Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan. Makalah asuhan keperawatan ini
merupakan makalah asuhan keperawatan pengetahuan bagi mahasiswa maupun para
pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah asuhan keperawatan ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas
kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III dengan judul “FURUNKEL
(bisul)”. Dalam penulisan makalah asuhan keperawatan ini penulis berusaha menyajikan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah asuhan keperawatan
ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah asuhan keperawatan ini.
Akhir kata, semoga makalah asuhan keperawatan ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua. Amin.

Sungguminasa, 20 Oktober 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1  Latar Belakang......................................................................................................1
1.2  Tujuan Penulisan...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................2
2.1  Definisi..................................................................................................................2
2.2  Etiologi..................................................................................................................2
2.3  Patofisiologi..........................................................................................................2
2.4  Manifestasi Klinis.................................................................................................4
2.5  Komplikasi............................................................................................................4
2.6  Penatalaksanaan Medis.........................................................................................4
2.7  Pemeriksaan penunjang.........................................................................................5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................6
3.1  Kasus.....................................................................................................................6
3.2  Pengkajian.............................................................................................................6
3.3  Pemeriksaan Fisik.................................................................................................7
3.4  Analisa Data..........................................................................................................9
3.5  Diagnosa Keperawatan..........................................................................................10
3.6  Intervensi...............................................................................................................11
Implementasi……………………………………………………………………
Evaluasi………………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang


Furunkel merupakan satu jangkitan kulit yang biasa terjadi pada neonatus, biasanya juga
merupakan radang atau infeksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus.
bila ada gatal pada kulit lalu di garuk sedangkan kebersihan kurang terjaga, sehingga bakteri
akan masuk dan terjadi infeksi, dan menimbulkan furunkel atau bisul.
Furunkel mungkin saja muncul sejak bayi bahkan pada bayi baru lahir. Ibu-ibu terutama yang
baru punya anak umumnya takut memandikan dan mengeramasi bayinya. Pada bayi kulitnya
masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan, fungsinya belum berlangsung dengan
baik, sehingga rentang terhadap berbagai gangguan dari lingkungan. Fungsi kulit bayi yang
masih dalam perkembangan ini dan belum sempurnanya berbagai fungsi komponen-komponen
penting pada kulit, membuat si kecil mudah sekali terserang organisme seperti virus bakteri dan
jamur.
1.2  Tujuan Penulisan
A.    Tujuan umum :
1.      Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan furunkel!
B.     Tujuan khusus :
1.      Mampu menjelaskan definisi furunkel
2.      Mampu menjelaskan etiologi/penyebab penyakit furunkel
3.      Mampu menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan penyakit furunkel
4.      Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit furunkel.
BAB II
TIJNJAUAN TEORI
2.1  Definisi
Furunkel( Bisul) merupakan inflamasi akut yang timbul dalam pada satu atau lebih folikel
rambut dan menyebar lapisan dermis sekitarnya. Kelainan ini lebih dalam daripada folikulitis.
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutansekitarnya. Furunkel
dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih darisatu tempat disebut furunkulosis.
Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagaifaktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang
kurang, dan daya tahan tubuhyang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada
folikel rambut dikulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.

Furunkel adalah radang kulit seperti bisul dimulai yang ditandai dengan radang folikel rambut
(folikulitis) yang kemudian menjalar ke jaringan bawah sekitar dengan membentuk suatu abses
2.2  Etiologi
A.    Bakteri : stafilokokus aureus, berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm, susunan
bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan
gram tampak berwarna ungu.
B.     Jamur paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong. Akan terasa sangat
nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau jari-jari tangan.

2.3  Patofisiologi
Furunkel dapat berawal sebagai “ jerawat “ yang kecil,merah,menonjol,dan terasa
sakit.sering kali infeksi ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak subkutan
menimbulkan nyeri tekan,rasa sakit,dan selulitis di daerah sekitarnya. Daerah kemerahan dan
indurasi menggambarkan upaya tubuh untuk menjaga agar infeksi tetap terlokalisasi.
Bakteri( biasanya stafilococcus ) menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang di serangnya.
Terbentuknya jaringan tengah bisul yang has terjadi beberapa hari kemudian. Kalau hal ini
terjadi, bagian tengah tersebut menjadi berwarna kuning atau hitam,dan bisul semacam ini di
katakan oleh orang awam sebagai bisul “ Yang sudah matang “.
2.4  Manifestasi Klinis
Mula-mula modul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut, kemudian
menjadi pustula dan mengalami nekrose dan menyembuh setelah pus keluar dan meninggal
sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari – 3 minggu. Nyeri, terutama pada yang akut, besar, di
hidung, lubang teling luar.Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual).
Dapat satu atau banyak dan dapat kambuh-kambuh. Tempat predileksi : muka, leher, lengan,
pergelangan tangan dan jari-jari tangan, pantat dan daerah anogenital.
2.5  Komplikasi
Berikut adalah beberapa komplikasi furunkel
A.    Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas
dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial melalui vena
facialis dan anguular emissary dan juga pada vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga
menyebar ke sinus cavernosus yang nantinya bisa menjadi meningitis
B.     Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
C.     Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup jantung, sendi,
spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal
D.    Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk

2.6  Penatalaksanaan Medis

A.    Bila furunkel disertai demam berikan antibiotic sistemik.


B.     Jika infeksi
C.     berat atau pada area berbahaya dosis antibiotik maximal harus diberikan dalam bentuk
parenteral.
D.    Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase sangat diperlukan.
E.     Jika infeksi berulang atau ada komplikasi, periksa kultur perlu dilakukan.
F.      Terapi antimicrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan berubah.
G.    Adapun penatalaksanaan untuk furunkel atau furunkolosisi adalah sebagai berikut:
1.      Topikal
Topical diberikan salep yang mengandung basitrasin dan neomisin, asam fusidat , natrium
fusidat atau yang mengandung mupirosin. Bila terjadi ulkus atau lesi masih eksudatif dilakukan
kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/ 5000, larutan rivanol 0,1% atau povidin
iodine 5%-10%.

2.      Sistemik
Sistemik diberikan antibiotic, seperti :
-  Koksasilin 3 x 500 mg per oral/ hari selama 5-7 hari atau
-  Sefadroksil 2 x 500 mg peroral/ hari selama 10-14 hari
-  Bila alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin
-  Pada furunkel maligna diberikan sefotaksim 1 gram intramuskuler per 8 jam selama 10 hari

2.7  Pemeriksaan Penunjang

Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis darifurunkel


menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis danlemak subkutan.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yangdikonfirmasi dengan pewarnaan
gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram S.aureusakan menunjukkan sekelompok kokus
berwarna ungu (gram positif)bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada
medium agar MSA(  Manitot Salt Agar  ) selektif untuk S.aureus Bakteri ini dapat
memfermentasikanmanitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah
menjadikuning. Kultur S. Aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar(6-8
mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Ujisensitivitas antibiotik
diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Kasus
Seorang Perempuan berusia 56 tahun datang ke poli klinik dengan keluhan bisul di dahi
kiri sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya timbul satu bintil kecil seperti bekas gigitan nyamuk
,lalu semakin hari semakin besar dan jumlahnya bertambah menjadi banyak. Bisul dirasakan
nyeri dan kadang-kadang terasa gatal. Sebelum timbul bisul pasien sering menggaruk dahinya
karena gatal terutama saat suhu panas dan berkeringat juga karena gesekan dengan jilbab yang
setiap hari dipakai. Sudah diberi salep yang di belinya di apotek tetapi keluhan tetap. Pada saat di
lakukan pemeriksaan fisik oleh perawat didapatkan kemerahan pada dahi, dan ditengahnya
terdapat pustule dan jumlahnya banyak, dengan ukuran diameter bervariasi antara 1-2 cm, berbentuk
seperti kubah atau kerucut. Pasien juga mengatakan nyeri dengan skala 7 (1-10) nyeri dirasakan
terus manerus dan teraba hangat . Suhu 39°C, Nadi 80x/ menit, TD 120 mmHg, RR 24x/menit

3.2  Pengkajian
A.    Anamnesis
Pada pengkajian anamnesis biasanya didapatkan adanya keluhan sistemik skunder dari
nyeri,meliputi peningkatan panas badan,malaise,dan mual. Pada beberapa pasien keluhan ini
bersifat recuren ( kambuh-kambuhan).
Pada pemeriksaan fisik,pada awal furunkel di dapatkan suatu nodula kecil yang mengalami
peradangan pada folikel rambut,kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrosis dan sembuh
setelah pus keluar dan meninggalkan sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari sampai 3 minggu.
Pasien mengeluh nyeri,terutama pada yang akut,besar,di hidung,dan lubang telinga luar.Tempat
predileksi : muka,leher,lengan,pergelangan tangan dan jari-jari tangan,pantat,serta daerah
anogenital.

1.      Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan Utama, biasa pasien mengeluh gatal-gatal (pruritus) kulit kering, terdapat luka,
bengkak, terdapat masa atau benjolan, Ekimosis (Perdarahan di bawah kulit).
2.      Riwayat kesehatan masa lalu
Mengkaji apakah sebelumya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan dengan penyakit yang saat ini di derita. Misalnya, sebelumnya pasien
pernah mengatakan infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di rumah
sakit.

3.      Riwayat alergi


Alergi terhadap makanan dan obat obatan

4.      Riwayat kesehatan keluarga


Kaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak mengalami penyakit yang sama. Faktor
predisposis genetik berhubungan dengan gangguan sistem integumen seperti alopecia, ichtiosis
atopik dermatitis, psorioasis. Penyakit sistemik yang terkait sistem integumen seperti DM, blood
dyscrasia, lupus eritomatosus dan scabies.

5.      Pola hidup


Penggunaan produk tertentu seperti sabun, bedak dan lotion waktu.

6.      Riwayat pengobatan


Penggunaan obat yang sedang dan yang sudah dikonsumsi, photosensitizing drug seperti :
diuretik, tetracyline “ sun burn” pada daeranh yang terexposure sinar matahari. Obat yang
digunakan dengan cara cara topikal sering mengakibatkan sensitifitas kulit.

7.      Riwayat psikososial dan spiritual


Mengkaji orang terdekat pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien dalam
keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme kopingterhadap stres,persepsi pasien
terhadap penyakitnya,tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem kepercayaan.
3.3  Pemeriksaan fisik

A.    Kulit
Warna : warna kulit di pengaruhi oleh ras. Kulit abnormal ditemukan flushing, cyanosis,
jaundice dan pigmentasi tidak teratur. Normal kulit area yang kurang pigmentasi memperlihatkan
lebih jelas keadaan yang abnormal dari pada kulit yang lebih pigmen
Kelembaban : tingkat hidrasi kulit terhadap basah dan minyak secara umum kelembaban
kulit kering. Kelembaban biasanya terdapat pada daerah aksilla dan lipatan paha. Kulit lembab
dan dingin (abnormal).
Temperatur,dikaji dengan dorsal tangan,normal hangat secara keseluruhan.Bila ada hipertermi
atau hipotermi ,bandingkan dengan bagian opposite.
Texture: palpasi texture kulit dengan cara menekan secara lembut dengan ujung
jari,normal : halus,lembut,kenyal.
Abnormal : bengkak,atropi
Turgor ,turgor adalah elastisitas dari kulit.
Diukur beberapa lama kulit dan jaringan di bawahnya kembali ke awal setelah di tarik. Normal <
3 detik.
Edema ,edema adalah penumpukan cairan yang berlebih dalam jaringan,area edema di
palpasi untuk menentukan konsisitensi,temperature,bentuk,mobilisasi.
Pitting edema,area yang di periksa sakrum,di atas tibia,pergelangan kaki.
Odor ( Bau ),kulit normal tidak bau,bila terdapat axila luka terbuka,infeksi,hygine tidak adekuat.
Lesi ( Kerusakan kulit ) lokasi,distribusi,ukuran,warna,dan adanya drainase.

B.     Rambut
Distribusi bilateral sesuai dengan perkembangan usia dan seksual,hirsutism ( pertumbuhan
rambut yang berlebihan pada wanita dan anak – anak pada tempat yang merupakan tanda sek
skunder),bulu halus ( velus ) umumnya terdapat pada seluruh permukaan tubuh,peningkatan di
tribusi ( axila dan pubis ) ketebalan,texture, dan atanda infeksi.

C.     Kuku
Inspeksi : warna,texture,ketebalan,bentk,dan integritas.
Palpasi : CRT > 3 detik

3.4  Analisa Data


Data senjang Etiologi Masalah keperawatan
(Ds dan Do) (Diagnosa)
Ds : Nyeri
Invasi bakteri ke
Do :
beberapa folikel rambut
Adanya raut muka
meringis.
Melaporkan adanya nyeri furunkel
dan sikap melindungi
area nyeri
Pembentukan pus pada
ruang folikel rambut

Respons inflamasi lokal

Kerusakan saraf perifer

Nyeri
Ds : Kerusakan integritas kulit
Invasi bakteri ke
Do : adanya benda asing beberapa folikel rambut
merusak peermukaan
kulit,dan kerusakan
furunkel
integritas kulit

Pembentukan pus pada


ruang folikel rambut

Respons inflamasi
lokal

Kerusakan integritas
kulit/jaringan
Ds : Hepertermi
Invasi bakteri ke
beberapa folikel rambut
Do ; adanya kulit
kemerahan kulit terasa
hangat .
furunkel

Pembentukan pus pada


ruang folikel rambut

Respons inflamasi
sistemik

Peningkatan suhu tubuh

hipertermi
Ds : Defisi pengetahuan
Invasi bakteri ke
Pasien tidak mengetahui
mengenai penyakitya beberapa folikel rambut
Do :
Pasien tampak bingung
furunkel

Pembentukan pus pada


ruang folikel rambut

Respons psikologis

Ketidaktahuan tentang
proses penyakit,
perawatan dan
pencegahan berulangnya
penyakit

Defisit pengetahuan

3.5  Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri
2. Kerusakan Integritas Kulit/Jaringan
3. Hipertermi
4. Defisit Pengetahuan
3.6  Intervensi Keperawatan
N Tujuan Intervensi Rasional
o
Dx
1 Setelah dilakukan
1.      Kaji skala nyeri 1.      Perubahan
Asuhan 2.      Dorong ekspresi, perasaan karakter, lokasi,
Keperawatan tentang nyeri intensitas nyeri
...x24Jam, diharapkan
3.      Ajarkan teknik relaksasi, dapt
Nyeri : distraksi, massage, guiding mengindikasikan
1.      Nyeri imajenery komplikasi
terkontrol/teratasi 4.      Berikan aktivitas terapeutik
2.      Pernyataan
2.      Melaporkan tepat sesuai dengan kondisi dan memungkinkan
keringanan nyeri usia pasien pengungkapan
3.      Laporan
5.      Kolaborasi pemberian emosi dan dapat
bertambahnya analgesik sesuai indikasi meningkatkan
Kenyamanan mekanisme koping
3.      Memfokuskan
kembali pehatian,
meningkatkan
relaksasi dan
meningkatkan rasa
control yang dapat
menurunkan
ketergantungan
farmakologis
4.      Membantu
mengurangi
konsentrasi nyeri
yang dialami dan
memfokuskan
kembali perhatian
5.      Perubahan metode
untuk
penghilangan
nyeri
2 Setelah dilakukan
1.      Kaji/catat ukuran atau warna,
1.      Memberikan
Asuhan kedalaman luka dan kondisi informasi dasar
Keperawatan sekitar luka tentang kebutuhan
...x24Jam, diharapkan
2.      Anjurkan pasien untuk menjaga dan petunjuk
Kerusakan integritas kebersihan kulit dengan cara tentang sirkulasi
kulit : mandi sehari 2 kali 2.      Menjaga
1.      pasien dapat
3.      Lindungi kulit yang sehat kebersihan kulit
mempertahankan terhadap kemungkinan maserasi dan mencegah
integritas kulit 4.      Kolaborasi dalam pemberian komplikasi
obat topical 3.      Maserasi pada
kulit yang sehat
dapat
menyebabkan
pecahnya kulit dan
perluasan kelainan
primer
4.      Mencegah atau
mengontrol infeksi
3 Setelah dilakukan 1.      Suhu 38,9-41oC
1.      Pantau suhu pasien ( derajat
Asuhan dan pola ) menunjukkan
Keperawatan 2.      Berikan kompres hangat proses infeksius
...x24Jam, diharapkan3.      Anjurkan pasien untuk banyak
2.      Membantu
Hipertermi : minum mengurangi
1.      peningkatan suhu
4.      Kolaborasi pemberian demam
tubuh diatas rentang antipiretik 3.      Membantu
dermal mengurangi
demam
4.      Digunakan untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada hipotalamus
4 Setelah dilakukan
1.      Kaji tingkat pengetahuan
1.      Memberikan data
Asuhan pasien dasar untuk
Keperawatan 2.      Jaga agar pasien mendapat mengetahi tingkat
...x24Jam, diharapkan informasi yang benar, pemahaman
Kurang pengetahuan : memperbaiki kesalahan pasien
1.      pasien mampu informasi 2.      Pasien memiliki
mengungkapkan 3.      Beri nasehat kepada pasien perasaan ada
pemahaman tentang untuk menjaga agar kulit tetap sesuatu yang
penyakitnya, pasien lembab dan fleksibel dengan mereka perbuat
memahami tentang pengolesan cream atau lotion dan merasakan
perawatan kulit. 4.      Peragakan penerapan terapi manfaatnya
yang diprogramkan : obat
3.      memerlukan air
topical agar fleksibelitas
kulit tetap terjaga.
Pengolesan cream
atau lotion untuk
mencegah agar
kulit tidak menjadi
kasar, retak dan
bersisik
4.      Memungkinkan
pasien untuk
memperoleh
kesempatan untuk
menunjukkan cara
yang tepat untuk
melakukan terapi
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 60.2. Abdullah, Benny.

Furunkulosis. In: Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasusdi Rumah Sakit. SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji.Surabaya.2009. hal 113-115.3. Timothy G. Bacterial
Infection. In:Fitzpatrick’sDermatology in GeneralMedicine. 7th Edition. United States of
America: The McGraw-Hill

Companies.2008. pp 1689-1702.4. Suyoso Sunarso, dkk. Furunkel. In: Pedoman Diagnosis


dan Terapi IlmuPenyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Unair.2005. Hal 29-32.

Anda mungkin juga menyukai