\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
Oleh :
Wulan Amelia Putri
NIM 2108436706
Pembimbing :
dr.Loriana Ulfa, Sp.THT-KL
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan kronik telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
lebih dari dua bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul. Sekret yang timbul
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratif kronik
(OMSK) dahulu disebut otitis media perforata, dalam kehidupan sehari-hari disebut
congek.6
2.2 ANATOMI TELINGA
Telinga merupakan indera pendengar yang terdiri dari tiga bagian yaitu
telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga seperti
diperlihatkan pada gambar:
0
antitragus dan konka. Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri
temporalis superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis
superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh
cabang nervus cranial V, VII, IX dan X. Pars cartilage berjalan ke arah posterior
superior , merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini
melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit
dari daun telinga , kulit tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan
kelenjar sebasea. Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna
coklat merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen
disebut serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior
dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Membran Timpani (MT)
berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo , dasar MT tampak sebagai
bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu
lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa.7
2.5 KLASIFIKASI
OMSK TIPE BENIGNA
OMSK tipe benigna (tipe aman) atau biasa disebut tipe tubotimpani. OMSK tipe ini
melibatkan bagian anteroinferior dari celah telinga tengah dan berhubungan dengan
perforasi sentral yang permanen. Karena tidak ada resiko komplikasi yang serius,
maka OMSK tipe ini disebut juga OMSK aman atau benigna yang dapat berupa :6
• Aktif (perforasi basah) : adanya inflamasi mukosa dan mukopurulen
• Inaktif (perforasi kering): tidak adanya inflamasi mukosa dan discharge
mukopurulen
• Perforasi permanen : perforasi sentral kering yang tidak sembuh dalam waktu
yang lama mengindikasikan epitel squamosal eksterna menyatu dengan mukosa
interna pada pinggir perforasi.
• Otitis media kronik yang sembuh : Penyembuhan perforasi akan mengarah kepada
penutupan membran tipis (hilangnya lapisan fibrosa). Hal ini berhubungan dengan
timpanosklerosis atau gangguan pendengaran konduktif. Proses peradangan pada
OMSK tipe benigna atau aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Pada OMSK jenis ini, tidak ada kolesteatoma Pada OMSK tipe
aman masih mungkin dapat diatasi dengan pengobatan antibiotic.
OMSK TIPE MALIGNA
OMSK tipe maligna disebut juga tipe atikoantral atau tipe bahaya. Tipe maligna
adalah tipe atikoantral karena biasanya proses dimulai di daerah tersebut. OMSK
tipe ini melibatkan daerah atik dan posterosuperior pada celah telinga tengah. Ada
perforasi atik atau marginal pada kuadran posterosuperior pars tensa. Pada OMSK
tipe maligna terdapat kolesteatoma. Karena tipe ini sering berhubungan dengan
resiko komplikasi yang serius dan bisa menyebabkan erosi tulang akibat
kolesteatoma, maka tipe ini disebut juga tipe bahaya atau tidak aman. Kadang-
kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.
Granulasi dan osteitis ditemukan pada banyak kasus.6
• Inaktif: kantong retraksi self cleaning pada pars tensa posterosuperior atau daerah
atik dengan potensi adanya kolesteatoma
• Aktif: Kolesteatoma aktif mengerosi tulang, membentuk granulasi dan ada
discharge yang berbau. OMSK tipe ini disebut juga tipe tulang karena penyakit ini
menyebabkan erosi tulang. Komplikasi yang muncul dari OMSK tipe maligna
cukup berbahaya. Pada kasus yang sudah lanjut, dapat terlihat abses atau fistel
retroaurikuler (belakang daun telinga), polip atau jaringan granulasi di liang telinga
luar yang berasal dari dalam telinga tengah yang dapat ditandai dengan discharge
berupa darah, terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, sekret berbentuk nanah dan
berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada
rontgent mastoid.1
2.6 KOLESTEATOMA
Pada proses penyembuhan perforasi, epitel skuamosa, dapat tumbuh ke dalam
telinga tengah membentuk struktur kantong yang mengumpulkan debris epitel yang
lepas sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang
lama maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan
terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma. Setiap perforasi membran
timpani (MT) dapat disertai dengan kolesteatoma, yang merupakan kantung yang
dilapisi kulit yang menampung debris skuamosa yang meluas, dan dengan infeksi
ringan kronik. Ketika kolesteatoma meluas, struktur telinga tengah hancur dan
meluas ke dalam sistem sel udara mastoid. Kolesteatoma juga meluas sepanjang
dasar fossa kranialis media di bawah lobus temporalis. Penghancuran tulang telinga
tengah dan mastoid paling mungkin dibantu oleh enzim osteolitik yang dilepaskan
oleh degradasi selular pada kolesteatoma.13
2.6 PATOGENESIS
Patogenesis utama dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut
(OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret
yang terusmenerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa
kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis. Perjalanan
penyakit otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani menjadi otitis
media supuratif kronis (OMSK) apabila prosesnya sudah lebih dari dua bulan. Bila
proses infeksi kurang dari dua bulan disebut otitis media supuratif subakut. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi dan daya tahan tubuh
yang rendah serta higiene buruk. Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani
antara lain infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis,
pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis, mandi dan berenang dikolam
renang, mengorek telinga dengan alat yang terkontaminasi, malnutrisi, serta otitis
media supuratif akut yang berulang. OMSK dimulai dari episode infeksi akut
terlebih dahulu. Patofisiologi dari OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi
dari mukosa telinga tengah yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi
yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi,
kekebalan tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Pada anak-anak lebih
mudah mendapat infeksi telinga tengah dikarenakan struktur tuba pada anak yang
berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna
sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi
telinga tengah berupa OMA. Respon inflamasi pada fase awal yang timbul adalah
berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh
penderita dalam menghentikan infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan
granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga
tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya
jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya. Perbedaan
patofisiologi tipe benigna dengan tipe maligna adalah terletak dari pembentukan
kolesteatom. Pada tipe benigna, kolesteatom tidak terbentuk. Proses patogenesis
telinga tengah yang terjadi pada OMSK maligna sudah melewati periosteum tulang
pada atik, antrum mastoid sehingga menyebabkan destruksi tulang atau
osteomielitis. Kolesteatoma adalah suatu struktur kistik yang dibungkus oleh
lapisan sel-sel epitel berlapis gepeng yang mengalami keratinisasi. Kolesteatom
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling sering adalah
proteus dan pseudomonas Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak
organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses
nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh reaksi asam oleh pembusukan bakteri.
Mekanisme pengrusakan tulang oleh kolesteatoma dilakukan mungkin oleh retraksi
imunologik yang timbul, juga oleh karena penekanan debris yang menumpuk
bersama dengan retraksi asam yang timbul karena dekomposisi bakteri. Proses
tersebut menyebabkan erosi perlahan-lahan pada tulang disekitarnya. Erosi tulang
ini akhirnya akan merusak sel-sel mastoid, bahkan dapat terus merusak ke arah
korteks mastoid menyebabkan abses retroaurikular. 6
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dari anamnesis dan
pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan
pemeriksaan sederhana untuk mengetahui gangguan pendengaran. Untuk
mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan
audiometric nada murni, audiometri tutur (speech audiometric), dan pemeriksaan
BERA (brainstem evoked response audiometric) bagi pasien anak yang tidak
koperatif dengan pemeriksaan audiometrik nada murni.6
2.8 PENATALAKSANAAN
melakukan penangan pada pasien OMSK, perlu dilakukan evaluasi faktor yang
fungsi dan proses infeksi telinga pasien. Penanganan OMSK dapat dibagi menjadi
2.9 KOMPLIKASI
2.10 PROGNOSIS
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan semakin bahaya dan bersifat
fatal. Sehingga OMSK tipe maligna harus diobati secara aktif dan proses erosi
tulang berhenti.5
BAB III
LAPORAN KASUS
Status Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama : NY. RIM
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Hang Tuah Ujung No. 156
Suku Bangsa : Melayu
ANAMNESA (autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Penurunan pendengaran pada telinga kiri disertai gatal dan keluar cairan
sejak 2 bulan yang lalu.
0
• Riwayat ISPA (-)
• Riwayat asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Keluhan yang sama dalam keluarga (-)
• Riwayat keganasan (-)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 116/71 mmHg
Frekuensi Nadi : 91 x/menit
Pernapasan : 21 x / menit
Suhu Tubuh : 36,3oC
Pemeriksaan Sistemik
Kepala
Mata : Allergic shiner : (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga Radang Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Lapang / sempit Lapang Lapang
Liang Telinga Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Sekret/Serumen Warna Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Membran Tympani
Warna - Hiperemis
Refleks Cahaya - Sulit dinilai
Utuh Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Jumlah perforasi - 1
Jenis Tidak ada subtotal
Perforasi Kuadran Tidak ada semua kuadran
Pinggir Tidak Rata Tidak Rata
Warna mukosa Hiperemis Hiperemis
telinga tengah
Gambar
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Cavum Nasi Lapang /Cukup Cukup lapang Cukup lapang
Lapang/Sempit
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Jenis - -
Sekret Jumlah - -
Bau - -
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Konkha Inferior Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Ukuran Normal Normal
Warna Merah muda Merah muda
Konkha Media
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Cukup lurus / deviasi Cukup lurus Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Septum Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Massa Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor
Gambar
Ada / Tidak
Muara Tertutup sekret
tuba Eustachius Edema
Lokasi
Massa Ukuran
Bentuk
Permukaan
Post Nasal Drip Ada / Tidak
Jenis
Gambar
Orofaring / Mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Simetris/ Tidak Simetris Simetris
Palatum Mole Warna Merah muda Merah muda
+ Arkus Faring Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/ Eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding Faring Warna Merah muda
Permukaan Licin
Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Muara kripti Tidak melebar Tidak melebar
Tonsil
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dengan Tidak ada Tidak ada
pilar
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Penurunan pendengaran pada telinga kiri sejak 2 bulan yang lalu disertai keluar
cairan berwarna jernih sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan Fisik
Telinga Kanan Kiri
Daun Telinga Normal Normal
Liang Telinga Lapang, tidak terdapat sekret Lapang, tidak terdapat sekret
Membran Tympani sulit dinilai
Mastoid Normal Normal
Tes Garpu Tala
Rhinne positif Negatif
Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (+)
Schwabach Normal Memanjang
Kesimpulan Normal Tuli konduktif
Audiometri Tidak dilakukan
Pembedahan :
Mastoidektomi
Prognosis :
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanam : Dubia
Quo ad functionam : Dubia
Nasehat:
Menjelaskan tentang penyakit dan komplikasi serta rencana tindakan
Hindari masuknya air kedalam telinga
Jangan membersihkan telinga dengan mengorek telinga terlalu dalam
karena dapat melukai gendang telinga sehingga mudah terjadi infeksi
Kontrol ke poliklinik seminggu lagi
PEMBAHASAN
pasien datang ke poli THT rsud arifin Achmad untuk periksa telinga
karena mengeluhkan pendengaran berkurang diserta nyeri, gtal dan keluar cairan
berwarna jernih sejak 2 bulan yang lalu.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan ditegakkan diagnosis otitis media supuratif kronik tipe
maligna aurikula sinistra. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2018, menyatakan
bahwa mayoritas pasien yang menderita OMSK berusia 10-20 tahun (45,45%).
Pada penelitian Pratama juga ditemukan hasil gambaran distribusi sampel
berdasarkan tipe OMSK, tipe aktif memiliki angka kejadian yang lebih banyak yaitu
sebesar 261 (68,3%) dibandingkan tipe tenang yang memiliki angka kejadian
sebesar 121 (31,7%). Insiden OMSK dengan kolesteatoma di Amerika ditemukan
pada anak usia 10-19 tahun sebanyak 9,2 kasus dalam 100.000 populasi. Demikian
juga di Israel didapatkan insiden OMSK dengan kolesteatoma pada anak umur 1-
15 tahun sebanyak 39 kasus per 100.000 populasi.9
Penelitian di Bangladesh juga memperlihatkan bahwa OMSK dengan
kolesteatoma memiliki gejala klinis terbanyak berupa telinga berair (100%). Gejala
yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, berbau busuk, kadangkala
disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat
bercampur darah. Infeksi kronis telinga tengah dapat terjadi akibat faktor
predisposisi trauma membrane timpani karena kebiasaan mengorek telinga secara
berlebihan.3
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar OMSK dibedakan menjadi fase
aktif dan fase tenang. Fase tenang adalah keadaan kavum timpaninya terlihat basah
atau kering. Pada pemeriksaan otoskopi, membran timpani kiri ditemukan adanya
perforasi subtotal dengan tepi tidak rata. Perforasi yang terjadi merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya infeksi berulang, karena selain terjadi perubahan pada
tuba eustachius dan kavum timpani, telinga tengah tidak terlindungi dari luar.5,6
Keluhan penurunan pendengaran dapat terjadi dikarenakan adanya
akumulasi cairan pada telinga tengah. Akumulasi cairan tersebut dapat
menghambat hantaran suara ke telinga dalam.3 Penelitian Dewi, dkk pada tahun
2018, menyebutkan bahwa penderita OMSK paling banyak berkisar antara usia 10-
20 tahun, dan keluhan yang paling banyak menyebabkan pasien datang ke
pelayanan kesehatan adalah otore, diikuti kurangnya pendengaran, otalgia, dan
nyeri kepala.6
Berdasarkan hasil pemeriksaan tes garpu tala, didapatkan hasil tes rhinne
telinga kiri negatif. Hasil tes weber terdapat lateralisasi ke telinga kiri, dan hasil tres
schwabach memnjang pada telinga kiri. Kesan pemeriksaan tes garputala adalah
tuli campur telinga kiri. Jenis gangguan pendengaran yang umumnya terjadi adalah
konduktif karena kerusakan tulang pendengaran. Beberapa peneliti melaporkan
adanya sensorineural hearing loss (SNHL) yang dapat terjadi bersamaan atau
sebagai sekuel dari OMSK yang menunjukkan adanya gangguan fungsi koklea.2-5
Kolesteatoma diduga sebagai salah satu faktor risiko terjadinya gangguan fungsi
koklea pada OMSK.3-6 Kolesteatoma merupakan debris keratin yang menumpuk
di kantong epitel skuamosa di dalam telinga tengah atau tulang temporal. Selain
dapat menyebabkan erosi tulang pendengaran, kolesteatoma juga dapat
menyebabkan erosi tulang labirin. Gangguan pendengaran pada OMSK tipe
maligna sebagian besar adalah konduktif. Perforasi membran timpani umumnya
menyebabkan tuli konduktif dan kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran
menyebabkan tuli konduktif yang lebih berat.3,7
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini berupa terapi medikamentosa,
observasi dan anjuran mastoidektomi. Medikamentosa yang diberikan adalah
antibiotik ofloxacin tetes telinga. Tatalaksana pembedahan yang direncanakan
yaitu mastoidektomi, operasi ini merupakan pembedahan yang dilakukan pada
OMSK dengan kolesteatoma. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang seluruh
jaringan patologik dan rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang
masih ada. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan yaitu
mastoidektomi. Sebelum dilakukan pembedahan dilakukan terapi konservatif
terlebih dahulu.4
Sebagai edukasi, pasien disarankan untuk menghindari masuknya air ke
dalam telinga dan tidak membersihkan telinga secara berlebihan. Prognosis pada
pasien untuk Quo ad vitam adalah bonam sedangkan Quo ad sanam adalah Dubia
karena OMSK merupakan penyakit yang berulang. OMSK memiliki berbagai
komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna..4,8
KESIMPULAN
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluar sekret dari telinga
tengah terus-menerus atau hilang timbul selama lebih dari 2 bulan. Faktor yang
menyebabkan otitis media akut menjadi kronis antara lain pemberian terapi yang
terlambat, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang kuat, daya tahan tubuh
yang rendah , higienis yang jelek dan infeksi saluran napus atas yang berulang.
Penatalaksanaan OMSK bergantung pada tipe OMSK tersebut. Prinsip
penatalaksanaan OMSK tipe aman (banigna) ialah konservatif atau dengan
medikamentosa sedangkan pada OMSK tipe bahaya (maligna) ialah pembedahan.
Prognosis kesembuhan OMSK adalah dubia karena OMSK merupakan penyakit
yang berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kolo ES, Salisu AD, Yaro AM, Nwaorgu OGB. Sensorineural hearing loss
in patients with chronic suppurative otitis media. Indian Journal of
Otolaryngol Head Neck Surg. 2012;64(1):59-62.
2. Vikram BK, Khaja N, Udayashankar SG, Venkathesa BK, Manjurath D.
Clinicoepidemiological study of complicated and uncomplicated chronic
suppurative otitis media. The Journal of Laryngology & Otology 2008; 122:
442-6.
3. Van der Veen EL, Schilder AG, Van Heerbeek N, Verhoeff M, Zilhuis GA,
Rovers MM. Predictor of chronic suppurative otitis media in children. Arch
Otolaryngology Head and Neck Surgery 2006; 132: 1115-8.
4. Wisnubroto. Dampak akibat otitis media kronik. Kumpulan Naskah Ilmiah
Kongres Nasional PERHATI-KL XIII, Bali, 2003.
5. Vikram BK, Khaja N, Udayashankar SG, Venkathesa BK, Manjurath D.
Clinicoepidemiological study of complicated and uncomplicated chronic
suppurative otitis media. The Journal of Laryngology & Otology 2008; 122:
442-6.
6. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Edisi ke 7. 2012.
Jakarta. Badan penerbit FK UI. 2012. Jakarta. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012;59-67.
7. Drake R L, Vogl A W, Mitchell A W. Grays anatomy for students. Third
edition. 2015. Philadelphia; churchill livingstone elsevier. 2015;1060-1068
8. Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In:
Meyerhoff WL eds. Diagnosis and management of hearing loss.
Philadelphia: WB Saunders, 1984: 1 - 12.
9. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Alih
bahasa: Staf pengajar FKUIRSCM. 13rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara,
1997:105-9.
10. Michael et al. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Adams GL,
Boies
11. LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta; EGC; 1997. h.
88-119.
12. Schilder AG, Chonmaitree T, Cripps AW, Rosenfeld RM, Casselbrant ML,
Haggard MP, et al. Otitis media. Nature Reviews Disease Primers
2016;2:16063.
13. Wahyudiono AD, Winartoyo S, Wardhani V, Handoko E. The role of
cholesteatoma on the bone conduction threshold in chronic suppurative
otitis media. In: Cholesteatoma and Ear Surgery. Amsterdam: Kugler
Publication; 2013.p.321-3.