Anda di halaman 1dari 8

RUU KHUP

Kelompok 4
Latar Belakang

Berdasarkan UU No. 1/1946 Jo. UU. No 73/1958, dinyatakan KUHP yang sedang
berlaku di Indonesia berasal dari Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
Indie (S.1915 No. 732). Umumnya, terdapat dua aturan dalam KUHP yaitu,
• aturan umum (general rules), Aturan umum (general rules) terdapat dalam
Buku I KUHP sebagai induk perundang-undangan pidana, dan
• aturan khusus (special rules). Aturan khusus (special rules) terdapat dalam
Buku II dan Buku III KUHP serta perundang-undangan di luar KUHP.
Pengertian
KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum
Pidana adalah peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai
perbuatan pidana secara materiil di
Indonesia. RUU KUHP merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk menyusun
suatu sistem rekodifikasi hukum pidana
nasional yang bertujuan untuk
menggantikan KUHP lama sebagai produk
hukum pemerintahan zaman kolonial
Hindia Belanda, yakni Wetboek van
Strafrecht voor Nederlands-Indië.
Isi Pasal
Pasal 219 Pasal 241
Isi Pasal 219 yaitu: Setiap orang yang Bunyi pasal 241 : Setiap orang yang
menyiarkan, mempertunjukkan, atau menyiarkan, mempertunjukkan, atau
menempelkan tulisan atau gambar sehingga menempelkan tulisan atau gambar sehingga
terlihat oleh umum, memperdengarkan terlihat oleh umum, memperdengarkan
rekaman sehingga terdengar oleh umum, rekaman sehingga terdengar oleh umum,
atau menyebarluaskan dengan sarana atau menyebarluaskan dengan sarana
teknologi informasi yang berisi penyerangan teknologi informasi yang berisi penghinaan
kehormatan atau harkat dan martabat terhadap pemerintah yang sah dengan
terhadap Presiden atau Wakil Presiden maksud agar isi penghinaan diketahui umum
dengan maksud agar isinya diketahui atau yang berakibat terjadinya kerusuhan dalam
lebih diketahui umum dipidana dengan masyarakat dipidana dengan pidana penjara
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun 6 paling lama 4 (empat) tahun atau pidana
(enam) bulan atau pidana denda paling denda paling banyak kategori V.
banyak kategori IV.
Pembahasan
Pasal 219 Pasal 241
Pasal 219 adalah Pasal yang berisi tentang pasal 241 berisi tentang penghinaan terhadap
penghinaan terhadap presiden dan wakil pemerintah yang sah. Menurut Menkumham,
presiden.Merujuk draf RUU KUHP, pasal pasal ini merupakan delik aduan yang
penghinaan presiden dimuat dalam Bab II dilakukan secara tertulis oleh presiden atau
tentang Tindak Pidana Terhadap Martabat Wapres dan terdapat pengecualian jika
Presiden dan Wakil Presiden. Menurut dilakukan untuk kepentingan umum atau
Yasonna harus ada batas batas yang dijaga pembelaan diri. Istilah penghinaan
sebagai masyarakat Indonesia yang beradab, sebenarnya merujuk pada penyerangan
bahwa mengkritik kebijakan presiden itu sah harkat dan martabat presiden yang dilakukan
tapi kalau sudah menyangkut personal isu itu di muka umum dengan tujuan memfitnah.
tidak bisa dibiarkan. Kemudian apabila Sehingga, ketentuan ini tidak dimaksudkan
dilihat dari rumusan pidana yang dirumuskan untuk meniadakan atau mengurangi
pada pasal 218,219,dan 220 dapat dikatakan kebebasan mengajukan kritik atau pendapat
tidak mencerminkan semangat pembaharuan yang berbeda atas kebijakan pemerintah.
hukum pidana. Karena pidana penjara masih
menjadi bentuk pidana arus utama yang
diterapkan.
Alasan Pasal 219 dan Pasal 241 Dibuat

Alasan Pasal 219 tentang Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden dan
Pasal 241 tentang penghinaan pemerintahan yang sah. Menurut
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Penghinaan pada
hakikatnya merupakan perbuatan yang tercela, dilihat dari aspek moral,
agama , nilai nilai kemasyarakatan dan nilai nilai HAM.
Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan materi RUU KUHP ini yaitu
KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia.
Pasal 219 adalah Pasal yang berisi tentang penghinaan terhadap presiden dan wakil
presiden. Bahwa mengkritik kebijakan presiden itu sah tapi kalau sudah menyangkut
personal isu itu tidak bisa dibiarkan. Sementara pasal 241 berisi tentang penghinaan
terhadap pemerintah yang sah. Oleh karena itu, penyusunan RUU KUHP diletakkan
dalam kerangka politik hukum yang tetap memandang perlu penyusunan hukum
pidana dalam bentuk kodifikasi dan unifikasi agar menciptakan dan mengakkan
konsistensi, keadilan, kebenaran, ketertiban, dan kepastian hukum dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan nasional, kepentingan masyarakat,
dan kepentingan individu dalam NKRI dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai