Anda di halaman 1dari 3

Indonesia - malaysia dalam perebutan pulau sipadan ligitan dan ambalat.

Ambalat telah lama menjadi wilayah sengketa Indonesia dan Malaysia, dua negara serumpun yang
bertetangga. Blok laut seluas 15.235 kilometer persegi yang terletak di Selat Makassar itu menyimpan
potensi kekayaan laut yang luar biasa, terutama minyak. tambang di Ambalat yang menyimpan
cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas.

Indonesia tegas menyatakan Ambalat sebagai bagian dari wilayahnya sebab dari segi historis, Ambalat
merupakan wilayah Kesultanan Bulungan di Kalimantan Timur yang jelas masuk Indonesia. Terlebih
berdasarkan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa yang telah diratifikasi RI dan tercantum
pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1984, Ambalat diakui dunia sebagai milik Indonesia. Meski
demikian, kapal perang dan pesawat tempur Malaysia tetap sering wara-wiri di Ambalat. Pada 2005
bahkan sempat terjadi ketegangan serius di Ambalat. Saat itu Angkatan Laut RI dan Malaysia sama-sama
dalam kondisi siap tempur. Kronologi ketegangan Pada 21 Februari 2005 misalnya, 17 warga Indonesia
ditangkap kapal perang Malaysia, KD Sri Malaka, di Karang Unarang yang dianggap masih bagian dari
Ambalat.

Indonesia - malaysia dalam perebutan pulau sipadan ligitan dan ambalat.

Menurtut saya jenis tekhnik propoganda yang terjadi pada kasus pertama adalah card staking 6. Card
Staking, meliputi pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan, dan
pernyataan-pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suatu
gagasan, program, orang, atau produk. Teknik ini memilih argument atau bukti yang mendukung sebuah
posisi dan mengabaikan hal-hal yang mendukung posisi itu. Argument-argumen yang dipilih bisa benar
atau salah. Dan hal ini terjadi pada kasus pertama yakni Sejak 1979 Malaysia sudah mengincar Ambalat,
ketika negeri itu memasukkan Pulau Sipadan dan Ligitan yang berada di perairan Ambalat sebagai titik
pengukuran zona ekonomi eksklusif mereka. Dalam peta itu, Ambalat pun diklaim milik Malaysia –
sehingga memancing protes dari Indonesia

RUSIA DENGAN WHATABOUTISM

Whataboutisme adalah teknik propaganda yang pernah digunakan oleh Uni Soviet saat berinteraksi
dengan dunia Barat, kemudian menjadi bentuk propaganda di Rusia pasca-Soviet. Saat kritik dilontarkan
terhadap Uni Soviet, Soviet selalu menanggapi balik "Bagaimana dengan." sambil membeberkan sebuah
peristiwa di negara-negara Barat. Istilah whataboutery sudah ada dalam bahasa Inggris Britania sejak
masa konflik The Troubles di Irlandia Utara. Sejumlah leksikografer menyatakan bahwa varian
whataboutism muncul tahun 1990-an, sedangkan sejarawan lainnya menyatakan bahwa istilah ini
digunakan oleh pejabat pemerintah Barat untuk menyebtu strategi propaganda Soviet semasa Perang
Dingin.

RUSIA DENGAN WHATABOUTISM

Pada study kasus ini merupakan salah satu sikap mengelak pada tanggung jawab moral pribadi yang
paling lumrah praktik yang dilakukan kedua belah pihak saat The Troubles di Irlandia Utara untuk
menyoroti hal-hal yang dilakukan pihak sebelah kepada mereka.

CHINA AMERICA PROPOGANDA DAN POLA KOMUNIKASI POLITIKNYA DI ERA PANDEMI

Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa kali memilih menyebut virus corona sebagai "virus
China". Sementara Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyebutnya "virus Wuhan", yang membuat
Beijing tersinggung. Presiden dan menteri luar negeri AS mengecam China karena kegagalannya dalam
penanganan awal wabah tersebut. Tetapi juru bicara China sama sekali menolak gagasan bahwa mereka
kurang transparan tentang apa yang sedang terjadi. Sementara itu, media sosial di China telah
menyebarkan berita bahwa pandemi tersebut disebabkan oleh program militer AS; rumor yang
mendapat daya tarik yang cukup besar.

AMERICA PROPOGANDA DAN POLA KOMUNIKASI POLITIKNYA DI ERA PANDEMI

Contoh tekhnik propoganda yang di lakukan adalah Name calling dimana Stilwell menyebut keempat
media tersebut: China Central Television (CCTV), China News Service (CNS), People's Daily, dan Global
Times.

"Partai Komunis tidak hanya menerapkan kontrol operasional terhadap alat propaganda tersebut,
namun juga secara penuh menjalankan kontrol terhadap konten mereka," kata Stilwell.

Kementerian Luar Negeri AS juga mengumumkan lima media China lain sebagai misi negara asing--
sehingga mewajibkan mereka melaporkan daftar nama anggota serta kepemilikan properti pribadi.

Anda mungkin juga menyukai