Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR ASMA BRONKIAL

A. Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic
Society ).
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh
karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan,
logam dan jam tangan
Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/ gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini
akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.

D. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas
cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di
dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada
serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,
antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi
pada malam hari.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
° Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
° Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
° Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
° Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
° Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
° Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
° Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pencetus :
Allergen
Olahraga
Cuaca
Emosi
Imun respon menjadi aktif Pelepasan mediator humoral
Histamine
SRS-A
Serotonin
Kinin
Bronkospasme
Edema mukosa
Sekresi meningkat
inflamasi
Penghambat kortikosteroid
° Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
° Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
° Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
° Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
° Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
° Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
° perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
° Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
( Right bundle branch block).
° Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.

E. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas

F. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
° Memberikan penyuluhan
° Menghindari faktor pencetus
° Pemberian cairan
° Fisiotherapy
° Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
° Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
° Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-
anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang
lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
° Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Pernafasan
 Nafas pendek
 Wheezing pernafasan yang lama
 Retraksi dada
 Takipnea
 Batuk kering, batuk pendek (tanda yang sangat sering)
 Ronchi
 Gerakan cuping hidung
Kardiovaskuler
 Takikardi
Neurologis
 Gelisah
 Cemas
 Sulit tidur
Muskuloskeletal
 Tidak mampu beraktifitas
Integumen
 Sianosis
 Pucat
Psikososial
 Tidak patuh dengan pengobatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan konstriksi bronkus.

Hasil yang diharapkan


Anak akan meningkatkan pertukaran gas ditandai oleh berkurangnya wheezing
dan retraksi, berkurangnya batuk, warna kulit agak kemerahan, waktu pengisian
kapiler 3 sampai 5 detik, dan berkurangnya kegelisahan.

Intervensi
1. Dorong anak untuk batuk dan latihan nafas dalam setiap 2 jam.
Instruksikan untuk nafas dalam tiga sampai empat kali, selanjutnya batu
pada posisi duduk.
2. Bila perlu lakukan pengisapan lendir guna mengeluarkan lendir dari jalan
nafas
3. Jika anak mengalami kongesti paru yang berat atau pneumonia, lakukan
fisioterapi dada 3 atu 4 kali sehari.
4. Kaji frekuensi pernafasan anak dan auskultasi bunyi nafas.
5. Letakkan anak pada posisi high-Fowler atau posisi duduk dengan dada
kedepan
6. Berikan bronkodilator, seperti albuterol, dan steroid misalnya
methylprednisolone (Solu-Medrol), atau inhalasi steroid.
7. Berikan oksigen humidifier, sesuai petunjuk
8. Monitor peak flow rate
9. Jauhkan kemungkinan adanya allergen di kamar anak.

Rasional
1. Batuk akan membantu membersihkan lendir dari paru-paru, dan nafas
dalam akan meningkatkan oksigenasi. Duduk tegak lurus akan
memudahkan batuk.
2. Pengisapan lendir membantu untuk mengeluarkan sekret karena anak tidak
dapat mengeluarkan sendiri.
3. Fisioterapi dada –dikombinasi dengan postural drainase, perkusi dada dan
vibrasi, latihan batuk dan nafas dalam – membantu menghilangkan dan
mengeluarkan sekret, pengembangan jaringan paru, dan meningkatkan
efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan.
4. Hal ini akan memberikan data guna mengkaji perubahan bernafas sebelum
dan sesudah pengobatan.
5. Posisi ini akan peningkatkan ekspansi dada
6. Bronkodilator akan merelaksasi otot polos bronkus; steroid akan
mengurangi peradangan.
7. Oksigen yang dilembabkan akan meningkatkan oksigenasi dan membantu
menghilangkan sekret.
8. Peak flow rate merupakan indikasi tingkat gangguan fungsi paru.
9. Alergen dapat merangsang timbulnya serangan asthma.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelelahan sehubungan dengan hipoksia

Hasil yang diharapkan


Anak akan menunjukkan pengurangan kegelisahan dan kelelahan ditandai oleh
penurunan agitasi, periode tidur yang tidak terganggu, tidak ada tanda kesukaran
pernafasan, dan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktifitas.

Intervensi
1. kaji tanda-tanda hipoksia atau hiperkapnea, termasuk gelisah, agitasi,
sianosis, peningkatan frekuensi jantung, dan peningkatan frekuensi
pernafasan.
2. Letakkan anak dalam posisi terlentang dengan kepala ditinggikan 54
derajat.
3. berikan istirahat yang adekuat dan waktu yang cukup.Lakukan intervensi
sesuai petunjuk.

Rasional
1. Deteksi dini dan pengobatan yang cepat terhadap hipoksia dan
hiperkapnea dan cegah kegelisahan dan kelelahan yang berlebihan.
2. Menempatkan anak pada posisi tersebut akan meningkatkan kemampuan
paru-paru untuk mengembang dan meningkatkan oksigenasi, dan
karenanya akan mengurangi kegelisahan.
3. Istirahat dalam waktu yang cukup akan menurunkan tingkat aktifitas anak,
dimana akan menurunkan dorongan bernafas yang berlebihan dan
mengurangi kelelahan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
gastrointestinal.

Hasil yang diharapkan


Anak akan berkurang gangguan gastrointestinal yang ditandai oleh berkurangnya
mual dan muntah dan meningkatnya asupan nutrisi (menghabiskan makanan
diatas 80 % pada setiap kali makan).

Intervensi
1. Berikan anak dengan porsi makan yang sedikit, tapi sering ( lima atau
enam perhari) berikan makanan yang disukai.
2. Berikan makanan lunak, rendah lemak. Gunakan warna sesuai petunjuk;
makanan yang berwarna putih – seperti roti panggang, kentang, dan
puding yang terbuat dari susu rendah lemak—cenderung bisa dilunakkan.
3. Hindari makanan yang dapat menyebabkan respon alergi, seperti telur,
terigu, dan coklat.

Rasional
1. Makanan yang sedikit, tapi sering akan mengurangi energi untuk
mencerna dan tidak menyebabkan lambung terisi berlebihan, yang dapat
menurunkan ekspansi paru. Memberikan pada anak makanan yang disukai
akan membantu asupan makanan yang adekuat
2. Makanan yang pedas dan tinggi lemak menyebabkan gangguan
pencernaan dan tidak mudah dicerna.
3. Makanan ini dapat merangsang serangan alergi pada anak yang sensitif
terhadap makanan yang dimaksud.

Perencanaan
Pemeriksaan laboratorium
Test
Pengobatan/I.V.
Penanganan pernafasan
Osteopathic manipulative medicine (OMM)
Nutrisi
Eliminasi
Aktifitas
Pendidikan pasien
Rencana tindak lanjut

Sebelum masuk/bagian emergensi


 Pemeriksaan laboratorium darah kimia
 Pulse oximetry
 Garis dasar peak flow meter
 Pengobatan cool aerosol
 Pemberian oksigen

Hari 1
 Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah jika tidak dilakukan di bagian
emergensi
 Berat badan
 Mempertahankan I.V.
 I.V.steroid
 Pengobatan cool aerosol
 Oximetry yang terus menerus
 Pulse oximetry yang dihentikan bila saturasi oksigen ateri melalui pulse
oksimetry (SpO2) diatas 93 % udara ruangan
 Terapi oksigen
 Terapi oksigen dihentikan bila SpO2 diatas atau sama dengan 93 % dan
kondisi klinis stabil.
 Cek peak flow dan tingkat saturasi oksigen sebelum pengobatan
 Pengembangan iga
 Nampak T4
 Menurunnya diaphragma
 Pengobatan OMM setiap hari
 Mencatat penyakit yang semakin hebat (skor asthma)
 Diet sesuai usia
 Berikan cairan/minuman
 Normal sesuai usia
 Asupan dan haluaran (I & O)
 Bila mungkin
 Peak flow meter dengan catatan asthma
 Memberikan pedoman pendidikan asthma dan diskusikan
 petunjuk pasien
 Pertimbangkan penanganan kasus untuk mengatur kunjungan rumah jika
diperlukan.

Hari ke 2
 Ganti infus dengan NaCl
 I.V.Steroid
 Evaluasi kembali pengobatan cool aerosol pada setiap pelayanan
profesional
 Cek peak flow dan saturasi oksigen sebelum tindakan OMM
 Tindakan OMM dilakukan stu kali sehari
 Diet sesuai usia
 Perhatikan kebutuhan cairan
 Normal sesuai usia
 I&O
 Yang dapat ditoleransi
 Menilai toleransi aktifitas
 Gunakan inhaler secukupnya dan sesuai dengan jarak waktunya
 Proses penyakit
 Lingkungan yang merangsang
 Brosur asthma
 Kaji kebutuhan untuk nebulizer di rumah

Hari ke 3
 Cek peak flow dan saturasi oksigen sebelum penanganan OMM
 Mulai berikan steroid per oral
 Steroid/bronkodilator/garam cromolyn (melalui pengobatan cool aerosol
atau metered-dose inhaler)
 Ikuti pengobatan sesuai protokol.
 Pengaturan diet
 Pengeluaran urin dan feces dalam batas normal
 Yang dapat diterima
 Kaji ulang
 Terapi fisik: keluarga mendemonstrasikan penggunaan inhaler yang sesuai
dan kuantititas yang diperlukan.
 Ajarkan dengan menggunakan pamplet “Asthma Resources”
 Lembaran petunjukan pengobatan
-Albuterol
-Intal
 Catatan asthma
 Perkembangan setelah 3 hari
 Sarankan pasien untuk selalu membawa catatan asthma pada semua
kunjungan dokter.

Tujuan yang dicapai


 Frekuensi pernafasan tepat sesuai dengan usia
 Keadan stabil pada pengobatan lanjut pada 12 jam
 Peak flow: diperkirakan 80%
 Pulse oximetry diatas 97% dalam udara ruangan pada 24 jam
 Diet teratur dan dapat diterima
 Output urine dan feces normal sesuai usia
 Pertahankan tingkat akitiftas normal tanpa nafas pendek
 Pasien/keluarga mengungkapkan :
- Tanda dan gejala dari proses penyakit dan komplikasi
- Pengobatan (nama, dosis, pengaruh lanjut, tujuan, aturan, interaksi
makanan/obat-obatan
- Pemahaman peak flow meter zona asthma dan kerjanya
- Rencana pengawasan lingkungan
- Catatan harian asthma

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
saluran pernafasan

Hasil yang diharapkan


Anak akan mempertahankan hidrasi yang adekuat yang ditandai oleh turgor kulit
baik dan haluaran urine 1 sampai 2 ml/kg/jam.

Intervensi
1. Kaji turgor kulit anak, dan monitor haluaran urine setiap 4 jam
2. Dorong anak minum tiga sampai 8-oz (240-ml) gelas cairan perhari,
bergantung pada usia.

Rasional
1. Melalui pengakjian dan monitoring akan membantu menentukan tingkat
hidrasi dan kebutuhan untuk penambahan cairan
2. Anak membutuhkan cukup cairan untuk mepertahankan hidrasi dan
keseimbangan asam basa dan mencegah syok.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakpatuhan berhubungan dengan kehilangan kontrol diri

Hasil yang diharapkan


Anak akan mengikuti tindakan medis dan asuhan keperawatan yang ditandai oleh
memanfaatkan semua tindakan dengan sebaik-baiknya dan berpartisipasi dalam
tindakan rutinitas.

Intervensi
1. Secara tepat, membiarkan anak berpartisipasi dalam keputusan tindakan
rutin, seperti saat kegiatan fisioterapi dada dan makan.
2. Jelaskan pada anak semua prosedur, seperti pemeriksaan laboratorium, dan
fisioterapi dada, dan alasan diperlukan tindakan itu. Jelaskan bahwa
pemeriksaan laboratorium memungkinkan dokter dan perawat
mengevaluasi efektifitas pengeobatan dan fisioterapi dada yang dapat
membantu menghilangkan sekret dengan batuk secara efektif yang dapat
memfasilitasi bernafas dengan mudah.
Rasional
1. Berikan pada anak untuk mengontrol tindaklan rutinitas yang sangat
sederhana yang akan meningkatkan perasaan untuk mengontrol dirinya
dan meningkatkan pemenuhan seluruh tindakan .
2. Penjelasan akan membantu menurunkan perasaan ketakutan dan
kehilangan kontrol.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah

Hasil yang diharapkan


Anak dan orang tua akan mengekespresikan pengetahuannya terhadap instruksi
asuhan keperawatan dirumah.

Intervensi
1. Jelaskan fisiologi penyakit kepada anak dan orang tuanya.
2. Berdasarkan riwayat anak, ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat
meningkatkan serangan asthma, seperti alergen, infeksi, aktifitas,
perubahan cuaca, dan stres.
3. Ajarkan anak dan orang tua sehubungan dengan tanda-tanda dan gejala-
gejala infeksi pernafasan, termasuk demam, gangguan pernafasan,
wheezing, dan takipnea.
4. Ajarkan anak dan keluarganya sehubungan dengan pentingnya
menggunakan semua tindakan pengobatan dan kemungkinan pengaruhnya.
Jelaskan :
 Metaproterenol (Alupent), adalah bronkodilator yang dapat
menyebabkan gangguan gastrointestinal
 Albuterol (Proventil), adalah bronkodilator yang dapat
menyebabkan pengaruh yang luas.
 Kortikosteroid (anti inflmasi) yang dapat menyebabkan hambatan
perkembangan, gangguan gastrointestinal, gangguan respon imun,
dan retensi cairan (jika diberikan secara oral atau I.V.)
 Ajarkan pada anak bagaimana menghirup obat-obat inhalasi
melalui pengaturan dosis inhaler, alat-alat spacer, atau keduanya,
jika diperlukan
 Jelaskan pada orang tua dan anak untuk menghindari antihistamin
selama serangan berlangsung
 Ajarkan pentingnya mempertahankan tingkat aktifitas yang tepat
sesuai dengan kondisi anak.
 Ajarkan orang tua dan jika perlu bagaimana anak memonitor peak
flow rate dan melaporkan berbagai perubahan. pada dokter

Rasional
1. Pemahaman tentang penyakit membantu menolong anak dan orang tua
menuruti program pengobatan
2. Pengajaran seperti ini dapat membantu menurunkan jumlah serangan
dimasa akan datang
3. Deteksi dini dan pengobatan infeksi pernafasan dapat mencegah atau
mengurangi kesukaran pernafasan berhubungan dengan serangan asthma.
4. Mengikuti program pengobatan akan menjamin tingkat obat dalam darah
tetap stabil, dan dapat mengontrol serangan asthma yang berlebihan.
5. Alat ini akan meningkatkan pemberian pengobatan dengan dosis penuh,
bagi anak usia yang lebih mudah yang tidak dapat menggunakan dosis
inhalasi melalui meteran dapat menggunakan spacer device dengan inhaler
guna membantu mempertanhankan dosis yang sesuai.
6. Antihistamin mengakibatkan sekresi menjadi kental dan sulit dikeluarkan
dan dapat meningkatkan terjadinya batuk.
7. Pertahankan kebugaran fisik hal ini penting untuk perkembangan normal
anak. Kecuali mengalami serangan asthma akut, anak akan
mempertahankan tingkat aktifitas seperti biasanya.
8. Tetesan pada peak flow rate mengindikasikan diperlukan perubahan
pengobatan dan dosisnya.

Ceklist dokumentasi
Selama berada di rumah sakit, catatan :
‫ ٱ‬Keadaan anak dan pengkajian saat masuk rumah sakit
‫ ٱ‬Perubahan status anak
‫ ٱ‬Yang berhubungan dengan temuan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik
‫ ٱ‬Kemampuan anak dan orang tua dalam menangani serangan asthma akut
‫ ٱ‬Asupan dan luaran cairan
‫ ٱ‬Asupan nutrisi
‫ ٱ‬Respon anak terhadap pengobatan
‫ ٱ‬Reaksi anak dan orang tua terhadap penyakit kronik dan hospitalisasi
‫ ٱ‬Pedoman pengajaran pasien dan keluarganya
‫ ٱ‬Pedoman rencana tindak lanjut.
Daftar Pustaka

Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan Pediatri,
EGC, Jakarta.
Carpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta.
Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, 1999, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr.
Sardjito, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Markum,AH, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta,
Indonesia
McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention Classification
(NIC), Mosby, St. Louis.
Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002,
Philadelphia.
Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC,
Jakarta
“ ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN ASMA BRONKIAL”

OLEH

HERLINA TIWA

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI PUTERA iNDONESIA
TOMOHON
2007

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Keperawatan Paliatif (Kel.1)
    Tugas Keperawatan Paliatif (Kel.1)
    Dokumen7 halaman
    Tugas Keperawatan Paliatif (Kel.1)
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • UAS KMB-NERLYN
    UAS KMB-NERLYN
    Dokumen10 halaman
    UAS KMB-NERLYN
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • TUGAS KMB III - GRACYA
    TUGAS KMB III - GRACYA
    Dokumen4 halaman
    TUGAS KMB III - GRACYA
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • UAS KMB III (Thelma)
    UAS KMB III (Thelma)
    Dokumen8 halaman
    UAS KMB III (Thelma)
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Askep Gadar@Jolanda
    Askep Gadar@Jolanda
    Dokumen15 halaman
    Askep Gadar@Jolanda
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KEGIATAN KKN-PPM 56 Jemaat Sersing Siwang
    LAPORAN KEGIATAN KKN-PPM 56 Jemaat Sersing Siwang
    Dokumen26 halaman
    LAPORAN KEGIATAN KKN-PPM 56 Jemaat Sersing Siwang
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Salinan KUNCI BAGIAN 9 - KOREKSI FISKAL
    Salinan KUNCI BAGIAN 9 - KOREKSI FISKAL
    Dokumen5 halaman
    Salinan KUNCI BAGIAN 9 - KOREKSI FISKAL
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Gerontik - Kasus 1 (Kelompok 1)
    Asuhan Keperawatan Gerontik - Kasus 1 (Kelompok 1)
    Dokumen12 halaman
    Asuhan Keperawatan Gerontik - Kasus 1 (Kelompok 1)
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Askep Infertilitas
    Askep Infertilitas
    Dokumen9 halaman
    Askep Infertilitas
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • LP Supervisi Hipertensi Rina
    LP Supervisi Hipertensi Rina
    Dokumen3 halaman
    LP Supervisi Hipertensi Rina
    Yayah Agung Fadilah
    0% (1)
  • Emergency Plan Untuk Bencana Kelautan - Kelompok 1
    Emergency Plan Untuk Bencana Kelautan - Kelompok 1
    Dokumen8 halaman
    Emergency Plan Untuk Bencana Kelautan - Kelompok 1
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Askep Gadar@Jolanda
    Askep Gadar@Jolanda
    Dokumen15 halaman
    Askep Gadar@Jolanda
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen3 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen5 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen3 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen6 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen5 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen5 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen4 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat
  • Grid
    Grid
    Dokumen3 halaman
    Grid
    Dewi A Luturmas
    Belum ada peringkat