Anda di halaman 1dari 3

Cerita Tentang Dua Ekor Kambing yang Sombong

Pada suatu hari yang panas di suatu pegunungan yang curam, ada dua ekor kambing yang
sombong sedang berjalan dari dua arah yang berlawanan, satu kambing dari utara, yang satu
lagi dari selatan. Kebetulan kedua kambing tersebut tiba bersamaan di tepi jurang yang
dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Tidak ada jembatan distu, yang ada hanya
ada sebuah pohon yang jatuh dan sangat kecil yang bisa dijadikan jembatan untuk
menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut tidak dapat dilalui
secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi jika dilalui oleh dua ekor
kambing.

Hewan-hewan yang ingin menyebrang tidak ada yang berani melewati jembatan pohon
tersebut. Tetapi kedua kambing yang sombong tersebut dengan kesombonganya tetap
menyebrangi jembatan tersebut. Kedua kambing tersebut tidak mau saling mengalah.
Kambing yang pertama menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang satunya lagi pun
tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut.

Akhirnya kedua kambing tersebut bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya tetap


sombong dan tidak mau mengalah. Akhirnya kedua kambing tersebut saling mendorong
menggunakan tanduk mereka dan akhirnya kedua kambing tersebut jatuh ke dalam jurang
dan hilang di arus air yang deras

Dari cerita fabel pendek tersebut dapat disimpulan bahwa, lebih baik mengalah untuk
kebaikan bersama daripada harus saling keras kepala yang mengakibatkan kerugian bagi
semua.
Ayam dan Kupu-kupu
Suatu hari, seekor Ayam Betina hidup di sebuah hutan yang lebat. Setiap hari, Ayam selalu

keluar untuk mencari makan untuk anak anaknya. Pagi Harinya, ketika Ayam Betina sedang

mencari makan. Tiba tiba, dia melihat seekor Kupu kupu terjebak di sebuah pohon yang

tumbang. Sayapnya terjepit oleh pohon tumbang itu.

“Tolong… Tolong saya…” teriak kupu kupu itu. Ayam bertina merasa iba dengan kupu kupu
itu.

Ayam itu segera menolong kupu kupu itu.

“Jangan Khawatir, aku akan membantumu,” kata Ayam itu. Ayam itu segera mendorong
pohon

tumbang itu dengan sekuat tenaga. Akhirnya, Ayam itu berhasil mendorong pohon itu. Kupu

kupu itu pun berhasil bebas.

“terima kasih, Ayam. sudah membantuku. tapi, aku tak bisa terbang, soalnya sayapku sedang

patah. jadi aku belum boleh terbang sebelum sayapku sembuh” Kata kupu kupu itu sedih.

Ayam itu merasa iba. Ayam itu segera mengajak kupu kupu untuk menginap ke rumahnya.

Tentu saja, Kupu kupu itu merasa sangat senang. Ayam dan Kupu kupu segera kembali
pulang.

Akhirnya, Kupu kupu itu menginap di rumah Ayam. Dia sangat senang tinggal di rumah
Ayam.

Setiap Ayam itu pergi untuk mencari makanan, Kupu kupu itu selalu menjaga Anak Ayam

dengan baik. Kupu kupu senang bisa merawat anak ayam. Suatu hari, Sayap Kupu kupu pun

telah sembuh. Kini, kupu kupu harus pulang ke rumahnya.

“Terima kasih, Ayam. sudah merawatku dengan baik,” ucap Kupu kupu berterima kasih.

“Sama sama. Nanti, kita bisa bertemu lagi,” jawab Ayam itu.

“Iya, aku berjanji kita akan selalu bertemu denganmu,” kata Kupu kupu.

Kupu kupu pun segera terbang.

Sejak saat itu, Kupu kupu dan Ayam pun mulai bersahabat. Setiap hari, mereka selalu
bertemu dan mencari makan bersama sama.
Harimau dan Rubah
Suatu hari seekor harimau melihat seekor rubah berjalan sendirian. Kemudian, dia berniat
untuk menyerang si rubah. Ketika si harimau meloncat ke arah si rubah, si rubah berteriak,
”beraninya kamu menyerang raja hutan?”

Si harimau melihat dia dengan keheranan dan berkata, “Tidak masuk akal! Kamu bukanlah
raja!”

“Tentu itulah saya,” balas si rubah.

“Semua hewan lari dari saya dengan ketakutan! Jika kamu ingin bukti, ikuti saya,” tambah si
rubah.

Si rubah pergi ke hutan bersama si harimau. Ketika mereka datang ke segerombolan rusa,
rusa-rusa itu melihat harimau di belakang si rubah dan berlari ke seluruh arah. Mereka datang
ke sekumpulan monyet, monyet-monyet itu melihat harimau di belakang si rubah dan
melarikan diri.

Si rubah melihat ke si harimau dan berkata, “Apakah kamu perlu bukti selain itu? Lihat
bagaimana hewan-hewan berlarian dalam pandangan pertama dari diriku?”

“Aku tercengang, tapi aku sudah melihatnya dengan mataku sendiri. Maafkan aku
menyerangmu, Raja Hebat.”

Si harimau menunduk rendah dengan hormat, dia melepaskan si rubah.

Anda mungkin juga menyukai