Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

FITOKIMIA
IDENTIFIKASI TANAMAN DAUN KUMIS KUCING

Disusun Oleh :

Mardlatillah NIM 11194761920205


Muhammad Akhzani Fadhli NIM 11194761920206
Muhammad Halim Fadhlurrahman NIM 11194761920207
Muhammad Naufal NIM 11194761920208
Muhammad Rizani Faisal NIM 11194761920209

Kelas IVA

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Kumis Kucing..................................................................................................5
B. Simplisia..........................................................................................................5
C. Ekstraksi...........................................................................................................5
D. Metabolit Sekunder Daun kumis kucing.........................................................6
E. Kromatograpi Lapis Tipis................................................................................6
F. Kromatograpi Kolom.......................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................8
A. Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian...........................................8
B. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................................8
C. Metode Penelitian............................................................................................8
1. Alat dan Bahan..............................................................................................8
2. Cara Kerja.....................................................................................................8
D. Skema Penelitian...........................................................................................12
KESIMPULAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
kaya, sekitar 40.000 species tumbuhan ditemukan di Indonesia dan 180 species
di antaranya berpotensi sebagai tanaman obat. Plasma nutfah tumbuhan
mempunyai fungsi dan peranan yang penting bagi kehidupan dan penghidupan
manusia di muka bumi. Dari plasma nutfah inilah dapat dirakit bibit-bibit
unggul. Tumbuh-tumbuhan yang sehari-hari dipandang tidak berguna mungkin
memiliki sifat khusus yang sangat berharga bagi perakitan varietas-varietas
unggul. Sifat-sifat khusus ini sering baru diketahui dan diperlukan setelah
timbul keadaan darurat.

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain


cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature. Obat
tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam
upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang
beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih
aman dibandingkan obat sintesis. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui
informasi yang memadai tentang tanaman obat. Informasi yang memadai akan
membantu masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu
produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan.

Salah satu tanaman yang bermafaat sebagai obat adalah tanaman kumis
kucing (Orthosiphon stamineus Benth), mudah sekali ditemukan di seluruh
nusantara. Tanaman ini sangat mudah tumbuh sehingga mudah
dikembangbiakan. Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik,
pengobatan hipertensi, dan rematik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah identifikasi metabolit sekunder pada tanaman daun kumis
kucing
2. Bagaimanakah pemisahan metabolit sekunder tanaman daun kumis kucing

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian makalah ini :


1. untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari daun kumis kucing
2. untuk mengetahui apa saja khasiat dan penggunaan dari daun kumis
kucing

3
3. untuk mengetahuibagaimana prosedur pembuatan simplisia dari daun
kumis kucing
4. untuk mengetahui bahan dan tahan apa saja dalam pembuatan simplisia
dari daun kumis kucing
5. untuk mengetahui metode yang digunakan dalam extraksi dan cara
kerjanya
6. untuk mengetahui identifikasi senyawa kimia dalam tanaman simplisia
daun kumis kucing
7. untuk mengetahui bagaimana kromatografi lapis tipis, fase gerak, fase
diam, dan cara kerja dari simplisa daun kumis kucing

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian makalah ini :


Agar mahasiswa memahami bagaimana cara membuat extraksi dan
kromatografi lapis tipis dalam penelitian daun kumis kucing.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kumis Kucing
Tanaman kumis kucing atau Orthosiphon sramineus Benth. adalah
termasuk familia Libiatae, tempat pertumbuhannya di beberapa daerah di
Tanah Air kita, suka sekali akan keadaan yang agak basah.Daun-daunnya
berkhasiat obat, pengumpulan daun biasanya dilakukan ketika tanaman ini
berbunga, daun-daun ini berbau aromatic, lemah, rasanya kalau diperhatikan
benar agak asin, agak pahit dan sepet. Uraian makroskopik, Daunnya berwarna
hijau, merupakan daun tunggal, bertangkai, berbentuk bulat telur, ada pula
yang belah ketupat memanjang seperti lidah tombak. Keadaan daun agak
rapuh, panjang 4cm-12cm, lebar 5cm-8cm,Tepi-tepinya bergerigi kasar tidak
beraturan, ujung daun dan pangkalnya meruncing, Tepi daun dan tulang daun
berbulu, warna tulang daun ini hijau, tetapi ada pula yang keunguan.(G.
Kartasapoetra, 1992).
Klasifikasi Tanaman :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Sub Classis : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae / Solanales
Famili : Labiatae
Genus : Orthosiphon
Species : Orthosiphon stamineus Benth (Van Steenis, 1947).

B. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral)

C. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke
dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Anoim, 2000).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti dilakukan

5
pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama, dan seterusnya.

Prinsip maserasi penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari
setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Anonim, 2011).

D. Metabolit Sekunder Daun kumis kucing


Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain
minyak atsiri 0,02-0,06%, terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa
fenolik (Sudarsono dkk.,1996). Tanaman ini juga mengandung Benzokhromon,
Orthokhromen, methyl riparikhromen A dan asetovanillochromen. Diterpen,
isopimaran–type diterpen (orthosiphones dan orthosiphol), primaran–type
diterpen (neoorthosiphol dan staminol A). Flavonoid, sinensetin, tetrametil
sculaterin dan tetramethoksiflavon, eupatorin, salvigenin, circimaritrin, piloin,
rhamnazin, trimethilapigenin, dan tetrametilluteonin, kadar flavonoid lipofilik
pada daun kumis kucing ini antara 0,2-0,3%, kadar flavonoid glikosida juga
sekitar itu.(Barnes et al., 1996).

E. Kromatograpi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan bagian dari kromatografi
cair dengan fase gerak berupa cairan dan fase diam berupa adsorben yang
dilapiskan pada lempeng kaca atau aluminium yang bertindak sebagai
penunjang fase diam dan diposisikan sebagai suatu lapisan tipis dengan
permukaan yang rata (Shugar dan Ballinger 1996). Teknik ini biasa digunakan
untuk pemisahan campuran komponen berdasarkan distribusi komponen
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak (Stoenoiu et al.
2006). Prinsip KLT adalah contoh diteteskan pada lapisan tipis kemudian
dimasukkan ke dalam wadah berisi eluen sehingga contoh tersebut terpisah
menjadi komponen-komponennya. Setiap komponen akan bergerak dengan laju
tertentu yang dinyatakan dengan faktor retensi (Rf), yaitu perbandingan antara
jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh eluen.

6
Komponen yang mempunyai afinitas yang besar terhadap fase gerak atau
afinitas yang lebih kecil terhadap fase diam akan bergerak lebih cepat
dibandingkan dengan komponen yang mempunyai sifat sebaliknya (Gritter et
al.1991).

F. Kromatograpi Kolom
Kromatografi kolom adalah teknik pemisahan dan pemurnian dari suatu
campuran baik itu dalam fasa cair maupun padat untuk menghasilkan senyawa
yang diinginkan secara individu. Pemisahan dalam kromatografi kolom
didasarkan pada perbedaan interaksi setiap senyawa yang ingin dipisahkan
dengan media kromatografi kolom yang digunakan. Sama seperti pada
kromatografi lain, pada kromatografi kolom juga digunakan media berupa fasa
diam dan fasa gerak. Pada umumnya, fasa diam dan fasa gerak dibuat
berdasarkan kepolarannya dimana keduanya dibuat berlawanan seperti fasa
diam yang bersifat polar dan fasa gerak yang cenderung lebih non polar.
Kromatografi kolom menggunakan alat berupa kolom yang terbuat dari gelas
atau kaca yang ditempatkan secara vertikal sehingga zat dapat turun secara
perlahan dengan bantuan gravitasi. Pada kolom tersebut juga dilengkapi dengan
keran yang berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak atau eluen sehingga dapat
ditampung menggunakan wadah seperti flakon.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian


Penelitian ini dilakukan di laboratorium Universitas Sari Mulia
Banjarmasin, Penelitian ini dilakukan diantara bulan mei-juli, sasaran
penelitiannya adalah untuk mengetahui khasiat uang terkandung didalam
daun kumis kucing.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Daun kumis kucing yang baru dipanen langsung disortir, kemudian
dicuci sampai bersih dengan menggunakan air bersih. Setelah ditiriskan,
daun dikeringkan atau dijemur dengan menggunakan sinar matahari.

C. Metode Penelitian

1. Alat dan Bahan


a. bubuk tanaman daun kumis kucing
b. Etanol 70% sebanyak 3 liter
c. HCL 2M
d. NH3 28%
e. CHCL3 (Kloroforn)
f. Aquadest
g. CH3COOH
h. H2SO4
i. Etanol 80%
j. Gelas Ukur
k. Beker Gelas
l. Pengaduk
m. Aluminium foil
n. Bejana

2. Cara Kerja
1. Pembuatan Simplisia
1.1 Pengumpulan Bahan Baku
Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya
pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan
pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan
senyawa aktif dalam kondisi tinggi, se- hingga mempunyai mutu
yang terbaik
1.2 Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada
simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan

8
asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah
rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena
itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi
jumlah mikroba awal.
1.3 Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau
air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut
di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-
sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba
awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba
yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air
pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah
mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan
jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan
untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan
bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada
permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan
mikroba. Bakteri yang umuln terdapat dalam air adalah
Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus,
Enterobacter dan Escherishia.
1.4 Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi
dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki
1.5 Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik
akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang
masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan
media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu
dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat

9
setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup
pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak
terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme,
yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum
tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia
tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat
itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70 % atau dengan
mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa
reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia
kurang dari 10%. Pengeringan simplisia dilakukan dengan
menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering.
1.6 Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada
sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk kernudian disimpan.
1.7 Penyimpanan
Kondisi wadah yang dipilih tidak bereaksi pada simplisia dan
gudang harus dijaga agar tidak lembab, suhu tidak melebihi 30 oC,
memiliki ventilasi yang baik, terhindar dari kontaminasi bahan lain
yang menurunkan kualitas simplisia, memiliki penerangan yang cukup
(terhindar dari sinar matahari langsung), serta bersih dan bebas dari
hama gudang. (Wahyuni , Guswandi, & Rivai, 2014)

2. Pembuatan Ekstrak
Metode pembuatan ekstrak daun kumis kucing adalah dengan cara
maserasi dalam pelarut etanol 70 % yaitu :
1. Menyiapkan bejana untuk maserasi.
2. Menimbang sejumlah serbuk daun kumis kucing sebanyak 100
gram.
3. Memasukkan bahan ke dalam bejana maserasi, membasahi
dengan cairan penyari (10 bagian bahan dengan 75 bagian
penyari), aduk sampai rata, menutup dengan aluminium foil,
dan mendiamkan selama 5 hari dengan melakukan pengadukan
setiap harinya 2-3 kali/hari.

10
4. Menyaring rendemen dengan kertas saring, dan kemudian
menambahkan 250 ml etanol 70% pada bahan yang masih
terdapat pada bejana.
5. Memekatkan ekstrak pada rotary evaporator dengan suhu 60oC.
6. Mengeringkan dalam waterbath selama 1 hari ( dengan
pemberian label, dan sebelumnya mencatat cawan kosong).
7. Menghitung filtrat kering.

3. Identifikasi Senyawa Kimia


1. Uji Alkaloid
a. Tes Dragendorff
Sebanyak 3 mL ekstrak uji ditambahkan 4 tetes reagen
Dragendorff. Bila terbentuk endapan berwarna oranye kemerahan
menunjukkan positif adanya alkaloid.
b. Tes Wagner
Sebanyak 3 mL ekstrak uji ditambahkan dengan 4 tetes reagen
Wagner. Bila terbentuk endapan berwarna coklat kemerahan
menunjukkan positif adanya alkaloid.
c. Tes Mayer
Sejumlah 3 mL ekstrak uji ditambahkan dengan 4 tetes reagen
Mayer. Bila terbentuk endapan kuning keputihan menandakan
adanya alkaloid.
2. Uji Flavonoid
Sebanyak 3 mL sampel ekstrak ditambahkan dengan 1 mL larutan
Pb asetat. Positif adanya flavonoid bila terbentuk endapan
berwarna kuning
3. Uji Saponin
Sejumlah 3 mL sampel ekstrak dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan dengan 5 mL air aquades, dipanaskan.
Positif saponin bila terbentuk
4. Uji Tanin
Sejumlah 3 mL sampel ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
lalu ditambah dengan 5 tetes larutan FeCl3. Positif menandakan
adanya tannin bila terjadi perubahan warna biru tua atau hitam
kehijauan.
5. Uji Terpenoid dan Steroid
Sebanyak 3 mL sampel ekstrak diuapkan dalam cawan porselen,
lalu residu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
kloroform 0,5 mL, dilarutkan. Setelah itu, dimasukkan 0,5 mL
asam asetat anhidrat dan 2 mL asam sulfat (H2SO4) pekat melalui
sisi tabung reaksi. Hasil positif menunjukkan terpenoid apabila
terbentuk cincin kecoklatan, violet, merah atau jingga di antara

11
batas larutan, dan positif steroid bila terbentuk cincin berwarna
biru kehijauan
6. Uji Minyak Atsiri
Sejumlah 3 mL sampel ekstrak diuapkan dalam cawan porselen.
Hasil positif minyak atsiri bila timbul bau yang khas.
4. Kromatografi lapis tipis
Eluen kloroform-etil asetat (60:40) disiapkan dalam bejana
kromatografi. Sebanyak 0.1 g ekstrak pekat aseton daun kumis kucing
dilarutkan menggunakan 10 mL aseton, lalu filtratnya disaring. Filtrat
dari setiap sampel dan standar sinensetin selanjutnya ditotolkan pada
pelat silika gel F 254 menggunakan syringe 100 μL dibantu dengan
CAMAG TLC aplikator. Lebar pita tiap sampel adalah 5 mm, dan
dielusi dengan eluen yang telah jenuh. Noda dideteksi menggunakan
CAMAG TLC scanner Reprostar dengan menggunakan sinar UV
pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Kemudian nilai Rf
dihitung dan gambar pelat KLT diolah menggunakan perangkat lunak
Image J versi 1.4.
5. Kromatografi Kolom
Pertama Menimbang sebanyak 10 gram silica, Melarutkan
sebagian silika dengan n-heksan hingga terbentuk lumpur,
Memasukkannya ke dalam buret yang ujungnya sudah tersumbat
dengan kertas, Mengetuk-ngetuk dinding kolom agar silika tertata
rapid an tidak ada udara yang masuk. Melarutkan ekstrak sampel daun
kumis kucing dengan n-heksana : aseton (8:2),Memasukkan ekstrak
tersebut ke dalam kolom, Setelah itu elusi dengan menambahkan
larutan n-heksana, Menampung hasil elusi di dalam vial, Kemudian
mengujinya dengan KLT, Mengamati jenis pigmen apa saja yang
terdapat dalam tiap fraksi.

D. Skema Penelitian
pengambilan
simpilsia

Pembuata
ekstrak

Identifikasi
senyawa kimia

Uji
Kromatografi
lapis tipis dan
kolom

12
KESIMPULAN

Daun kumis kucing ini sangatlah bermanfaat melalui berbagai macam penelitian
dan secara empiris menurut masyaraka yang telah merasakan khasiat dari
tumbuhan ini, dapat dibuktikan bahwa tumbuhan ini memang bermanfaat dan
berkhasiat Daun kumis kucing mempunyai khasiat sebagai diuretik untuk
penyakit ginjal.Ekstraksi daun kumis kucing dilakukan dengan maserasi,
kemudian ditambahkan pelarut etanol 70%. Pemekatan dilakukan untuk
meningkatkan konsentrasi aktif dalam daun kumis kucing. Adapun untuk evaluasi
sediaan, dari semua parameter yang diuji menunjukkan bahwa kapsul ekstrak
daun kumis kucing yang dibuat baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Triantoro. 1992. Kandungan utama kumis kucing. Di dalam Hasil


Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat. Prosiding Forum
Komunikasi Ilmiah. Bogor, 1992. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. hlm 165-170.

Sumaryono W. 1994. Analisis Profil Metabolit Sekunder Beberapa Kultivar


Orthosiphon aristatus. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Sofiani YS. 2003. Isolasi, pemurnian, dan uji aktivitas antibakteri senyawa
sinensetin dari ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.

Dwiyanto.2009.Ramuan Tradisional cetakan ke-1.Yogyakarta : Quills Publisher.

Kloppenburgh – Versteegh,  Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume I, Alih


Bahasa dan Saduran : drh.J.Soegiri, Prof.Dr.drh.Nawangsari, IPB Press, 2006

Tjitrosoepomo, Gembong.2005.Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

14

Anda mungkin juga menyukai