KONSEP TEORI
A. Pengertian
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus.
Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari dua atau tiga kondisi berikut ini
penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer. (Engram, 1998)
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
bronkial membentuk satu kesatuan yang disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease
PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,
Saluran penghantar udara yang membawa udara kedalam paru adalah hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkeolus. Sluran pernafasan dari hidung sampai
bronkeolus di lapisi oleh membrane mukosa bersilia. Udara mengalir dari faring menuju
laring, laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang di hubungkan oleh otot-otot
dan mengandung pita suara. Ruang berbentuk segitiga di antara pita suara atau glotis
bermuara ke dalam trakea dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan
bawah. Klotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan atas dan bawah. Trakea di
sokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang
lebih 12,5cm (inci). Struktur trakea dan bronkus di analogkan sebagai sebuah pohon.
Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan di kenal sebagai karina.
Karina memiliki banyak syaraf dan dapat menyebabkan bronkus pasme dan batuk berat
jika di rangsang . bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar di bandingkan
dengan brinkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari trakeayang arahnya hamper
vertikal. Sebaliknya, bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit di bandingkan
dengan bronkus utama kanan dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang
lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkeolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1mm. bronkeolus tidak di
perkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorius,
yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alfeoli pada dindingnya, duktus
alveolaris yang seluruhnya di batasi alveolus, dan sakus alveularis terminalis, yaitu
mukosa bersilia.
jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam
dan keluar paru. Stadium kedua transportasi, yang harus ditinjau dari beberapa aspek : 1)
difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna), 2) distribusi darah
dalam sirkulasi pulmonary dan penyesuaiannya dengan reaksi kimia fisik dari O2 dan
CO2 dengan darah. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir respirasi,
yaitu saat zat-zat di oksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai
C. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor
2. Polusi udara
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,
yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah
penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak
napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari PPOK antara lain adalah kelemahan badan, batuk, sesak
napas, sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi, mengi atau wheeze, ekspirasi yang
memanjang, bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut, penggunaan otot bantu
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
kasus.
usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 7,3
2. Penatalaksanaan keperawatan
pengobatan
G. Komplikasi
1. Insufisiensi/gagal nafas
2. Atelektasis
3. Pneumonia
4. Pneumotoraks
5. Hipertensi pulmonal
H. Pengkajian Fokus
1. Aktivitas/istirahat
Gejala:
d. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
a. Keletihan
b. Gelisah, insomnia
c. Kelemahan umum/kehilangan massa otot
2. Sirkulasi
Tanda:
dada)
3. Integritas ego
Tanda:
b. Edema dependen
c. Berkeringat
4. Higiene
sehari-hari
Gejala:
bernafas (asma)
c. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
tahun. Produksi sputum (hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali
(bronkitis kronis)
(emfisema)
Tanda:
lembut, atau krekels lembab kasar (bronkitis); ronki, mengi sepanjang area
mukosa)
h. Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abu-abu keseluruhan;
emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna kulit normal
6. Keamanan
Gejala:
b. Adanya/berulangnya infeksi
c. Kemerahan/berkeringat (asma)
7. Seksualitas
8. Interaksi sosial
Gejala:
a. Hubungan ketergantungan
Tanda:
pernafasan
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
1. Pathway Keperawatan
Faktor
predisposisi
Gangguan
metabolisme Gangguan
jaringan pertukaran
Hipoksemia gas
Metabolisme
Gagal anaerob
Pola napas
Insufisiensi/ga
jantung tidak efektif
kanan Produksi ATP gal napas
menurun
Defisit energi
Risiko perubahan
Lelah, lemah nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Intoleransi Kurang
aktivitas Gangguan perawatan
pola tidur diri
2. Diagnosa Keperawatan
(Doenges, 2000)
jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) dan kerusakan alveoli
(Doenges, 2000)
2000)
(Doenges, 2000).
Kriteria Hasil : Pasien akan menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya mengi, krekles,
ronki.
Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat).
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit,
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat
dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan
akut.
Rasional: Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien
lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk
makanan.
jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) dan kerusakan alveoli
(Doenges, 2000)
Kriteria hasil : Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan/situasi.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalam pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,
proses penyakit.
b.Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja nafas.
c. Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Rasional: Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
beratnya hipoksemia.
pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
e. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan
Rasional: Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area
jantung.
f. Palpasi fremitus
Rasional: Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
Rasional: Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
h. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi
aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat dikursi selama fase akut.
toleransi individu.
j. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA
(Doenges, 2000)
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
produksi sputum, dan obat. Selain itu, banyak pasien PPOM mempunyai
dan hipoksemia.
c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
Rasional: Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan
kesulitan nafas.
d. Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
Kriteria hasil : Pasien dapat menunjukkan tidak adanya dispnea dan tanda vital
Intervensi: