DISCOVERY-INQUIRY LEARNING (DI) Fix
DISCOVERY-INQUIRY LEARNING (DI) Fix
INQUIRY
MAKALAH
disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Desain dan Strategi Pembelajaran
Biologi yang dibina Oleh Dr. Ibrohim, M.Si
Oleh:
Kelompok 2
Annisah Indah Sukmana (210341867606)
Firmansyah (210341867610)
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Konsep, Prinsip dan Sintak Pembelajaran Model Direct Instruction (DI).............................3
2.1.1 Konsep Model Direct Instruction (DI)............................................................................3
2.1.2 Prinsip Pembelajaran Direct Instruction..........................................................................3
2.1.3 Sintak Pembelajaran dan Pelaksanaan Model Direct Instruction (DI)............................4
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Direct Instruction (DI).............................................4
2.2 Konsep, Prinsip, Sintaks, Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery-Inquiry.................5
2.2.1 Konsep Model Discovery-Inquiry Learning...................................................................5
2.2.2 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Discovery-Inquiry................................................7
2.2.3 Sintak Model Pembelajaran Discovery-Inquiry..............................................................9
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Inquiry..................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
2
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tantangan pendidikan di abad 21, yaitu membangun keterampilan abad 21, yang
meliputi: keterampilan melek teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan beprikir kritis
dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berkomunikasi efektif dan
keterampilan berkolaborasi. Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) di
Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar sebagai sarana atau alat untuk membangun
keterampilan tersebut dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern di
abad 21, guru dituntut untuk mampu menerapkan model pembelajaran modern yang disertai
dengan pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Artinya, guru harus memiliki
pengetahuan tentang model-model pembelajaran modern dan keterampilan dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan TIK dan menerapkan model
pembelajaran modern di dalamnya.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini merupakan salah satu komponen yang penting
dalam proses pembelajaran yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik, yaitu kemampuan
2
3
untuk memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan (decision making). Salah
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan HOTS adalah pembelajaran Discovery-
Inquiry. Model pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran yang menitik beratkan
pada proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi
agar dapat menentukan konsep sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang
mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Selain model Discovery- Inquiry siswa juga
dapat memiliki penguasaan materi lebih tinggi dengaan menggunakan Direct Instruction.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep, Prinsip dan Sintak Pembelajaran Model Direct Instruction (DI)
Istilah Direct Instruction merujuk pada pembelajaran dimana guru akan berfokus pada
peningkatan kemampuan akademis siswa. Pada pembelajaran ini instruksi pembelajaran
disampaikan secara ekplisit oleh guru untuk digunakan oleh siswa dalam pemecahan masalah
(Gersten, 1986). Model direct instruction (instruksi langsung) adalah model yang sistematis.
Model instruksi langsung adalah suatu model pengajaran yang terdiri dari penjelasan guru
mengenai konsep atau keterampilan baru, melibatkan guru bekerja dengan siswa secara
individual, atau dalam kelompok-kelompok kecil (Winata, 2016). Direct Instruction merupakan
model pembelajaran yang menekankan penyampaian materi dilakukan secara verbal oleh guru
kepada para peserta didik. Metode ceramah dan bertanya menjadi dasar dari semua metode
pembelajaran lainnya. (Zahriani, 2014).
Dalam model pembelajaran DI peran guru menjadi sangat penting karena dibutuhkan
pembelajaran yang terencana dengan baik, rapid an tersusun dengan baik. Selama pembelajaran
instruksi diberikan secara jelas dan berurutan ketika ada suatu materi yang akan dipelajari tanpa
terjadi distraksi. Dalam model pembelajaran ini guru mengidentifikasi secara spesifik
kemampuan apa yang diperlukan oleh siswa untuk dipelajari secara bertahap sehingga model
pembelajaran ini mampu meningkatkan dan mempercepat pembelajaran kepada siswa
(Makahleh, 2011).
Zahriani (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa prinip pembelajaran DI yang harus
dipenuhi oleh guru, diantaranya:
2
2. Memulai pelajaran dengan pengulangan singkat pelajaran lalu, sebagai prasyarat belajar
materi selanjutnya.
3. Menyampaikan materi baru dalam langkah-langkah kecil, dengan melatih siswa pada setiap
langkahnya.
4. Memberi penjelasan dan pembelajaran secara detil
5. Menyajikan latihan aktif secara intensif pada semua siswa
6. Mengajukan sejumlah pertanyaan, memeriksa pemahaman siswa, mengumpulkan tanggapan
dari semua siswa.
7. Membimbing siswa selama latihan.
8. Memberikan umpan balik dan koreksi secara sistematis.
9. Memberikan pembelajaran dan pelatihan secara eksplisit ketika siswa menyelesaikan tugas
kapan saja dibutuhkan.
10. Memberikan latihan lanjutan kepada siswa
Model Pembelajaran Direct Instruction tersusun atas 5 tahapan menurut Sidik (2016)
yakni:
2
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Direct Instruction (DI)
Menurut Sidik (2016), Model pembelajaran Direct Instruction memiliki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan
1. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) guru bisa mengontrol muatan Dan keluasan
materi pembelajaran, dengan demikian dia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas.
3. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) selain siswa dapat mendengar melalui
penyampaian materi tentang suatu pelajaran, juga sekaligus siswa dapat melihat (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
4. Keuntungan lain adalah model pembelajaran Direct Instruction (DI) bisa digunakan untuk
jumlah siswa dan ukuran kelas besar.
Kekurangan
1. Hanya untuk kemampuan mendengar dan menyimak yang baik, tidak dapat melayani
perbedaan kemampuan siswa.
2. Menekankan pada komunikasi satu arah (one-way communication). Model pembelajaran
langsung hanya dapat berlangsung dengan baik apabila siswa memiliki kemampuan
menyimak dan mendengar yang baik, namun tidak dapat melayani perbedaan kemampuan,
perbedaan pengetahuan, minat, bakat serta perbedaan gaya belajar.
3. Kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran sangat terbatas
pula disamping itu. Komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
siswa akan terbatas pada apa yang diberikan.
2
2.2 Konsep, Prinsip, Sintaks, Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery-Inquiry
2
pemecahan masalah; kedua, sebagai fasilitator dalam penelitian; ketiga, rekan diskusi dalam
pencarian alternatif pemecahan masalah; dan yang keempat, pembimbing penelitian, pendorong
keberanian berfikir alternatif dalam pemecahan masalah. Sedangkan peranan peserta didik
adalah: pertama, mengambil prakasa dalam menemukan masalah dan merancang alternatif
pemecahan masalah; ketiga, aktif mencari informasi dan sumber-sumber belajar; ketiga,
menyimpulkan dan analisis data; keempat, melakukan eksplorasi untuk memecahkan masalah;
dan kelima, mencari alternatif masalah bila terjadi kebuntuan.
2
1. Prinsip Berorientasi pada Pengalaman Intelektual, dimana strategi pembelajaran ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria
keberhasilan strategi pembelajaran ini adalah sejauhmana peserta didik beraktifitas mencari
dan menemukan sesuatu yang bersifat pasti bukan meragukan, sehingga setiap gagasan yang
harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat diukur kebenarannya.
2. Prinsip Interaksi, dimana guru ditempatkan bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai
fasilitator atau pengatur lingkungan maupun pengatur interaksi itu sendiri, yakni antar peserta
didik, antara guru dan peserta didik ataupun antara peserta didik dengan lingkungan
sekitarnya. Guru perlu mengarahkan peserta didik untuk bisa mengembangkan kemampuan
berpikirnya melalui interaksi mereka.
3. Prinsip Bertanya, yakni upaya guru agar peserta didik menjadi kritis, kemudian melontarkan
pertanyaan-pertanyaan tajam. Guru juga harus menjadikan peserta didik penjawab yang baik,
sehingga pertanyaan dari peserta didik yang satu dijawab oleh peserta didik yang lain,
kemudian dilengkapi guru. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menstimulus peserta
didik bertanya dalam setiap langkah strategi pembelajaran ini sangat diperlukan.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak
kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokorteks.
Pembelajaran discovery dan inquiry merupakan pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5. Prinsip Keterbukaan, dimana anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika maupun nalarnya. Guru bertugas menyediakan ruang
untuk memberikan kesempatan pada peserta didik mengembangkan hipotesis dan
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
2
2.2.3 Sintak Model Pembelajaran Discovery-Inquiry
2
pengolahan informasi yang telah ada. Setelah itu Stimulasi 1 (stimulation) Identifikasi
Masalah (Problem Statement) 2 Pengumpulan Data (Collecting Data) 3 Pengolahan
Informasi (Data 4 Proceesing) Verifikasi Hasil 5 (Verification) Generalisasi (Generalizati 6
on) mempresentasikan di depan pendidik dan peserta didik yang lain untuk mendapat
masukan.
6. Generalisasi (Generalization ): peserta didik menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu
berdasarkan hasil verifikasi dan masukan dari pendidik dan peserta didik lainnya.
2
Kekurangan sistem pengajaran Inquiry-discovery learning antara lain; 1) guru masih sulit
menemukan wacana persoalan yang relevan dengan kurikulum pendidikan yang mengacu kepada
sistem UAN, 2) pendekatan ini lebih kepada kemampuan kognitif sehingga kecakapan skill
kurang menonjol, 3) memakan waktu yang cukup banyak dalam memecahkah berbagai persoalan
dalam proses pembelajaran, 4) kebiasaan guru yang menggunakan metode lama yaitu metode
ceramah sehingga terkadang guru malas menggunakan metode – metode yang baru dalam
melakukan proses belajar mengajar, dan 5) kalau kurang bimbingan atau kurang diarahkan dapat
menjurus tidak teraarahnya dan kaburnya materi yang dipelajari (Elihami, 2018).
2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) memberikan instruksi secara eksplisit agar dapat
meningkatkan pengetahuan siswa secara lebih cepat selama proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran Discovery Inquiry menggabungkan dua metode yakni metode
Discovery dan Inquiry agar siswa memiliki kemempuan berpikir tingkat tinggi dalam
memecahkan permasalahan.
3.2 Saran
Agar pembaca dapat menerapkan model pembelajaran Direct Instrustion (DI) dan Discovery
Inquiry dengan baik diperlukan referensi lain yang mampu mendukung penjelasan dalam makalah ini.
2
DAFTAR PUSTAKA
Elihami. 2018. Sistem Pengajaran Belajar Mencari Dan Menemukan Sendiri (Inquiry –
Discovery Learning) Dalam Peningkatan Kualitas Bahasa Inggris Di Sma. June, 1–4.
Mahkaleh, A.A. 2011. The Effect of Direct Istruction Strategy on Math Achievement of Primary
4th and 5th Grade Students with Learning Difficulties. International Education Studies
Vol. 4, No. 4, November 2011. doi: 10.5539/ies.v4n4p199
Sidik, M. I. Winata, H. 2016. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran direct instruction (Improving student learning outcomes through
application of direct instruction learning model). Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran, volume 1(1), 12.
Tompo, B., Ahmad, A., & Muris, M. 2016. The Development of Discovery-Inquiry Learning
Model to Reduce the Science Misconceptions of Junior High School
Students. International Journal of Environmental and Science Education, 11(12), 5676-
5686.
Wartini, A., Hadi al-asy’ari, M. K., & Multahada, A. 2017. Menggagas Model Pembelajaran
Discovery-Inquiry pada Pendidikan Anak Usia Dini. Intizar, 23(1), 151-164.