PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis terluas nomor tiga di dunia setelah Brazil
dan Kongo dengan luas hutan sekitar 1.860.359,67 km2 dan menempati urutan
pencegah banjir, bentang alam, mengatur iklim, menjaga suhu dan kelembaban
pengetahuan.
menggunakan pola Atur dan Awasi atau sering disebut command and control
yang bersifat mandatori dinilai gagal oleh para konsumen hijau (green
Indonesia. Sistem regulasi langsung atas atur dan awasi ini dilakukan dengan
membuat undang-undang dan peraturan tentang lingkungan hidup, dengan tujuan
terhadap pelanggaran secara cepat dan tepat (Hadi, 2014: vii). Namun demikian
tiga prasyarat tersebut tidak bisa dilakukan dengan baik oleh pemerintah sehingga
telah terjadi dengan luasan yang sangat besar. Berdasarkan hasil analisis Forest
Watch Indonesia (2015:5), laju deforestasi di Indonesia selama tiga periode ini
1,8 juta ha/tahun dalam kurun waktu 1985-1997, sekitar 2,84 juta ha/tahun dalam
kurun waktu 1997-2000 dan sekitar 1,51 juta ha/tahun selama tahun 2000-2009
dan berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2015), laju
deforestasi pada tahun 2009-2011 sebesar 0,45 juta ha/tahun , tahun 2011-2012
sebesar 0,61 juta ha/tahun, tahun 2012-2013 sebesar 0,73 juta ha/tahun dan tahun
lahan, kegiatan penambangan, peralihan fungsi hutan dan penebangan yang tidak
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengurusan Hutan
Rujukan pengurusan hutan adalah Bab III pasal 10 UU Nomor 41 Tahun 1999.
hutan; 3.) penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan
kehutanan dan 4.) pengawasan. Keempat kegiatan ini dibahas per bab dalam UU
2. Perencanaan Kehutanan
pada Bab IV pasal 11 UU Nomor 41 Tahun 1999, yang meliputi: 1.) inventarisasi
hutan;, 2.) pengukuhan kawasan hutan; 3.) penatagunaan kawasan hutan; 4.)
Output inventarisasi hutan adalah data dan informasi tentang sumber daya, potensi
pengelolaan hutan tingkat provinsi, kabupaten dan unit pengelolaan (KPH). Untuk
3. Pengelolaan Hutan
Pengelolaan hutan meliputi kegiatan: 1.) tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan; 2.) pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan; 3.)
rehabilitasi dan reklamasi hutan dan 4.) perlindungan hutan dan konservasi alam.
Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan
6 Tahun 2007). Output dari tata hutan adalah blok dan petak serta pemetaanya
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas,
tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan tidak produktif.
kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
4. Pemanfaatan Hutan
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
secara optimal dan adail untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, izin usaha
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, dan izin
pemungutan hasil hutan bukan kayu. Dalam pemanfaatan hutan inilah ada
2010). Penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan pada kawasan hutan
jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, stasiun relay televisi, dan stasiun
bumi pengamatan keantariksaan; jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan
pengairan lainnya; fasilitas umum; industri selain industri primer hasil hutan;
penampungan korban bencana alam dan lahan usahanya yang bersifat sementara;
atau pertanian tertentu dalam rangka ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Output dari penggunaan kawasan hutan adalah izin pinjam pakai kawasan.
Dalam pengelolaan hutan lestari, ada sejumlah aspek yang berpengaruh. Ketahui pula tahap pengelo
Ada dua dimensi berbeda yang mau tidak mau harus dihadapi dalam kaitannya dengan pengelo
hutan. Sisi pertama, pengusahaan hutan menjadi salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi nasion
Sementara itu, di sisi lain pengelolaan hutan menyisakan persoalan terkait menurunnya kuantitas
kualitas hutan. Dua hal ini menjadi alasan kuat untuk memperketat pengawasan terhadap pengelo
hutan.
Apa saja masalah yang umum terjadi dalam pengelolaan hutan? Salah satu di antaranya ad
intensitas pembalakan yang melebihi tingkat pembalakan lestari. Padahal, agar hutan tidak rusak ka
digunakan untuk kepentingan manusia, perlu ada regenerasi yang baik. Pembalakan liar ditandai den
Penyebab maraknya pembalakan liar antara lain permintaan terhadap kayu bulat ternyata lebih b
daripada produksi hutan lestari. Selain itu, ada permintaan terhadap ukuran maupun jumlah kayu b
Fakta lain yang tidak boleh diabaikan dalam pengelolaan hutan di Indonesia adalah me
pembalakan yang tidak efisien. Hal ini bisa dilihat dari proporsi kayu yang didapatkan, limbah teban
dan kerusakan yang terjadi setelah pembalakan. Bukan hanya itu, penanaman hutan kembali sangat
Berbagai permasalahan tersebut menimbulkan kondisi yang dilematis pada sektor kehuta
Indonesia. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) menjadi salah satu langkah penting y
dilakukan guna mengurangi laju penurunan kualitas dan kuantitas hutan di Indonesia.
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari adalah proses pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan yang t
ditetapkan, yaitu menyangkut produksi hasil hutan tanpa dampak negatif terhadap lingkungan
sosial. Tujuan pengelolaan hutan juga tidak boleh mengurangi nilai di dalamnya serta potensi y
Ada berbagai usaha yang dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan supaya dapat meningka
dampak positif serta mengurangi dampak negatifnya. Dalam hal ini, terdapat lima aspek pokok y
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pengelolaan hutan produksi le
adalah kepastian hukum. Untuk melakukan usaha-usaha pengelolaan hutan, perlu ada kepas
hukum yang dirangkum dalam aturan yang sah. Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan kegi
Kepastian hukum tersebut harus diikuti oleh pengendalian pelaksanaan operasional yang dilaku
secara sah. Perencanaan pengelolaannya dan penetapan kawasan juga harus jelas dan telah dikukuh
secara hukum.
kesinambungan produksi merupakan hal yang tak kalah penting. Karena itu, diperlukan peneta
sistem silvikultur yaitu sistem panen dan pembudidayaan. Hal ini harus disesuaikan dengan kon
Produksi kayu pada siklus pertama biasanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan menata area hu
Caranya bisa dilakukan dengan inventarisasi serta penafsiran foto udara. Hal ini bermanfaat
jatah produksi tahunan secara riil tidak berbeda dengan perkiraan produksinya.
Selanjutnya, untuk siklus kedua, kesinambungan produksi perlu diperhatikan. Hal ini terkait dengan
penebangan, inventarisasi tegakan yang tertinggal, serta penanaman maupun pemeliharaan tegakan.
- Aspek Konservasi Flora Fauna dan Keanekaragaman Hayati serta Fungsi Hutan
Ketiga, aspek konservasi flora dan fauna juga wajib diperhatikan. Konservasi dilakukan u
penyediaan plasma nutfah, membangun zona penyangga yang membatasi hutan produksi dengan h
konservasi, inventarisasi flora dan fauna, pencegahan terhadap penebangan pohon yang tidak b
ditebang, pencegahan kebakaran, serta perlindungan sungai, pantai, mata air, dan area yang dilind
lain.
Aspek keempat yang terkait dengan pengelolaan hutan lestari adalah aspek ekonomi. Dalam aspek
sumber daya manusia memiliki pengaruh yang cukup penting. Ada beberapa hal yang p
diperhatikan, yaitu profesionalisme tenaga kerja, kesejahteraan karyawan, serta kesempatan bekerja
Selain itu, aspek ekonomi dalam pengelolaan hutan juga mencakup hak tradisional masyarakat un
memanfaatkan hasil hutan non-kayu serta untuk kebutuhan kegiatan spiritual. Ada pula as
pendidikan maupun kesehatan masyarakat, baik yang berada di dalam atau sekitar hutan.
Aspek ekonomi juga berkaitan dengan bantuan-bantuan yang diterima oleh masyarakat, termasu
antaranya dalam bentuk penyuluhan dan bimbingan atau dalam bentuk material. Dengan demi
- Aspek Kelembagaan
Dalam rangka Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, peran lembaga yang berwenang juga tak
diabaikan. Ada Kementerian Kehutanan dan sejumlah organisasi yang mengusung ketentuan meng
Untuk itu, dibutuhkan tenaga-tenaga profesional sehingga dapat mendukung pengelolaan hutan.
Selain dari beberapa aspek tersebut, keberhasilan pengelolaan hutan lestari juga bergantung p
sejumlah faktor, antara lain kebijakan dan komitmen pemerintah, dukungan masyarakat, stru
pemerintah yang menjamin kebijakan dan komitmen, serta investasi yang memadai untuk merencana
Setelah mengetahui aspek-aspek penting dalam pengelolaan hutan lestari, langkah selanjutnya ad
Tahap pertama yang sangat penting adalah tahap prakondisi. Dalam tahap ini, intinya terletak p
komitmen dari pengelola hutan dalam melaksanakan PHPL. Bukti komitmen tersebut antara lain den
melakukan hal-hal berikut:
Kesadaran tersebut harus dimiliki oleh semua jajaran internal, mulai dari pemilik perusah
manajemen, hingga staf lapangan. Untuk menciptakan kesadaran tersebut, perlu ada pemahaman ten
Bukti selanjutnya yang perlu ditunjukkan oleh pengelola hutan adalah membangun komitmen u
pengelolaan hutan. Hal itu bisa ditunjukkan melalui visi dan misi perusahaan, adanya pemenuhan as
legalitas, dan memiliki tenaga teknis yang memahami tentang pengelolaan hutan lestari.
Hal ini merupakan langkah pertama untuk memperbaiki kinerja dalam rangka pengelolaan h
produksi lestari. Hasil penilaian ini perlu disosialisasikan kepada semua jajaran pengelola hutan.
Setelah mendapatkan nilai dari gap assesment tersebut, perlu ada tindak lanjut dengan membuat renc
aksi. Komponen yang harus ada adalah target, kegiatan, penanggung jawab, dan waktu pelaksanaan.
Langkah kedua adalah mengumpulkan data dasar yaitu informasi menyeluruh terkait sumber d
hutan, dampak potensial, kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Ada pun kegiatan utama dalam tahap ini adalah penataan batas area kerja serta pengukuhan kawa
hutan dan analisis terhadap dampak lingkungan (AMDAL). Analisis ini perlu dilakukan g
memenuhi syarat pemanfaatan hasil hutan.
Jadi, inilah 5 aspek pokok dalam pengelolaan hutan lestari beserta tahap-tahap pengelolaan y
Pasal 11
Pasal 12
huruf a, meliputi:
a. inventarisasi hutan,
Pasal 13
dengan survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan
(3) Inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
(4) Hasil inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
khususnya6
:
1. Keberlanjutan, keadilan dan manfaat mata
dayanya.
investasi.
dibutuhkan.
perspective)
objectives)
on monitoring)
judgement).
sebagai ekosistem.
Perkembangan pendekatan dalam pengelolaan
hutan.
kebutuhan ekonomi keluarga; (2) Bergesernya nilai-nilai budaya masyarakat akibat terbukanya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Referensi:
Perlindungan Hutan
Hutan
Hutan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 jo Nomor 105 Tahun 2015 tentang