Sebuah NAT URAL dye-sensit ized DARI PARE (Bit t er labu) DAUN EKST RAK UNT UK dye-sensit iz…
wahidah ramadhani
PENGARUH PERUBAHAN INT ENSITAS CAHAYA HALOGEN RUT HENIUM (N719) FOT OSENSIT IZER DALAM…
Hardani Hardani
Disusun oleh :
Muhammad Ihsan Alfikro/08021281823028
Dosen Pengampu :
Dr. Frinsyah Virgo, S.Si, M.T
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah subhanu wa ta’ala yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul ” Peningkatan Performa DSSC (Dye-Sensitized
Solar Cell) dengan Pemanfaatan Ekstrak Enceran Kulit Buah Naga dan Implantasi Ion Emas”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Listrik Magnet.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pak Dr. Frinsyah Virgo, S.Si, M.T yang telah membimbing kami dalam mata kuliah listrik
magnet
2. Bapak/Ibu dosen yang telah mendidik kami dalam mengikuti mata kuliah di Universitas
Sriwijaya
3. Terima kasih juga kepada teman–teman kami yang telah membantu dan mendukung kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Kedua orang tua kami yang telah bekerja keras demi kelangsungan studi kami.
Kami sebagai penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini
selanjutnya. Dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
2. Tujuan ....................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 3
PENUTUP .......................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Era modernisasi yang semuanya serba modern ini, memaksa manusia untuk terus
mengembangkan peralatan-peralatan canggih dan efisien guna memudahkan jalannya
kehidupan. Seperti penggunaan lampu yang menerangi jalan-jalanan kota di malam hari,
sehingga tiap orang masih bisa beraktivitas pada malam hari. Sebelum ditemukannya lampu,
orang-orang terdahulu memakai obor/lampu minyak/lilin untuk bisa beraktivitas di malam hari,
yang mana penggunaan barang-barang seperti tidak efisien, cahaya yang dihasilkan tidak
menyebar dan cukup berbahaya apabila tidak berhati-hati, karena api dapat membakar dengan
mudah, terlebih lagi rumah-rumah orang terdahulu kebanyakan dibangun dengan menggunakan
kayu/bambu. Penggunaan lampu menghapus semua ketidakefisienan akan penggunaan obor.
Tetapi, bukan berarti penggunaan lampu tidak menghasilkan dampak apapun. Tiap
perkembangan teknologi yang telah ada saat ini, dalam penggunaannya pasti akan menghasilkan
dampak yang baru yang dapat merusak lingkungan. Sehingga manusia perlu untuk terus
berkembang dan mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari teknologi yang telah
dikembangkan sebelumnya.
Sama halnya dengan penggunaan energi yang terus-menerus meningkat di seluruh dunia.
Dewasa ini, penggunaan energi kebanyakan berpusat pada bahan bakar fosil, yang mana energi
ini termasuk sumber energi tak terbarukan, sehingga suatu saat pasti akan habis. Sehingga
manusia perlu beralih ke sumber energi lainnya yang terbarukan. Menurut data yang
dipublikasikan oleh Vaclac Smil dalam bukunya, Energy Transitions: Global and National
Perspectives, konsumsi energi pada tahun 2018 sebesar 157.063,8 TWh, yang mana 88%-nya
merupakan sumber energi tak terbarukan, meningkat sekitar 50% hanya dalam 2 dekade terakhir.
Laju peningkatan ini merupakan masalah yang serius, terlebih lagi umat manusia masih sangat
ketergantungan dengan sumber energi tak terbarukan. Sehingga perlu dikembangkannya
penggunaan sumber energi terbarukan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang sangat potensial saat ini adalah energi surya.
Pemasok utama energi surya adalah matahari, melalui pancaran radiasi gelombang
elektromagnetik tiap detiknya ke Bumi. Tentunya radiasi gelombang elektromagnetik yang
sampai ke permukaan ke Bumi berada pada spektrum yang aman untuk manusia, karena sebagian
besar spektrum gelombang berbahaya dipantulkan kembali oleh atmosfer Bumi. Tetapi, hal ini
bukan menjadi alasan untuk berjemur di tengah terik matahari yang menyengat. Bumi menerima
174 petawatt (PW) radiasi surya yang datang di bagian atas dari atmosfer. Sekitar 30%
dipantulkan kembali ke luar angkasa, sedangkan sisanya diserap oleh awan, lautan, dan daratan.
Page 2
Sebagian besar spektrum cahaya matahari yang sampai di permukaan Bumi berada pada
jangkauan spektrum sinar tampak dan inframerah dekat. Sebagian kecil berada pada rentang
ultraviolet dekat. Total energi surya yang diserap oleh atmosfer, lautan, dan daratan Bumi sekitar
3.850.000 eksajoule (EJ) per tahun. Pada tahun 2002, jumlah energi ini dalam waktu satu jam
lebih besar dibandingkan jumlah energi yang digunakan dunia selama satu tahun. Jumlah energi
surya yang mencapai permukaan Bumi dalam waktu satu tahun diperkirakan dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan semua sumber daya alam Bumi yang tidak terbarukan yang bisa
diperoleh digabungkan, seperti batubara, minyak bumi, gas alam, dan uranium. Jadi, salah satu
alternatif energi yang dapat dimanfaatkan adalah energi surya.
Energi surya dapat diubah menjadi energi listrik dengan bantuan sel surya. Diketahui
bahwasanya paparan radiasi elektromagnetik matahari dapat melepaskan elektron-elektron pada
lempeng suatu logam. Elektron yang terlepas ini kemudian dialirkan, kemudian menjadi arus
listrik. Meski begitu, tidak semua paparan radiasi yang diterima sel surya diubah menjadi energi
listrik, sehingga efisiensinya tidak mungkin 100%. Hal ini disebabkan karena matahari
memancarkan gelombang elektromagnetik dengan berbagai macam spektrum, hal ini membuat
terdapat perbedaan energi pada gelombang elektromagnetik yang dipancarkan. Sehingga terdapat
bagian energi yang lebih tinggi daripada celah pita (bandgap) semikonduktor. Hanya bagian
energi yang sama dengan energi celah pita (bandgap) semikonduktor yang dapat diubah menjadi
energi listrik. Jadi, jika matahari memancarkan satu panjang gelombang cahaya saja, maka secara
teoritis sel surya dapat menangkap semua energinya.
Salah satu model terbaru sel surya adalah DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell). DSSC termasuk
sel surya generasi ketiga. DSSC merupakan sel surya alternatif didasarkan pada konsep bahan
organik. Mengandung nanopartikel TiO2 (Titanium dioksida), dye organik, elektrolit, dan kontak
platinum. Dye-Sensitizer merupakan komponen fotoaktif yang berperan seperti pendonor
elektron. Dan komponen penting lainnya adalah nanopartikel TiO2 yang berfungsi sebagai
akseptor elektron. DSSC termasuk sel surya berefisiensi tinggi dibanding sel surya yang umum
dijual di pasaran. Tak hanya itu, biaya produksi DSSC terbilang murah, karena fabrikasi DSSC
kebanyakan memakai bahan-bahan organik, yang tentunya ramah lingkungan.
2. Tujuan
• Melakukan review terhadap dua jurnal internasional untuk mendapatkan info terkait
pembahasan
• Memberikan wawasan mengenai sel surya model terbaru
• Memenuhi tugas UAS mata kuliah yang telah diberikan dosen pengampu
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jurnal Pertama
Photoelectric Performance of Organic Dye Sensitized Solar Cell on Various
Judul
Thicknesses of TiO2Paste
Volume 6
Halaman 2324-2327
Tahun 2017
Penulis Tamrin, Filli Pratama, Silfia Desima Windi
Reviewer/NIM Muhammad Ihsan Alfikro/08021281823028
Tanggal 9 April 2020
Link https://www.ijsr.net/archive/v6i4/ART20172972.pdf
DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell) telah dibuat dengan berbagai macam ketebalan
pasta TiO2 menggunakan ekstrak enceran kulit buah naga sebagai photosensitizer[1].
Ketebalan pasta TiO2 didasarkan pada banyaknya lapisan (2, 3, 4, dan 5 lapisan) plester
Scotch pada substrat konduktif. DSSC yang telah1 dibuat ini diletakkan sejauh 10 cm
dari lampu halogen (100 W), dan performa fotolistrik dari DSSC diukur setelah 10
Abstrak
menit periode paparan. Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik sel surya
menggunakan ekstrak enceran kulit buah naga dengan 3 lapisan plester Scotch (0,372
mm) memproduksi performa listrik terbaik VOC, ISC, FF, dan efisiensinya adalah 245
mV; 0,0271 mA; 0,1190; dan 0,2182%. Efisiensinya meningkat sejalan dengan
peningkatan ketebalan pasta TiO2 sampai batas tertentu.
DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell) merupakan teknologi sel surya yang mampu
mengkonversikan energi surya menjadi energi listrik dengan bantuan
photosensitizer[1]. Teknologi sel surya ini termasuk teknologi terbaru dan tergolong ke
dalam sel suya generasi ketiga. Perbedaannya antara generasi-generasi sebelumnya
Pendahuluan adalah DSSC ini mudah untuk difabrikasi, berefisiensi tinggi, biaya pembuatan
rendah, bahan-bahan yang digunakan ramah lingkungan. Dye (pewarna) yang berperan
sebagai photosensitizer[1] didapatkan dari bahan organik maupun anorganik.
Penggunaan dye anorganik sangat dibatasi, mahal, dan beracun, maka dari itu
penggunaan dye organik lebih dahulukan. Dye organik didapatkan dari proses
[1]
Suatu molekul yang peka terhadap rangsangan cahaya yang dapat mentransfer energi melalui reaksi yang melibatkan
cahaya
Page 4
ekstraksi akar, dedaunan, bunga, dan buah-buahan. Pigmen alami tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai dye pada DSSC diantaranya, klorofil, karoten, dan antosianin.
Salah satu buah yang mengandung antosianin dalam jumlah besar adalah kulit buah
naga (Hylocereus polyrhizus). Saat ini cukup jarang ada yang mengolah kulit buah
naga ini, sebagian besar masyarakat mengelola daging dari buah naga saja, sehingga
kulitnya dibuang dan menjadi limbah organiik. Kulit buah naga berwarna merah cerah,
sehingga berpotensial sebagai sumber antosianin. Penggunaan kulit buah naga ini
sebagai dye, harus diolah terlebih dahulu menjadi ekstrak enceran kulit buah naga,
sehingga lebih mudah diimplan pada DSSC. Tingkat efisiensi DSSC bergantung pada
kemampuan penyerapan optik dari dye yang digunakan, begitu juga dengan pasta TiO2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan ekstrak
enceran kulit buah naga sebagai dye pada DSSC. Begitu juga dengan penggunaan
Tujuan
berbagai macam ketebalan pasta TiO2. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi
Penelitian
bahan pertimbangan penelitian selanjutnya dan sebagai penyumbang penggunaan
sumber energi terbarukan di masa yang akan datang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terbilang cukup sederhana, yaitu dengan
menyiapkan semua alat dan bahan, diolah dan setelah selesai, semuanya digabungkan
menjadi satu untuk dirangkai menjadi DSSC. Persiapannya sebagai berikut :
Metode
• Persiapan dye dari enceran kulit buah naga yang diekstrak
Penelitian
• Persiapan touchscreen kapasitif sebagai substrat konduktif
• Persiapan TiO2 dan elektroda counter
• Penggabungan menjadi DSSC
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak enceran kulit buah naga
sebagai dye cukup efektif untuk peningkatan performa kelistrikan DSSC. Tak hanya
Hasil kulit buah naga sebagai dye, ketebalan pasta TiO2 juga mempengaruhi efisiensi dari
Penelitian DSSC dalam menyerap energi surya. Efisiensinya sebesar 0,2182% pada ketebalan
TiO2 sebesar 0,372 mm. Sehingga ekstrak enceran kulit buah naga pada DSSC
berpotensi digunakan sebagai dye/photosensitizer.
Pengukuran efektivitas performa kelistrikan DSSC organik ini menggunakan UV-Vis
atau lengkapnya disebut sebagai Spektroskopi UV-Vis (Ultraviolet-Visible) yang
berfungsi untuk menganalisa struktur kimia dari suatu materi menggunakan
Pembahasan
gelombang cahaya tampak dan ultraviolet. Terlihat dari Figure 3 bahwa penyerapan
gelombang cahaya terjadi paling besar pada gelombang dengan panjang 570 nm yaitu
sebesar 0,422. Rentang penyerapan cahaya oleh ekstrak enceran kulit buah naga ini
Page 5
cukup luas yaitu 500-700 nm, walaupun efektivitas penyerapannya berfluktuasi. Pada
keadaan ini, pengunaan ekstrak enceran kulit buah naga menyerap spektrum
gelombang cahaya tampak. Penyerapan gelombang oleh pasta TiO2 juga dilakukan,
tetapi penyerapan yang terukur terbilang cukup pendek, yaitu dengan rentang 350-380
nm saja. Hal ini membuat efisiensi DSSC buruk, sehingga penambahan ekstrak
enceran kulit buah naga sebagai dye/photosensitizer meningkatkan penyerapan cahaya
secara signifikan. Penyerapan cahaya secara luas diperlukan, karena cahaya yang
dipancarkan matahari dan sampai ke bumi terdiri dari berbagai macam spektrum
cahaya. Semakin luas jangkauan penyerapan cahayanya maka semakin baik efisiensi
DSSC. Kandungan antosianin dalam kulit buah naga inilah yang berperan utama
sebagai penyerapan cahaya. Antosianin sendiri merupakan sub-tipe senyawa organik
dari keluarga flavonoid, dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar
yaitu polifenol. Antosianin memberikan warna pada sebagian besar buah-buahan,
bunga, dan tumbuh-tumbuhan, seperti warna merah, biru, dan ungu. Performa
kelistrikan DSSC ini diukur dengan menggunakan Multimeter (DT-830B) selama 10
menit paparan cahaya. Sumber cahaya yang digunakan adalah bohlam halogen (50 W)
yang ditempatkan sejauh 10 cm dari DSSC. Pengukuran dye diukur dengan kurva arus-
tegangan (I-V). Sementara, performa dye dilihat dari besaran tegangan sirkuit terbuka
(VOC), faktor pengisi (FF)[2], dan efisiensi konversi energi (η). Pengukuran dilakukan
pada ketebalan lapisan pasta TiO2 yang berbeda-beda, untuk melihat ketebalan
manakah yang lebih efektif. Ditemukan bahwa DSSC dengan 3 lapisan pasta TiO2
menunjukkan performa terbaik dari lapisan-lapisan lainnya. Titanium dioksida,
singkatnya titania, merupakan oksida titanium yang muncul secara alami dengan
rumus kimia TiO2. Umumnya, senyawa ini didapat dari ilmenit, rutil, dan anatase.
Titanium dioksida dimanfaatkan secara luas untuk berbagai keperluan seperti cat,
pelindung sinar matahari, dan pewarna makanan. Penggunaan lapisan TiO2 yang
berlebihan pada DSSC, elektron yang tereksitasi membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk menuju elektroda anoda yang mana disebabkan oleh pasta TiO2 yang terlalu
tebal. Sebagai tambahan, lapisan pasta TiO2 yang tebal akan membuat pasta TiO2 lama
mengering. Pengeringan pasta TiO2 dengan waktu yang lama ini akan menyebabkan
berkembangnya retakan pada pasta TiO2, yang mana hal ini akan mencegah proses
konversi energi pada DSSC. Efisiensi terukur pada 3 lapisan pasta TiO2 adalah
[2]
Perbandingan antara daya maksimum sel surya dengan perkalian VOC (tegangan sirkuit terbuka) dan ISC (arus hubung
singkat)
Page 6
0,2182%. Hal ini mengindikasikan bahwa kulit buah naga berpotensial untuk
digunakan sebagai photosensitizer. Temuan ini dapat menjadi salah satu solusi dari
permasalahan lingkungan yang dihasilkan oleh limbah agrikultural. Ekstrak enceran
kulit buah naga menunjukkan efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak
etanol kulit buah naga. Hal ini mungkin saja terjadi karena antosianin lebih larut pada
larutan enceran daripada larutan etanol. Sebagai tambahan, ekstrak enceran memiliki
biaya produksi yang lebih rendah daripada ekstrak etanol. Adsorpsi[3] dye memerlukan
oksida logam yang dapat mendukung kesediaan struktur mesoporous[4] dalam logam
tersebut. TiO2 digunakan sebagai photosensitizer pada DSSC, hal ini dikarenakan TiO2
mendukung struktur mesoporous. Oksida metal lainnya yang dapat digunakan yaitu
ZnO dan SnO2. Beberapa kelompok riset telah mencoba dan menyimpulkan bahwa
efisiensi kedua oksida logam ini lebih rendah dibanding TiO2, karena tidak
mendukungnya struktur mesoporous di dalamnya. Kelebihan lainnya, yaitu TiO2
bersifat tidak beracun dan kandungannya di bumi sangatlah berlimpah.
Penambahan ketebalan pasta TiO2 sampai batas tertentu, dapat meningkatkan
Kesimpulan performa kelistrikan DSSC dan ekstrak enceran kulit buah naga berpotensi digunakan
sebagai photosensitizer organik
Kekuatan penelitian ini berpusat pada pembuatan DSSC yang terbilang sederhana dan
mungkin untuk produksi DSSC skala rumahan dapat dilakukan. Penggunaan bahan-
Kekuatan bahan organik juga menambah nilai tambah pada penelitian ini, mengingat
Penelitian penggunaan bahan-bahan anorganik yang berlebihan dan dampak kerusakan
lingkungan mulai terlihat dari penggunaan bahan-bahan anorganik, maka beralih ke
penggunaan bahan-bahan organik menjadi pilihan tepat.
Disebutkan pada paragraph akhir poin 4.2, ditemukan adanya satu kelemahan dari
rancangan DSSC ini, yaitu stabilitas yang rendah. Ini berarti efisiensi dari DSSC ini
akan menurun terus menerus apabila digunakan dalam frekuensi yang lama, sampai
akhirnya DSSC tidak dapat digunakan lagi. Dan disebutkan pada jurnal bahwasanya
Kelemahan
salah satu cara mengatasi kelemahan ini adalah dengan meningkatkan ketebalan pasta
Penelitian
TiO2 dalam DSSC. Solusi yang disebutkan ini bertentangan dengan penjelasan poin
4.2 paragraf kedua, di mana disebutkan peningkatan ketebalan pasta TiO2 dalam DSSC
dapat menghalangi proses konversi energi pada DSSC. Yang mana hal ini juga dapat
mempengaruhi efisiensi dari DSSC itu sendiri. Sehingga solusi yang ditawarkan untuk
[3]
Kemampuan suatu bahan untuk mengkonsentrasikan gas, cairan, atau zat terlarut pada permukaannya secara adhesif
[4]
Material yang mengandung pori-pori dengan diameter 2-50 nm berdasarkan tata nama UIPAC.
Page 7
2. Jurnal Kedua
Improved photovoltaic performance of dye-sensitized solar cells by Au-ion
Judul
implantation of titania film electrodes
Volume -
Halaman 1-10
Tahun 2020
M. I. Khan, Muhammad Arfan, W. A. Farooq, Aamer Shehzad, Muhammad
Penulis Saleem, Mahvish Fatima1, Ishaq Ahmad, Muhammad Atif, Mona A Almutairi,
Nafeesah Yaqub, Munawar Iqbal
Reviewer/NIM Muhammad Ihsan Alfikro/08021281823028
Tanggal 9 April 2020
Link https://doi.org/10.1016/j.rinp.2020.103093
Plasmonic metal nanoparticles diketahui bekerja sebagai antena pemanen cahaya dan
untuk meningkatkan arus listrik yang diinduksi oleh cahaya dari sel fotovoltaik (sel
surya). Oleh karena itu, pada penelitian ini, efek dari distribusi ion emas (Au) pada
efisiensi DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell) telah diamati. Film[5] tipis TiO2 disimpan
substrat gelas FTO dengan menggunakan metode plester medis. Kemudian ion-ion
Au ditanamkan (implan) pada film ini dengan laju kerapatan yang berbeda-beda (yaitu
2×104, 4×104, dan 6×104 ion/cm2). Hasil XRD menunjukkan bahwa TiO2 terdapat pada
Abstrak fase anatase[6] hingga laju kerapatan 4×104 ion/cm2. Pada laju kerapatan 6×104
ion/cm2, satu puncak rutil[7] didapatkan yang mana dapat dipastikan bahwasanya
lapisan film ini memiliki fase campuran TiO2. Hasil UV menunjukkan bahwa dye
diserap ke dalam semua fotoanoda. Penyerapan maksimum dye terlihat pada laju
kerapatan 4×104 ion/cm2. Efisiensi konversi energi dari DSSC sangat bergantung pada
laju kerapatan Au. Pada laju kerapatan 4×104 ion/cm2, sel surya memiliki kerapatan
arus hubung singkat yang tinggi (JSC) yaitu 7,21 mA/cm2, menghasilkan efisiensi (η)
yang tinggi, yaitu 2,92%. Impedansi spektroskopi menunjukkan bahwa sel surya
[5]
Selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif atau untuk tempat gambar positif
[6]
Kristal atom yang terbentuk dari TiO2, mempunyai bobot jenis 3,8, indeks bias 2,5, dan titik lebur 1560oC
[7]
Mineral yang susunan utamanya adalah TiO2 dan merupakan bentuk TiO2 yang paling umum ditemukan di alam
Page 8
dibentuk oleh ion Au pada laju kerapatan 4×104 ion/cm2 memiliki pasangan elektrton
dengan laju rekombinasi yang rendah.
Konsumsi energi skala dunia semakin hari semakin meningkat, mengingat laju
pertumbuhan masyarakat di berbagai dunia terus meningkat, sehingga konsumsi akan
energi terus meningkat. Dan konsumsi energi sangat berfokus pada bahan bakar fosil,
yang mana jenis ini termasuk energi tak terbarukan, sehingga suatu saat pasti akan
habis. Sehingga banyak penelitian dewasa ini, berkutat mencari sumber energi lain
yang terbarukan, salah satu energi terbarukan yang menjanjikan saat ini adalah energi
surya. Energi surya dapat diubah menjadi energi listrik, dengan bantuan sel surya. Sel
surya memanfaatkan paparan radiasi gelombang elektromagnetik dari matahari.
Pendahuluan Paparan radiasi ini mengenai bagian semikonduktor dari sel surya dan membuat
elektron-elektron dalam semikonduktor terpental dan terjadilah arus listrik. Efek ini
disebut sebagai efek fotolistrik. Salah satu pengembangan dari sel surya adalah dengan
memanfaatkan dye (pewarna) yang peka terhadap rangsangan cahaya atau jenis ini
biasa disebut DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell), yang diperkirakan memiliki efisiensi
yang lebih tinggi dibanding dengan sel surya yang telah dijual di pasaran dan juga
memiliki harga produksi yang lebih murah. Dye yang dipakai dalam penelitian ini
adalah titanium dioksida (TiO2) dan merupakan dye terbaik saat ini yang dapat
digunakan pada DSSC.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penanaman (implantasi) ion Au
Tujuan (emas) pada DSSC dapat meningkatkan performa kelistrikan DSSC. Penanaman
Penelitian dilakukan dengan laju kerapatan ion yang berbeda-beda, untuk diamati laju kerapatan
manakah yang menghasilkan efektivitas tertinggi.
Penelitian dilakukan dengan perancangan mandiri, dengan menyiapkan keperluan-
keperluan untuk membuat DSSC. Diawali dengan perancangan film TiO2 yang
digunakan sebagai fotoanoda. Fotoanoda inilah yang nantinya akan berperan sebagai
dye yang peka terhadap rangsangan cahaya. Tidak hanya film TiO2 yang digunakan
dalam DSSC, tetapi film TiO2 diimplantasikan dengan ion Au dengan menggunakan
Metode metode implantasi ion dengan laju kerapatan ion antara lain, 2×104, 4×104, dan 6×104
Penelitian ion/cm2. Perbedaan laju kerapatan ion ini akan mempengaruhi efektivitas DSSC.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode berbeda, untuk melihat pengaruh
penanaman ion Au pada DSSC. Metode tersebut di antaranya yaitu metode analisis
XRD (X-Ray Diffraction) guna mengidentifikasi fase kristal suatu material, metode
UV-Vis (Ultraviolet-Visible Spectroscopy) guna menganalisis struktur kimia suatu
substansi, metode solar simulator yang memberikan penyinaran yang mendekatai
Page 9
matahari guna menguji sel surya, dan metode EIS (Electrochemical Impedance
Spectroscopy) guna mengukur impedansi suatu material dengan memanfaatkan sinyal
sinusoidal arus AC.
Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh laju kerapatan ion Au yang telah
ditanamkan pada film TiO2 terhadap efisiensi DSSC. Peningkatan efisiensi terbesar
didapat pada laju kerapatan 4×104 ion/cm2 sebesar 2,92%. Sementara pada laju
Hasil kerapatan 6×104 ion/cm2 efisiensi DSSC malah menurun, hal ini disebabkan oleh
Penelitian bilangan excess dari ion Au yang melemahkan efek localized plasmonic dan
menghalangi jalur cahaya. Peningkatan efisiensi ini dikarenakan ion Au dalam TiO2
menggeser Fermi level[8] mendekati pita konduksi TiO2. Pergeseran ini meningkatkan
efisiensi DSSC dengan meningkatkan produksi elektron
4 buah film TiO2 disiapkan, 3 di antaranya ditanamkan 900 keV ion Au dengan
menggunakan metode implantasi ion dengan laju kerapatan ion masing-masing 2×104,
4×104, dan 6×104 ion/cm2. Pola XRD yang terukur dari TiO2 menunjukkan puncak
crystallographic[9] yang berbeda-beda pada masing-masing film TiO2. Terdapat
perubahan puncak pada fase anatase masing-masing film TiO2. Perubahana fase ini
dikarenakan ion Au dalam jumlah banyak menyediakan kekosongan untuk atom
oksigen pada TiO2. Oksigen pada TiO2 bergerak mengisi kekosongan ini dan hal inilah
yang menjadi penyebab perubahan pada fase anatase. Figure 2 menunjukkan
penyerapan gelombang elektromagnetik rentang 400-800 nm oleh TiO2. Semua
penyerapan terpusat pada spektrum cahaya tampak, sekitar 530 nm. Hal ini juga
Pembahasan menandakan bahwa TiO2 berhasil dimuat dalam tiap film. Semakin tinggi laju paparan,
maka semakin tinggi juga penyerapan yang dilakukan oleh dye. Penyerapan
maksimum terjadi pada laju kerapatan 4×104 ion/cm2. Ini mengindikasikan bahwa,
film ini sangatlah berpori. Ion-ion Au berperilaku seperti elektron bebas dan
mengurangi celah pita (bandgap) TiO2. Pengurangan energi celah pita (bandgap)
inilah yang mengakibatkan tingginya penyerapan yang dilakukan dye. Pada kerapatan
ion yang lebih tinggi, penyerapan dye semakin menurun sepanjang waktu. Ketika ion
Au ditanamkan, puncak penyerapan bergeser ke spektrum cahaya tampak, oleh karena
itu, energi celah pita (bandgap) berkurang karena pengaruh penanaman ion Au.
Pengurangan ini pada TiO2 mengindikasikan adanya pembentukan dopant[10] pada
kisi. Figure 3 merupakan kurva hubungan antara rapat arus dengan tegangan (kurva
[8]
Usaha secara termodinamika yang dibutuhkan untuk menambahkan elektron ke dalam suatu material
[9]
Susunan atom suatu struktur benda kristal
{10]
Substansi yang digunakan untuk memproduksi karakteristik listrik yang diinginkan pada semikonduktor
Page 10
J-V). Digunakan solar simulator[11] memahami performa DSSC melalui kurva ini.
Terlihat laju kerapatan ion 4×104 ion/cm2 memiliki rapat arus tertinggi. Berdasarkan
kurva efisiensi dan faktor pengisi (fill factor)[12] dari tiap film dapat diketahui. Terlihat
dari Table 1, efisiensi terbesar didapatkan oleh DSSC dengan laju kerapatan ion Au
4×104 ion/cm2. Penanaman ion Au pada TiO2 menggeser Fermi level mendekati pita
konduksi TiO2, yang mana hal ini meningkatkan efisiensi DSSC dengan meningkatkan
produksi elektron. Metode pengukuran lain yang digunakan adalah metode EIS
(Electrochemical Impedance Spectroscopy) yang menghasilkan tiga area resistansi,
yaitu resistansi transfer, resistansi rekombinasi, dan resistansi difusi. Tiap area ditandai
dengan daerah setengah lingkaran. Daerah setengah lingkaran dari TiO2 murni lebih
kecil dari daerah setengah lingkaran TiO2 yang ditanamkan ion Au. Ini berarti terdapat
laju rekombinasi (recombination rate) yang mengakibatkan rendahnya efisiensi.
Ketika ion Au ditanamkan pada TiO2, daerah setengah lingkarannya meningkat. Area
terbesar dimiliki oleh laju kerapatan ion 4×104 ion/cm2. Ini berarti DSSC ini memiliki
laju rekombinasi (recombination rate) yang rendah dan berefisiensi tinggi.
Dengan membandingkan keempat metode pengukuran, maka didapat DSSC dengan
laju kerapatan 4×104 ion/cm2 memiliki efisiensi tertinggi, yaitu sebesar 2.92%.
Efisiensi yang tinggi ini disebabkan oleh ion Au pada TiO2 yang menggeser
Fermi level mendekati pita konduksi TiO2. Pergeseran ini meningkatkan
Kesimpulan
efisiensi DSSC dengan meningkatkan produksi elektron. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penanaman (implantasi) ion emas (Au) pada DSSC dapat
meningkatkan performa kelistrikan, dalam hal ini efisiensinya dan faktor
pengisi (fill factor).
Penelitian ini berkutat pada peningkatan performa DSSC dengan menampilkan hasil
yang akurat menggunakan metode pengukuran canggih. Perangkat yang digunakan
Kekuatan
untuk melakukan pengukuran adalah XRD, solar simulator, UV-Vis, dan EIS
Penelitian
(Electrochemical Impedance Spectroscopy). Dengan menampilkan tiap pengukuran
melalui grafik hubungan, memahami hasil pengukuran menjadi lebih mudah.
Kelemahan Kelemahan penelitian ini terdapat pada penggunaan Bahasa dan istilah-istilah yang
Penelitian mungkin tidak mudah dimengerti oleh para pembaca amatir.
[11]
Perangkat yang dapat memberikan penerangan mendekati cahaya matahari
[12]
Ukuran kualitas sel surya
Page 11
BAB III
PENUTUP
1. Kritik dan Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan materi dari makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap pemulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah
yang telah dijelaskan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis terkhusus bermanfaat
bagi para pembaca.
Page 12
Daftar Pustaka
Jäger, K., dkk. 2014. Solar Energy : Fundamentals, Technology, and Systems. Delft : Delft
University of Technology.
Khan, M.I., dkk. 2020. Improved Photovoltaic Performance of Dye-Sensitized Solar Cells by
Au-ion Implantation of Titania Film Electrodes.
"Recent Advances in Anthocyanin Analysis and Characterization". New Use Agriculture and
Natural Plant Products Program, Department of Plant Biology and Pathology, Cook College,
Department of Medicinal Chemistry, Ernest Mario School of Pharmacy, Rutgers University;
Cara R. Welch, Qingli Wu, dan James E. Simon. Diakses tanggal 2020-12-04
Tamrin, Pratama, F., dan Windi, S. D. 2017. Photoelectric Performance of Organic Dye
Sensitized Solar Cell on Various Thicknesses of TiO2 Paste. International Journal of
Science and Research. 4(6).
"Titanium" 2014 Minerals Yearbook, US Geological Survey.
Smil V. 2017. Energy Transitions: Global and National Perspectives. California : Praeger.
International Journal of Science and Research (IJSR)
ISSN (Online): 2319-7064
Index Copernicus Value (2015): 78.96 | Impact Factor (2015): 6.391
Abstract: Dye sensitized solar cells (DSSCs) were fabricated with various thicknesses of TiO2 paste using the aqueous extract of
dragon fruit pulp as photosensitizer. The thickness of TiO2 paste was based on number of layers (2, 3, 4 and 5 layers) of Scotch tape on
the conductive substrate. The fabricated DSSC was placed at a distance of 10 cm from halogen light bulb (100 W), and the photoelectric
performance of the DSSC was measured after 10 minutes of the exposure period. Results showed that the characteristics of solar cell by
using aqueous extract of dragon fruit pulp with three layers of Scotch tape (0.372 mm) was found to produce the best electrical
performance with Voc, Isc, FF and efficiency were 245mV; 0.0271mA; 0.1190; and 0.2182%, respectively. The efficiency increased with
increasing thickness of TiO2 paste to some extent.
The touch screens that has been deposited with TiO2 paste
was soaked with dye for 2 hours, and then was placed in an
oven at 105oC for 15 minutes. The touch screen with TiO2
paste was sandwiched with the counter electrode with an
electrolyte solution (iodine) using a binder clip, as shown in
Figure 2.
PII: S2211-3797(20)30799-3
DOI: https://doi.org/10.1016/j.rinp.2020.103093
Reference: RINP 103093
Please cite this article as: Khan, M.I., Arfan, M., Farooq, W.A., Shehzad, A., Saleem, M., Fatima, M., Ahmad, I.,
Atif, M., Almutairi, M.A., Yaqub, N., Iqbal, M., Improved photovoltaic performance of dye-sensitized solar cells
by Au-ion implantation of titania film electrodes, Results in Physics (2020), doi: https://doi.org/10.1016/j.rinp.
2020.103093
This is a PDF file of an article that has undergone enhancements after acceptance, such as the addition of a cover
page and metadata, and formatting for readability, but it is not yet the definitive version of record. This version
will undergo additional copyediting, typesetting and review before it is published in its final form, but we are
providing this version to give early visibility of the article. Please note that, during the production process, errors
may be discovered which could affect the content, and all legal disclaimers that apply to the journal pertain.
Abstract
1
104 ions/cm2). XRD results confirmed that TiO2 is present in the anatase phase up to a 4 104
ions/cm2 fluence rate. At a 6 104 ions/cm2 fluence rate, one peak of rutile is obtained which
confirmed that the film has mixed phases of TiO2. UV results show that dye is adsorbed into all
photoanodes. Maximum dye absorption is seen at a fluence rate of 4 104 ions/cm2. The energy
conversion efficiency of DSSC is highly dependent on the fluence rate of Au. At a fluence rate of
4 104 ions/cm2, the cell has a high short circuit current density (JSC) of 7.21 mA/cm2, resulting
in a high efficiency ( ) of 2.92%. Impedance spectroscopy shows that the cell formed by Au
ions fluence rate of 4 104 ions/cm2 has a low recombination rate of electron/hole pairs.
Keywords: TiO2; Au; Ions implantation; Dye-sensitized solar cells; Impedance spectroscopy.
1. Introduction
Developing ways to reduce energy consumption and identifying new energy resources are
important activities [1]. Annual energy consumption is increasing worldwide. It is estimated that
power consumption will increase by approximately 27% i.e. 32.9 TW by 2050 and
approximately 46% by 2100. This rate of increase is a serious problem, therefore, there is
worldwide focus on renewable energy resources [2]. Solar energy is one of the most promising
sources of renewable energy, and it is the largest source of renewable energy on Earth. Solar
energy is converted to electrical energy by solar cells [3-5]. Currently, Si-based solar cells are
available in the market. High cost and low efficiency limits the applications of Si-based solar
cells, so this resource cannot replace fossil fuels at present. Therefore, researchers are looking for
new solar cells that are low cost, easy to fabricate, and highly efficient. Dye-sensitized solar cells
(DSSCs) are good alternatives to Si-based solar cells due to their low cost and ease of
fabrication, and theoretically, they are highly efficient [6, 7]. DSSCs have four components: a
photoanode, an electrolyte, dye and a counter electrode [8-11]. In this type of cell, light falls on
the cell and excites the dye. The excited electron moves towards the conduction band of a wide
band gap semiconductor. Afterward, these electrons move toward the conduction band of the
FTO where they are conducted into the external circuit i.e. load. These electrons move from the
load to the counter electrode, to the electrolyte, and finally to the dye [12-14].
Recently, efforts to enhance the efficiency of this cell have been focused on engineering the
cathode, anode, redox shuttle and dye. For example, TiO2 films have been coated by different
2
metal oxides [15], different materials have been used for photoanodes [16], new dyes that
broadly and effectively absorb visible and near-infrared light have been synthesized [17],
different nanostructures of TiO2 that improve the transportation of electrons have been prepared
[18], and different low cost and electrochemically stable materials for counter electrodes have
been designed to enhance the lifetime of the cells [19]. Among these efforts, the photoanode is a
very important parameter for enhancing the efficiency of the solar cell because it provides high
current density, high electron transport within the network, and high open circuit voltage [20].
The best photoanode in use is titanium dioxide (TiO2) due to its nanocrystalline mesoporous
nature, which facilitates a large amount of dye adsorption. TiO2 is stable against acidic dye. This
material can also be used in perovskite cell [21-23] and charge storage devices [24-26].
Although the properties of TiO2 are advantageous for use in DSSCs, a high recombination rate
limits its application. Different methods have been adopted to reduce the recombination rate of
TiO2 and enhance the efficiency of solar cell. One method is doping of TiO2 with foreign metals.
Doping typically reduces the recombination rate of photogenerated electron–hole pairs. Au is a
very good dopant in TiO2 due to its chemical stability and high electrical conductivity [27]. Au
not only reduces the recombination rate but also increases the current density [28] which
increases the efficiency of the cell.
Doping by ion implantation is a very precise method to dope specific ions into the lattice of the
host crystal. In this study, we doped Au ions into TiO2 by the ion implantation method using
different fluence rates. To the best of our knowledge, the enhancement in the efficiency of DSSC
by Au-ions implantation, prepared by doctor blade method has not been published. Furthermore,
optimization of the Au fluence rate is necessary for device fabrication. Therefore, in this work,
we have optimized the Au ion fluence rate for TiO2 and measured its effect on the efficiency of
the resulting DSSC.
2. Experimentation
2.1 Preparation of films
To prepare a TiO2 suspension, a solution of ethanol (20 ml) and titanium iso-propoxide
(20 ml) was prepared with steady stirring. Into this solution, 20 ml of distilled water was added
3
under constant stirring. Another solution was prepared by adding 24 ml HNO3 in 8 ml of distilled
water. Each solution was mixed by constant stirring until a gel formed. This gel was used for the
deposition of thin films. 4 pieces of FTO glass substrates (3 cm x 3 cm) were chemically washed.
The TiO2 gel was deposited on the FTO glass substrates by the doctor blade method. All films
were annealed at 450 oC for 2 h.
On each of three films, 900 keV Au ions were deposited by the ion implantation method
with fluence rates of 2 x 104, 4 x 104 and 6 x 104 ions/cm2.
The four films were dipped into an N719 dye solution for 20 h and then washed with
ethanol to remove excess dye. Four FTO glass substrates were coated with graphene to make
counter electrodes. Both counter electrodes and photoelectrodes were sealed. Liquid electrolyte
containing the iodide/tri-iodide redox couple was injected between these two electrodes. Further,
three devices for each film were also fabricated to check the stability of the DSSCs.
4
Figure 1: XRD of TiO2 and Au-ion implanted TiO2 having fluence rate of 2 x 104, 4 x 104 and 6
x 104 ions /cm2-s.
Figure 1 shows the XRD analysis of TiO2 and 900 keV Au-ion implanted TiO2 having fluence
rates of 2x104, 4x104 and 6x104 ions/cm2/s. The XRD pattern of pure TiO2 exhibits a
crystallographic peak located at 25.28o having (101) plane of reflection which is the anatase
phase of TiO2, according to PDF#21-1272. The grain size of TiO2 is 18.96 nm. When 900 keV
Au ions having a fluence rate of 2x104 ions/cm2 are implanted on TiO2 film, the anatase peaks of
TiO2 are observed at 25.32 degree corresponding to the (101) plane, 37.75 degree corresponding
to (004) plane and 48.43 degree corresponding to (200) plane PDF#21-1272. A large number of
peaks and small shifts provide evidence of Au doping in the lattice of TiO2. Au doping improves
the structural properties of TiO2. The same peaks are observed at the 4 x 104 ions/cm2 fluence
rate with increased intensity. At the fluence rate of 6 x 104 ions/cm2, the anatase phase of TiO2 is
observed at 25.38o (101), 37.81o (004) and 48.49o (200) PDF#21-1272. One rutile peak at 27.44o
(110) is also observed PDF#21-1276. Therefore, mixed phases of TiO2 are observed at this
fluence rate. This phase change is due to the high number of Au ions that provide vacancies for
the oxygen in TiO2. The oxygen in TiO2 moves toward this vacancy and is responsible for this
change.
5
TiO2
2
TiO2:Au(2x104 ions/cm2)
TiO2:Au(4x104 ions/cm2)
TiO2:Au(6x104 ions/cm2)
Absorbance (a.u.)
1
0
400 500 600 700 800
Wavelength (nm)
Figure 2: UV-visible spectra of N719 dye-loaded pure TiO2 and 900 keV Au-ion implanted TiO2
with increasing exposure rates.
UV-visible absorption spectroscopy is frequently used to examine the optical properties of thin
films. Figure 2 expresses the optical results of N719 dye-loaded pure TiO2 and 900 keV Au ion
implanted TiO2 with increasing fluence rates. All films show absorbance in the visible region at
approximately 530 nm. This means that dye has been loaded in all films. As the exposure rate
increases the absorbance of dye also increases. Maximum absorbance is observed at 4 x 104
ions/cm2. This means that the film is highly porous at this exposure rate. In addition, Au ions
behave as electron sinks and reduce the bandgap of TiO2. This reduction in bandgap energy is
also responsible for the high absorbance of dye. At the higher fluence rate dye absorbance
decreased. This is because an excess of Au ions weakened the localized plasmonic effect and
blocked the light [29]. Therefore, the absorbance peak is small.
The energy gap between TiO2 and Au ion implanted TiO2 can be calculated by Equation (1) [30]:
1240
Eg eV (1)
The absorbance peak of pure TiO2 is 376 nm; therefore, the bandgap of this peak is 3.02 eV.
When Au ions are implanted, the absorbance peak shifts toward the visible region; therefore, the
6
energy gap is decreased by Au-ion implantation. This reduction in optical bandgap energy by
implanting Au ions on TiO2 indicates the creation of its dopant in the lattice. Intermediate levels
of energy within energy gaps are generated by the addition of Au ions in the TiO2 structure. This
introduction of intermediate energy levels enhances the ease of electron transformation [31, 32].
The energy required to excite an electron to a higher and unoccupied energy level is reduced by
these intermediate energy levels, thereby decreasing the optical bandgap [30].
Figure 3: J-V curves of TiO2 and Au-ion implanted TiO2-based DSSCs having different fluence rates.
A solar simulator was used to study the performance of DSSC by obtaining the J-V curve at 100
mW/m2 and AM 1.5 simulated sunlight. A J-V curve is helpful to find the Jsc,Voc, FF and η
values of DSSC. To study the performance of DSSC with TiO2 photoelectrodes with Au doping,
the device presentation of the solar cell is evaluated as [33]:
J SC VOC FF
(2)
Pin
I m Vm
FF (3)
J SC VOC
7
The value Voc is closely correlated with the position of the flat band potential (Vfb), the Fermi
level of the semiconductor and the position of the redox potential of the pair I−/I3- [3]. The
photovoltaic parameters (PV) calculated from Figure 3, are shown in Table 1.
TiO2+Au
4.89 0.57 0.54 1.498
(2 104 ions/cm2)
TiO2+Au
7.21 0.63 0.65 2.921
(4 104 ions/cm2)
TiO2+Au
5.59 0.62 0.72 2.491
(6 104 ions/cm2)
For a pure TiO2 thin film, is 0.95%, VOC is 0.55 V, FF is 0.49 and JSC is 3.49 mA/cm2. When
Au ions are implanted in the lattice of TiO2, a structural modification occurs, and a change in PV
parameters is observed. The values of , VOC, FF and JSC of Au ion implanted (2 104 ions/cm2)
TiO2 photoanode-based DSSCs are 1.50%, 0.57 V, 0.54 and 4.89 mA/cm2 respectively. The
increase in is due to Au doping in TiO2. As shown in Figure 2, Au doped TiO2 has adsorbs
more dye than pure TiO2. Due to more dye adsorption, the value of increases. Moreover, when
Au is doped into TiO2, it decreases the Eg of TiO2. There are numerous localized defective states
present in the TiO2 energy band. These defective states become charged due to the incorporation
of Au into TiO2 and reduce the recombination rate, which in turn improves the efficiency of the
DSSCs [34]. With a 4 104 ions/cm2 fluence rate, the value of increases further to 2.92%.
The DSSC of this photoanode has a Jsc (7.217 mA/cm2), Voc (0.622 V) and FF (0.65). The
implantation of Au ions into TiO2 shifts the Fermi level nearer to the conduction band of TiO2,
which enhances the efficiency of the DSSC by increasing the production of electrons [35]. With
a 6 104 ions/cm2 fluence rate, the value of decreases. At a higher concentration of Au, both
8
Jsc and Voc decreases. This decrease in Jsc and Voc also decreases the efficiency of the cell. The
reason is that when the concentration of doping increases to the extent that the space-charge
region is narrowed, no driving force exists for separating charges and the penetration depth of the
spectrum increases [36]. Furthermore, the decrease in the power conversion efficiency at high
Au concentration might be due to the free standing Au ions on the titania structure, which may
oxidized and then corroded by the liquid electrolyte and become a recombination center, where
the photo-generated charge carriers injected into the TiO2 are annihilated, causing a decrease in
the Jsc. One of the drawbacks of an excessive Au ion concentration is that the free-standing Au
ions occupy more sites in the TiO2 crystal, resulting in a reduction of the active surface area on
the TiO2 film. These ions then become available for more dye up-take that leads to more
electron-hole pair recombination in the DSSC [35].
Figure 4 Impedance spectroscopy of TiO2 and Au-ion implanted TiO2-based DSSCs with
different fluence rates.
Figure 4 shows Nyquist plots of real and imaginary impedances of pure TiO2 and Au ion
implanted TiO2 with different fluence rates. From the electrochemical impedance spectroscopy
(EIS) data, it is inferred that the implanted Au ions primarily affect the charge transfer resistance
(Rt) and charge recombination resistance (Rr) due to localized surface-plasmon
9
resonance (LSPR) effect. The EIS shows three areas of resistance i.e. transfer resistance,
recombination resistance and diffusion resistance which are described by three semicircles [37].
The first semicircle describes the transfer of resistance, the second semicircle describes
recombination and the third semicircle describes the diffusion of electrons from the electrolyte to
the dye. If the area under the curve increases, then an increase in efficiency will occur [38]. The
recombination resistance of electrons from the dye to conduction band of the photoanode is the
second semicircle. Therefore, here we will discuss only the second semicircle. The semicircle of
pure TiO2 is smaller than the Au-doped TiO2, as shown in Figure 4. This means that there is a
high recombination rate, which causes low efficiency. When Au ions are implanted into TiO2,
the semicircle area is increased. The highest area of semicircle is seen at a fluence rate of 4 104
ions/cm2. This means that this DSSC has a low recombination rate and high efficiency [39]. Au
provides free valence electrons that increase the conductivity of the photoanode [40]. Therefore,
the efficiency of the DSSC has increased. This result confirms the J-V analysis, shown in Figure
3. The increased semicircle area represents a low recombination resistance in the solar cell,
which increases its efficiency.
4. Conclusion
In conclusion, the ion implantation technique has been used to modify the properties of TiO2
films for DSSCs. At fluence rate of 6 104 ions/cm2/s, the film has polycrystalline nature,
according to XRD results. All the photoanodes absorbed dye. Maximum dye adsorption occured
with a fluence rate of 4 104 ions/cm2/s. At a fluence rate 6 104 ions/cm2/s, dye absorption
decreased. This was because an excess number of Au ions weakened the localized plasmonic
effect and blocked the light. The DSSC fabricated by Au-ion-implanted TiO2 at a fluence rate of
4 104 ions/cm2/s has a substantial improvement in , i.e., 2.92%. The DSSC of this
photoanode has Jsc (7.217mA/cm2), Voc (0.622 V) and FF (0.65). This high efficiency is due to
the Au ions in TiO2 which shift the Fermi level nearer to the conduction band of the TiO2. This
shift enhances the efficiency of the DSSC by increasing the production of electrons.
Acknowledgement
10
The authors would like to extend their sincere appreciation to the Deanship of Scientific
Research at King Saud University for its funding of this research through the Research Group
Project no. RG -1435-059.
References
11
14. Navas J, Fernández-Lorenzo C, Aguilar T, Alcántara R, and Martín-Calleja J. Improving
open-circuit voltage in DSSCs using Cu-doped TiO2 as a semiconductor. physica status solidi (a)
(2012). 209 (2): 378-385.
15. Kay A and Grätzel M. Dye-sensitized core− shell nanocrystals: improved efficiency of
mesoporous tin oxide electrodes coated with a thin layer of an insulating oxide. Chemistry of
Materials (2002). 14 (7): 2930-2935.
16. Law M, Greene LE, Johnson JC, Saykally R, and Yang P. Nanowire dye-sensitized solar cells.
Nature materials (2005). 4 (6): 455.
17. Yella A, Lee H-W, Tsao HN, Yi C, Chandiran AK, Nazeeruddin MK, Diau EW-G, Yeh C-Y,
Zakeeruddin SM, and Grätzel M. Porphyrin-sensitized solar cells with cobalt (II/III)–based redox
electrolyte exceed 12 percent efficiency. science (2011). 334 (6056): 629-634.
18. Li X, Zhang D, Chen S, Wang Z, Sun Z, Yin X, and Huang S. Enhancing efficiency of dye-sensitized
solar cells by combining use of TiO2 nanotubes and nanoparticles. Materials Chemistry and
Physics (2010). 124 (1): 179-183.
19. Zhang D, Li X, Li H, Chen S, Sun Z, Yin X, and Huang S. Graphene-based counter electrode for dye-
sensitized solar cells. Carbon (2011). 49 (15): 5382-5388.
20. Zhang D, Wang M, Brolo AG, Shen J, Li X, and Huang S. Enhanced performance of dye-sensitized
solar cells using gold nanoparticles modified fluorine tin oxide electrodes. Journal of Physics D:
Applied Physics (2012). 46 (2): 024005.
21. Luo Q, Ma H, Hou Q, Li Y, Ren J, Dai X, Yao Z, Zhou Y, Xiang L, and Du H.
All-carbon-electrode-based endurable flexible perovskite solar cells. Advanced Functional
Materials (2018). 28 (11): 1706777.
22. Zhang B, Song Z, Jin J, Bi W, Li H, Chen C, Dai Q, Xu L, and Song H. Efficient rare earth co-doped
TiO2 electron transport layer for high-performance perovskite solar cells. Journal of colloid and
interface science (2019). 553: 14-21.
23. Shasti M and Mortezaali A. The effect of nitrogen doping of TiO2 compact blocking layers on
perovskite solar cell performance. Solid State Sciences (2019). 92: 68-75.
24. Rad AS and Ghorbanzadeh M. Structural, Microstructural and Electrochemical Studies of TiO2–
Ag Double Layer Coated NCM Cathode for Lithium-Ion Batteries. Materials Research Express
(2019).
25. Zhai Y, Wang J, Gao Q, Fan Y, Hou C, Hou Y, Liu H, Shao Q, Wu S, and Zhao L. Highly efficient
cobalt nanoparticles anchored porous N-doped carbon nanosheets electrocatalysts for Li-O2
batteries. Journal of Catalysis (2019). 377: 534-542.
26. Zhang Y, An Y, Wu L, Chen H, Li Z, Dou H, Murugadoss V, Fan J, Zhang X, and Mai X. Metal-free
energy storage systems: combining batteries with capacitors based on a methylene blue
functionalized graphene cathode. Journal of Materials Chemistry A (2019). 7 (34): 19668-19675.
27. M. I. Khan AB, M. Fiaz Khan, Shahbaz Majeed, Sajjad-ul-Hassan, Hasnain Ahmad, and Farrukh
Ehtesham Mubarik Enhancing the Performance of Dye-Sensitized Solar Cells by Using Gold
Doped TiO2 Nanorods. Journal of Nanoelectronics and Optoelectronics (2019). 14: 54–58.
28. Ninsonti H, Chomkitichai W, Baba A, Wetchakun N, Kangwansupamonkon W, Phanichphant S,
Shinbo K, Kato K, and Kaneko F. Au-loaded titanium dioxide nanoparticles synthesized by
modified sol-gel/impregnation methods and their application to dye-sensitized solar cells.
International Journal of Photoenergy (2014). 2014.
29. Mayumi S, Ikeguchi Y, Nakane D, Ishikawa Y, Uraoka Y, and Ikeguchi M. Effect of Gold
Nanoparticle Distribution in TiO2 on the Optical and Electrical Characteristics of Dye-Sensitized
Solar Cells. Nanoscale research letters (2017). 12 (1): 513.
30. Álvaro RJ, Diana ND, and María AM. Effect of Cu on Optical Properties of TiO2 Nanoparticles.
(2017).
12
31. Yu JC, Yu J, Ho W, Jiang Z, and Zhang L. Effects of F-doping on the photocatalytic activity and
microstructures of nanocrystalline TiO2 powders. Chemistry of materials (2002). 14 (9): 3808-
3816.
32. Abdelhalim MAK, Mady MM, and Ghannam MM. Physical properties of different gold
nanoparticles: ultraviolet-visible and fluorescence measurements. J Nanomed Nanotechol
(2012). 3 (3): 178-194.
33. Luo J, Yang W-G, Liao B, Guo H-B, Shi W-M, and Chen Y-G. Improved photovoltaic performance
of dye-sensitized solar cells by carbon-ion implantation of tri-layer titania film electrodes. Rare
Metals (2015). 34 (1): 34-39.
34. Khan M, Saleem M, Ur Rehman S, Qindeel R, Hassan U, Sajjad M, Ahmad I, and Althobaiti HS.
Efficiency Variation of Composite Films Dye-Sensitized Solar Cells at Different Annealing
Temperature. Journal of Nanoelectronics and Optoelectronics (2018). 13 (7): 1090-1095.
35. Buda S, Shafie S, Rashid SA, Jaafar H, and Sharif N. Enhanced visible light absorption and reduced
charge recombination in AgNP plasmonic photoelectrochemical cell. Results in Physics (2017). 7:
2311-2316.
36. Gupta SM and Tripathi M. A review of TiO 2 nanoparticles. Chinese Science Bulletin (2011). 56
(16): 1639.
37. Liu X, Ding X, Ren Y, Yang Y, Ding Y, Liu X, Alsaedi A, Hayat T, Yao J, and Dai S. A star-shaped
carbazole-based hole-transporting material with triphenylamine side arms for perovskite solar
cells. Journal of Materials Chemistry C (2018). 6 (47): 12912-12918.
38. Dhonde M, Sahu K, Murty V, Nemala SS, and Bhargava P. Surface plasmon resonance effect of
Cu nanoparticles in a dye sensitized solar cell. Electrochimica Acta (2017). 249: 89-95.
39. Ding Y, Sheng J, Yang Z, Jiang L, Mo Le, Hu L, Que Y, and Dai S. High Performance Dye-Sensitized
Solar Cells with Enhanced Light-Harvesting Efficiency Based on Polyvinylpyrrolidone-Coated Au–
TiO2 Microspheres. ChemSusChem (2016). 9 (7): 720-727.
40. Hou C, Wang J, Du W, Wang J, Du Y, Liu C, Zhang J, Hou H, Dang F, and Zhao L. One-pot
synthesized molybdenum dioxide–molybdenum carbide heterostructures coupled with 3D holey
carbon nanosheets for highly efficient and ultrastable cycling lithium-ion storage. Journal of
Materials Chemistry A (2019). 7 (22): 13460-13472.
13
Author Statement
The research paper titled “Improved photovoltaic performance of dye-sensitized solar cells
by Au-ion implantation of titania film electrodes” is original work. No part of this work has
14
Declaration of interests
☒ The authors declare that they have no known competing financial interests or personal relationships
that could have appeared to influence the work reported in this paper.
☐The authors declare the following financial interests/personal relationships which may be considered
as potential competing interests:
15
Research Highlights
1. In this work, effect of gold (Au) ions distribution on the efficiency of dye sensitized solar
cells (DSSCs) has been investigated.
2. Au ions are implanted on these films with different fluence rates (i.e. 2 104, 4 104 and 6
104 ions/cm2).
3. At the fluence rate 4 104 ions/cm2, cell has high short circuit current density (JSC), i.e.
7.21 mA/cm2, resulting high efficiency ( ), i.e. 2.92%.
4. Impedance spectroscopy shows that the cell which is formed by 4 104 ions/cm2 fluence
rate of Au ions has low recombination rate of electron/hole pairs.
16