Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa keterbatasan baik pada saat


melakukan observasi secara langsung maupun wawancara yang mungkin dapat mempengaruhi
hasil penelitian ini, diantaranya Penelitian dilakukan di tengah masa pandemi covid-19. Jadi
untuk proses observasi dan wawancara tidak bisa dilakukan dengan maksimal terkait
kebijakan pemerintah dan penerapan social distancing.

Daftar Pustaka

Kabardaerah.com (2019) Asal Usul Kabupaten Karawang Jawa Barat. Link


https://jabar.kabardaerah.com/asal-usul-kabupaten-karawang-jawa-barat/ diakses 10
April 2021
http://www.pepelingkarawang.org/2016/04/pangkal-perjuangan.html
https://tirto.id/yang-terjadi-kala-drama-penculikan-sukarno-di-rengasdengklok-cSMu

https://www.karawangkab.go.id/sekilas/sejarah-karawang

Anda mungkin juga menyukai