FITOKIMIA
IDENTIFIKASI TANAMAN DAUN KUMIS KUCING
Disusun Oleh :
Kelas IVA
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Kumis Kucing..................................................................................................5
B. Simplisia..........................................................................................................5
C. Ekstraksi...........................................................................................................5
D. Metabolit Sekunder Daun kumis kucing.........................................................6
E. Kromatograpi Lapis Tipis................................................................................6
F. Kromatograpi Kolom.......................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................8
A. Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian...........................................8
B. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................................8
C. Metode Penelitian............................................................................................8
1. Alat dan Bahan..............................................................................................8
2. Cara Kerja.....................................................................................................8
D. Skema Penelitian...........................................................................................12
KESIMPULAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
kaya, sekitar 40.000 species tumbuhan ditemukan di Indonesia dan 180 species
di antaranya berpotensi sebagai tanaman obat. Plasma nutfah tumbuhan
mempunyai fungsi dan peranan yang penting bagi kehidupan dan penghidupan
manusia di muka bumi. Dari plasma nutfah inilah dapat dirakit bibit-bibit
unggul. Tumbuh-tumbuhan yang sehari-hari dipandang tidak berguna mungkin
memiliki sifat khusus yang sangat berharga bagi perakitan varietas-varietas
unggul. Sifat-sifat khusus ini sering baru diketahui dan diperlukan setelah
timbul keadaan darurat.
Salah satu tanaman yang bermafaat sebagai obat adalah tanaman kumis
kucing (Orthosiphon stamineus Benth), mudah sekali ditemukan di seluruh
nusantara. Tanaman ini sangat mudah tumbuh sehingga mudah
dikembangbiakan. Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik,
pengobatan hipertensi, dan rematik.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah identifikasi metabolit sekunder pada tanaman daun kumis
kucing
2. Bagaimanakah pemisahan metabolit sekunder tanaman daun kumis kucing
C. Tujuan Penelitian
3
3. untuk mengetahuibagaimana prosedur pembuatan simplisia dari daun
kumis kucing
4. untuk mengetahui bahan dan tahan apa saja dalam pembuatan simplisia
dari daun kumis kucing
5. untuk mengetahui metode yang digunakan dalam extraksi dan cara
kerjanya
6. untuk mengetahui identifikasi senyawa kimia dalam tanaman simplisia
daun kumis kucing
7. untuk mengetahui bagaimana kromatografi lapis tipis, fase gerak, fase
diam, dan cara kerja dari simplisa daun kumis kucing
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kumis Kucing
Tanaman kumis kucing atau Orthosiphon sramineus Benth. adalah
termasuk familia Libiatae, tempat pertumbuhannya di beberapa daerah di
Tanah Air kita, suka sekali akan keadaan yang agak basah.Daun-daunnya
berkhasiat obat, pengumpulan daun biasanya dilakukan ketika tanaman ini
berbunga, daun-daun ini berbau aromatic, lemah, rasanya kalau diperhatikan
benar agak asin, agak pahit dan sepet. Uraian makroskopik, Daunnya berwarna
hijau, merupakan daun tunggal, bertangkai, berbentuk bulat telur, ada pula
yang belah ketupat memanjang seperti lidah tombak. Keadaan daun agak
rapuh, panjang 4cm-12cm, lebar 5cm-8cm,Tepi-tepinya bergerigi kasar tidak
beraturan, ujung daun dan pangkalnya meruncing, Tepi daun dan tulang daun
berbulu, warna tulang daun ini hijau, tetapi ada pula yang keunguan.(G.
Kartasapoetra, 1992).
Klasifikasi Tanaman :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Sub Classis : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae / Solanales
Famili : Labiatae
Genus : Orthosiphon
Species : Orthosiphon stamineus Benth (Van Steenis, 1947).
B. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral)
C. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke
dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Anoim, 2000).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti dilakukan
5
pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama, dan seterusnya.
6
Komponen yang mempunyai afinitas yang besar terhadap fase gerak atau
afinitas yang lebih kecil terhadap fase diam akan bergerak lebih cepat
dibandingkan dengan komponen yang mempunyai sifat sebaliknya (Gritter et
al.1991).
F. Kromatograpi Kolom
Kromatografi kolom adalah teknik pemisahan dan pemurnian dari suatu
campuran baik itu dalam fasa cair maupun padat untuk menghasilkan senyawa
yang diinginkan secara individu. Pemisahan dalam kromatografi kolom
didasarkan pada perbedaan interaksi setiap senyawa yang ingin dipisahkan
dengan media kromatografi kolom yang digunakan. Sama seperti pada
kromatografi lain, pada kromatografi kolom juga digunakan media berupa fasa
diam dan fasa gerak. Pada umumnya, fasa diam dan fasa gerak dibuat
berdasarkan kepolarannya dimana keduanya dibuat berlawanan seperti fasa
diam yang bersifat polar dan fasa gerak yang cenderung lebih non polar.
Kromatografi kolom menggunakan alat berupa kolom yang terbuat dari gelas
atau kaca yang ditempatkan secara vertikal sehingga zat dapat turun secara
perlahan dengan bantuan gravitasi. Pada kolom tersebut juga dilengkapi dengan
keran yang berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak atau eluen sehingga dapat
ditampung menggunakan wadah seperti flakon.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Metode Penelitian
2. Cara Kerja
1. Pembuatan Simplisia
1.1 Pengumpulan Bahan Baku
Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya
pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan
pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan
senyawa aktif dalam kondisi tinggi, se- hingga mempunyai mutu
yang terbaik
1.2 Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada
simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan
8
asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah
rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena
itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi
jumlah mikroba awal.
1.3 Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau
air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut
di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-
sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba
awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba
yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air
pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah
mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan
jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan
untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan
bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada
permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan
mikroba. Bakteri yang umuln terdapat dalam air adalah
Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus,
Enterobacter dan Escherishia.
1.4 Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi
dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki
1.5 Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik
akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang
masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan
media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu
dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat
9
setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup
pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak
terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme,
yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum
tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia
tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat
itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70 % atau dengan
mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa
reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia
kurang dari 10%. Pengeringan simplisia dilakukan dengan
menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering.
1.6 Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada
sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk kernudian disimpan.
1.7 Penyimpanan
Kondisi wadah yang dipilih tidak bereaksi pada simplisia dan
gudang harus dijaga agar tidak lembab, suhu tidak melebihi 30 oC,
memiliki ventilasi yang baik, terhindar dari kontaminasi bahan lain
yang menurunkan kualitas simplisia, memiliki penerangan yang cukup
(terhindar dari sinar matahari langsung), serta bersih dan bebas dari
hama gudang. (Wahyuni , Guswandi, & Rivai, 2014)
2. Pembuatan Ekstrak
Metode pembuatan ekstrak daun kumis kucing adalah dengan cara
maserasi dalam pelarut etanol 70 % yaitu :
1. Menyiapkan bejana untuk maserasi.
2. Menimbang sejumlah serbuk daun kumis kucing sebanyak 100
gram.
3. Memasukkan bahan ke dalam bejana maserasi, membasahi
dengan cairan penyari (10 bagian bahan dengan 75 bagian
penyari), aduk sampai rata, menutup dengan aluminium foil,
dan mendiamkan selama 5 hari dengan melakukan pengadukan
setiap harinya 2-3 kali/hari.
10
4. Menyaring rendemen dengan kertas saring, dan kemudian
menambahkan 250 ml etanol 70% pada bahan yang masih
terdapat pada bejana.
5. Memekatkan ekstrak pada rotary evaporator dengan suhu 60oC.
6. Mengeringkan dalam waterbath selama 1 hari ( dengan
pemberian label, dan sebelumnya mencatat cawan kosong).
7. Menghitung filtrat kering.
11
batas larutan, dan positif steroid bila terbentuk cincin berwarna
biru kehijauan
6. Uji Minyak Atsiri
Sejumlah 3 mL sampel ekstrak diuapkan dalam cawan porselen.
Hasil positif minyak atsiri bila timbul bau yang khas.
4. Kromatografi lapis tipis
Eluen kloroform-etil asetat (60:40) disiapkan dalam bejana
kromatografi. Sebanyak 0.1 g ekstrak pekat aseton daun kumis kucing
dilarutkan menggunakan 10 mL aseton, lalu filtratnya disaring. Filtrat
dari setiap sampel dan standar sinensetin selanjutnya ditotolkan pada
pelat silika gel F 254 menggunakan syringe 100 μL dibantu dengan
CAMAG TLC aplikator. Lebar pita tiap sampel adalah 5 mm, dan
dielusi dengan eluen yang telah jenuh. Noda dideteksi menggunakan
CAMAG TLC scanner Reprostar dengan menggunakan sinar UV
pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Kemudian nilai Rf
dihitung dan gambar pelat KLT diolah menggunakan perangkat lunak
Image J versi 1.4.
5. Kromatografi Kolom
Pertama Menimbang sebanyak 10 gram silica, Melarutkan
sebagian silika dengan n-heksan hingga terbentuk lumpur,
Memasukkannya ke dalam buret yang ujungnya sudah tersumbat
dengan kertas, Mengetuk-ngetuk dinding kolom agar silika tertata
rapid an tidak ada udara yang masuk. Melarutkan ekstrak sampel daun
kumis kucing dengan n-heksana : aseton (8:2),Memasukkan ekstrak
tersebut ke dalam kolom, Setelah itu elusi dengan menambahkan
larutan n-heksana, Menampung hasil elusi di dalam vial, Kemudian
mengujinya dengan KLT, Mengamati jenis pigmen apa saja yang
terdapat dalam tiap fraksi.
D. Skema Penelitian
pengambilan
simpilsia
Pembuata
ekstrak
Identifikasi
senyawa kimia
Uji
Kromatografi
lapis tipis dan
kolom
12
KESIMPULAN
Daun kumis kucing ini sangatlah bermanfaat melalui berbagai macam penelitian
dan secara empiris menurut masyaraka yang telah merasakan khasiat dari
tumbuhan ini, dapat dibuktikan bahwa tumbuhan ini memang bermanfaat dan
berkhasiat Daun kumis kucing mempunyai khasiat sebagai diuretik untuk
penyakit ginjal.Ekstraksi daun kumis kucing dilakukan dengan maserasi,
kemudian ditambahkan pelarut etanol 70%. Pemekatan dilakukan untuk
meningkatkan konsentrasi aktif dalam daun kumis kucing. Adapun untuk evaluasi
sediaan, dari semua parameter yang diuji menunjukkan bahwa kapsul ekstrak
daun kumis kucing yang dibuat baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sofiani YS. 2003. Isolasi, pemurnian, dan uji aktivitas antibakteri senyawa
sinensetin dari ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
14