Anda di halaman 1dari 7

A. Permasalahan Peredaran VCD/DVD Bajakan Yang Melanggar Hak Cipta.

Sederet musisi Indonesia merasa dirugikan apabila karya-karya yang mereka ciptakan
diduplikasi oleh orang lain melalui pembajakan CD,VCD dan DVD. Karena para musisi ini
sudah menghasilkan karya yang dapat dinikmati masyarakat Indonesia sehingga memacu
kreativitas anak bangsa. Musisi akan semakin terpacu menciptakan karya-karya yang baru
apabila karyanya tersebut dihargai oleh masyarakat dengan cara membeli produk CD,VCD
dan DVD original. Tetapi banyak sekali penjual produk CD, VCD dan DVD bajakan yang
semakin luas peredarannya. Karna selain harga yang lebih murah dari produk original dan
kualitas video serta suara yang sama dengan produk original sehingga masyarakat terkadang
kurang memiliki kesadaran diri untuk membeli produk yang original dengan tujuan
menghargai karya-karya seniman di Indonesia bahkan Negara. Oleh sebab itu, semakin
marak peredarannya maka Negara menciptakan peraturan yang berguna untuk meminimalisir
penjualan CD, VCD dan DVD bajakan. Karna penjualan produk bajakan ini dapat merugikan
berbagai pihak selain musisi dan berdampak pada pemasukan Negara. Pelanggaran Hak Cipta
Pada CD,VCD, DVD bajakan diatur didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta yang terdapat bentuk-bentuk pelanggaran Hak Cipta bidang musik atau lagu yang
terjadi di Indonesia. Mengenai perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan dapat kita lihat pada
Pasal 59 ayat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang menyatakan
bahwa :

(1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan:

a. Karya fotografi;

b. Potret;

c. Karya Sinematografi;
d. Permainan Video;

e. Program Komputer;

f. Perwajahan Karya Tulis;

g. Terjemahan, Tafsir, Saduran, Bunga Rampai, Basis Data, Adaptasi, Aransemen,


Modifikasi Dan Karya Lain Dari Hasil Transformasi;

h. Terjemahan, Adaptasi, Aransemen, Transformasi Atau Modifikasi Ekspresi Budaya


Tradisional;

i. Kompilasi Ciptaan Atau Data, Baik Dalam Format Yang Dapat Dibaca Dengan Program
Komputer Atau Media lainnya; dan

j. Kompilasi Ekspresi Budaya Tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang
asli, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.

Karena Pembajakan ini termasuk melanggar Hak Kekayaan Intelektual yang kita tahu
bahwa HKI tersebut dilahirkan dengan mengorbankan banyak waktu, tenaga, dan juga biaya,
sehingga karya intelektual tersebut memiliki suatu nilai ekonomi. Di samping itu karya-karya
intelektualitas dari seseorang ataupun manusia ini tidak sekedar memiliki arti sebagai akhir,
tetapi juga sekaligus merupakan kebutuhan yang bersifat lahiriah dan batiniah, baik
dimanfaatkan bangsa Negara Indonesia, sehingga dapat memberikan kemaslahatan bagi
masyarakat Indonesia. Maka Negara akan memberikan sanksi bagi pedagang kaki lima yang
menjual CD, VCD dan DVD yang diatur didalam Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang mengatakan bahwa : “Setiap Orang yang mengelola
tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui
membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau
Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
Sebagai masyarakat yang membeli atau menjual produk bajakan sebaiknya sadar akan
pentingnya menghargai produk musisi yang sudah bekerja untuk menciptakan karya baru
untuk Negeri ini.

https://yuridis.id/hati-hati-bagi-penjual-cd-vcd-dan-dvd-bajakan-dapat-dijerat-ketentuan-
hukum/
B. Angka Pengangguran Yang masih Tinggi Di Indonesia.

Saat ini kita masih dihadapkan dengan angka pengangguran yang masih tinggi di
Indonesia. Dari tahun ke tahun masalah ini tidak kunjung usai atau bahkan turun, justru
angkanya semakin naik setiap tahun. Walau agak sulit untuk menentukan jumlahnya secara
pasti, diperkirakan bahwa sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan di Indonesia adalah
pekerjaan informal. Saat ini sekitar 80 persen dari pekerjaan informal itu terkonsentrasi di
wilayah pedesaan, terutama di sektor konstruksi dan pertanian.

Dipekerjakan di sektor informal menyiratkan risiko tertentu karena pekerja sektor


informal biasanya memiliki pendapatan yang lebih rendah dan tidak stabil. Lagipula mereka
tidak memiliki akses ke perlindungan dan layanan dasar. Sementara itu, arus uang di sektor
informal tidak dikenakan pajak dan kegiatan informal tidak dapat dimasukkan dalam
perhitungan produk nasional bruto (PNB) atau produk domestik bruto (PDB). Oleh karena
itu, pada dasarnya, sektor informal tidak baik bagi pekerja dan tidak baik bagi perekonomian.

Dikutip dari INDONESIA INVESTMENTS banyak hal yang membuat angka


pengangguran di Indonesia terus meningkat, yaitu :

1. Jumlah total penduduk di Indonesia yang banyak.


2. SDM yang masih banyak tidak berpendidikan atau tidak memiliki skil khusus sama
sekali
3. Pemerintah yang kurang memberi penyuluhan ataupun pelatihan di lingkungan
masyarakat terutama di desa yang jau dari kota.

Hal-hal diataslah yang membuat angka pengangguran di Indonesia masih tinggi. Karena
hal ini pemerintah sudah memberi beberapa solusi melalui UU cipta kerja (UU Nomor 11
tahun 2020). UU cipta kerja sebenarnya justru akan membantu untuk orang yang
pengangguran semakin mudah dakam mendapatkan pekerjaan, Karena dal UU ini akan
menciptakan lapangan kerja dan dengan begitu akan menekan angka pengangguran di
Indonesia.

Poin-poin penting dalam UU cipta kerja yang membantu mengurangi angka


pengangguran sebagai berikut :

1. Penyerderhanaan perisinan berusaha


2. Persyaratan investasi
3. Kemudahan dan perlindungan UMKM
4. Kemudahan berusaha
5. Pengadaan lahan
6. Investasi dan proyek pemerintahan
7. Kawasan ekonomi

Tetapi jika poin-poin diatas disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
atau bahkan masyarakat yang kurang peduli dengan poin-poin diatas justru akan menjadi
percuma. Maka dari itu pentingnya pemerintah berperan dalam melakukan penyuluahan atau
seminar ke lingkungan masyarakat.

https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/pengangguran/item255?

https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/poin-poin-uu-omnibus-law-cipta-kerja-yang-
disahkan/

A. Rendahnya Masyarakat dalam membayar pajak.

Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dibayarkan rakyat untuk negara dan
akandigunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang
memberikan pajak di merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan
untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu
sumber dana pemerintah dalam melakukang pembanguna, baik pemerintah pusat maupun
pemerintahdaerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasar kepada
undang-undang Negara Indonesia.Definisi atau pengertian pajak juga tertulis dalam Pasal 1
UU Nomor 28 tahun 2007, dalam pasaltersebut dijelaskan bahwaPajak adalah konstribusi
wajib kepada negara oleh perseorangan atau kelompok, pajak bersifat memaksa, berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan
untuk kepentingan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tetapi saat ini banyak masyarakat yang acuh terhadap pajak. Indonesia sendiri
merupakan yang [paling rendah di wilayah Asia pasifik. Direktorat Jendral Pajak (DJP)
Keuangan mencatat tax ratio Indonesia di level 10,7% di tahun 2019. Angka tersebut
menurun tajam dari 115% di tahun 2018. Angka ini sendiri sudah mengalami penurunan
sejak tahun 2015. Tax ratio pernah mencapai 13,7% yakni pada tahun 2014 namun kemudian
penerimaan pajak terus turun di level sekarang.

Ada beberapa factor yang menyebabkan rendahnya kesadaran membayar pajak, Misalkan
saja, saat ini sangat jarang orang yang mengetahui informasi mengenai manfaat dari
pembayaran pajak. Lalu, apa saja yang menyebabkan rendahnya kesadaran membayar pajak
Secara lengkap pajak banyak digunakan untuk pembangunan negara, beberap hal yang
menyebabkan rendahnya kesadaran membayar pajak adalah ketidaktahuan masyarakat
bagaimana alur pendistribusian pajak, pemikiran masyarakat yang apatis dengan
pemerintahan serta isu praktik penyalahgunaan dana oleh pemerintah.

Selain itu, tren penurunan tax ratio juga disebabkan oleh kondisi ekonomi nasional yang
kurang baik. Meski demikian, faktor rendahnya pemahaman pajak merupakan penyebab
utama dari apa saja yang menyebabkan rendahnya kesadaran membayar pajak. Bahkan
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui jika tax ratio Indonesia berada di bawah standar
regional maupun global.

Dikutip dari CNBC Indonesia, melansir data yang disajikan di Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP), pada tahun 2015 realisasi penerimaan perpajakan hanyalah sebesar
83,29% dari target. Dalam tiga tahun berikutnya (2016, 2017, dan 2018), realisasi
penerimaan perpajakan adalah masing-masing sebesar 83,48%, 91,23%, dan 93,86%.

Untuk memperbaiki catatan ini, kini aparat pajak semakin gencar melakukan sosialisasi
pajak untuk meningkatkan rasio penerimaan pajak. Pemerintah juga gencar-gencarnya untuk
memberantas tindakan yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
dengan sistem pengelolaan dana yang transparans.

Lalu untuk apa saja dana pajak yang dibayarkan masyarakat ? Simak uraian berikut ini

 Dana pajak yang diperoleh pemerintah akan digunakan untuk membiayai


pengeluaran-pengeluaran negara, seperti: pengeluaran yang bersifat self
liquiditing. Misalnya, pengeluaran untuk proyek produktif dan barang ekspor.
 Dana pajak juga digunakan untuk membiayai pengeluaran reproduktif, seperti
misalnya pengeluaran yang dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat
seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.

 Ada juga dana yang digunakan untuk membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self
liquiditing dan tidak reproduktif seperti pengeluaran untuk pendirian monumen dan
objek rekreasi.

 Lalu, ada juga jenis pengeluaran yang tidak produktif seperti pengeluaran dalam
membiayai pertahanan negara, perang dan ragam pengeluaran untuk penghematan.

Pemerintah sendiri amat sadar akan apa saja yang menyebabkan rendahnya kesadaran
membayar pajak. Karena itu, untuk menigkatkan penerimaan pajak pada tahun 2020 telah
dirumuskan sejumlah strategi khusus untuk mengejar target tersebut.

Pertama yakni dengan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan perbaikan kualitas
pelayanan, penyuluhan, dan pengawasan melalui penguatan sistem IT dan administrasi
perpajakan. Akan ditekankan pula proses penyeteraan level playing field perlakuan pajak
untuk pelaku usaha.

Pemerintah juga akan melakukan perbaikan proses bisnis khususnya dalam hal restitusi
pajak pertambahan nilai (PPN) dan menerapkan implementasi keterbukaan informasi
perpajakan atau automatic exchange of information (AEoI). Selain itu, akan ditetapkan pula
kebijakan berhubungan dengan ranah kepabeanan dan cukai yakni ekstensifikasi barang kena
cukai dan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT).

Strategi itu bukan hanya untuk mengenyahkan apa saja yang menyebabkan rendahnya
kesadaran membayar pajak namun juga memenuhi target pajak senilai Rp1,639.9 triliun.
Target setoran pajak tersebut terbagi atas pajak penghasilan migas senilai Rp55 triliun dan
pajak nonmigas sebesar Rp1.584,9 triliun.

Sementara itu, target penerimaan bea cukai dipatok senilai Rp221,9 triliun. Target bea
cukai tersebut terdiri dari target cukai senilai Rp179,3 triliun, bea masuk senilai Rp40 triliun,
dan bea keluar senilai Rp2,6 triliun. Secara total target penerimaan perpajakan dalam RAPBN
2020 senilai Rp1.861,8 triliun

https://ajaib.co.id/apa-saja-penyebab-rendahnya-kesadaran-membayar-pajak/
https://bisnis.tempo.co/read/1440165/2020-penerimaan-pajak-capai-rp-1-06998-triliun-atau-
8925-persen-dari-target/full&view=ok

Anda mungkin juga menyukai