Makalah Kelompok 8 Hukum Perdata
Makalah Kelompok 8 Hukum Perdata
UNIVERSITAS MATARAM
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan pada kita semua
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini membahas
tentang Materi di dalam RPS Matkul Hukum Perdata dan Bisnis
Makalah ini disusun guna melengkapi salah satu materi mata kuliah Hukum Perdata dan
Bisnis. Dimana dalam proses pembuatannya mengalami banyak kendala yang tanpa bantuan dari
berbagai pihak tentu saja tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Selain itu kami
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
KELOMPOK 8
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………..
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan…………………………………………………………….. ……………….……….
BAB II PEMBAHASAN
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pembuktian dalam Hukum acara perdata
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kadaluarsa dalam Hukum acara perdata
PEMBAHASAN
Pembuktian adalah tahap yang memiliki peranan penting bagi hakim untuk menjatuhkan
putusan. Proses pembuktian dalam proses persidangan dapat dikatakan sebagai sentral dari
proses pemeriksaan di pengadilan. Pembuktian menjadi sentral karena dalil-dalil para pihak diuji
melalui tahap pembuktian guna menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing)
maupun ditemukan (rechtvinding) dalam suatu perkara tertentu.
Pembuktian bersifat historis yang artinya pembuktian ini mencoba menetapkan peristiwa apa
yang telah terjadi dimasa lampau yang pada saat ini dianggap sebagai suatu kebenaran, peristiwa
yang harus dibuktikan adalah peristiwa yang relevan, karena peristiwa yang irrelevan tidak perlu
dibuktikan. Pada intinya yang harus dibuktikan dalam tahap pembuktian ini adalah peristiwa –
peristiwa yang menuju pada kebenaran yang relevan menurut hukum.
Tujuan dari pembuktian adalah untuk menetapkan hubungan hukum antara kedua belah
pihak yang berperkara dipengadilan untuk dapat memberi kepastian dan keyakinan kepada
hakim atas dalil yang disertai alat bukti yang diajukan di pengadilan, pada tahap ini hakim dapat
mempertimbangkan putusan perkara yang dapat memberikan suatu kebenaran yang memiliki
nilai kepastian hukum dan keadilan.
Sistem hukum pembuktian yang dianut di Indonesia adalah sistem tertutup dan terbatas
dimana para pihak tidak bebas mengajukan jenis atau bentuk alat bukti dalam proses
penyelesaian perkara. Undang-undang telah menentukan secara tegas apa saja yang sah dan
bernilai sebagai alat bukti. Pembatasan kebebasan juga berlaku bagi hakim dimana hakim tidak
bebas dan leluasa menerima apa saja yang diajukan para pihak sebagai alat bukti. Apabila pihak
yang berperkara mengajukan alat bukti diluar ketentuan yang ada didalam undang-undang yang
mengatur, hakim harus menolak dan mengesampingkanya dalam penyelesaian perkara.
Pihak – pihak yang terlibat dalam tahap pembuktian diproses persidangan, masing – masing
mempunyai kewajiban untuk membuktikan kebenaran atas apa yang didalilkan sesuai dengan isi
Pasal 163 Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR)yang menyebutkan bahwa,
“barang siapa mengaku mempunyai hak, atau menyebutkan suatu kejadian untuk
meneguhkan hak itu atau untuk membantah hak orang lain,harus membuktikan adanya
hak itu atau adanya peristiwa itu”
dan diatur juga dalam Pasal 1865 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ( KUHPerdata )yang
menyebutkan bahwa,
“setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna
meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada
suatu peristiwa diwajibkan membuktikan adanya hal atau peristiwa tersebut”
Dalam hukum barat mengenal istilah kadaluarsa yang tertuang dalam sebuah buku yang
menyebutkan ada dua macam pengertian kadaluarsa, yaitu:
1. Kadaluarsa yang menyebabkan seseorang dibebaskan dari suatu kewajiban atau yang
menyebabkan hak menuntut seseorang menjadi gugur.
Kadaluarsa ini mengharuskan adanya iktikad baik dari orang yang akan memperoleh hak
tersebut. Kadaluarsa adalah semacam upaya hukum, sehingga tentang adanya kadaluarsa harus
dikemukakan oleh pihak lawan dalam jawabannya di muka hakim. Apabila hal itu tidak
dikemukakan, maka kadaluarsa tidak berlaku secara otomatis. Apabila dikemukakan eksepsi atau
sanggahan bahwa hak untuk menuntut telah kadaluarsa dan alasan tersebut ternyata berdasar,
maka gugatan akan dinyatakan tidak dapat diterima. Namun apabila eksepsi tersebut dianggap
berdasar, maka eksepsi tersebut akan ditolak dan mengenai pokok perkara akan di putus.
Menurut pasal 1946 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Kadaluarsa atau Daluwarsa
adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan
lewatnya suatu waktu tertentu dan syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang”.