Disusun Oleh :
PEMBAHASAN
Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan
berawa-rawa. Hal ini menjadikan apabila Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an
artinya tempat berawa-rawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang
berawa-rawa, bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut. Selain sebagian rawa-rawa
yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti : Rawasari,
Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain. Keberadaan daerah Karawang telah dikenal
sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang pada masa itu,
merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan
Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa
buku-buku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhan-pelabuhan
penting dari kerajaanPajajaran adalah : “ CARAVAN “ sekitar muara Citarum”, Yang disebut
CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai
Citarum. Sejak dahulukala, bila orang-orang yang bepergian akan melewati daerah-daerah rawa,
untuk keamanan, mereka pergi berkafilah-kafilah dengan menggunakan hewan seperti Kuda,
Sapi, Kerbau atau, Keledai. Demikian pula halnya yang mungkin terjadi pada zaman dahulu,
kesatuan-kesatuan kafilah dalam bahasa Portugis disebut “ CARAVAN ” yang berada disekitar
muara Citarum sampai menjorok agak ke pedalaman sehingga dikenal dengan sebutan “
CARAVAN “ yang kemudian berubah menjadi Karawang. Dari Pakuan Pajajaran ada sebuah jalan
yang dapat melalui Cileungsi atau Cibarusah, Warunggede, Tanjungpura,Karawang, Cikao,
Purwakarta, Rajagaluh Talaga, Kawali, dan berpusat di kerajaan Galuh Pakuan di Ciamis dan
Bojonggaluh. Luas Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas Kabupaten
Karawang masa sekarang. Pada saat itu Kabupaten Karawang meliputi Bekasi,Subang,
Purwakarta dan Karawang sendiri.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Kaisar Hiro Hito mengumumkan bahwa Jepang
menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh
Amerika Serikat. Berita kekalahan Jepang dengan cepat didengar oleh bangsa Indonesia,
terutama oleh para pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang, Domei.
Soekarno, Hatta, dan Radjiman yang baru kembali dari Dalat dalam rangkamemenuhi undangan
Marsekal Muda Terauchi (Panglima Jepang yang membawahi kawasan Asia Tenggara) belum
mengetahui berita tersebut. Para pemuda yang telah mengetahui info tersebut mendesak
Soekarno dan Hatta unutk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanpa bentukan
Jepang. Akan tetapi, Soekarno dan Hatta ingin mendapat kepastian terlebih dahulu apakah
benar Jepang benar-benar telah menyerah. Soekarno dan Hatta masih memiliki keinginan untuk
membicarakan segala sesuatu mengenai pelaksanaan proklamasi dalam rapat PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Tempat Soekarno diculik Adanya perbedaan pandangan antara golongan muda dengan
Soekarno-Hatta membuat mereka para golongan muda untuk menculik mereka berdua.
Akhirnya Soekarno-Hatta diculik dan dibawa ke rengasdengklok. Keputusan untuk menculik
kedua tokoh tersebut diambil dalam rapat tanggal 16 Agustus 1945 dini hari ayng dihadiri oleh
Sukarni, Jusuf Kunto, dr, Mawardi dari barisan Pelopor dan Shudanco Singgih dari Daidan PETA
Jakarta Syu. Tugas penculikan diberikan kepada Singgih.
Akan tetapi Nishimura mengatakan bahwa setelah menyerahnya Jepang, mereka mendapatkan
perintah untuk menjaga status quo. Artinya, proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak boleh
dilakukan. Dari pertemuan itu, akhirnya mereka merasa yakin bahwa tidak ada gunannya lagi
membicarakan masalah kemerdekaan dengan pihak Jepang. Kemudian, mereka kembali ke
rumah Laksamana Maeda yang dinilai relatif lebih aman dari campur tangan angkatan
bersenjata Jepang pada saat itu. Kedudukan Laksamana Maeda sebagai kepala kantor
penghubung angkatan laut di daerah kekuasaan angkatan darat harus dihormati. Tidak lama
setelah itu, anggota PPKI dan tokoh-tokoh pemuda mendatangi rumah Laksamana Maeda.
Kemudian Soekarno dan Hatta dengan ditemani Ahmad Soebardjo menuju ruang makan untuk
merumuskan naskah proklamasi.
Setelah rumusan teks proklamasi selesai disusun, Soekarno memberikan saran agar
semua orang yang hadir pada saat itu bersama-sama menandatangani naskah tersebut selaku
wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran itu diperkuat oleh Moh. Hatta dengan mengambil contoh
Declaration of Indepence Amerika Serikat. Namun usul itu ditentang oleh para golongan
pemuda. Mereka tidak setuju kalau naskah itu ditandatangani oleh tokoh-tokoh tua yang
dianggap sebagai “budak-budak Jepang”. Hal itu memunculkan ketegangan. Sukarni kemudian
mengusulkan agar naskah itu ditandatangani oleh Soekarno-Hatta saja selaku wakil bangsa
Indonesia.
Usul itu secara aklamsi disetujui oleh semua yang hadir. Setelah itu, Soekarno menyerahkan
konsep naskah proklamasi kepada Sayuti Melik untuk diketik. Naskah itu akhirnya
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. Setelah naskah proklamasi siap, kemudian dirundingkan
bagaimana cara naskah tersebut disebarluaskan. Sukarni mengusulkan Lapangan Ikada (Ikatan
Atletik Djakarta) untuk digunakan mengumpulkan masyarakat Jakarta untuk mendengarkan
proklamasi. Namun, Lapangan Ikada dikhawatirkan cukup rawan dan akan menimbulkan
bentrokan dengan pihak Jepang. Oleh karena itu Soekarno mengusulkan agar pembacaan
naskah proklamasi diselenggarakan di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sekarang
telah dibongkar dan dijadikan gedung pola dan monumen proklamasi).
Usul itu disetujui dan pertemuan pun selesai. Mereka semua meninggalkan rumah Laksamana
Maeda pukul 04.30. Namun sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada para pemuda yang
bekerja di Domei, terutama B.M. Diah, agar memperbanyak naskah proklamasi dan
menyebarkannya ke seluruh dunia. Para pemuda tidak langsung pulang ke rumah masing-
masing. Mereka berkumpul untuk membagi tugas dalam kelompok untuk menyelenggarakan
pembacaan naskah proklamasi. Salah satu kelompok dibawah pimpinan Sukarni mengadakan
rapat rahasia membicarakan bagaimana caranya untuk menyiarkan berita proklamasi dan
pengerahan massa unutk mendengarkan pembacaan teks proklamasi.
Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, para pemuda banyak yang datang menuju ke
Lapangan Ikada. Mereka mengira teks proklamasi akan dibacakan disana. Pihak Jepang yang
mengetahui kedatangan para pemuda itu kemudian berusaha untuk menghalang-halangi.
Namun setelah mendapatdari beberapa pemuda yang mengetahui tentang pembacaan teks
proklamasi, mereka semua pun menuju ke Jalan Pegangsaan Timur.
Akhirnya, pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, dihadapan massa yang
mendhadiri acara, Soekarno didampingi Hatta membacakan teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Setelah itu disusul dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat. Secara
spontan dan tanpa dipimpin, massa mengiringinya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Berkat sebuah taktik yang mereka lakukan, kabar tentang proklamasi kemeredekaan Indonesia
berhasil tersiar . Akan tetapi, baru dua kali berita itu tersiar, pihak Jepang yang mendengar
penyiaran itu menjadi marah dan memerintahkan agar siaran dihentikan. Meskipun demikian,
Palenewer selaku kepala bagian Radio Domei tetap memerintahkan bawahannya untuk
menyiarkan berita gembira tersebut.
Sehingga setiap setengah jam sampai pukul 16.00 siaran tentang proklamasi kemerdekaan
Indonesia tersiar terus menerus. Akibat penyiaran itu, pimpinan militer Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita tersebut sebagai suatu kekeliruan. Setelah itu pada
tanggal 20 Agustus 1945, pihak Jepang menyegel pemancar radio itu dan para pegawainya
dilarang masuk.
Setelah Kemerdekaan
Wilayah Karawang pada masa lalu (hasil pembagian oleh Sunan Gunung Jati pada abad
ke 15) kemudian dipecah menjadi dua bagian pada masa perang kemerdekaan sekitar tahun
1948 dengan sungai Citarum dan sungai Cilamaya menjadi pembatasnya, wilayah Kabupaten
Karawang Barat meliputi wilayah Kabupaten Karawang sekarang ditambah desa-desa di
sebelah barat Citarum yaitu desa-desa Sukasari dan Kertamanah dengan ibukota di kecamatan
Karawang.
Pada tahun 1968 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama
Kabupaten Karawang Timur menjadi Kabupaten Subang dengan ibukota di kecamatan Subang
dan Kabupaten Purwakarta dengan ibukota di kecamatan Purwakarta.
Karena pada tahun yang sama berlangsung proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang
dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur maka pemerintah pusat pada masa itu merasa perlu
untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya
diputuskan dimasukan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta.
Sehingga pada tahun 1968 wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang
berada disebelah barat sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar bendungan Ir. Djuanda
atau Bendungan Jatiluhur, desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang
sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, sehingga dengan
diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi
berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai Kabupaten Karawang.
Tanpa melupakan sejarahnya, Karawang kini telah berkembang pesat untuk membuktikan pada
para pejuang bahwa wilayah tersebut menjalani kemerdekaan dengan baik. Di masa awal
kemerdekaan, wilayah ini hadir sebagai kabupaten. Ya, saat itu, Kabupaten Karawang dikenal
sebagai Lumbung Padi yang ikut memberikan sumbangsih besar bagi program swasembada
pangan kala itu.
Wilayah Kabupaten Karawang yang didominasi oleh area hijauan karena banyaknya area
persawahan, kemudian berkembang dengan munculnya beberapa perusahaan besar yang
mendirikan pabrik. Hal ini tak lepas dari kepercayaan perusahaan asing yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Pelan tapi pasti, Karawang berubah dari Lumbung Padi menjadi
Kawasan Industri.
Saat ini, Karawang telah menjadi wilayah perindustrian terbesar di Indonesia, serta kedua
terbesar di Asia Tenggara. Industri-industri yang dibangun dan dibesarkan di Karawang mampu
menunjukkan perannya yang besar terhadap ekonomi Indonesia. Kini, Karawang mampu
memberikan pendapatan yang besar bagi penduduknya, bahkan mampu mengalahkan Jakarta.
Standar Upah Minimum Regional di Karawang merupakan yang terbesar di Indonesia.
Berbagai jenis industri ada di Karawang. Industri otomotif, IT, garmen, elektronik, dan masih
banyak lainnya, bisa ditemukan di Karawang.
Sebagai wilayah penting yang menjadi saksi sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI, beberapa
lokasi di Jakarta dan Karawang merupakan destinasi penting napak tilas kemerdekaan RI. Jika
Anda ingin mengunjungi situs-situs bersejarah tersebut, berikut beberapa lokasi yang bisa Anda
kunjungi.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Munasprok
adalah sebuah museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah yang berkaitan dengan
penyusunan naskah Proklamasi. Bangunan dua lantai ini dulunya adalah rumah Laksamana
Maeda. Anda dapat menyaksikan benda-benda koleksi dan patung lilin yang menggambarkan
proses perumusan naskah Proklamasi.
Terletak di Rengasdengklok, Rumah Sejarah Djiaw Kie Siong adalah rumah tempat para pemuda
singgah saat menculik Soekarno-Hatta. Rumah ini dipilih karena tak mencolok dan tidak
mengundang kecurigaan Jepang yang kala itu menjaga ketat tiap lokasi penting yang bisa
digunakan untuk berkumpul. Di rumah inilah Soekarno-Hatta singgah dan beristirahat. Rumah
ini sempat mengalami renovasi dan dipindahkan tak jauh dari lokasi aslinya.
Tak jauh dari Rumah Sejarah Djiaw Kie Siong, Tugu Kebulatan Tekad berdiri tegak berbentuk
tangan mengepal yang berwarna keemasan. Tugu ini adalah simbol perjuangan pemuda di
Rengasdengklok untuk meyakinkan Soekarno-Hatta agar segera melakukan Proklamasi
Kemerdekaan RI. Meski lokasi ini hanya menawarkan tugu dan dinding relief, namun tersedia
area yang luas dan rindang, sehingga cukup menyenangkan untuk berlibur.
Kesimpulan
Dari penelitian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu Karawang merupakan
bagian dari saksi sejarah perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia
dari tangan penjajah yang diperkuat dengan beberapa bukti peninggalan sejarah seperti rumah
yang dahulu dijadikan tempat penculikan bung karno dan bung hatta yang sampai saat ini masih
ada di tanah karawang, tepat nya di rengasdengklok.
Daftar Pustaka
https://www.karawangkab.go.id/sekilas/sejarah-karawang