Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN SUKUK IJARAH

MUNTAHIYA BITTAMLIK DI INDONESIA DAN MALAYSIA

Oleh : Kiki Damayanti


Program Magister Hukum Ekonomi Syariah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan terkait perbandingan implementasi dan
perkembangan sukuk ijarah di Indonesia dengan Malaysia. Negara Malaysia yang lebih dulu
menerapkan sistem syariah dibandingkan Indonesia menjadi hal yang menarik untuk diteliti
apakah ada perbedaan dalam implementasi dan perkembangan sukuk dengan di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi
kepustakaan (library research). Peneliti menggunakan data sekunder berupa standar
akuntansi, buku, jurnal ilmiah terkait, dan data hasil wawancara.
Kata kunci : Sukuk, Ijarah Muntahiyya Bittamlik, Indonesia, Malaysia.

I. PENDAHULUAN
Konsep keuangan berbasis syariah islam (Islamic Finance) yang real syariah dewasa ini telah
tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh negara-negara
Islam di kawasan Timur Tengah saja melainkan juga oleh berbagai negara di kawasan Asia,
Eropa dan Amerika. Hal tersebut ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga keuangan
syariah dan diterbitkannya berbagai instrumen keuangan berbasis syariah. Selain itu, juga
telah dibentuk lembaga internasional untuk merumuskan infrastruktur sistem keuangan Islam
dan standar instrumen keuangan Islam, serta didirikannya lembaga rating Islam. Beberapa
prinsip pokok dalam transaksi keuangan sesuai syariah antara lain berupa penekanan pada
perjanjian yang adil, anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing, serta larangan terhadap
riba, gharar, dan maysir.
Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan baik oleh
korporasi maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen
pembiayaan anggaran negara yang penting. Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi
regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab,
Qatar, Pakistan, dan State sof Saxony Anhalt – Jerman. Penerbitan sovereign sukuk biasanya
ditujukan untuk keperluanpembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk
pembiayaan proyek-proyek tertentu, misalnya pembangunan bendungan, unit pembangkit
listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat
digunakan untuk keperluan pembiayaan cash-mismacth, yaitu dengan menggunakan sukuk
dengan jangka waktu pendek (Islamic Tresury Bills) dan juga dapat digunakan sebagai
instrumen pasar uang.
Total emisi sukuk internasional berkembang pesat dari semula pada tahun 2002 hanya sekitar
USD 1 miliar, menjadi USD 17 miliar pada bulan April 2007. Jumlah dan jenis instrumen
sukuk juga terus berkembang, dari semula hanya dikenal sukuk al ijarah berkembang menjadi
14 jenis sukuk sebagaimana ditetapkan oleh The Accounting and Auditing Organization of
Islamic Financial Institutions (AAOIFI). Adapun investor sukuk, tidak lagi hanya terbatas
pada investor islami, karena pada saat ini sebagain besar investor sukuk justru merupakan
investor konvensional.
Dalam negeri sendiri, pasar keuangan syariah, termasuk pasar sukuk juga tumbuh secara
cepat, meskipun proporsinya dibandingkan konvensional masih relatif kecil. untuk keperluan
pengembangan basis sumber pembiayaan anggaran negara dan dalam rangka pengembangan
pasar keuangan syariah dalam negeri, pemerintah telah menyusun RUU tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN). UU SBSN tersebut akan menjadi legal basis bagi
penerbitan dan pengelolaan sukuk negara atau SBSN.

II. PEMBAHASAN
Pengertian Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti
mirip dengan sertifikat atau note. dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti
(claim) kepemilikan.
Definisi sukuk / sertifikat ialah sertifikat bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya dari
kepemilikan harta berwujud untuk mendapatkan hasil dan jasa didalam kepemilikan aset dan
proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini berlaku setelah menerima niali
sukuk, saat jatuh tempo dengan menerima dana sepenuhnya sesuai dengan tujuan sukuk
tersebut.
Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI),
sukuk adalah “certificate of equal value representing undivided shares ownership of tangible
asset, usufruct and services (in the ownership of) the assets of particular projects or special
investment activity”. Jadi sukuk adalah sebagai sertifikat dari suatu nilai yang dipresentasikan
setelah menutup pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat, dan menggunakannya sesuai
rencana. sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa
atau modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu aktivitas investasi tertentu. Sukuk
pada prinsipnya mirip dengan obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain
berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu
transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi
dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip bagi syariah. selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah
agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 31/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah. sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Sedangkan menurut Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No.
KEP-130/BL/2006 tahun 2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk adalah efek syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu nilai manfaat dan
jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset
proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Undang-Undang Sukuk
Pada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk).

Karakteristik Sukuk
 Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (benefical title).
 Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang
digunakan.
 Terbebas dari riba, gharar, dan maysir.
 Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV).
 Memerlukan underlying asset.
 Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Jenis-Jenis Sukuk
Sukuk, berdasarkan strukturnya terdapat berbagai jenis, yang dikenal secara international dan
telah mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) adalah :
Sukuk Ijarah : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana satu
pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas suatu aset
kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti perpindahan
kepemilikan aset itu sendiri.
Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah,
dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain
menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi
berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati sebelumnya. Kerugian yang
timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, sepanjang kerugian tersebut
tidak ada unsur moral hazard (niat tidak baik dari mudharib).
Sukuk Musyarakah : Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad musyarakah,
dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.
Sukuk Istishna : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna, dimana
para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang.
Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.
Berikut negara-negara yang telah menerbitkan sukuk adalah:
 Eropa (Jerman, Inggris dan Kanada).
 Timur Tengah (Dubai, Uni Emirat Arab, Kuwait, Pakistan dan Qatar).
 Asia (Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Cina, India dan Indonesia).
Kelebihan berinvestasi dalam sukuk negara, khususnya untuk struktur ijarah :
 Memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif
dibandingkan dengan instrumen keuangan lain.
 Pembayaran imbalan dan nilai nominal sampai dengan sukuk jatuh tempo dijamin
oleh pemerintah.
 Dapat diperjual-belikan di pasar sekunder.
 Memungkinkan diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin (capital gain)
 Aman dan terbebas dari riba (usury), gharar (uncertainty), dan maysir (gambling).
 Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan syariah.
Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk
 Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai
nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan jatuh tempo. dalam hal sovereign
sukuk, obligornya adalah pemerintah.
 Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk
penerbitan sukuk dengan fungsi: sebagai penerbit sukuk, menjadi counterpart
pemerintah dalam transaksi pengalihan aset, bertindak sebagai wali amanat (trustee)
untuk mewakili kepentingan investor.
 Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai
nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
Penggunaan Underlying Asset
Penerbitan sukuk memerlukan sejumlah tertentu aset yang akan menjadi objek perjanjian
(underlying asset). Aset yang menjadi objek perjanjian harus memiliki nilai ekonomis, dapat
berupa aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun.
fungsi underlying asset tersebut adalah:
 Menghindari riba.
 Sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder.
 Untuk menentukan jenis struktur sukuk.
Dalam sukuk Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Ijarah Sale And Lease Back, penjualan aset
tidak disertai penyertaan fisik aset tetapi yang dialihkan adalah hak manfaat (benefit title)
sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor. Pada akhir periode sukuk, SPV
wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.
Pengertian Sukuk Ritel
Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) merupakan surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset
surat Berharga Syariah Negara, yang dijual kepada individu (ritel) atau perseorangan Warga
Negara Indonesia melalui agen penjual, dengan volume minimum yang ditentukan

Tujuan Penerbitan Sukuk Ritel


Penerbitan sukuk ritel ini memiliki tujuan yang smaa dengan obligasi yang diterbitkan
Pemerintah lainnya (SUN, ORI, SBSN) yaitu untuk membiayai anggaran negara, divesifikasi
sumber pembiayaan, memperluas basis investor, mengelola pembiayaan negara dan
menjamin tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.

Manfaat Memiliki Sukuk Ritel


 Investasi yang aman (pemerintah sebagai penjamin).
 Memberikan return yang relatif tinggi (12% gross => 9.6% nett) dibandingkan produk
konservatif lain seperti reksadana pasar uang atau deposito.
 Mendapatkan pembayaran imbalan yang dilakukan secara berkala (perbulan).
 Berpotensi memperoleh Capital Gain, ketika harga sedang naik di pasar sekunder.

Persamaan dan Perbedaan Sukuk Ritel dan ORI


 sukuk ritel dan ORI merupakan surat berharga negara yang diperuntukkan bagi
investor ritel.
 sukuk ritel dan ORI merupakan bukti investasi masyarakat kepada pemerintah. Baik
sukuk ritel maupun ORI pembayaran bunga/imbalan dan pelunasan/pembelian
kembali dijamin oleh pemerintah. · ORI adalah pinjaman modal dari masyarakat
kepada pemerintah, sedangkan sukuk ritel adalah bentuk penyertaan modal
masyarakat atas bagian dari aset sukuk ritel yang dijadikan obyek transaksi.
 ORI memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa bunga. sedangkan
sukuk ritel memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa imbalan sewa,
sesuai dengan akad yang digunakan.

Resiko Memiliki Sukuk Ritel


 Resiko Gagal Bayar (Default Risk), adalah resiko dimana investor tidak dapat
memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk
investasi jatuh tempo. berhubung yang menerbitkan pemerintah, resiko ini sangatlah
kecil (diasumsikan risk free).
 Resiko Pasar (Market Risk), adalah potensi kerugian bagi nvestor (capital loss) karena
menjual sukuk ritel sebelum jatuh tempo (pada saat nilainya turun).
 Resiko Likuiditas (Liquidity Risk), adalah kesulitan dalam pencairan, resiko ini bisa
disebabkan karena kecenderungan produk syariah di-hold (tidak diperjual belikan
hingga jatuh tempo), tetapi untuk sukuk ritel para agen penjual telah menjamin untuk
membeli kembali barang yang dijual oleh investor. resiko yang bisa terjadi adalah
investor terpaksa menjual kepada agen penjual dengan harga di bawah harga pasar.
apabila pembelian dalam jumlah tidak besar, bunganya yang relatif kecil dan
ditransfer ke bank bisa menjadi tidak signifikan dan bisa terpakai.

Prospek Sukuk di Indonesia


Pasar keuangan di Indonesia baru saja mencatat sejarah baru. Meski terlambat, Pada Mei
2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk). kita patut
memberikan apresiasi tinggi atas upaya pemerintah dan DPR yang berhasil menghasilkan UU
Sukuk Negara ini. Dikatakan terlambat, karena perkembangan sukuk di Indonesia,
sesungguhnya sudah dimulai oleh swasta, meskipun pangsanya masih kecil.
Pada tahun ini, pemerintah berencana menerbitkan sukuk hingga Rp18 triliun. Bila
dibandingkan dengan obligasi negara konvensional, rencana penerbitan sukuk ini memang
masih kecil. Namun, dimulainya penerbitan sukuk ini oleh pemerintah ini akan dapat menjadi
trigger bagi penerbitan sukuk lainnya. Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara dan
adanya rencana penerbitan sukuk oleh pemerintah, itu berarti sukuk kini menjadi instrumen
pembiayaan yang diakui sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap sukuk
kita, baik sukuk negara maupun sukuk korporasi.
Fakta menunjukkan perkembangan sukuk memang dimulai dengan adanya soverign sukuk.
Berdasarkan data dari Standard & Poor’s (S&P), bila pada tahun 2003, sovereign sukuk
masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar 42% dan sukuk yang diterbitkan oleh
lembaga keuangan sebesar 58%, maka sejak saat itu komposisinya mengalami pergeseran.
Pada tahun 2007, kini justru sukuk korporasi yang mendominasi pasar sukuk global, yaitu
sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal 3%.

Perkembangan Sukuk
Sukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem keuangan global. Pada
tahun 2007, nilai sukuk yang diperdagangkan di pasar global telah meningkat lebih dari dua
kali dibandingkan tahun 2006, dan mencapai US$62 miliar dibandingkan tahun 2006 sebesar
US$27 miliar. Dari tahun 2001 hingga tahun 2006, Sukuk mengalami pertumbuhan rata-rata
sebesar 123%. Berdasarkan proyeksi S&P, dalam lima tahun ke depan, pasar sukuk dapat
menembus level US$100 miliar, tergantung pada kondisi stabilitas pasar kredit. Sementara
itu, Moody’s memperkirakan bahwa pasar sukuk akan meningkat sebesar 35% per tahun.
Pada tahun 2010, pasar sukuk global diperkirakan dapat menembus hingga US$200 miliar,
terutama ditopang oleh negara-negara di kawasan Teluk, Inggris, Jepang, dan Thailand.
Pengembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di kawasan Teluk dan Asia.
Kini, semakin banyak negara yang telah menerbitkan sukuk sebagai instrumen pembiayaan.
Pada tahun 2007, telah ada 10 negara yang menerbitkan sukuk, padahal pada tahun 2001 baru
ada 2 negara. Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia masih mempertahankan sebagai negara
penerbit sukuk terbesar di dunia. Pada tahun 2007, lebih dari US$25 miliar sukuk (atau
sekitar 75% dari seluruh sukuk yang diterbitkan di seluruh dunia pada tahun itu) adalah sukuk
yang diterbitkan oleh UEA dan Malaysia.

Prospek Sukuk di Malaysia


S&P memperkirakan Malaysia dan UEA akan tetap memegang posisinya sebagai penguasa
pasar, karena ditopang oleh regulator dan status UEA sebagai pintu masuk (gateway) para
investor global. Malaysia sendiri menguasai sekitar 66% dari seluruh penerbitan sukuk di
dunia. Selain dukungan yang kuat dari pemerintah setempat, perkembangan pesat tersebut
juga tidak terlepas dari kinerja sukuk itu sendiri. Berdasarkan data dari Dowjones terlihat
bahwa di seluruh dunia indeks surat berharga yang berbasis syariah (saham dan sukuk),
kinerjanya lebih baik dibandingkan indeks konvensional. Hal yang sama juga terjadi di
Malaysia, sebagai negara terbesar dalam hal pangsa pasar penerbitan sukuk di dunia.

Potensi Bagi Indonesia


Sebagaimana disebut di atas, perkembangan sukuk di Indonesia sesungguhnya bermula
karena adanya inisiatif dari swasta. Dukungan yang kurang dari pemerintah dan regulator
terhadap perkembangan sukuk ini, menyebabkan posisi Indonesia dalam pasar keuangan
syariah global tidak mendapatkan tempat yang semestinya. Hingga saat ini, baru terdapat
sekitar 20 sukuk yang diakui sebagai emiten syariah oleh Bapepam.
Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara, diperkirakan perkembangan pasar sukuk di
Indonesia bakal lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi, minat investor
terhadap sukuk ini sangat besar, sebagaimana ditunjukan dari perkembangan sukuk global
saat ini. Tahun ini pemerintah memang memfokuskan diri untuk pengembangan pasar sukuk
domestik. Jika penerbitan perdana ini sukses, diperkirakan akan semakin menarik investor
asing, khususnya dari Timur Tengah, untuk masuk ke pasar keuangan syariah di Indonesia.
Namun demikian, pasar sukuk di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Pertama,
pasar keuangan syariah di Indonesia tidak terlalu likuid. Penyebabnya, pangsa pasarnya yang
relatif kecil, yaitu kurang dari 5% dari seluruh sistem keuangan di Indonesia. Kecilnya
pangsa pasar keuangan syariah ini diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan pasar sukuk
domestik akan tetap terbatas. Oleh karenanya, bila langkah perdana pemerintah menerbitkan
sukuk domestik berhasil, selanjutnya perlu dibuka pasar sukuk global sebagai benchmark
bagi penerbitan sukuk global lainnya, baik sovereign sukuk maupun corporate sukuk.
Selain itu, regulasi yang masih dirasakan menghambat perkembangan pasar sukuk domestik
juga perlu dibenahi, sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
5/12 tahun 2004. Dalam PBI tersebut, bank yang memiliki sukuk agar memegangnya hingga
jatuh tempo. Meski aturan ini penting untuk menjaga aspek kesyariahan bank syariah, namun
PBI ini perlu direvisi agar tidak menghambat likuiditas pasar sukuk.
Kedua, belum adanya kepastian masalah perpajakan terkait dengan transaksi yang melibatkan
investor sukuk. Permasalahan perpajakan ini tidak hanya terkait dengan sukuk, namun
menyangkut transaksi keuangan syariah secara keseluruhan. Isu yang paling mengemuka
adalah adanya double taxation dalam transaksi keuangan syariah.
Ketiga, kebanyakan produk keuangan syariah bersifat “debt-based” atau “debt-likely”.
Padahal, idealnya keuangan syariah adalah “profit-loss sharing”. Ini terlihat dari komposisi
tingkat kupon sukuk yang dibayarkan masih mendasarkan pada tingkat suku bunga tertentu.
Sehingga, tidak mengherankan jika AAOIFI memberikan penilaian bahwa sekitar 85% sukuk
belum sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, bagi Indonesia perlu pengembangan inovasi
dan struktur sukuk yang lebih beragam.

III. KESIMPULAN
Sukuk adalah sertifikat bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya dari kepemilikan harta
berwujud untuk mendapatkan hasil dan jasa didalam kepemilikan aset dan proyek tertentu
atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini berlaku setelah menerima niali sukuk, saat jatuh
tempo dengan menerima dana sepenuhnya sesuai dengan tujuan sukuk tersebut.
Total emisi sukuk internasional berkembang pesat dari semula pada tahun 2002 hanya sekitar
USD 1 miliar, menjadi USD 17 miliar pada bulan April 2007. Jumlah dan jenis instrumen
sukuk juga terus berkembang, dari semula hanya dikenal sukuk al ijarah berkembang menjadi
14 jenis sukuk sebagaimana ditetapkan oleh The Accounting and Auditing Organization of
Islamic Financial Institutions (AAOIFI).
Dalam sukuk Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Ijarah Sale And Lease Back, penjualan aset
tidak disertai penyertaan fisik aset tetapi yang dialihkan adalah hak manfaat (benefit title)
sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor. Pada akhir periode sukuk, SPV
wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.
Malaysia telah menguasai sekitar 66% dari seluruh penerbitan sukuk di dunia. Selain
dukungan yang kuat dari pemerintah setempat, perkembangan pesat tersebut juga tidak
terlepas dari kinerja sukuk itu sendiri. Berdasarkan data dari Dowjones terlihat bahwa di
seluruh dunia indeks surat berharga yang berbasis syariah (saham dan sukuk), kinerjanya
lebih baik dibandingkan indeks konvensional. Namun, beda halnya dengan sukuk di
Indonesia. Sukuk di Indonesia sesungguhnya bermula karena adanya inisiatif dari swasta.
Dukungan yang kurang dari pemerintah dan regulator terhadap perkembangan sukuk ini,
menyebabkan posisi Indonesia dalam pasar keuangan syariah global tidak mendapatkan
tempat yang semestinya. Hingga saat ini, baru terdapat sekitar 20 sukuk yang diakui sebagai
emiten syariah oleh Bapepam.
DAFTAR PUSTAKA
AAOIFI (1998) Financial Accounting Standar No. 8 : Ijarah and Ijarah Muntahiya
Bittamleek, AAOIFI, Bahrain.
Accounting for Leases. International Accounting Standard (IAS 17)
Accounting Standard for Leases. Malaysian Accounting Standard (MASB 10)
Akuntansi Keuangan, 2016. Mengenal Organisasi Standar Akuntansi Syariah Internasional
AAOIFI, https://akuntansikeuangan.com/organisasi-standar-akuntansi-syariah-internasional-
aaoifi/
Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,
2001
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007
Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2009
Dr.Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta : Prenadamedia
Group, 2015
Farida, Luluk dan Achmad Zaky, “Implikasi Fatwa DSN- MUINO.85/DSN-MUI/XII/2012
terhadap Transaksi Ijarah Muntahiya Bittamlik”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas
Brawijaya ,Volume 4, Nomor 2, 2012
Gupta, Namrata, "Differences in accounting treatment of Ijarah: a case study of UAE Islamic
banks", International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol. 8
Iss 3 pp
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar akuntansi Keuangan Nomor 107,
tentang Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat
IAI, 2016. Standar Keuangan Syariah, http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/syariah
Karim ,Adimarwan.Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Yogyakarta: Raja Grafindo
Persada,2013
Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : Salemba Empat, 2016
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal,.Islamic Financial Management, Jakarta : Raja
Grafindo Persada,.2008
Shariff, Ros Aniza Mohd dan Abdul Rahim Abdul Rahman, “An Exploratory Study Of Ijarah
Accounting Practices In Malaysian Financial Institutions” International Journal of Islamic
Financial Services, Vol. 5, No. 3
Syukron, Ali,”Implementasi Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT) diPerbankan
Syariah “ Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.2,No.2

Anda mungkin juga menyukai