Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PEMBAHARUAN PEMIDANAAN DALAM RANCANGAN KUHP

Oleh
A.A Ngurah Oka Yudistira Darmadi
Program Magister, Program Studi Ilmu Hukum
Program Pascasarjana, Universitas Udayana

ABSTRACT
Criminal law reform in principle is an attempt to conduct a review and re-
establishment of law in accordance with the common values of socio-political, socio-
philosophic, and cultural values of the people of Indonesia. Renewal of the Criminal
Code criminal law angle can be done in two ways. First, the partial renewal, by
replacing part after part of the codification of the criminal law. Second, with the
renewal of a general nature, thorough renewal by replacing total codification of the
criminal law. underlying purpose of a criminal law reform in Indonesia, including to
determine the political purposes to which a bill is nationally Indonesian State covers
all aspects of society with keanegaragaman nation based on Pancasila. The draft penal
code reform set an another solution in addition to the imposition of imprisonment and
he organized an action against the perpetrators of criminal deprivation of liberty.

Keywords: Renewal, sanctions, Criminalization and draft the Code of Criminal

1
I. PENDAHULUAN Pembaharuan hukum pidana
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu tema
Peraturan yang mengatur menarik dan menjadi diskusi bagi
tentang Pidana yang tersirat dalam para pakar hukum di Indonesia.
KUHP Indonesia merupakan warisan Konsep Kitab Undang-undang
dari jaman penjajahan Belanda. Hukum Pidana merupakan focus
Dalam perkembangannnya, pembaharuan hukum pidana di
pengaturan mengenai hukum pidana Indonesia yang telah mengalami
sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan serta perbaikan sesuai
perkembangan dan kemajuan dengan kepentingan yang berlaku.
teknologi yang ada dan hidup di Pembaharuan suatu hukum pidana
masyarakat Indonesia, sehingga tidak hanya diidentikan pada
perlu dilakukan upaya untuk perubahan KUHP. Pembaharuan
memperbaharui hukum pidana hukum pidana diharapkan dapat
tersebut. bersifat komprehensif dan
Pembaharuan hukum pidana menyeluruh, tidak hanya ditinjau dari
pada pokoknya suatu pembaharuan KUHP. Seperti
merupakan suatu usaha untuk yang tercantum pada alinea
melakukan peninjauan dan sebelumnya pembaharuan hukum
pembentukan kembali (reorientasi pidana meliputi berbagai aspek yang
dan reformasi) hukum sesuai dengan terkandung dalam nilai-nilai bangsa
nilai-nilai umum sosio-politik, sosio- Indonesia Sedangkan pembaharuan
filosofik, dan nilai-nilai kultural KUHP mengartikan suatu
masyarakat Indonesia. pembaharuan materi hukum pidana.
Oleh karena itu, penggalian nilai- Ruang lingkup pembaharuan
nilai yang ada dalam bangsa sistem hukum pidana sendiri
Indonesia dalam meliputi: Pembaharuan Substansi
usaha pembaharuan hukum pidana Hukum Pidana; Pembaharuan
Indonesia harus dilakukan hal ini Struktur Hukum Pidana; dan
agar meliputi aspek sosio-politik, Pembaharuan Budaya Hukum
sosio-filosofik, dan nilai-nilai Pidana.
sosio-kultural masyarakat Indonesia.

1
mengiringi pelaksanaan hukum
a. Pembaharuan Substansi Hukum tersebut.
Pidana
Hal tersebut merupakan
Pembaharuan substansi hukum
bagian- bagian penting yang harus
pidana meliputi hukum pidana
terkandung dalam pembaharuan,
materiil, formal, dan hukum
perubahan satu aspek mempengaruhi
pelaksanaan pidana. Pembaharuan
aspek lainnya. Hal ini disebut juga
sistem substansial ini bermula dari
sistem besar (Penal System).
hukum pidana materiil, hukum
formil, serta pelaksanaannya dimana
Sedangkan pada
terkandung nilai-nilai yang hidup
Pembaharuan KUHP sudut hukum
dalam masyarakat, termasuk
pidana dapat dilakukan dengan dua
diantaranya pembaharuan KUHP
cara. Pertama, pembaharuan parsial,
(sektor perundang-undangan).
dengan mengganti bagian demi
b. Pembaharuan Struktur Hukum
bagian dari kodifikasi hukum pidana.
Pidana
Kedua, pembaharuan dengan bersifat
Pembaharuan struktur hukum pidana
universal(umum), pembaharuan
meliputi sistem kelembagaan,
menyeluruh dengan mengganti total
administrasi, dan manajemen dari
kodifikasi hukum pidana.
institusi penegakan hukum
berhubungan koordinasi diantara Permasalahan yang akan
penegak hukum baik secara nasional, dibahas dalam penulisan ini adalah,
regional, maupun internasional. yang pertama, apakah pemahaman
c. Pembaharuan Budaya Hukum yang melandasi dalam perancangan
Pidana pembaharuan hukum pidana di
Pembaharuan budaya hukum pidana Indonesia?, yang kedua,
ini menekankan pada perubahan Bagaimanakah solusi penjatuhan
kultur, moralitas dan perilaku sanksi pidana kepada terdakwa yang
(perilaku taat hukum dan kesadaran akan dimasukkan ke dalam
mentaati hukum), serta pendidikan rancangan pembaharuan hukum
hukum serta ilmu hukum yang pidana?

2
dibahas. Bahan hukum dengan
menggunakan metode studi pustaka
II. Isi Makalah
yaitu bahan hukum yang diperoleh
dari literatur-literatur, buku-buku dan
Adapun beberapa tujuan yang
dokumen-dokumen yang berkenaan
melandasi pembaharuan suatu
dengan permasalahan yang dibahas.
hukum pidana di Indonesia, meliputi
untuk mengetahui tujuan bersifat
politik dimana suatu rancangan
2.2 Hasil dan Pembahasan
undang- undang Negara Indonesia
Fungsi primer suatu hukum
bersifat secara nasional mencakup
pidana untuk menindaklanjuti suatu
seluruh aspek masyarakat dengan
penanggulangan tindak kejahatan hal
keanegaragaman bangsa berdasarkan
ini diharapkan dapat membuat suatu
pancasila. Mengetahui suatu aspek
efek jera bagi pelaku, sedangkan
pembaharuan hukum pidana
fungsi sekunder berperan sebagai
dibidang sosiologis yang meninjau
pengawasan kepada aparat
perubahan berdasarkan nilai- nilai
pemerintah dan penegak hokum
kebudayaan yang terkandung
dalam menanggulangi kejahatan
didalamnya, yang mana mengandung
bertujuan melaksanakan tugasnya
pandangan kolektif masyarakat
sesuai dengan yang telah diatur
tentang nilai-nilai yang berlaku.
dalam suatu hukum pidana. Fungsi
Tujuan yang lain yang mendasari
dalam menanggulangi kejahatan,
pembaharuan ini bersifat praktis,
hukum pidana merupakan bagian
sehingga dapat disesuaikan dengan
dari politik kriminal, usaha nonpenal
perkembangan yang terjadi.
pada upaya tersebut. Mengingat
fungsi itu, pembentukan hukum
pidana tidak akan terlepas dari
2.1. Metode Penulisan : peninjauan efektivitas penegakan
Pendekatan masalah yang hukum.
digunakan adalah pendekatan yuridis Pembaruan hukum pidana dikaitkan
normatif yaitu pendekatan peraturan
suatu masalah bagian dari KUHP
perundang-undangan yang yang bersifat dogmatis. Ajaran-
berhubungan dengan masalah yang

3
ajaran, prinsip atau asas dan konsep bersinergi terhadap kepentingan para
pola pikir serta norma-norma penegak hukum. Kebijakan tersebut
substantif, baik yang dituangkan mencakup kriteria inklusi
secara eksplisit serta pemikirian perundangan kriminalisasi yang
konsep terbentuknya KUHP. diatur dalam undang-undang pidana
Reformasi ini, pembaharuan meliputi sehingga menguntungkan dan tidak
tiga faktor tatanan hukum pidana menimbulkan penentangan keras dari
positif membutuhkan pembaharuan masyarakat luas.
segera. Hukum pidana positif Pembaruan hukum pidana
pertama meliputi tantanan mengatur erat kaitannya dengan keberadaan
aspek kehidupan masyarakat saat ini. hukum acara pidana. Indonesia telah
Merupakan tantanan positif memiliki perundangan yang
peninggalan hukum kolonial Belanda mengatur tentang hukum pidana
yang disesuaikan dengan adaptasi yang bercirikan dan bercorak
masyarakat Indonesia. Kedua, nasional. Pembuatan suatu KUHP
dilakukan beberapa perubahan pada Nasional hendaknya dilakukan
sebagian ketentuan hukum pidana terlebih dahulu sehingga kita dapat
positif yang dianggap tidak dapat menentukan suatu konsep
diadaptasi dengan semangat menentukan bagaimana prosedur
reformasi yang menjunjung tinggi atau tata cara untuk menegakkan,
nilai-nilai kebebasan, keadilan, melaksanakan dan mempertahankan
kemandirian, HAM dan demokrasi. hukum pidana materiil tersebut
Ketiga, penerapan ketentuan hukum melalui hukum acara pidana.
pidana yang merugikan rakyat, Pengaturan yang terkandung pada
khususnya para aktivis politik, HAM KUHP nasional dititik beratkan pada
dan kehidupan demokrasi di negeri prosedur terpidana mendapatkan efek
ini dilakukan perubahan dan jera dan mengarahkan kembali ke
peninjauan kembali konsep-konsep jalan yang benar serta tetap
yang terkandung dalam hukum memberikan suatu keamanan,
pidana. ketenangan bagi masyarakat luas.
Reformasi hukum pidana harus Rumusan tujuan pidana dalam
beracuan terhadap ketiga tatanan dan KUHP Nasional selain untuk

4
melindungi masyarakat juga bahwa aturan hukum tidak tertulis
memperhatikan kepentingan harus disertai dengan ancaman
terpidana. Dalam mengatur pidana. Adanya ancaman pidana
kepentingan terpidana berpengaruh dalam hukum tidak tertulis tersebut
kepada kepentingan masyarakat, bertujuan agar peraturan adat yang
dimana jika narapidana selesai berlaku pada kehidupan masyarakat
menjalani hukuman masih akan meluas menjadi hukum
berperilaku kurang baik, maka akan nasional sehingga penegak hukum
mengganggu kedamaian dan berwenang dalam menentukan
keamanan masyarakat, perihal ini sebagai suatu perbuatan pidana
menjadi pokok pemikiran yang harus kejadian yang terjadi pada peraturan
terkandung dalam perundangan suatu adat masyarakat.
hukum pidana . Hal ini diharapkan dapat
Pemahaman lain yang menggantikan pemahaman terdahulu
terkandung tentang kebutuhan dari suatu pemidanaan, Pemindanaan
KUHP bangsa Indonesia yang telah terdahulu mengandung pengertian
berubah ini, perlu memperhatikan suatu tindakan untuk melakukan
pada karateristik hukum pidana pembalasan atas tindak pidana yang
dengan ciri khas kehidupan terjadi pada suatu waktu dan tempat
masyarakat dan ideologi bangsa tertentu, yang dianggap sebagai
Indonesia, yaitu Pancasila. tujuan yang pantas dari suatu proses
Perlu dicari rancangan atau pidana merupakan pencegahan
sebuah konsep baru dalam hukum perilaku yang anti sosial masyarakat.
pidana yang tidak asing bagi bangsa Berdasarkan pendapat yang
Indonesia. Ketentuan hukum pidana dikemukakan Muladi terdapat
itu dapat digali dari hukum tidak beberapa teori tentang tujuan
tertulis atau hukum adat dengan dua pemidanaan.1
syarat, yaitu: Pertama, ia harus hidup 1
Muladi dan Barda Nawawi Arief,
di dalam kalangan masyarakat 1998, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, PT
Indonesia; Kedua, tidak akan ALUMNI, Bandung, , h. 49-51. Teori-teori
menghambat perkembangan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yakni :
a) Teori absolut (retributif);
masyarakat adil dan makmur, yaitu
b) Teori teleologis; dan

5
Teori absolut menitik diberikan dengan tepat tanpa garis-
beratkan pada pemberian sanksi garis pedoman, sehingga Pada tahun
pidana diberikan kepada seseorang 1970-an telah terdapat desakan untuk
yang dianggap telah melakukan melakukan suatu perubahan.2
suatu tindak pidana, yang semestinya Muladi menyatakan bahwa
hal tersebut merupakan suatu yang restorative justice model mempunyai
mutlak untuk menjatuhkan beberapa karakteristik :3
pembalasan terhadap orang yang Kaum abolisionis
melakukan suatu tindak pidana mengungkapkan sebuah isitilah,
sehingga pemberian sanksi pidana 2
Soehuddin, 2003, Sistem Sanksi
memiliki tujuan untuk memperoleh dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double
Track System dan Implementasinya, Raja
keadilan. Grafindo Persada, h. 61.
3
Muladi, 1995, Kapita Selekta
Teori teleologis menekankan
Hukum Pidana, Badan Penerbit Universitas
pemberian sanksi yang memiliki
Diponegoro, Semarang, h. 127-129.
tujuan, yakni guna mencegah agar Karakteristik tersebut adalah :
seseorang tidak melakukan suatu a. Kejahatan dirumuskan sebagai
pelanggaran seorang terhadap orang lain
tindak pidana, jadi teori ini tidak dan diakui sebagai konflik;
b. Titik perhatian pada pemecahan masalah
bertujuan untuk meberikan pertanggungjawaban dan kewajiban pada
pembalasan absolut atas keadilan. masa depan;
c. Sifat normatif dibangun atas dasar dialog
Teori ini dikatakan sebagai dan negosiasi;
d. Restitusi sebagai sarana perbaikan para
teori integratif atau teori paduan. pihak, rekonsiliasi dan restorasi
sebagaitujuan utama;
Pada teori yang memiliki corak e. Keadilan dirumuskan sebagai hubungan-
hubungan hak, dinilai atas dasar hasil;
ganda ini, pemberian pidana f. Sasaran perhatian pada perbaikan
mengacu pada keadilan retributif kerugian sosial;
g. Masyarakat merupakan fasilitator di
sejauh pemidanaan dilihat sebagai dalam proses restoratif;
h. Peran korban dan pelaku tindak pidana
suatu kritik moral dalam menjawab diakui, baik dalam masalah maupun
penyelesaian hak-hak dan kebutuhan
tindakan yang dianggap korban. Pelaku tindak pidana didorong
untuk bertanggung jawab;
menyimpang. i. Pertanggungjawaban si pelaku
Treatment terhadap dirumuskan sebagai dampak pemahaman
terhadap perbuatan dan untuk membantu
rehabilitasi tidak berhasil serta memutuskan yang terbaik;
j. Tindak pidana dipahami dalam konteks
indeterminate sentence tidak menyeluruh, moral, sosial dan ekonomis;
dan
k. Stigma dapat dihapus melalui tindakan
c) Teori retributifteleologis restoratif.

6
yakni Restorative justice model yaitu tidak langsung mengikat kelompok
penolakan terhadap sarana koersif akan nilai-nilai untuk saling
yang berupa pemberian pidana dan menghargai dan menghormati antar
diganti dengan sarana reparatif.4 kelompok. Dalam proses peradilan
Paham ini mengatakan bahwa sistem sekarang ini, peranan pemerintah
peradilan pidana memiliki dirasakan berkurang dalam proses
permasalahan atau cacat secara peradilan, khususnya proses
struktural jadi harus dirubah dasar- peradilan pidana. Dalam
dasar dari sistem tersebut. Nilai-nilai mewujudkan Restorative justice
yang melandasi paham abolisionis diperlukan adanya kerja sama dan
layak diterima untuk mencari usaha yang berkesinambungan dari
alternatif sanksi yang lebih tepat dan pemerintah dan kelompok-kelompok
efektif daripada penjatuhan pidana untuk menciptakan kondisi yang
penjara di dalam sistem sanksi objektif dan kondusif antara korban
pidana.5 dengan pelaku dalam hal
Para pihak mempunyai penyelesaian masalah mereka,
hubungan langsung dalam hal sehingga tidak terjadi tumpang tindih
Restorative justice, pelaku memiliki mengenai rasa keadilan.
tanggung jawab dalam upaya Dalam Restorative justice,
memperbaiki kesalahan yang berupaya untuk memberikan prioritas
disebabkan oleh tindak pidana yang kepentingan- kepentingan kepada
dilakukannya, dan mengembalikan para pihak mengembalikan konflik
sistem nilai sosialnya sementara kepada pihak-pihak, yang dalam hal
korban mampu untuk ini adalah pelaku dan korban.
mengembalikan unsur kontrol yang Restorative justice juga memberikan
ada dalam dirinya serta dalam prioritas pada perlindungan terhadap
masyarakat. Peran serta kelompok hak asasi manusia dan kebutuhan
masyarakat dapat memperkuat untuk mengenali dampak dari
kelompok itu sendiri dan secara ketidakadilan sosial, dimana pelaku
tindak pidana tidak hanya mendapat
4
Ibid, h. 125.
5
Romli Atmasasmita, 1996, Sistem hukuman formal (penjatuhan pidana)
Peradilan Pidana, Prespektif
Eksistensialisme dan Abolisionisme,
Binacipta, Bandung, h. 101.

7
dan pelaku tidak mendapatkan rasa Pembaharuan hukum pidana
keadilan yang diinginkannya.6 juga mencakup pada beberapa dan
Pandangan – pandangan mempertimbangkan masalah-
diatas dapat menjadi suatu acuan masalah hukum pidana mampu
perubahan suatu hukum pidana menjaga keselarasan, keserasian dan
Karakteristik hukum pidana nasional keseimbangan di antara pihak
mendatang diharapkan berkaitan kepentingan negara, kepentingan
pada prinsip penggunaan hukum umum dan kepentingan individu;
pidana dalam penegakan hukum penggunaan hukum pidana
bersamaan dan berkeadilan. Hukum digarapkan selaras terhadap
pidana sebagai ultimum remedium tindakan pencegahan lain yang
dan tidak disalahgunakan sebagai bersifat non penal; Hukum pidana
tujuan pembalasan; korbannya tidak dirumuskan untuk dapat meredam
jelas; mencapai tujuan tertentu, faktor utama yang bersifat
tujuan tersebut masih dapat dicapai kriminogen; Tindak pidana harus
dengan cara lain yang sama tepat dan teliti dalam menyimpulkan
efektifnya dengan kerugian lebih suatu perbuatan yang dilarang; serta
kecil; suatu pemindanaan diferensiasi prinsip pada kepentingan
kerugiannya lebih besar dibanding yang dirusak, perbuatan yang
terhadap hukum pidana tersebut, dilakukan, status pelaku dalam
Efek samping yang ditimbulkan kerangka asas kulpabilitas ( suatu
kerugiannya lebih besar dibanding perbuatan pelaku yang disengaja).
tindakan kriminalitas tersebut; dan Rancangan pembaharuan
jika tidak dapat diterima dalam hukum pidana mengatur suatu solusi
kehidupan adat dan masyarakat lain di samping penjatuhan pidana
umum serta telah diprediksi suatu penjara dan diaturnya suatu tindakan
hukum tersebut tidak efektif. terhadap pencabutan kebebasan
pidana terhadap pelaku.

6
Perkembangannya, dapat terjadi
Allison Morris dan Warren
Young, 2000, Reforming Criminal Justice : permasalahan mengenai persoalan
The Potential of Restorative Justice, dalam
Restorative Justice Philosophy to Practice, solusi penjatuhan pidana, karena
edited by Heather Strang and John
Braithwaite, The Australian National
merupakan masalah yang sangat
University, Asghate Publising Ltd, h, 14.

8
sentral dalam penjatuhan sanksi kepada pelaku, dilakukan dengan
pidana. Alternatif penjatuhan pidana upaya pemberian penjatuhan pidana
penjara merupakan suatu langkah kerja sosial. Syarat yang mengatur
yang harus dilakukan, dalam acuan pemberian penjatuhan pidana
penerapannya merugikan para pihak, apabila pelaku pidana penjara yang
baik itu kerugian yang bersifat akan dijatuhkan pemindanaan tidak
praktis maupun kerugian yang lebih dari 6 (enam) bulan maka
bersifat filosofis. pidana penjara digantikan dengan
Pembaharuan hukum pidana pidana kerja sosial. Hal yang
meliputi suatu pidana pengawasan ditekankan dalam pembaharuan
dan pidana kerja sosial yang hukum pidana, terdapat persetujuan
merupakan suatu jenis pokok terlebih dahulu dari terdakwa
pembahasan baru dalam terhadap hukuman yang akan
pembaharuannya, yaitu dimana dijatuhkan berupa pidana kerja
pidana ini dijadikan alternatif pilihan social.
atas pidana selain penjara. Sistem Penjatuhan Pidana kerja
Penjatuhan Pidana pengawasan sosial diberikan kepada pelaku
disangsikan kepada pelaku yang baru bertujuan membangun emosional
pertama kali melakukan tindak terdakwa sehingga pelaku dapat
pidana, dan tindak pidana yang mengurangi rasa bersalah serta
dilakukan adalah tidak suatu tindak diterima oleh masyarakat, dengan
pidana berat, penjatuhan pidana membiarkan terpidana secara aktif
pengawasan mempertimbangkan melakukan pekerjaan yang
beberapa hal yaitu suatu kondisi bermanfaat bagi masyarakat, hal ini
yang ada pada pelaku itu sendiri merefleksikan beberapa prinsip
dimana kondisi dan keadaan tatanan yang harus terkandung dalam
dianggap layak ataupun tidak untuk pembaharuan hukum pidana dimana
dijatuhi suatu pidana pengawasan. mempertimbangkan efek sosio
Alternatif lain sebagai fisiologis dari pihak terpidana dan
tindakan pidana terhadap pelaku masyarakat luas. Penjatuhan Pidana
dapat kita pertimbangkan kerja sosial lebih bertitik berat pada
memberikan sanksi pidana penjara pengembalian nama baik dari

9
terpidana dan diharapkan secara keadaan keadaan tertentu.
tidak langsung dapat memberikan Pertimbangan bagi penegak hukum
suatu pembelajaran kepada terpidana tetap dapat melakukan suatu
untuk intropeksi terhadap kesalahan tindakan pidana secara proporsional
yang diperbuat dan memberikan dan efektif sesuai dengan besar
suatu inisiatif bagi terpidana untuk kecilna tindakan pidana, perilaku
dapat melakukan suatu pekerjaan terpidana sehingga dapat diartikan
yang bermanfaat bagi masyarakat, pidana penjara dikatakan tidak
hal ini yang dapat kita adaptasi dari efektif jika terdapat pertimbangan
sutu ketentuan yang berlaku pada yang dikemukakan seperti diatas.
hukum pidana Jerman yang dapat Tujuan pemidanaan yang
diterima terhadap kebudayaan dan menekankan pada rehabilitasi atau
adat masyarakat Indonesia. Hukum pembinaan terhadap terdakwa
pidana Jerman menggunakan istilah terdapat dalam beberapa ketentuan
pendidikan kembali melalui mengenai terhadap pengurangan
pekerjaan. Hukum pidana ini berbeda pemidanaannya. Terpidana
dengan aturan hukum pidana, sanksi mendapatkan suatu hukuman
pidana kerja digunakan sebagai penjara seumur hidup, dapat
penahanan rumah karena terpidana memperoleh keringanan hukuman
dianggap tidak mampu untuk menjadi 15 tahun dengan syarat
melaksanakan hukuman, hal ini terpidana telah menjalani hukuman
kurang tepat jika diterapkan sebagai pidana selama bebrapa ketentuan
hukum pidana di Indonesia karena yang telah diatur serta disepakati dan
memberatkan serta mendiskriminasi dengan berkelakuan baik.
terpidana dan membuat suatu Pembebasan bersyarat
penarikan diri dari lingkungan diberikan kepada narapidana
masyarakat. ditentukan dengan beberapa
Ketentuan yang secara tegas persyaratan antaranya telah
mengatur adanya pencabutan menjalani sekurang-kurangnya 2/3
pemidanaan menyatakan bahwa (dua per tiga) dari pidana penjara
pidana penjara mungkin tidak yang dijatuhkan, dengan ketentuan
dijatuhkan terhadap beberapa 2/3 (dua per tiga) tersebut tidak

10
kurang dari 9 (sembilan) bulan, dan hukum pidana dimana tidak
berkelakuan baik selama masa merugikan kedua belah pihak.
percobaan dan syarat-syarat lain Pidana tambahan berupa
yang harus dipenuhi selama masa pembayaran ganti kerugian
percobaan. Syarat yang harus menunjukkan bahwa ada pengakuan
dipenuhi pada masa percobaan dapat atas penderitaan korban kejahatan
diubah, dihapus, atau diadakan syarat dan kesedian tanggung jawab dari
baru, bertujuan membina terpidana. pelaku pidana.
Berdasarkan beberapa Rancangan pembaharuan
pertimbangan dikatakan bahwa hukum pidana berkaitan dengan
pemberian pidana denda merupakan penetapan tindakan sebagai bagian
sarana politik kriminal yang masih dari sistem pemidanaan. Pengertian
dianggap efektif dibandingkan jenis tindakan tersebut berupa suatu
pidana lain sehingga dalam perlakuan kepada pelaku yang
rancangan pembaharuan hukum memenuhi beberapa ketentuan pasal-
pidana, pidana denda masih pasal dalam pembaharuan rancangan
dipertimbangkan untuk tetap hukum pidana tersebut, serta
diberlakukan. tindakan yang dijatuhkan kepada
Pelaksanaan sanksi pidana seorang pelaku bersama-sama
dengan beberapa persyaratan dengan pidana pokoknya.
mengacu pada suatu kondisi, Undang-undang Hukum
perbuatan atau kelakuan terpidana Pidana Indonesia menggunakan
Bertujuan pola pemidanaan yang sistem dua jalur dalam pemidanaan
menghindarkan pemidanaan yang (double track system), pelaku tindak
bersifat retributif dimana terdapat pidana tidak hanya dikenakan suatu
ketentuan yang menyatakan bahwa tindak pidana tetapi juga dapat
tujuan pemidanaan bukan sebagai dijatuhkan beberapa tindakan
pembalasan. Pihak korban dan berdasarkan besar kecilnya suatu
terpidana sama-sama tidak dirugikan tindak pidana. Penjatuhan sanksi
diharapkan terjadi kondisi yang berupa tindakan ini harus
penggantian, prinsip ini sesuai disesuaikan dengan tujuan
terhadap prinsip pembaharuan suatu

11
pemidanaan dan pedoman Dalam suatu rancangan
pemidanaan. pembaharuan hukum pidana kasus
Penjatuhan tindakan ini tidak tersebut dapat dipertimbangkan
berdasarkan atas ancaman yang ada pemberian sanksi tindakan.7
dalam perbuatan pidananya, Tindakan yang dapat
melainkan didasarkan terhadap dilakukan bertujuan untuk
keadaan dan kondisi dari pelaku. merehabilitasi pelaku tindak pidana
Terdapat dua kelompok pelaku yang dengan memberikan perawatan di
dapat dijatuhkan tindakan, yakni rumah sakit jiwa, tindakan berupa
pelaku yang tidak mampu pemberian keterampilan kerja yang
bertanggung jawab atau kurang diharapkan bermanfaat bagi pelaku
mampu bertanggung jawab dan dan masyarakat dan tindakan berupa
pelaku yang mampu bertanggung pengembalian keadaan dan nama
jawab terhadap tindak pidana yang baik dari pelaku. Beberapa tindakan
dilakukannya. tersebut harus diatur agar sesuai
Penjatuhan tindakan yang dengan kebutuhan dari pelaku yang
dirumuskan dalam rancangan dijatuhi pidana. Seperti penjatuhan
pembaharuan hukum pidana tindakan latihan kerja harus
merupakan sanksi yang berdiri mempertimbangkan manfaat bagi
sendiri dalam melihat secara pasti pelaku tindak pidana dan mampu
tentang sanksi yang akan dijatuhkan tidaknya pelaku tersebut melakukan
kepada pihak atau pelaku tindak tindakan tersebut.
pidana dari tindak pidana. Pelaku Formulasi tentang sistem
tindak pidana juga dapat diatur double track system diatur secara
berdasarkan beberapa pertimbangan khusus mengenai sanksi tindakan
contohnya pelaku yang pada saat
7
beberapa jenis sanksi tindakan :
melakukan tindak pidana mengalami
gangguan jiwa dan cacat mental. a) pencabutan surat izin mengemudi;
b) perampasan keuntungan yang diperoleh
Penentuan suatu tindak pidana juga dari tindak pidana;
c) perbaikan akibat tindak pidana;
memperhatikan kondisi terpidana d) latihan kerja;
e) rehabilitasi; dan/atau
baik fisik dan mental. f) perawatan di lembaga bukan merupakan
sanksi yang mandiri karena hanya bisa
dijatuhkan bersama-sama dengan pidana
pokoknya.

12
yang menunjukkan bahwa adanya II. Kesimpulan
perubahan yang menginginkan a. Pemahaman suatu rancangan
perubahan sistem pemidanaan agar pembaharuan hukum pidana
sesuai dengan yang diharapkan oleh dititkberatkan pada
masyarakat dan sesuai dengan tujuan karateristik hukum pidana
daripada pemidanaan itu sendiri. yang terkandung dalam
Perumusan dalam rancangan kehidupan masyarakat dan
pembaharuan hukum pidana ini ideologi bangsa Indonesia,
sudah sangat relevan, karena sanksi yaitu Pancasila. Aktivitas ini
tindakan tidak hanya dijatuhkan dilakukan oleh alat negara
kepada pelaku yang tidak mampu dalam penegakan hukum.
bertanggungjawab dan mengalami b. Ketentuan- ketentuan hukum
gangguan mental, melainkan juga pidana diharapkan selalu
kepada pelaku yang dapat dilakukan revisi sehingga
bertanggungjawab. dapat mencerminkan
Penjatuhan sanksi tindakan kehidupan dan
ini merupakan salah satu bentuk perkembangan masyarakat
penegasan tentang solusi penjatuhan yang menjadi subyek serta
sanksi dengan diberikannya hak objek dari suatu
kepada Pengadilan untuk menyusun perundangan. Penetapan
suatu kebijaksanaan tentang jenis sanksi pidana,
pemberian sanksi, yakni sanksi rancangan pembaharuan
berupa tindakan. Hal tersebut sesuai hukum pidana menambahkan
dengan hukum pidana modern yang beberapa jenis pidana baru,
mensyaratkan adanya kebebasan bagi yakni pidana pengawasan
hakim dalam memberi dan dan pidana kerja sosial serta
menjatuhkan sanksi yang akan pidana penggantian rugi
diberikan untuk orang yang terhadap korban tindak
bersangkutan. pidana.

13
Saran Eksistensialisme dan Abolisionisme,
Binacipta, Bandung.
Problematika yang muncul
terkait dengan hukum pidana yang Allison Morris dan Warren
Young, 2000, Reforming Criminal
tidak ideal terhadap suatu kehidupan
Justice : The Potential of Restorative
bangsa indonesia secara internal dan Justice, dalam Restorative Justice
Philosophy to Practice, edited by
berkembangnya persoalan-persoalan
Heather Strang and John Braithwaite,
di tengah-tengah kehidupan The Australian National University,
Asghate Publising Ltd.
masyarakat secara eksternal
mendorong masyarakat untuk Rancangan KUHP 2005.
menuntut kepada negara
merealisasikan kodifikasi hukum
pidana yang bersifat nasional dan
pemikiran bangsa Indonesia.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Daniel S. Lev, 1990, Hukum
Kolonial dan Asal-usul Pembentukan
Negara Indonesia, dalam Hukum
dan Politik di Indonesia,
Kesinambungan dan Perubahan,
LP3ES.

Muladi dan Barda Nawawi


Arief, 1998, Teori-teori dan
Kebijakan Pidana, PT ALUMNI,
Bandung.

Soehuddin, 2003, Sistem


Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide
Dasar Double Track System dan
Implementasinya, Raja Grafindo
Persada.

Muladi, 1995, Kapita Selekta


Hukum Pidana, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.

Romli Atmasasmita, 1996,


Sistem Peradilan Pidana, Prespektif

14

Anda mungkin juga menyukai