Anda di halaman 1dari 9

Di Balik Inisiasi Program Merdeka Belajar: Gagasan Pendidikan Inklusif

dan Terbarukan di Tengah Situasi Pandemi COVID-19


A Muhammad Athallah Naufal1
Teknik Perminyakan Universitas Pertamina1
athanaufala@gmail.com1

I. Pendahuluan: Problematika Pendidikan di Masa Pandemi COVID-19


Seluruh dunia sedang mengalami kesulitan akibat wabah pandemi COVID-19.
Terdapat banyak sektor yang terdampak akibat implikasi langsung pandemi,
khususnya pada pembatasan mobilitas masyarakat. Bahkan, World Bank (2021)
melansir sejumlah negara di Uni Eropa, Korea Selatan, bahkan Singapura, kompak
mengalami resesi ekonomi. Problematika pada sektor ekonomi tentu akan berimbas
pada berbagai macam sektor, salah satunya sektor pendidikan.
Pandemi COVID-19 telah merubah tatanan besar di dunia pendidikan secara
global. Perkembangan kognitif dan karakter pelajar yang sebelumnya dapat diukur
secara langsung oleh pendidik, kini berubah akibat pembatasan sosial berskala
besar, demi memutus mata rantai pandemi. Respons cepat pun dilakukan, dimana
metode pembelajaran tetap berlangsung namun melalui media daring. Seluruh
pihak dituntut untuk proaktif dalam merancang kerangka pendidikan (educational
framework design) yang tepat untuk memenuhi berbagai standar dalam membangun
sumber daya manusia pelajar yang unggul dalam hal kognitif, adaptasi sosial, dan
karakter yang unggul.
Pengembangan kerangka pendidikan yang baru sangat penting dilakukan, dalam
rangka komitmen untuk tetap menyediakan pendidikan unggul yang sifatnya
fleksibel dan adaptif di kondisi pandemi ini. Perubahan baru ini meliputi
penyusunan kurikulum, penyesuaian metode dan jam belajar, serta media yang
digunakan agar pelajar tetap produktif selama belajar di rumahnya masing-masing.
Dengan demikian, sebagai dasar inisiasi pengembangan kerangka pendidikan baru
di era pandemi, PBB melalui OECD (2020) melaksanakan survei terkait urgensi
pengembangan model baru dalam dunia pendidikan di masa pandemi COVID 19.
Survei ini dilakukan dengan melibatkan 330 responden yang terdiri dari tenaga
pendidik, kepala sekolah, penasehat pendidikan, ahli pendidikan, dan masyarakat
sipil dari 98 negara yang berbeda. Adapun datanya dapat dilihat sebagai berikut.

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 1


Gambar 1. Survei Urgensi Pengembangan Kerangka Pendidikan Baru di Masa Pandemi COVID-19
Sumber: OECD Global Education Innovation Initiative at Harvard (2020)

Grafik di atas menunjukkan beberapa parameter terkait penyesuaian konsep


pendidikan di masa pandemi COVID-19 sangat penting dilaksanakan, yang terlihat
dari respons “very critical” pada aspek keberlanjutan pendidikan di masa pandemi,
penyediaan tenaga pendidik yang profesional dan kompeten, pemenuhan
kesejahteraan tenaga pendidik di masa pandemi, dan keberlanjutan assesment atau
penilaian terhadap peningkatan performa pelajar, baik dalam bidang kognitif,
karakter budi pekerti, dan kemampuan adaptasi. Respons positif tersebut
menunjukkan kesadaran masyarakat akan penyelenggaraan pendidikan masih
sangat baik, walaupun di tengah pandemi yang sulit seperti sekarang ini.
Sayangnya, berbagai macam problematika menjadi tantangan global yang sulit
dihadapi dalam dunia pendidikan di era pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Persepsi masyarakat dominan pada tantangan ketersediaan infrastruktur teknologi,
penanganan emosional pelajar selama belajar di rumah, keseimbangan aktivitas
pembelajaran daring di rumah dengan aktivitas bergerak bebas, dan lain-lain. PBB
melalui OECD juga melakukan survei persepsi masyarakat terhadap tantangan
penyelenggaraan pendidikan di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Fakta
mengejutkan menunjukkan bahwa hasil PISA (Program for International Student
Assesment) 2018 berkorelasi secara langsung dengan hasil survei, dimana 30%
pelajar di Indonesia, Filipina, dan Thailand tidak memiliki tempat belajar tenang di
rumah saat pandemi COVID-19. Adapun datanya disajikan sebagai berikut.

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 2


Gambar 2. Survei Tantangan Pengembangan Kerangka Pendidikan Baru di Masa Pandemi COVID-19
Sumber: OECD Global Education Innovation Initiative at Harvard (2020)

Telihat dengan jelas pada grafik di atas, parameter yang menjadi perhatian
penting adalah ketersediaan infrastruktur selama masa pandemi COVID-19, disusul
oleh penanganan mental pelajar selama belajar di rumah, dan pemenuhan
keseimbangan belajar secara digital dan aktivitas bebas. Respons dari responden
pada parameter tersebut dominan pada jawaban some challenges (terdapat beberapa
tantangan) dan many challenges (terdapat banyak tantangan).
Pendidikan sebagai aspek esensial dalam membentuk sumber daya manusia
yang unggul tentu harus tetap diselenggarakan, walaupun di situasi pandemi
COVID-19 yang sulit. Hal yang menjadi urgensi, khususnya bagi Pemerintah
Indonesia dan seluruh elemen masyarakat adalah mengembangkan kurikulum
pendidikan baru yang fleksibel dan dapat beradaptasi walaupun di situasi pandemi
saat ini.
II. Inisiasi Program Merdeka Belajar: Gagasan Pendidikan Inklusif dan
Terbarukan di Tengah Situasi Pandemi COVID-19
Pengembangan kerangka pendidikan yang pragmatis dan komprehensif
menjadi konseptual utama di masa pandemi COVID-19 saat ini. Pengembangan
konsep pendidikan tentu memerlukan pertimbangan dari berbagai faktor,
khususnya mengatasi tantangan, serta tentunya fleksibel dan inklusif bagi seluruh
latar belakang pelajar. Selain itu, akses pendidikan melalui dunia digital tentu harus
dijadikan momentum besar bagi transformasi pengembangan pendidikan untuk

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 3


membentuk sumber daya manusia unggul yang baru. McKinsey & Company
mengelaborasi transformasi pendidikan di era pandemi COVID-19 melalui diagram
berikut.

Gambar 3. Pembaruan Komitmen dan Gambaran Pendidikan Global di Masa Pandemi COVID-19
Sumber: McKinsey&Company (2020)

Konsep yang dirancang McKinsey&Company (2020) memfokuskan


pembaruan komitmen pada peningkatan kemampuan instruktor, peningkatan skill
dalam dunia pembelajaran digital bagi tenaga pendidik, penyediaan data dalam
tatanan sistem pendidikan, serta kesesuaian performa pada konteks sosio-ekonomi
di bidang pendidikan. Sedangkan pada konsep pembaruan gambaran sendiri
berfokus pada akses seluruh elemen dalam bidang teknologi, persiapan tenaga
pendidik dalam menyajikan media pembelajaran, struktur pendidikan, serta
pengalokasian sumber daya yang mumpuni. Kerangka tersebut telah menjadi aspek
fundamentalis dan dapat diimplementasikan melalui suatu program terobosan baru.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia pun meluncurkan Program Merdeka Belajar, sebagai terobosan
dunia pendidikan yang inklusif dan berwawasan global pada tahun 2021 ini. Cikal
bakal dari program ini adalah bentuk kemerdekaan atau kebebasan berekspresi
dalam membentuk pendidikan yang layak bagi seluruh pelajar Indonesia. Nuansa
baru yang ditawarkan melalui penyelenggaraan program ini adalah pengembangan
karakter pelajar yang unggul, mandiri, beradab, serta berkompetensi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Adanya Program Merdeka Belajar diharapkan dapat
meningkatkan performa pelajar di masa depan serta meningkatkan posisi Indonesia
di Peringkat PISA (Program for International Student Assesment).

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 4


Tabel 1. Poin Utama Penyelenggaraan Program Merdeka Belajar
Sumber: Kemendikbud RI (2021)

8 Prioritas Program Merdeka Belajar


1. Pembiayaan Pendidikan Menyasar Program Kartu Indonesia Pintar
2. Program Digitalisasi Sekolah dan Medium Pembelajaran
3. Pembinaan Peserta Didik, Prestasi, Talenta, dan Penguatan Karakter
4. Pendidikan Guru
5. Peningkatan Kurikulum dan Asesmen Nasional
6. Revitalisasi Pendidikan Vokasi
7. Pemajuan Kebudayaan dan Bahasa
8. Kampus Merdeka

Hasil penelusuran penulis terhadap fokus utama penyelenggaraan Program


Merdeka Belajar berfokus pada delapan poin utama di era pandemi yang masih
berlangsung hingga saat ini. Poin pertama terkait pembiayaan pendidikan bagi
masyarakat tidak mampu melalui KIP (Kartu Indonesia Pintar) dengan target 1,095
juta mahasiswa dan 17,9 juta siswa di bangku sekolah. Pemfokusan penyediaan
pembiayaan pendidikan tentu membantu pelajar yang tidak mampu. Hal ini tentu
mengatasi poin tantangan keterbatasan pemenuhan infrakstruktur pembelajaran
berdasarkan OECD (2020) akibat keterbatasan ekonomi melalui pengalokasian
dana pendidikan dari pemerintah. Selain pelajar, pemerintah juga menyokong
pemenuhan fasilitas bagi tenaga pendidik melalui pemberian tunjangan profesi guru
bagi 363 ribu guru di 2021, dimana pandemi masih berlangsung hingga saat ini.

Poin kedua yang menjadi perhatian pemerintah adalah digitalisasi sekolah.


Kebijakan ini tentu sangat relevan di tengah situasi pandemi yang berat hingga saat
ini. Keterbatasan mobilitas secara langsung dalam rangka menghentikan
penyebaran COVID-19 tentu mengharuskan tersedianya media pembelajaran
digital yang interaktif. Saat ini, Kemendikbud melakukan pengintegrasian model
pembelajaran digital melalui penyediaan sarana bagi 16.844 sekolah, pembuatan
layanan terpadu dalam mengetahui tinjauan balik penyelenggaraan pendidikan
digital, serta penyiapan 345 model bahan ajar baru. Inisiasi program ini tentu
menjadi terobosan positif yang harus kita dukung agar menyediakan sarana
pendidikan yang layak meskipun di era pandemi saat ini. Akan tetapi, tantangan

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 5


yang dihadapi adalah bagaimana menyajikan konten yang sesuai dengan karakter
pelajar yang beranekaragam.
Adapun poin ketiga dalam visi program merdeka belajar adalah pembinaan
peserta didik, potensi dan talenta, dan penguatan karakter. Konseptual ini tentu
sangat baik, mengingat pendidikan tidak hanya berbicara mengenai peningkatan
daya kognitif pelajar, melainkan juga pada peningkatan karakter luhur dan pribadi
yang kompetitif dalam bekerja. Membangun karakter luhur perlu dilakukan,
mengingat karakter Indonesia sebagai negara yang beradab, sehingga sumber daya
manusia yang dibentuk harus baik. Selain itu, budaya kompetitif secara sehat harus
dipupuk sejak dini, mengingat persaingan sumber daya manusia global sangat ketat
dan peluang kerjasama internasional terbuka sangat luas, sehingga pelajar yang
kompetitif akan mampu bertahan di tengah disrupsi global yang masif. Program ini
juga melibatkan 305 pemerintah daerah (Pemda) dari seluruh Indonesia yang
diharapkan membangun sinergi yang kuat dalam kawasan regional sebagai
percepatan pembangunan indeks sumber daya manusia di daerah.
Poin keempat yang menjadi peninjauan penting bagi Pemerintah Indonesia
dalam rangka penyelenggraan Program Merdeka Belajar adalah penyelenggaraan
pendidikan bagi tenaga pendidik. Komitmen pemerintah ini tentu menjadi sinyal
positif bagi pendidikan Indonesia masa depan. Selain penyesuaian metode belajar
secara global, hal yang menjadi perhatian pemerintah dalam meningkatkan
kompetensi tenaga pendidik adalah kemampuannya memanfaatkan teknologi
digital, mengingat era pandemi ini menuntut diadakannya digital learning.

Gambar 4. Infografis Teknologi Digital bagi Tenaga Pendidik di Indonesia


Sumber: Ruangguru dan Microsoft Innovative Educator Expert (2016)

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 6


Infografis dari Ruangguru dan Microsoft Innovative Educator Expert (2016)
melansir kemampuan tenaga pendidik di Indonesia terhadap pembelajaran berbasis
digital masih relatif minim, dimana persentase yang mampu mengoperasikan
teknologi secara lancar masih berkisar 20%. Hal ini harus menjadi concern
pemerintah untuk membentuk kualitas pendidik yang handal demi kelancaran
proses pembelajaran, khususnya di era pandemi saat ini.
Poin kelima yang menjadi fokus pemerintah dan tidak kalah pentingnya adalah
peningkatan kurikulum dan asesmen nasional. Rendahnya peringkat Indonesia
dalam PISA yang diadakan OECD menghasilkan konklusi bahwa kemampuan
pelajar Indonesia masih sangat tertinggal dibanding negara-negara lainnya. Hal ini
tentu harus dibenahi secara cepat, mengingat Indonesia digadang-gadang akan
bertransformasi menjadi negara maju pada 2045 mendatang. Penulis berpandangan
sebaiknya pembelajaran di Indonesia berfokus pada pembangunan pola berpikir
melalui penanaman konsep yang fundamentalis dan memperbanyak praktik
ketimbang menggaungkan konsep lama yang mengandalkan pada teoritis serta
formula cepat. Konsep ini didasari pada pengembangan kemampuan motorik yang
akan memperkuat pemahaman teoritis. Selain itu, pemberian soal juga harus
berfokus pada tipe HOTS (High Order Thinking Skill). Penilaian terhadap kinerja
lembaga pendidikan juga harus diperketat pada segi asesmennya agar kualitas
pelajar yang dihasilkan semakin unggul.
Terkait poin keenam mengenai revitalisasi pendidikan vokasi, hal juga menjadi
terobosan baru yang sangat positif, mengingat kualitas pendidikan vokasi di
Indonesia masih kurang dibandingkan negara lain. Padahal, pendidikan vokasi
diharapkan menjadi motor penggerak terbentuknya praktisi-praktisi baru agar
Indonesia menjadi lebih produktif. Penulis berpendapat pengembangan pendidikan
vokasi sebaiknya memperhatikan pemerataan di perdesaan, tidak hanya fokus pada
daerah perkotaan saja. Pengembangan pendidikan vokasi di daerah perdesaan yang
dilandasi potensi daerah diharapkan dapat meningkatkan minat pelajar di daerah
untuk berkontribusi memajukan potensinya, sehingga laju urbanisasi negatif juga
dapat ditekan secara signifikan. Terobosan ini tentu diharapkan dapat memajukan
SDM pelajar Indonesia secara keseluruhan.

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 7


Poin ketujuh dalam yang menjadi visi Program Merdeka Belajar adalah
pemajuan kebudayaan dan bahasa. Visi ini diharapkan dapat meningkatkan
semangat pelajar dalam melestarikan budaya Indonesia di tengah ancaman
degradasi kultur. Pemupukan kecintaan pelajar terhadap bahasa dan budaya
Indonesia juga dilakukan sebagai langkah melestarikan budaya dan penutur bahasa
agar mampu bertahan di era globalisasi ini. Pemerintah Indonesia melalui
Kemdikbud RI telah berhasil menyelenggarakan berbagai kebijakan dalam
memenuhi visi tersebut, seperti penyelenggaraan kompetisi terkait kebudayaan,
penguatan fasilitas kebudayaan daerah, dan lain-lain.
Poin terakhir yang menjadi visi utama dari Program Merdeka Belajar adalah
Program Kampus Merdeka. Penyelenggaraan program ini diharapkan dapat
membentuk pelajar di tingkat perguruan tinggi menjadi SDM yang unggul melalui
kebebasan dalam memilih mata kuliah secara leluasa untuk meningkatkan
keilmuannya, kesempatan dalam mengabdi sebagai mahasiswa melalui kegiatan
kampus mengajar, serta meningkatkan wawasan global melalui program pertukaran
pelajar. Pemberian hak eksklusif bagi mahasiswa dalam meningkatkan kualitas
SDM nya diharapkan membentuk pribadi yang unggul, berwawasan inklusif, serta
kritis di masa depan.

III. Penutup: Harapan Penyelenggaraan Program Merdeka Belajar di


Tengah Pandemi COVID-19
Melalui pemaparan opini terhadap implementasi dan tantangan
penyelenggaraan Program Merdeka Belajar di masa pandemi COVID-19 ini,
diharapkan dapat menjadi terobosan baru untuk tetap menyelenggarakan
pendidikan unggul dan berdaya saing global di tengah masa yang sulit ini. Apabila
gagasan pendidikan ini terlaksana, maka konsep pendidikan inklusif dapat
terselenggara bagi seluruh pelajar secara komprehensif, serta mencerdaskan
kehidupan bangsa dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 8


IV. Referensi
Tim McKinseny&Company. (2016). Reimagining a more Equitable and Resilient
K–12 Education System. Amerika Serikat: McKinsey&Company Global.
Tim Peneliti OECD. (2020). A Framework to Guide an Education Response to The
COVID-19 Pandemic of 2020. Paris: Organisation for Economic Co-operation
and Development.
Tim Ruangguru dan Microsoft Microsoft Innovative Educator Expert. (2016).
Penggunaan Teknologi dalam Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Ruangguru
Indonesia.

Lomba Opini Peringatan Hari Pendidikan Nasional UMM 2021 | 9

Anda mungkin juga menyukai