Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hemorroid merupakan salah satu gangguan anorektal yang biasa
ditemukan terutama di Indonesia. Pasien dengan gangguan anorektal biasanya
mencari pertolongan medis diakibatkan nyeri dan perdarahan rektal. Keluhan lain
yang sering adalah protrusi hemoroid, rabas anal, gatal, bengkak, nyeri tekan anal,
stenosis, dan ulserasi. Konstipasi juga terjadi diakibatkan menunda defekasi akibat
nyeri. Apabila hemoroid mengganggu sistem tubuh seperti eliminasi maka perlu
dilakukan tindakan segera untuk mengatasinya.
Salah satu tindakan yang dilakukan pada hemoroid grade III dan IV
adalah hemoroidektomi, eksisi bedah untuk mengangkat semua jaringan sisa yang
terlibat dalam proses hemoroid. Eksisi dilakukan hanya pada jaringan yang menonjol
dan eksisi konservasi kulit serta anoderm normal. Prosedur pembedahan ini tentunya
dapat menimbulkan respon pasien, seperti ketidaknyamanan dan perdarahan.
Pengelolaan pasien dengan tepat dapat meminimalkan respon negatif pasien dan
membantu pasien dalam proses pemulihannya.
Berkaitan dengan proses dari awal dan akhir operasi pasien, maka
dibutuhkan perawatan perioperatif yang tepat. Perawatan perioperatif meliputi
perawatan pre, intra, dan post operasi yang merupakan bagian dari sistem
keperawatan yang berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman
dan keahlian bagi perawat dalam perawatan pasien sebelum sampai sesudah operasi
dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu bagi mahasiswa ners untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola pasien melalui
asuhan keperawatan yang tepat.
2. Tujuan
a. Mengetahui tinjauan teori dari haemorroid meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, pathway.
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan haemorroid meliputi
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencana keperawatan
perioperatif.
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Hemorroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal atau
pelebaran pembuluh darah/flexus vena. Hemorroid sangat umum terjadi. Pada usia
50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemorroid berdasarkan luasnya vena
yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemorroid.
Klasifikasi hemorrhoid:
a. Hemorroid interna:
- Berasal dari plexus vena hemnhoidalis superior dan medius
- Terletak diatas linea dentate atau 2/3 atas dari saluran anus.
- Permukaannya mukosa (epitel thorax)
- Tiga posisi utama: jam 3, jam 7, jam 11
b. Hemorroid externa:
- Berasal dari plexus hemorroidalis inferior
- Terletak 1/3 bawah saluran anus
- Permukaannya kulit (epitel gepeng/squamous)
2. Etiologi
b. Idiopatik
c. Kelainan organis
- Sirosis hepatic
- Trombosis vena porta
- Tumor intra-abdominal, terutama pelvis
3. Faktor predisposisi
a. Herediter: kelemahan pembuluh darah
b. Anatomi: tak ada katup pada vena porta sehingga darah mudah kembali, tekanan
di plexus hemorrhoid akan meningkat.
c. Gravitasi: banyak berdiri
d. Tekanan intra abdominal yang meningkat: batuk kronis, mengejan.
e. Tonus spinkter ani lemah
f. Obstipasi atau konstipasi kronis
g. Obesitas
h. Diet rendah serat
i. Pada wanita hamil faktor yang mempengaruhi timbulnya hemorrhoid adalah:
- Tumor intra abdomen menyebabkan gangguan aliran vena daerah pelvis.
- Kelemahan pembuluh darah waktu hamil kerena pengaruh hormon
- Mengedan selama partus.
4. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke
dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri.
Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar
berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang
timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada
daerah tersebut dan nekrosis.
Hemorrhoid interna:
Sumbatan aliran darah system porta hipertensi portal terbentuk kolateral pada
vena hemorroidalis superior dan medius.
Hemorrid eksterna:
Robeknya vena hemorroidalis inferior hematoma di kulit yang berwarna kebiruan,
kenyal-keras, dan nyeri.
6. Pemeriksaan penunjang:
a. Anoskopi: pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum
prolaps.
b. Pemeriksaan feses: untuk mengetahui occult-bleeding
7. Pathway
Gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis
Hemorroid Grade I, II
Hemorroid tertekan
saat defekasi
Hemorroid grade III, IV
- Risiko konstipasi
- Nyeri
8. Komplikasi
a. Perdarahan:
- Akut, dapat menyebabkan syok hipovolemik
- Kronis, dapat menyebabkan anemia, jarang terjadi
b. Trombosis akut pada prolaps hemorrhoid, infeksi, dan sepsis.
9. Penatalaksanaan
a. Pre operasi
Pasien mungkin diberikan laxatif dan diberi dorongan untuk memakan diet penuh
dan normal hingga beberapa jam sebelum anestesi lokal dilakukan. Obat
pelembek feses sering diberikan untuk memudahkan pengeluaran feses melalui
rektum pasa masa post operatif dan laxatif besar mungkin diberikan untuk
meningkatkan jumlah kotoran yang keluar. Enema mungkin di minta, dilakukan
1-2 jam sebelum pembedahan.
b. Post operasi
Pembedahan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Rasa nyeri yang
merupakan akibat spasme rektal dapat menghambat buang air kecil dan defikasi.
Rasa nyeri dapat diminimalkan dengan penggunaan analgetik, sitbath, dan
pelembek feses. Selama 12 jam pertama setelah pembedahan perdarahan
merupakan hal yang mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul didalam lubang anal
dan tidak dikeluarkan, untuk itu tanda-tanda lain dari perdarahan harus di monitor
(TTV, tidak dapt beristirahat dan haus). Pada periode ini sitbath di hindari karena
penghangatan akan menambahkan perdarahan lebih lanjut dengan melebarkan
pembuluh darah.
Peningkatan rasa nyaman :
- Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman, tidur miring sering
menjadi pilihan.
- Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong waktu duduk.
- Berikan obat-obat analgesik selama 24 jan pertama.
- Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rektal atau sit
bath dilakukan 3-4 kaali/hari.
Peningkatan eliminasi
-Berikan pelembek feses sesui resep
-Berikan analgetik jika mungkin, menjelang air besar pertama.
-Jika diminta untuk enema, gunkan kateter yang diberi pelumas dengan baik
atau tube rektal yang kecil
Pendidikan pada pasien :
-Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah
operasi.
-Makan diet berserat yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan
berolah raga ringan.
-Pelembek feses mungkin dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari
hingga penyembuhan sempurna.
-Laporkan gejala-gejala : perdarahan rektal, nyeri terus menerus waktu
defekasi, drainasse yang supuratif.
10. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan diambil untuk
menentukan adanya gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya.
- Apakah ini terjadi selama
defekasi?
- Berapa lama ini berakhir?
- Adakah nyeri abdomen yang
dihubungkan dengan hal itu?
- Apakah terjadi perdarahan pada
rectum?
- Seberapa banyak?
- Seberapa sering?
- Apakah warnanya?
- Adakah rabas lain seperti pus,
mukus?
- Bagaimana pola eliminasi dan
penggunaan laksatif?
- Bagaimana riwayat diet,
termasuk masukan serat?
- Jumlah latihan, tingkat aktifitas
dan pekerjaan (khusunys bila mengharuskan duduk dan berdiri lama)?
b. Pengkajian obektif, mencakup: menginfeksi feses akan adanya darah atau mucus,
area perianal akan adanya hemorroid, fistula atau pus.
c. Pemeriksaan fisik:
- Inspeksi:
Hemorroid externa:
terlihat benjolan diantara kulit perineum.
Hemorroid interna:
terlihat benjolan mukosa keluar dari anus.
- Palpasi (Rectal Touche): Pada RT
tidak teraba apa-apa kecuali jika ada trombus atau penebalan mukosa.
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP
dr.Sardjito, yogyakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA