Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam integrasi ekonomi di kawasan Asia, khususnya di Indonesia. Akan tetapi, melihat kondisi Indonesia sendiri sangat memprihatinkan dalam hal infrastruktur, yang mana terjadi krisis dalam sepuluh tahun belakangan ini. Banyak sekali ketidakmerataan dalam pemerataan infrastruktur, seperti jangkauan telekomunikasi yang sangat tidak merata seiring dengan kemajuan dan perkembangannya. Banyak di luar Jawa yang tidak tidak terjamah sama sekali aliran listrik yang jauh berbeda dengan kondisi di Jawa. Setidaknya ada tiga alasan mengapa infrastruktur penting dalam integrasi ekonomi, yaitu yang pertama adalah ketersediaan infrastruktur yang baik. Kedua adalah untuk memperoleh manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan jaringan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan investasi. Yang ketiga adalah perbaikan terhadap infrastruktur yang penting untuk mengurangikesenjangan. Dalam hal kondisi jalan raya, di Indonesia, akses transportasi darat mengalami penurunan akibat kurangnya ketersediaan fasilitas jalan di area pusat bisnis dan kurangnya ketersediaan jaringan jalan di wilayah pedesaan. Kondisi jalan antar daerah pun juga mengalami perbedaan yang sangat terlihat, misal saja di daerah perkotaan dan propinsi, yang emiliki kondisi jalan yang baik, berbeda dengan jalan kabupaten yang kurang terawat. Sama dengan jalan raya, kondisi dari sektor perkeretaapian di indonesia juga sangat mengalami penurunan. Banyak sekali di temukan kasus-kasus yang kurang menyenangkan seperti pencurian rel kereta api, dan banyaknya keteledoran dalam pegamanan. Jangankan di Jawa yang sebagai pusat pemerintahan saja banyak mengalami penurunan, apalagi di luar pulau Jawa yang secara teknis kurang diperhatikan oleh pemerintahan. Banyak lokomotof yang berkurang derasitis untuk Indonesia. Selain itu, banyak juga kereta api bekas yang di impor oleh Indonesia. Pada intinya, perbandingan antara fasilitas kereta yang memadai dengan kereta api yang tidak layak pakai, lebih besar yang tidak layak pakai. Dalam segi transportsi udara, manajemen bandara udara di Indonesia juga tetap di bawah yang di isyaratkan oleh standar internasional untuk operator standar udara, walaupun perkembangan transportasi udara di Indonesia khususnya untuk rute penerbangan domestik mengalami peningkatan. Sementara itu, pada sektor transportasi laut, ketiadaan persaingan antar pelabuhan dan sistem subsidi silang yang diterapkan pemerintah telah menciptakan disinsetif untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan di Indonesia. Telekomunikasi di Indonesia meskipun pertumbuhan jasa nirkabel menigkat signifikan, namun pelayanan telekomunikasi jaringan tetap berkembang lambat. Walaupun jangkauan pelayanan infrastruktur telekomunikasi telah meningkat, namun akses jasa inni tidak dapat terdistribusikan secara merata di seluruh Indonesia. Dapat di istilahkan, yang maju, dapat melaju pesat, yang tertinggal akan tetap tertinggal. Hal yang sama juga dialami dari tingkat pemerataan listrik di berbagai daerah di Indonesia. Banyak daerah-daerah yang khususnya jauh dari pusat kota yang sama sekali belum terjamah listrik. Sangat penting bagi pemerintah untuk membenahai hal ini. Cadangan listrik juga berkurang, sehingga banyak sekali terjadi pemadman listrik bergilir di Indonesia. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, terdapat berbagai inisiatif yang dikeluarkan, diantaranya adalah Inisiatif Reformal Sektoral, yang dapat berupa meniakkan tarif listrik secara signifikan dan mendirikan produsen tenaga listrik independen untuk menyelesaikan berbagai masalah di bidang kelistrikan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga berinisiatif mendorong investasi di bidang infrastruktur, yang merupakan bentuk dari infrastructure Summit. Terdapat juga paket infrastruktur yang mana dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif dan memperiapkan investasi swasta. Paket ini berisi rencana aksi dan hasil-hasil pencapaian. Masalah pembangunan infrastruktur di Indonesia dapat masuk dalam sektor apa saja, antara lain adalah kelembagaan yang sebagian besar fungsi pemerintahan yang sebelumnya tersentralisasi, di serahkan kepada pemerintah daerah. Pembiayaan infrastruktur juga sangat terbatas yang dikarenakan oleh konsolidasi fiskal pemerintah dan akibatnya kondisi infrastruktur semakin memburuk, kemudiah dalam hal penetapan tarif, di Indonesia pemerintah masih memiliki peranan sangat penting dalam penentuan tarif infrastruktur utama. Ketika kebijakan mempertahankan tarif rendah awalnya bertujuan untuk melindungi penduduk miskin, pada kenyataannya kebijakan ini tidak tepat karena telah mengurangi akses dan memperburuk kualitas infrastruktur. Implikasi kebijakan pada sektor jalan raya dan perkeretaapian, pemerintah dapat menyusun dan menyediakan insentif fiskal untuk pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menjamin perawatan dan pengembangan jaringan jalan. Pada sektor telekomunikasi, pemerintah sebaiknya mengambil alih kewajiban untuk menyediakan infrastruktur telekomunikasi di daerah terpencil. Pada kesimpulannya, pemerintah haruslah memeratakan infrastruktur dalam semua aspek, supaya perkembangan masyarakat juga ikut merta dan dapat mewujudkan masyarakat madani.