Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. pengertian pendidikan……?
2. unsur-unsur pendidikan…..?
3. tujuan

BAB 11
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Pengertian kependidikan dibatasi oleh beberapa batasan:
1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke
generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok
diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain, yang
kurang cocok diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawinan, dan yang tidak cocok
diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti dengan pendidikan
seks melalui pendidikan formal.

2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi


Sebagi proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis
oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap bersinambungan
(prosedural) dan sistemik oleh karena berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua
lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, masyarakat).

3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara


Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
Bagi kita warga negara yang baik diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban
sebagai warga negara, dan ini ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 27 yang menyatakan
bahwa segala warga negara bersamaan kehidupannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada kecualinya.

4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja


Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing
peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa
pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi
misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia.
5. Definisi Pendidikan menurut GBHN
GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional
sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan berdasarkan pancasila serta UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan
serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri
sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat
memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.

B. Tujuan dan Proses Pendidikan


1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan pendidikan.

2. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Proses pendidikan itu
dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi yaitu kualitas komponen dan
kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut, satu sama lain saling bergantung.
Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya sarana dan prasarana
serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang dengan pengelolaan yang handal maka
pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal.
Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar
dan pengalaman belajar yang optimal.

C. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)


Konsep ini akan dikemukakan secara rinci karena mendasaari arah baru dunia
pendidikan. Sebagai konsep yang lebih ilmiah dan sekaligus sebagai gerakan global yang
merambah ke berbagai negara memang baru dirasakan pada tahun 70-an. Pada zaman
nabi Muhammad Saw, 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam
bentuk suatu imbauan; tuntutlah ilmu sejak dibuaian hingga ke liang lahat.
1. Beberapa alasan PSH diperlukan antara lain:
a. Alasan Keadilan
b. Alasan Ekonomi
c. Alasan Perkembangan Iptek
d. Alasan Sifat Pekerjaan

2. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat


Dengan diterimanya konsep PSH sebagai konsep dasar pendidikan maka sifat kodrati
pendidikan, yaitu upaya memperoleh bekal untuk mengatasi masalah hidup sepanjang
hidup lebih menembus dan menjiwai penyelenggaraan semua sistem pendidikan yang
ada, yang sudah melembaga maupun yang belum. Pendidikan berlangsung dari masa bayi
(bina balita) sampai dengan pendidikan diri sendiri pada masa manula.
Ciri-ciri khas PSH:
a. PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan
nyata di luar sekolah
b. PSH menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan, sedangkan ‘bersekolah’ hanya merupaakan
sebagian kecil dari keseluruhan proses belajar yang dialamai oleh seseorang selama
hidupnya.
c. PSH lebih mengutamakan pembekalan sifat dan metode daripada isi pendidikan.
d. PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam
proses pendidikan, yang mengarah pada pendidikan diri sendiri dan yang sejalan dengan
penciptaan masyarakat gemar belajar.

D. Kemandirian dalam Belajar


1. Arti dan Prinsip yang Melandasi
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang belajarnya lebih
didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajar.

2. Alasan yang Menopang


Serempak dengan perkembangan IPTEK ada beberapa alasan yang memperkuat konsep
dalam kemandirian dalam belajar. Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S., 1988:
14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
a. Perkembangan Iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para
pendidik khususnya guru mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik
b. Penemuan Iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
c. Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkret dan
wajar.
d. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan pemahaman nilai-nilai ke dalam diri peserta
didik.

Konsep dasar kemandirian dalam belajar sebagaimana dikemukakan itu membawa


implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khususnya guru dan peranan
peserta didik.
Belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu
pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar.
Mengajar diartikan sebagai aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana
menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar.

E. Unsur-unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, antara lain:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)

F. Pendidikan sebagai Sistem


1. Pengertian Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen.
Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling berpengaruh dengan fungsinya
masing-masing, tetapi secara fungsi komponen-komponen itu terarah pada pencapaian
satu tujuan (yaitu tujuan dari sistem)

2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan


Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Untuk melihat
komponen sistem pendidikan, di bawah ini dikemukakan pengandaian Toffler.
Toffler (1970) menganalogikan sekolah dengan sebuah pabrik. Memang sebenarnya
usaha pendidikan itu tidak dapat disamakan dengan pabrik. Tetapi jika dilihat dari segi
proses mekanismenya, ada persamaan antara keduanya. Misalnya, sebuah pabrik gula
yang tujuan didirikannya adalah untuk memproduksi gula. Pabrik tersebut membutuhkan
bahan mentah berupa tebu ataupun bahan lainnya. Untuk memproses tebu menjadi gula
sebagai keluaran diperluakan mesin-mesin penggilingan beserta perangkat peralatan
lainnya (sarana dan prasarana) yang ditangani dan dikelola oleh pekerja, kepala bagian
sampai dengan pimpinan pabrik (tenaga). Sudah tentu tenaga tersebut tidah asal bekerja
namun sesuai dengan petunjuk-petunjuk, sistematika dan prosedur serta jadwal yang
telah ditetapkan program. Di samping itu juga dilakukan pencatatan dan pendataan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan produksi (admisnistrasi).
Sarana dan prasarana, ketenagaan, program dan administrasi yang diperlukan untuk
pemrosesan bahan mentah seperti dikemukakan di atas merupakan masukan instrumental
(instrumental input).
Dari uraian tersebut terlihat bahwa bahwa komponen-komponen yang menunjang sistem
pabrik antara lain:
a. Masukan mentah (raw input)
b. Masukan instrumental (instrumental input)
c. Masukan lingkungan (environmental input)

(bagan komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan)
3. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubahan Kedudukan dari
Sistem
Di bagian terdahulu digambarkan faktor ekonomi, politik, sosial budaya sebagai
komponen masukan lingkungan (environmental input) dari sistem pendidikan. Pada
bagian ini komponen-komponen tersebut dilihat sebagai sistem yang berdiri sendiri,
sederajat dengan sistem pendidikan.

4. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik


a. Cara Memandang Sistem
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sistem ataupun
sebaliknya suatu sistem menjadi komponen dari sistem yang lebih besar, tidak lain
daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sistem atau dengan kata lain
ruang lingkup suatu permasalahan.
b. Masalah Berjenjang
Semua masalah satu sama lain saling berkaitan, dalam hubungan:
1) Sebab-akibat
2) Alternatif masalah
3) Latar belakang masalah
c. Analisis Sistem dalam Pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan
pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efisien dan efektif.
Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk
berpikir secara sistematik artinya kita harus memperhitungkan segenap komponen yang
terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan.
d. Saling Hubungan Antarkomponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi
komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal,
manakala komponen tersebut tidak berhubungan secara fungsional dengan komponen
yang lain.
e. Hubungan Sistem dengan Suprasistem
Sistem pendidikan memproses masukan mentah dengan masukan instrumental sehingga
menjadi keluaran yaitu tamatan. Bagaimana wujud keluaran yang dikehendaki menjadi
tujuan dari sistem pendidikan. Tujuan ini memberikan arah pada kegiatan sistem yang
memproses masukan mentah. Secara operasional tujuan tersebut menentukan isi dari
masing-masing komponen instrumental.

5. Keterkaitan antara Pengajaran dan Pendidikan


Istilah pengajaran dapat dibedakan dari pendidikan, tetapi sulit dipisahkan. Jika dikatakan
‘anak diajar menulis yang baik’ lebih terasa sebagai pengajaran. Tetapi
jika ‘anak dikembangkan kegemarannya untuk menulis yang baik’
maka lebih mirip pendidikan.
Jika yang dipersoalkan atau dijadikan tekanan aspek pengetahuan, disebut Ã
¢â‚¬Ëœpengajaran’, dan jika aspek pembentukan sikap menjadi tekanan disebut
‘pendidikan’.

6. Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice


Education) sebagai Sebuah Sistem
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja
dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam
jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada orang-orang yang telah bekerja
berupa penataran, kursus-kursus dan lain-lain.

7. Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah Sistem


Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian
jenjang pendidikan yang telah baku.
Pendidikan Non-Formal (PNF) sebagai mitra pendidikan formal (PF) semakin hari
semakin berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat dan ketenagakerjaan.
Pendidikan Informal sebagai suatu fase pendidikan yang berada di samping dan di dalam
pendidikan formal dan non-formal sangat menunjang keduanya.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, non-formal dan informal, ketiganya hanya
dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti
terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumber daya manusia sangat tergantung
kepada sejauh mana ketiga subsistem tersebut berperanan.

Anda mungkin juga menyukai