NIM :....................................................................................
Semester :....................................................................................
No .HP :....................................................................................
WA :....................................................................................
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh SWT, Tuhan yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Berkat karunia dan limpahan rizkiNya kita masih diberikan nikmat
iman dan kesehatan, sehingga dengan penuh rasa syukur kami diberikan kekuatan,
semangat untuk menyelesaikan Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB 1.
Buku ini kami susun supaya menjadikan salah satu penunjang keberhasilan
pembelajaran Praktik Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah 1
Buku ini tentunya jauh kata sempurna, maka segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan buku panduan ini senantia kami harapkan. Semoga buku
panduan ini bermaanfaat bagi kita semua amiin.
Penyusun,
ii
Bagian 1. PEREKAMAN EKG
A. Deskripsi
EKG adalah suatu tes diagnostic yang dapat membantu mengidentifikasi suatu
kondisi patofisiologis jantung. Tes ini memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentanng aktivitas listrik jantung.
B. Tujuan
4. Perikarditis.
C. Persiapan Klien
1. Berikan penjelasan kepada klien
2. Anjurkan klien untuk rileks, berbaring dan bernafas normal
3. Anjurkan klien untuk tidak berbicara atau bergerak selama pemeriksaan
EKG
4. Lepaskan alat-alat yang dapat mengganggu dalam perekaman EKG, seperti
benda-benda yang mengandung logam (gigi palsu, ikat pinggang, peshiasan
jam tangan)
5. Anjurkan klien untuk berbaring di tengah tempat tidur dengan kedua
tangan di sisi tubuh.
6. Jika klien tidak dapat berbaring dengan posisi datar, bantu dengan posisi
semifowler.
7. Jaga privasi klien, buka lengan , kaki dan dada klien
D. Persiapan Alat
1. Mesin atau alat EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel :
a. 1 kabel listrik (power)
b. 1 kabel untuk bumi (ground)
c. 1 kabel untuk klien
2. Alat elektroda
a. Elektroda ekstremitas
b. Elektroda dada (6 buah)
3. Jeli elektroda
4. Kertas EKG (siapkan pada alat)
5. Kasa atau kapas pembersih
6. Sarung tangan
7. Kabel elektroda
8. Alcohol
1
E. Prosedur kerja
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Gunakan sarung tangan
3. Anjurkan buka pakaian klien
4. Atur posisi klien
5. Hubungkan mesin EKG dengan stop kontak, jika mesin menggunakan
baterai, maka charger mungkin tidak perlu.
6. Pilih daerah yang akan dipasang elektroda
7. Bersihkan daerah yang akan dipasang elektroda dengan alkohol dan berikan
jeli secara merata pada setiap daerah pemasangan elektroda
8. Pasang elektoda ekstremitas
a. Ekstremitas kanan atas (warna merah)
b. Ekstremitas kiri atas (warna kuning)
c. Ekstremitas kanan bawah ( warna hitam)
d. Ekstremitas kiri bawah (warna hijau)
9. Pasang elektroda dada
F. Evaluasi
1. Respon pasien setelah dilakukan EKG
2. Interpretsai hasil pemeriksaan EKG
G. Dokumentasi
Mencatat pada lembar EKG yang terdiri dari nama pasien, umur, nomor register,
waktu pelaksanaan perekaman EKG, tekanan darah dan nadi serta diagnosis medis.
2
FORMAT PENILAIAN PEREKAMAN EKG
Nama :
NIM :
KELAS :
3
Bagian 2. FISIOTERAPI DADA
A. Deskripsi
Fisioterapi dada merupakan kumpulan teknik terapi atau tindakan pengeluaran
sekret yang dapat digunakan baik secara mandiri maupun kombinasi agar tidak
terjadi penumpukan sekret (akumulasi secret) yang menyebabkan tersumbatnya
jalan napas dan komplikasi penyakit lain, sehingga menurukan fungsi ventilasi paru-
paru.
B. Indikasi
Pasien dengan gangguan paru-paru yang menunjukan peningkatan produksi lendir
(Bronkhitis, emfisema, fibrosis kistik, bronchitis kronis).
C. Tujuan
1. Mempertahankan ventilasi yang adekuat dan mencegah infeksi.
2. Melepaskan dan mengeluarkan secret dari bronkus dan bronkiolus
3. Mencegah kolaps dari paru-paru yang disebabkan oleh tersumbatnya secret
yang keluar.
4
E. Teknik – Teknik Chest Physiotherapy
Percussion techniques digunakan untuk memecah mucus yang tebal dan lengket
sehingga mudah untuk dikeluarkan. Teknik ini dapat dikombinasikan dengan teknik
specific positioning untuk target area paru tertentu.
F. Peralatan :
1. Pakaian atau handuk tipis
2. Stetoskop
3. Tisu
4. Pot sputum dengan larutan desinfektan
5
5. Bantal
6. Papan pemiring atau pendongkrak (jika drainage dilakukan di rumah)
7. Air minum hangat
8. Suction bila perlu
9. Baki beralas atau troli
G. Pelakasanaan
Postural drainage
Postural drainage merupakan salah satu tehnik yang digunakan untuk mengalirkan
sputum/ dahak yang berada di dalam paru agar mengalir ke saluran pernapasan
yang besar sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Tindakan ini dilakukan selama
minimal 20 menit untuk satu bagian lobus paru dan dilakukan pemeriksaan suara
paru terlebih dahulu untuk menentukan posisi yang tepat. Dilakukan sehari
sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari.
Tapotemen/perkusi
Teknik ini berupa tepukan yang ritmis dan terah ke bagian paru, tujuannya adalah
untuk menggetarkan paru sehingga bila ada dahak yang lengket pada dinding
saluran napas dapat terlepas dan mengalir kesaluran napas yang lebih besar.
Tapotemen biasanya dilakukan bersamaan degan pemberian postural drainage.
6
Tidak semua kondisi paru boleh diberikan tapotemen / perkusi ada hal hal perlu
diperhatikan dalam pemberian tindakan ini diantaranya adanya suara mengi/
wheezing karena dapat menyebabkan keluhan sesak semakin bertambah jika tidak
dilakukan secara tepat, batuk darah karena dapat menambah perdarahan. Ritme
yang teratur dan frekuensi yang tepat menjadi hal yang harus dilakukan tidak
sekedar kerasnya tepukan yang diberikan ke dada baik dari depan maupun dari
belakang. Bila melakukan perkusi sebaiknya jumlah tepukan mencapai 25 kali dalam
10 detik agar hasil lebih maksimal, selama 3-5 menit untuk tiap bagian dari paru
paru.
Vibrasi
Latihan batuk efektif digunakan untuk mengeluarkan dahak yang sudah terkumpul
ke saluran pernapasan yang besar, setelah dilakukan prosedur postural drainase,
tapotemen dan vibrasi. Batuk efektif adalah tehnik batuk yang diharapkan dapat
mengeluarkan dahak, tidak seperti batuk pada umumnya batuk efektif terbukti lebih
bisa dan banyak mengeluarkan dahak. Bagaimanakah cara melakukanannya,
7
pertama ambil posisi duduk tegak atau berdiri, kemudian tarik napas dalam
sebanyak 3 kali kemudian bernapas dengan pernapasan biasanya kemudian tarik
napas dan batukkan sebanyak 2 kali secara berturut turut tanpa ada jeda (dalam
satu kali tarik napas kemudian dibatukkan sebanyak 2 kali berturut turut tanpa jeda)
. Batuk dilakukan 2 kali berturut turut bertujuan untuk melepaskan perlengketan
sputum/dahak pada saluran pernapasan dan batuk yang kedua ntuk mengeluarkan
mukus dari paru paru. Saat keluar dahak jangan lupa tutuplah mulut dengan sapu
tangan / tisu kemudian buang ke tempat sampah dan cuci tangan untuk
meminimalkan penularan.
Beberapa teknik tersebut diatas bisa dilakukan secara teratur selama produksi
mukus/ dahak masih banyak, namun menjadi kurang efektif jika yang terjadi batuk
kering.
8
FORMAT PENILAIAN FISIOTERAPI DADA
Nama :
NIM :
KELAS :
9
Bagian 3. PENGISAPAN LENDIR (SUCTION)
A. Deskripsi
Upaya membersihkan lendir/secret pada jalan nafas ataupun cairan tubuh melalui
penghisapan dengan alat suction.
B. Tujuan penggunaan suction
Mengeluarkan secret/cairan pada jalan nafas.
Melancarkan jalan nafas.
C. Indikasi
1. Klien dengan retensi sputum
2. Klien dengan ventilator atau dengan endotracheal tube (ETT)
3. Klien dengan trakeostomi
D. Kontra Indikasi
1. Klien dengan TIK meningkat
2. Klien dengan edema paru
E. Komplikasi
1. Hipoksia
2. Bradikardia
3. Aritmia
4. Henti jantung (cardiac arrest)
5. Trauma mukosa jalan napas
6. Infeksi
F. Prosedur Kerja
Persiapan Alat
- Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya.
- NaCl atau air matang.
- Canule section.
- Perlak dan pengalas.
- Mesin suction.
- Sarung tangan.
Persiapan Perawat yang akan melakukan tindakan suction/pengisapan
- Lakukan pengecekan program terapi pasien.
- Cuci tangan.
- Tempatkan alat di dekat pasien.
- Persiapan Pasien:
- Pastikan identitas pasien.
- Kaji kondisi pasien.
- Beritahu dan jelaskan pada pasien atau keluarganya tentang tindakan yang akan
dilakukan.
- Jaga privasi pasien.
G. Pelaksanaan
1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.
2. Cek alat-alat yang akan digunakan.
3. Cuci tangan.
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur pasien.
10
5. Pakai sarung tangan.
6. Berikan posisi yang nyaman pada pasien dengan kepala sedikit ekstensi
7. Berikan Oksigen 2 – 5 menit
8. Letakkan pengalas di bawah dagu pasien
9. Hidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
10. Masukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)
11. Hisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan sambil
memutar (+ 5 detik untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)
12. Bilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas
13. Ulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
14. Observasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya
15. Observasi secret tentang warna, bau dan volumenya Bereskan alat.
16. Lepaskan handscoen.
17. Rapihkan kembali pasien.
18. Berikan reinforcement positif pada pasien.
19. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya.
20. Kembalikan peralatan.
21. Cuci tangan
H. Evakuasi
1. Status pernapasan
2. Kebersihan jalan napas
3. Karakteristik sekret
I. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat adanya gangguan pada saat pelaksanaan tindakan
3. Catat karakteristik sekret
J. Unit Terkait/Kerja
Ruang rawat inap, unit gawat darurat, perinatologi, ruang intensif, OK, ruang
intensif.
11
FORMAT PENILAIAN PENGISAPAN LENDIR (SUCTION)
Nama :
NIM :
KELAS :
12
Bagian 4. NEBULIZER
A. Deskripsi
Merupakan suatu tindakan dengan memberikan penguapan agar lender encer
sehingga mudah dihisap. Nebulizer adalah pelembab yang membentuk aerosol,
kabut butir-butir kecil air (garis tengahnya 5-10 mikron).
B. Tujuan
1. Untuk mengencerkan secret dan membebaskan jalan napas dari sumbatan
2. Pemberian obat-obatan aerosol
C. Indikasi
1. Pasien tidak dapat mengularkan secret
2. Post ekstubasi
3. Status asmatikus
4. Laring edema
5. Pasien dengan sputum yang kental
6. Sebelum difisioterapi dada
7. Pada keadaan tertentu dapat diberikan bersamaan dengan ventilator
D. Pengkajian
1. Kaji status kardiopulmonal
2. Kaji adanya penumpukan secret
3. Kaji kebutuhan pasien akan terapi nebulizing
E. Persiapan
Persiapan Alat :
1. Nebulizer
2. Obat untuk terapi aerosol
3. Stetoskop
4. Aquadest, NaCl 0.9 %
5. Selang Oksigen
6. Simple mask
7. Bengkok (nierbekken)
8. Tisu
9. Pot sputum
10. Baki beralas atau troli
Persiapan pasien
1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan tindakan prosedur nebulizer
3. Jaga privasi pasien
4. Atur posisi pasien (posisi semifowler atau fowler)
13
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Memasukan obat sesuai advis dokter
3. Nebulizer dihubungkan ke listrik, kemudian dihidupkan (waktu dan kelembapan
diatur sesuai dengan kondisi pasien atau alat).
4. Pasang selang nebulizer
5. Anjurkan pasien untuk batuk efektif dan mengeluarkan dahaknya
6. Auskultasi suara napas
7. Jika uap nebulizer sudah habis, matikan mesin
8. Jika masih ada ronchi, ulangi auskultasi suara napas, lakukan fisioterapi dada
9. Mulut pasien dibersihkan dengan tisu
10. Bereskan alat-alat, kemudian cuci tangan
G. Evaluasi
1. Status kardiopulmonal
2. Kondisi sebelum dan setelah pemberian nebulizer
3. Karakteristik secret yang keluar
H. Dokumentasi
1. Catat status kardiopulmonal
2. Catat waktu pemberian nebulizer
3. Catat jenis dosis obat yang diberikan
4. Catat karakteristik secret yang keluar
14
FORMAT PENILAIAN UJIAN PRAKTIK NEBULIZER
Nama :
NIM :
KELAS :
15
Bagian 5. PEMBERIAN OKSIGEN
A. Deskripsi
Oksigen merupakan salah satu komponen terpenting untuk kelangsungan hidup
manusia. Atmosfer bumi terdiri dari 20,95% gas oksigen, jumlah ini merupakan
terbanyak kedua setelah nitrogen 78,08%. Oksigen berasal dari fotosintesis
tumbuhan darat dan organisme di laut. Disamping keberadaan oksigen yang bebas
di alam, oksigen juga dimanfaatkan untuk bahan bakar roket, ekspedisi luar angkasa,
keperluan industri dan keperluan medis di rumah sakit.
Terapi Oksigen adalah metode pengobatan yang dilakukan dengan cara
memberikan oksigen murni ke dalam ruangan bertekanan khusus untuk dihirup oleh
pasien.
16
B. Tujuan
Tujuan pemberian oksigen adalah kadar oksigen di dalam tubuh tercukupi sehingga
fungsi organ berjalan lancar. Pada tingkat sel, oksigen dibutuhkan oleh mitokondria
untuk menghasilkan energi. Mengatasi keadaan hipoksemia 2. Menurunkan kerja
pernafasan 3. Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard)
C. Indikasi
Henti jantung paru
Gagal nafas
Gagal jantung atau ami
Syok
Meningkatnya kebutuhan O2 (luka bakar, infeksi berat, multiple trauma)
Keracunan CO
Post operasi, dll
D. Metode Pemberian
Sistem Aliran Rendah
1. Kateter Nasal Oksigen :
Aliran 1 - 6 liter/ menit menghasilkan oksigen dengan konsentrasi 24-44 %
tergantung pola ventilasi pasien. Bahaya : Iritasi lambung, pengeringan mukosa
hidung, kemungkinan distensi lambung, epistaksis.
2. Kanula Nasal Oksigen :
Aliran 1 - 6 liter / menit menghasilkan 02 dengan konsentrasi 24 - 44 %
tergantung pada polaventilasi pasien. Bahaya : Iritasi hidung, pengeringan
mukosa hidung, nyeri sinus dan epitaksis Laboratorium
3. Sungkup muka sederhana Oksigen :
Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan 0 2 dengan konsentrasi 40 - 60 %. Bahaya :
Aspirasi bila muntah, penumpukan C02 pada aliran 02 rendah, Empisema
subcutan kedalam jaringan mata pada aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila
sungkup muka dipasang terlalu ketat.
4. Sungkup muka" Rebreathing " dengan kantong 02 Oksigen :
Aliran 8-12 l/menit menghasilkan oksigen dengan konsentrasi 60 - 80%. Bahaya
: Terjadi aspirasi bila muntah, empisema subkutan kedalam jaringan mata pada
aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.
5. Sungkup muka" Non Rebreathing" dengan kantong 02 Oksigen :
Aliran 8-12 l/menit menghasilkan konsentrasi 02 90 %. Bahaya : Sama dengan
sungkup muka "Rebreathing".
Sistem Aliran tinggi
1. Sungkup muka venturi (venturi mask) Oksigen :
Aliran 4 -14 It / menit menghasilkan konsentrasi 02 30 - 55 %. Bahaya : Terjadi
aspirasi bila muntah dan nekrosis karena pemasangan sungkup yang terialu
ketat.
17
2. Sungkup muka Aerosol (Ambu Bag) Oksigen :
Aliran lebih dan 10 V menit menghasilkan konsentrasi 02 100 %. Bahaya :
Penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta nekrosis karena
pemasangan sungkup muka yang terialu ketat
E. Persiapan
1. Berikan privasi pada pasien
2. Jelaskan prosedur pemberian oksigen
3. Atur posisi pasien
F. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Cek sumber oksigen pada manometer
3. Isi humidifier dengan air dan pasangkan ke dasar flowmeter okigen
4. Sambungkan kanul nasal pipa O2 dengan sumber oksigen yang sudah
dilembabkan melalui humidifier. Tes aliran, pastikan tidak ada kebocoran
5. Pemasangan : nasal kanul letakan nasal kanul ke muka pasien, dan disisipkan
cabang ke dalam lubang hidung. Masker : pasang masker pada wajah menutupi
hidung dan mulut pasien
6. Atur ikatan dan tarikan untuk kenyamanan
7. Atur kecepatan aliran sesuai konsentrasi yang diminta. Observasi gelembung
air yang terjadi dehumidifier.
8. Berikan balutan kecil di atas puncak telingan atau pada wajah sebagai alas
selang jika diperlukan.
9. Pindahkan masker dengan hati-hati dan keringkan kulit wajah setiap 2-4 jam
(untuk masker)
10. Monitor pasien setiap 4 jam
11. Kaji pernapasan pasien dan atur alat-alat yang diperlukan
12. Pertahankan humidifier tetap terisi setiap saat
13. Kolaborasi dengan dokter untuk pengecekan analisa gas darah 20 menit setelah
terapi bila perlu
14. Cuci tangan
G. Evaluasi
1. Evaluasi status kardiopulmonal
2. Tingkat kecemasan dan tanda-tanda hipoksia/hipoksemia
3. Respon pasien
4. Efek samping terapi
H. Dokumentasi
1. Catat waktu saat pemberian tindakan
2. Catat status kardiopulmonal
3. Catat metode pemberian oksigen dan kecepatan alirannya
4. Catat adanya tanda-tanda hipoksia
18
FORMAT PENILAIAN PEMBERIAN OKSIGEN
Nama :
NIM :
KELAS :
19
Bagian 6 PENGAMBILAN DARAH ARTERI
A. Deskripsi
Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk
mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat
digunakan untuk menentukan tingkat keasaman .pada mater ke 9 ini mahasiswa
dibekali pengetahuan dan keterampilan pengambilan analisa gas darah sebagai
prosedur yang lajim dilakukan di RS untuk menilai keasaman asam basa dan menilai
kadar O2 dalam darah.
B. Tujuan
1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri
(PaO2), dan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).
3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang
ditunjukkan melalui PaO2.
4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang
ditunjukkan oleh PaCO2.
5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya serta untuk mengetahui jumlah
bikarbonat.
C. Indikasi
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran
udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun
reversible parsiTerdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema,
tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang
merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya
udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas
(oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan
pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air
dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia
dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema,
atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic
pulmonary edema.
20
ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru
menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia
berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
3. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso,
2005).
4. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol.
5. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3
faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu
dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi
maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan
gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
6. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik
pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang
menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan
yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini
dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
7. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan
yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab
lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-
organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan
21
korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.Kerusakan otak
mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat
dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti
kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
D. Persiapan
Persiapan alat
1. Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml.
2. Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi).
3. Jarum nomor 22 atau 25 (bevel pendek).
4. Penutup udara dari karet.
5. Kapas alkohol.
6. Wadah berisi es (baskom atau kantung plastik).
7. Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi :
8. Nama, tanggal dan waktu.
9. Apakah menerima O2 dan bila ya berapa banyak dan dengan rute apa.
10. Suhu.
Persiapan pasien
1. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan.
2. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa
sakit.
3. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.
4. Jelaskan tentang allen’s test.
Caranya :
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan
langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari,
dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna
merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan
tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif,
hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
E. Pelaksanaan
1. Persiapan alat.
2. Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang
akan di pungsi.
3. Memilih arteri yang akan di pungsi.
4. Menyiapkan posisi pasien :
a. Arteri Radialisi : Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan. Meraba
arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan. Arteri harus
benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.
b. Arteri Dorsalis Pedis.Pasien boleh flat/fowler.
c. Arteri Brachialis Posisi pasien semi fowler, tangan di
hyperekstensikan/diganjal dengan siku.
22
d. Arteri Femoralis.Posisi pasien flat
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
6. Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk
sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik
kita ulangi dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering.
7. Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan obat
(adrenalin 1 %), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum obat
dimasukkan terlebih dahulu aspirasi untuk mencegah masuknya obat ke dalam
pembuluh darah.
8. Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara
kulit diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri
yang akan ditusuk berada di antara 2 jari tersebut.
9. Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan
tangan kanan, jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.
- Pada arteri radialis posisi jarum 45 derajat.
- Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat.
- Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat.
Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit
sehingga darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah
tidak langsung keluar. Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara perlahan-
lahan untuk mencegah hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum jangan
langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai ada dibawah kulit kemudian
tusukan boleh diulangi lagi kearah denyutan.
10. Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi
pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan
segera gelembung udara dikeluarkan dari spuit.
11. Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.
12. Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan
bethadine. Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 menit. Pada arteri
brachialis selama 7 – 10 menit. Pada arteri femoralis selama 10 menit. Jika
pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15 menit.
13. Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.
14. Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan,
tanggal, dan jam pengambilan, suhu, dan jenis pemeriksaan.
15. Bila pengiriman/pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang
diisi es supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.
16. Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan tindakan.
23
24
25
26
Komponen Arteri Vena
PH 7,35-7,45 7,33-7,43
PO2 80-100 mmHg 34-49 mmHg
PCO2 35-45 mmHg 41-51 mmHg
HCO3 22-26 mEq/L
BE -2 s,d + 2 0 s.d + 4
Saturasi O2 95 %-100 % 70 % - 75 %
27
F. Evaluasi
1. Respon pasien
2. Kaji adanya hematom dan perdarahan
G. Dokumentasi
1. Catat waktu dan tanggal pelaksnaaan
2. Catat respon pasien
28
FORMAT PENILAIAN UJIAN PENGAMBILAN DARAH AGD
Nama :
NIM :
KELAS :
29
Bagian 7. PEMASANGAN DAN
MERAWAT INFUS
A. Deskripsi
Pemasangan infus merupakan salah satu tindakan dasar dan pertama yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan, khususnya perawat sebagai awal dari rangkaian
kegiatan pengobatan dan perawatan terhadap hampir semua jenis kasus baik itu
gawat, darurat, kritis, ataupun sebagai tindakan profilaksis.
B. Tujuan
Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan
atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein,
lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan
mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa,
memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena,
dan membantu pemberian nutrisi parenteral.
C. Indikasi
1. Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yang memungkinkan untuk
pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh darah Intra Vena
2. Untuk dapat memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti
furosemid, digoxin)
3. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus
melalui pembuluh darah Intra vena
4. Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit
5. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kepentingan
dengan injeksi intramuskuler.
6. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan pemberian
obat)
30
D. Persiapan
1. Standar infus
2. Cairan infus sesuai kebutuhan
3. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
9. Sarung tangan bersih
10. Kassa steril
11. Kapal alkohol / Alkohol swab
12. Betadine
E. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus
4. Atur posisi pasien / berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk
7. Pasang alas
8. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
9. Pakai sarung tangan
10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
11. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
12. Pastikan jarum IV masuk ke vena
13. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
31
16. Atur tetesan infus sesuai program medis
17. Lepas sarung tangan
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan
jam pelaksanaan
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
F. Evaluasi
1. Jumlah larutan yang benar
2. Kecepatan aliran
3. Kepatenan jalur intravena
4. Infiltrasi, flebitis dan inflamasi
G. Dokumentasi
1. Jenis cairan yang diberikan
2. Tempat insersi
3. Kecepatan aliran
4. Ukuran dan tipe kateter
5. Waktu pemasangan infus
6. Respon pasien setelah pemasangan infus
32
FORMAT PENILAIAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS
Nama :
NIM :
KELAS :
33
6. Dokumentasi Waktu pelaksanaan tindakan
Jenis cairan, jumlah cairan dan 1
mencatatat tanda-tanda komplikasi
JUMLAH 10
Keterangan skor :
34
Bagian 8. TRANFUSI DARAH
A. Deskripsi
Upaya pemberian darah/ komponen darah kepada pasien untuk tujuan
penyembuhan penyakit
B. Tujuan
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau
perdarahan).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia berat.
3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya,
faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien
hemofilia).
C. Persiapan alat
1. Kateter besar (18G atau 19G)
2. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
3. Set infuse darah dengan filter
4. Produk darah yang tepat
5. Sarung tangan sekali pakai
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah
9. Stetoskop
10. Thermometer
11. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda tangani
D. Pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien menerima
transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit kepala, gatal-gatal
atau ruam dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
6. Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang
7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah
pemberian infuse darah selesai
8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
9. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
10. Ukur tanda vital dasar klien
35
11. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse secara
perlahan diawali dengan pengisian filter didalam selang
12. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah
bersama klien.
13. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi,
selanjutnya ukur setiap jam.
14. Pertahankan kecepatan infus yang di programkan dengan menggunakan
pompa infus.
15. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan
E. Evaluasi
1. Evaluasi status kardiopulmonal dan tanda-tanda vital
2. Keadaan umum pasien
3. Respon pasien
4. Efek samping atau reaksi dari transfuse darah
F. Dokumentasi
1. Catat waktu saat pemberian tindakan transfusi
2. Catat status kardiopulmonal
3. Catat metode pemberian transfuse dan factor pembekuan darah
4. Catat adanya tanda-tanda reaksi alergi dari tranfusi darah
36
FORMAT PENILAIAN PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
Nama :
NIM :
KELAS :
2. Persiapan alat
Menyiapkan peralatan secara lengkap
dan tepat
Peralatan disusun secara ergonomis
Produk darah yang akan diberikan
meliputi kecocokan kadarluarsa, dan 2
lain-lain diperiksa
Jumlah yang diberikan sesuai order
Memperhatikan hal-hal yang dapat
membahayakan pasien
3. Persiapan Menjalin hubungan saling percaya
pasien dan dengan pasien
lingkungan Melakukan informed concent 1
Hal yang mungkin terjadi disampaikan
pada pasien
4. Pelaksanaan Tahap-tahap pemberian transafusi
4
darah sesuai SOP
5. Evaluasi Mengevaluasi respon pemberian
setelah diberikan transfuse seperti
menggigil, alergi atau reaksi transfuse
diidentikfikasi. 1
Respon pasien dianalisis
Melakukan tindak lanjut yang sesuai
dengan pemberian transfuse darah
6. Dokumentasi Waktu pelaksanaan tindakan
Pemberian produk darah dan respon 1
pasien
JUMLAH 10
Keterangan skor :
37
1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan
38
Bagian 9. PEMASANGAN DAN
MERAWAT KATETER URINE
A. Deskripsi
Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan keperawatan
memasukan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra.
B. Tujuan
1. Menghilangkan distensi pada kandung kemih
2. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
3. Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi
4. Mengetahui residual urine setelah miksi
5. Memasukan kontras kedalam buli – buli
6. Mendapatkan specimen urine steril
7. Therapeutic : memenuhi kebutuhan eliminasi urine
8. Kateterisasi menetap ( indwelling catherezation )
9. Kateterisasi sementara ( intermitter catherization )
C. Indikasi
Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status cairan
memasukkan kateter
39
2. Indikasi Terapi Pemasangan kateter :
D. Kontra Indikasi
Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala trauma pada
traktus urinarius bagian bawah, misalnya terjadi robekan pada uretra. Kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien laki-laki yang mengalami trauma pelvis
atau straddle-type injury.
E. Persiapan
1. Handshoen steril
2. Handschoen on steril
3. Kateter steril sesuai ukuran dan jenis
4. Urobag
5. Doek lubang steril
6. Jelly
7. Lidokain 1% dicampur jelly ( perbandingan 1 :1 ) masukkan dalam spuit (
tanpa jarum )
8. Larutan antiseptic + kassa steril
9. Perlak dan pengalas
10. Pinset anatomis
11. Bengkok
12. Spuit10 cc berisi aquades
13. Urinal bag
40
14. Plester / hypavik
15. Gunting
16. Sampiran
F. Pelaknaan
2. Tahap Orientasi
3. Tahap Kerja
41
Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar : 18 dan 20, kecil : 8 dan 10 french catheter)
atau sesuai persediaan
Masukkan foley kateter ke uretra secara perlahan dengan sedikit mengangkat penis
hingga urin keluar (klien dianjurkan tarik napas panjang)
Menampung urin pada botol bila diperlukan untuk pemeriksaan
Mendorong lagi foley kateter kira-kira 5 cm ke dalam
bladder (1-2 inc)
Kembungkan balon dengan cairan aquadest sesuai ukuran, kira-kira 20 cc
Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada tahanan dan meletakkannya di
atas abdomen bagian bawah.
Menyambungkan kateter dengan urine bag
Melepas duk, pengalas dan sarung tangan
Memfiksasi kateter di atas abdomen bagian bawah
Menempel label waktu pemasangan kateter
4. Tahap Terminasi
1. Memperkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Siapkan alat disamping klien
4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran
5. Cuci tangan
6. Atur posisi psien dengan terlentang abduksi
7. Pasang pengalas
42
8. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
9. Pasan handschoen on steril
10. Letakkan bengkok diantara kedua paha
11. Cukur rmabut pubis
12. Lepas sarung tangan dan ganti dengan sarung tangan steril
13. Pasang doek lubang steril
14. Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke pangkalnya dan bersihkan
dengan kassa dan antiseptic dengan tangan kanan
15. Beri jelly pada ujung kateter ( 12,5 – 17,5 cm). Pemasangan indwelling pada pria :
jellydan lidokain denga perbandingan 1 : 1 masukkan kedalan uretra dengan spuit
tanpa jarum
16. Ujung uretra ditekan dengan ujung jari kurang lebih 3-5 menit sambil di masase
17. Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan tegak lurus deng bidang
horisontal sambil anjurkan untuk menarik napas. Perhatikan ekspresi klien
18. Jika tertahan jangan dipaksa
19. Setelah kateter masuk isi balon dengan caran aquades bila untuk indwelling, fiksasi
ujung kateter di paha pasien. Pasang urobag disamping tempat tidur
20. Lihat respon klien dan rapikan alat
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan
1. Memperkenakan diri
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Siapkan alat di samping klien
4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran
5. Cuci tangan
6. Atur posisi pasien dengan telentang abduksi
7. Berdiri disebelah kanan tempat tidur klien
8. Pasang pengalas
9. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
10. Pasang handschoen on steril
43
11. Letakkan bnengkok diantara kedua paha
12. Cukur rambut pubis
13. Lepas sarung tangan dang anti dengan sarung tangan steril
14. Pasang doek
15. Bersikan vulva dengan kasa, buka labia mayoer, dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, bersihkan bagian dalam
16. Beri jelly pada ujung kateter ( 2,5 – 5 cm) lalu masukkan pelan – pelan ujung kateter
pada meatus uretra sambil pasien dianjurkan menarik napas. Perhaikan respon klien
17. Setelah kateter masuk isi balon dengan cairan aquades 10 cc
18. Fiksasi
19. Sambung dengan urobag
20. Rapikan alat
21. Buka handchoen dan cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan
G. Evaluasi
1. Respon pasien
2. Jumlah dan karakteristik urin
3. Kepatenan kateter
H. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan tindakan
2. Karakteristik urine
44
FORMAT PENILAIAN PEMASANGAN KATETER URINE
Nama :
NIM :
KELAS :
45
Bagian 10. PEMASANGAN
DAN MERAWAT NGT
A. Deskripsi
Intubasi nasogastrik (NGT) adalah prosedur di mana tabung plastik tipis
dimasukkan ke dalam lubang hidung, menuju esofagus, lalu masuk ke perut.
Setelah selang NGT dipasang dan diamankan dengan benar, perawat dapat
memenuhi asupan nutrisi pasien melalui selang atau tabung NG tersebut
dengan menggunakan spuit 10cc sebagai penampung awalnya.
Teknik ini sering digunakan untuk memberikan makanan dan obat kepada
pasien ketika mereka tidak dapat makan atau menelan.
Tabung NG ini biasanya pendek dan kebanyakan digunakan untuk menyedot isi
dan sekresi lambung.
B. Tujuan
1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami kesulitan menelan.
2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak
sadar.
3. Untuk melakukan bilas lambung pada pasien keracunan.
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah
atau pendarahan pada lambung.
C. Indikasi
Dekompresi lambung
Baik untuk drainase atau mendapatkan spesimen untuk dianalisis. Ini juga akan
memungkinkan drainase dalam kasus overdosis atau keracunan obat.
46
3. Pemberian makan dan pemberian obat
D. Persiapan
47
31. Spatel lidah
32. Tisu
D. Pelaksanaan
Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
Atur posisi tidur pasien
Cuci tangan
Dekatkan alat
Letakan handuk dibawah kepala pasien
Ukur panjang selang lambung dengan cara mengukurnya dari pangkal hidung ke
telinga pasien lalu ke prosesus xipoideus
Beri batas panjang selang lambung yang telah diukur dengan plester
Beri jelly pada selang lambung sepanjang 7-10cm
Masukan selang lambun ke salah satu lubang hidung dengan :
D. Posisi kepala ekstensi, bila selang sudah sampai orofaring posisi kepala
fleksi
E. Bila pasien batuk, berhenti memasukan selang lambung dan anjurkan
pasien nafas dalam
F. Setelah rileks dilanjutkan dengan memasukan kembali selang lambung
Cek apakah selang lambung sudah masuk lambung dengan cara menghisap
cairan lambung / masukan udara 5-10cc melalui spuit 10cc dan dengarkan
menggunakan stetoscope pada perut kiri kuadran atas
Jika terdengar suara udara di lambung, plester selang lambung ke ujung hidung
Tutup selang lambung/ sambungkan selang lambung dengan plastic penampung
Rapikan alat, pasien dan lingkungannya
Bereskan alat dan cuci tangan
Dokumentasikan prosesur di status pasien yang meliputi jam pemasangan,
jumlah dan warna cairan lambung
D. Evaluasi
1. Kepatenan NGT
2. Karakteristik cairan lambung
3. Respon pasien selama tindakan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pemasangan NGT
2. Catat ukuran NGT yang digunakan
48
FORMAT PENILAIAN PEMASANGAN NGT
Nama :
NIM :
KELAS :
49
Bagian 11. PEMASANGAN
DAN MERAWAT KOLOSTOMI
A. Deskripsi
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong
kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
B. Tujuan
1. Menjaga kebersihan pasien
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungan
C. Indikasi
D. Persiapan
Kantong kolostomi
Satu set alat ganti balutan
Kapas
Kasa steril
Larutan sublimat/NaCl
Zink salep/Zink oil
Betadine sol
Plester
Sepasang sarung tangan
Bengkok/piala ginjal
Perlak dan pengalasnya
kantong plastik
Tempat sampah
E. Pelaksanaan
1. Menghindari proses pada jam makan, waktu berkunjung, sesaat
setelah pemberian obat.
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Berkomunikasi selama prosedur dan menjaga privasi, membantu
meningkatkan kenyamanan baik posisi berdiri atau berbaring.
5. Kaji tipe kolostomi dan lokasi
6. Kosongkan bag dan tampung dalam bedpan
7. Kaji integritas kulit di sekitar stoma dan tampilan umum.
50
8. Catat jumlah dan karakteristik material fekal atau urine di dalam
kantong kolostomi atau verban
9. Gunakan pencukur bila rambut/bulu sudah tumbuh.
10. Gunakan pelarut perekat untuk melepaskan rekatan kantung bila
diperlukan.
11. Lepaskan kantung secara perlahan sambil menahan kulit.
12. Gunakan tisu untuk mengangkat feces
13. Gunakan air hangat, sabun dan gulungan kapas atau waslap dan
handuk untuk membersihkan kulit stoma.
14. Gunakan pembersih kulit khusus untuk mengangkat feces yang
keras
15. Keringkan kulit menggunakan handuk
16. Inspeksi stoma; warna, ukuran, bentuk dan pendarahan bila ada.
17. Inspeksi periostoma bila ada kemerahan, ulcer, iritasi.
18. Letakkan kasa pada stoma untuk menyerap cairan
19. Angkat kasa sebelum memasang kantung
20. Gunakan pasta pada area stoma sebagai skin barrier
21. Biarkan pasta mengering 1-2 menit
22. Gunakan petunjuk untuk mengukur stoma
23. Pada bagian belakang skin barrierlubangi dengan ukuran lingkaran
yang sama atau gunting pola yang diukur (atau bila sudah tersedia
alat pengukur dapat digunakan)
24. Lepaskan kertas pelindung perekat
25. Taruh deodoran ke dalam kantong, bila tersedia
26. Taruh bagian tengah, tekan secara hati-hati ke bagian kulit dan
hilangkan kerutan atau gelembung udara dari arah stoma ke
bagian luar.
27. Buang udara dengan melonggarkan bagian pembuangan, bila
tidak ada maka udara dibuang sebelum direkatkan.
28. Fiksasi kantung, bila menggunakan kantong ikat pinggang
taruhkan pada tempatnya.
29. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
30. Catat tanggal, waktu dan jumlah cairan, warna, keadaan kulit dan
periostoma.
F. Evaluasi
1. Kepatenan kantong kolostomi
2. Kondisi kulit di sekitar stoma
3. Jumlah dan karakteristik feses
4. Respon pasien
G. Dokumentasi
1. Catat waktu saat pelaksanaan perawatan kolostomi
2. Catat kondisi kulit sekitar stoma
51
FORMAT PENILAIAN PERAWATAN KOLOSTOMI
Nama :
NIM :
KELAS :
52
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Perry, A.G., Potter, PA., Martha K.Elkin. 2000. Nursing Intervention & Clinical
Skills. 2nd ed. USA : Mosby Inc
Potter, P.A dan Perry, A.G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume
2. Jakarta : EGC.
53