Anda di halaman 1dari 19

KEGIATAN BELAJAR 1

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Setiap pengembangan kurikulum, baik level makro maupun mikro, selalu membutuhkan
landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam, hal ini disebabkan kurikulum itu sendiri pada hakekatnya merupakan rancangan
atau program pendidikan.

Landasan-landasan tersebut pada hakekatnya adalah factor-faktor yang harus diperhatikan


dan dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum pada waktu mengembangkan suatu
kurikulum lembaga pendidikan.

Menurut salah seorang pakar ilmu kurikulum yang bernama Robert S Zais (1976, kurikulum
suatu lembaga pendidikan didasarkan kepada lima landasan (foundations) yaitu (1)
Philosophical assumptions, (2) epistemology (the nature of knowledge), (3) society/culiure,
(4) the individual, dan (5) learning theory. Dengan berpedoman pada lima landasan tersebut
dibuatlah model yang disebut An eclectic model of the curriculum and its foundations.

Senada dengan pendapat Robert S. Zais di atas, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein & Hunkins,
1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi
suatu kurikulum (dalam hal ini disebut school purposes)

Beberapa aspek pokok yang melandasi pengembangan kurikulum mencakup landasan


filosofis, psikologis, sosiologis (Sosial-budaya) dan teknologis ( perkembangan IPTEK)

A. LANDASAN FILOSOFIS

Landasan filosofis mengacu pada pentingnya filsafat dalam melaksanakan, membina, dan
mengembangkan kurikulum di sekolah.

Berkaitan dengan peranan atau nilai guna filsafat ini, coba Anda perhatikan pendapat salah
scorang pakar kurikulum di Indoncsia, yaitu S. Nasution (1982) berikut ini.
1. Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan ke mana anak-anak harus dibawa.
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan masyarakat untuk mendidik anak-anak ke
arah yang dicita-citakan masyarakat itu.
2. Dengan adanya tujuan pendidikan (yang diwarnai oleh filsafat yang dianut), kita
mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai, individu yang
bagaimanakah yang harus kita hasilkan dengan usaha pendidikan kita.

3. Filsafat dan tujuan pendidikan menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan itu

4. Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha
pendidikan

5. Tujuan pendidikan memungkinkan pendidik menilai usahanya, apakah tujuan itu


tercapai

6. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan- kegialan


pendidikan. Kita lebih giat mengajar dan mendidik anak jika jelas maksud dan
tujuannya

The United States Office of Education pada tahun 1918 (dalam Nasution, 82) telah
mencanangkan lujuan pendidikan tnelalui Seven Cardinal Principles yang memuat sebagai
berikut.
1. Health, yaitu sekolah diwajibkan mempertinggi taraf kesehatan murid murid.

2. command and of fiundamental processes, yaitu penguasaan kecakapan pokok yang


fundamental, seperti mcnulis, membaca, dan berhitung

3. Worthy home membership, yaitu mendidik anak-anak menjadi anggota keluarga yang
berharga sehingga berguua bagi masyarakat. .

4. Vocational efficiency, yaitu efisiensi dalam pekerjaan schingga dalam waktu yang
sesingkat-singkatuya dapat dicapai hasil yang sebesar besarnya

5. Citizenship, yaitu usaha menggembleng bermacan-macam bangsa yang ada di negara


itu menjadi baugsa yang kompak.
6. Worthy use of leisure, yaitu memanfaatkan dengan baik waktu senggang yang
senantiasa bertambah panjang berhubung dengan industrialisasi yang lebih sempurna.

7. Satisfaction of religious needs, yaitu pemuasan kchidupan keagamaan.

Herbert Spencer (dalam Nasution, 1982) mcngungkapkan bahwa tujuan pendidikan itu harus
memuat hal-hal sebagai berikut

1. Self-Preservation, yaitu individu harus dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan


sehat,
2. mencegah penyakit, dan hidup teratur .

3. Securing the necessilies of life, yaitu individu harus sanggup mencari nafkah dan
memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan suatu pekerjaan .

4. Rearing of family, yaitu individu harus mampu menjadi ibu atau bapak yang sanggup
bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dan kesejahteraan keluargauya.

5. Maintaining properlhy social and polilical relationships, yaitu sctiap individu adalah
makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan Negara.

6. Enjoying leisure time, yaitu individu harus sanggup memanfaatkan waktu


senggaugnya dengan memilih kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk
menambah kenikmatan dan kegairahan hidup.

Dengan demikian, bahwa masing-masing rumusan tujuan pendidikan itu pada dasarnya selalu
akan diwarnai oleh filsafat yang dianut oleh Negara yang bersangkutan. Sedangkan tujuan
pendidikan yang dikembangkan di Indonesia Yaitu.
Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia bersumber pandangan pandangan dan cara hidup
manusia Indonesia, yakni Pancasila. Ini berarti pendidikan harus mampu membawa peserta
didik menjadi manusia Pancasila. Hal ini telah diwujudkan dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam undang undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional, yaitu
pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan undang0undang dasar Negara republik
Indonesia tahun 1945 (pasal 2 ) . pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdakan
kehidupan bangsa.
Yang bertujuan untuk “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena
tujuan pendidikan itu sangat diwarnai oleh falsafah/ pandangan hidup yang dianut suatu
bangsa maka kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan
hidup tersebut.

B. LANDASAN PSIKOLOGIS

Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju kedewasaan,
baik fisik, mental/intelektual, moral, maupun social. Sedangkan kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan/program pendidikan sudah pasti berkenaan dengan proses perubahan
perilaku peserta didik.

Pengertian psikologi adalah ilmu yang menpelajari tingkah laku manusia, dan pengertian
kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah prilaku manusia,
serta siswa adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, seperti
perkembangan fisik/jasmani, intelektual, social, emosionaldan moral.

Terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan di dalam pengembangan
kurikulum, yaitu :

 Psikologi perkembangan ( developmental psychology )


Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi kurikulum
yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman isi/materi/bahan
ajar sesuai dengan taraf perkembangan siswa
 Psikologi belajar ( learning psychology)
Psikologi belajar berkenaan atau memberikan sumbangan bagi kurikulum dalam hal
bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
mempelajarinya

a. Kurikulum Dan Teori Perkembangan Siswa

Pandangan tentang anak sebagai makhluk yanunatmerupakan terhadap pengembangan


kurikulum persekolahan. Setiap pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di samping
persamaannyd dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum di sekol, yaitu sebagai
berikut.

1. Setiap siswa diberi kesempatan untuk berkembang sesuai anak merupakan yaitu
sebagai h, minat, dan kebutuhannya
2. Kurikulum memuat isi/materi pelajaran baik yang sifatnya umum atau inti maupun
yang dapat dipilih sesuai dengan minat dan bakat siswa juga yang sifatnya akademik
maupun keterampilan.
3. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan
keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh.

Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak/individu dalam proses pelaksanaan kurikulum
(pembelajaran) dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada


perubahan tingkah laku siswa.
2. Bahan/materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian siswa,
serta bahan tersebut mudah terjangkau oleh siswa.
3. Strategi pembelajaran yang digunakan sesuai dengan taraf perkembangan siswa
4. Media pembelajaran yang digunakan senantiasa dapat menarik perhatian dan siswa.
5. Sistem evaluasi terpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berpusat kepada
perubahan tingkah laku siswa. perhatian siswa, serta bahan tersebut mudah dijangkau
oleh siswa. bangan siswa. dan minat siswa. berkesinambungan dari satu tahap ke
tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus-menerus.

b. Kurikulum Dan Teori Belajar.

Psikologi/teori belajar berkaitan dengan bagai mana individu/Siswa belajar. Belajar dapat di
artikan sebagai peribahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan
perilaku baik pada ranah kognitif (pengetahuan), Afektif (sikap), maupun psikomotor
(ketrampilan) terjadi karena proses pengalaman, dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil
belajar.

Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam
tiga rumpun yaitu :
1. Teori displin mental atau teori daya (Factulty Teory )
Menurut teori daya, dari kelahiran anak/ individu telah memiliki fungsi tertentu,
seperti potensi/ daya mengingat, daya berfikir, daya mencurahkan pendapat, daya
mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainya.

2. Teori behaviorisme
Rumpun ini mencakup tiga teori, yaitu teori koneksionisme atau teori asosiasi, teori
kondisioning, dan teori penguatan. Rumpun teori behaviorisme berangkat dari asumsi
bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu
ditentukan oleh lingkungan ( keluarga, sekolah, dan masyarakat)

3. Teori organisik (codnitive gestalt field)


Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari pada
bagian bagian; keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap
sebagai makhluk atau organism yang melakukan hubungan timbal balik dengan
lingkingan secara keseluruhan.
Teori ini banyak mempengaruhi praktik pelaksanaan kurikulum di sekolah karena
teori ini memiliki prinsip – prinsip sebagai berikut :
 Belajar itu berdasarkan keseluruhan
 Belajar adalah pembentukan kepribadian
 Belajar berkat pemahaman
 Belajar berdasarkan pengalaman
 Belajar itu suatu proses perkembangan
 Belajar adalah proses kontinu
 Belajar dihubungkan dengan minat, perhatian dan kebutuhan siswa.

C. LANDASAN SOSIOLOGIS

Landasan sosiologis mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan aspek
mesyarakat dan kebudayaan ( society and culture ) sebagai suatu rancangan atau program,
kurikulum sangat menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan

 Kurikulum dan masyarakat


Perkembangan dan perbedaan kehidupan masyarakat menuntut terjadinya proses pendidikan
yang relevan, pendidikan harus mengantisipasi tuntutan kehidupan dalam suatu masyarakat
sehingga dapat mempersipakan siswa untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi masyarakat
dimana mereka hidup. Kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab
tantangan dan tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi programnya, tetapi juga dari
segi pendekatan dan strategi pelaksanaanya.

 Kebudayaan dan Kurikulum


Dalam pengertian lain, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang
diwujudkan dalam tiga hal sebagai berikut.
1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, dan peraturan. Wujud kebudayaan ini bersifat
abstrak dan adanya dalam alam pikiran manusia dan w masyarakat di tempat
kebudayaan itu berada.
2. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat Tindakan ini
disebut sistem sosial. Dalam sistem sosia manusia sifatnya konkret, dapat dilihat, dan
diobservasi. Tindakan berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang
pertama. Artinya, sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia merupakai refleksi
dari ide, konsep, gagasan, nilai, dan norma yang dimilikinya.
3. Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah fisik, perbuatan,
atau hasil karya manusia di masyarakat. karena itu, wujud kebudayaan ini disebut
kebudayaan fisik. barang tentu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari
wujud kebudayaan yang pertama dan kedua.

D. LANDASAN TEKNOLOGIS

Landasan teknologis mengarahkan kejaian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan


perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni ( IPTEKS ). Ilmu pengetahian dan
teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ilmi adalah pengetahuan sistematis
yang diperoleh dengan metode ilmiah, sedangkan teknologi dan seni merupakan aplikasi dari
ilmi-ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu lainya untuk memecahkan masalah –masalah praktis.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendekatan pengembangan kurikulum menurut Wina Sanjaya (2008:77), pendekatan dapat


diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu .
istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya sesuatu proses yang sifatnya
masih sangat umum.
Terdapat tiga sudut pandang mengenai pendekatan kurikulum ini, yaitu dari sudut pandang
kebijakan pengemabngan kurikulum, pengorganisasian ini kurikulum dan brientasi
penyusunan kurikulum.

A. PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM
Terdapat dua pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan kurikulum dari sudut
pandang kebijakan, yaitu pendekatan administratif (administrative approach) dan
pendekatan akar rumput ( grassroots approach).
1. pendekatan administratif (administrative approach) adalah Pendekatan
pengembangan kurikulum dengan system komando dari atas ke bawah,
penekatan ini disebut Top-Down karena pengembangan kurikulum muncul
atas inisiatif dan gagasan para pemegang kebijakan pendidikan atau
administrator pendidikan di tingkat pusat dengan menggunakan prosedur
administrative.
2. Pendekatan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas ( Bottom Up) atau
pendekatan akar rumput ( grassroots approach). Adalah Pendekatan
pengembangan kurikulum yang diawali dengan inisiatif dari bawah ( guru dan
sekolah) selanjutnya disebar luaskan pada tingkat yang lebih luas.

B. PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG PENGORGANISASIAN ISI


KURIKULUM
Terdapat tiga pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum dari
sudut pandang pengorganisasian isi kurikulum, yaitu pendekatan yang berpusat pada
mata pelajaran ( Subject), Pendekatan Interdisipliner, dan pendekatan Terpadu
( Integrated)
a. pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran ( Subject),
Pendekatan bertitik tolak dari mata pelajaran (subject) sebagai suatu disiplin
keilmuan. Setiap mata pelajaran merupakan disiplin ilmu yang terpisah antara
satu dengan lainnya. Mata pelajaran tersebut tidak saling berhubungan dan
tidak ada kaitan satu dengan lainnya. Pola kurikulum dari pendckatan ini
merupakan kurikulum yang terpisah-pisah, di mana implementasinya juga
terpisah-pisah dengan sistem pembagian tanggung jawab guru sebagai "guru
mata pelajaran". Dengan demikian, guru hanya bertanggung jawab terhadap
mata pelajaran yang diampunya semata tanpa ada keharusan untuk
mengorelasikan atau menghubungkannya dengan mata pelajaran yang lain.
Pendekatan mata pelajaran ini dikenal dengan istilah separated subject
centered curriculum atau isolated curriculum.

b. Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan ini berangkat dari masalah-masalah sosial yang ada dalam
kehidupan nyata yang tidak mungkin ditinjau hanya dari satu segi/aspek saja.
Suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang akan memengaruhi segi-
segi kehidupan harus ditinjau dari berbagai segi.

Pendekatan ini terdiri atas tiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan struktural,
pendekatan fungsional, dan pendekatan daerah (interfield).
1. Pendekatan struktural bertitik tolak dari struktur suatu disiplin ilmu
tertentu, misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di dalamnya terdiri
atas sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi; Ilmu Pengctahuan Alam
(IPA) di dalamnya terdiri atas biologi, kimia, dan fisika.
2. Pendekatan fungsional bertitik tolak dari suatu masalah tertentu yang
terjadi dalam masyarakat atau lingkungan sekolah. Masalah yang
dipilih dan akan dipelajari adalah masalah-imasalah yang bermakna
bagı kehidupan siswa. Berdasarkan masalah tersebut maka
dipelajarilah aspek-aspek dari berbagai disiplin ilmu yang berada
dalam satu bidanyg studi yang sama yang relevan dengan masalah
yang sedang dipelajari.
3. Pendekatan dacrah bertitik tolak dari pemilihan suatu daerah tertentu
sebagai subjek pelajaran. Berdasarkan dacrah itu, kemudian dipelajari
hal-hal yang berkaitan dengan letak geografi, keadaan ekonomi,
antropologi, adat istiadat, dan bahasa. Aspek-aspek yang dipelajari
tentu saja adalah hal-hal yang relevan dengan dacrah tersebut dan
berada dalam bidang studi yang sama.

c. pendekatan terpadu (Integrated)


Pendeketan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang
bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya bahwa setiap keseluruhan itu
memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan bukanlah penjumlahan
dari bagian-bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri.
Pendekatan ini berasumsi bahwa setiap bagianyang ada dalam keseluruhan itu
berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu.

C. PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG ORIENTASI PENYUSUNAN


KURIKULUM
Pendekatan pengembangan kurikulum dalam sudut pandang ini pada umumnya dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Pendekatan berorientasi pada tujuan.
Pendekatan ini mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan
pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas, mulai dari
tujuan pendidikan nasional, tujuan satuan pendidikan ( tujuan institusional)
tujuan mata pelajaran ( tujuan kurikuler) sampai dengan tujuan pembelajaran
( tujuan instruksional)

2. Pendekatan berorientasi pada bahan ajar


Pendekatan ini mengandung maksud bahwa penyusunan kurikulum didasarkan
atau sangat menitik beratkan pada bahan ajar atau materi pelajaran yang akan
diajarkan, dalam hal ini, tujuan dapat ditentukan berdasarkan bahan ajar atau
materi pelajaran tersebut.

3. Pendekatan berorientasi pada kegiatan belajar mengajar


Pendekatan ini menitik beratkan kepada bagai mana siswa belajar, serta cara
dan langkah – langkah apa yang perlu dilakukan agar siswa menguasai
ketrampilan untuk mendapatkan pengetahuan.
2.9

2.4

sebagai berikut.
2.5

melalui visualisasi sebagai berikut.


2.14
2.20

Dalam pengertian lain, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang
diwujudkan dalam tiga hal sebagai berikut.

1) Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, dan peraturan. Wujud kebudayaan ini bersifat abstrak
dan adanya dalam alam pikiran manusia dan w masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.

2) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat Tindakan ini disebut
sistem sosial. Dalam sistem sosia manusia sifatnya konkrct, dapat dilihat, dan diobservasi.
Tindakan berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang pertama. Artinya,
sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia merupakai refleksi dari ide, konsep, gagasan,
nilai, dan norma yang dimilikinya.

3) Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang kctiga ini ia lah fisik, perbuatan, atau
hasil karya manusia di masyarakat karena itu, wujud kebudayaan ini disebut kebudayaan fisik
barang tentu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah pro wujud kebudayaan yang pertama
dan kedua. nesa Ind
2.10

Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia bersumber pandangan pandangan dan cara hidup
manusia Indonesia, yakni Pancasila. Ini berarti pendidikan harus mampu membawa peserta
didik menjadi manusia Pancasila

Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yaitu

Bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Beraklak mulia,sehat,berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Bagaimana kaitan antara filsafat pendidikan dengan kurikulum? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut coba Anda perhatikan uraian berikut! Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena tujuan pendidikan itu sangat diwarnai olch falsafah/
pandangan hidup yang dianut suatu bangsa maka kurikulum yang dikembangkan juga akan
mencerminkan falsafah/pandangan hidup tersebut.
2.28

Bagaimana kaitan antara filsafat pendidikan dengan kurikulum? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut coba Anda perhatikan uraian berikut! Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena tujuan pendidikan itu sangat diwarnai olch falsafah/
pandangan hidup yang dianut suatu bangsa maka kurikulum yang dikembangkan juga akan
mencerminkan falsafah/pandangan hidup tersebut.
2.31

Pendekatan pertama bertitik tolak dari mata pelajaran (subject) sebagai suatu disiplin
keilmuan. Setiap mata pelajaran merupakan disiplin ilmu yang terpisah antara satu dengan
lainnya. Mata pelajaran tersebut tidak saling berhubungan dan tidak ada kaitan satu dengan
lainnya. Pola kurikulum dari pendckatan ini merupakan kurikulum yang terpisah-pisah, di
mana implementasinya juga terpisah-pisah dengan sistem pembagian tanggung jawab guru
sebagai "guru mata pelajaran". Dengan demikian, guru hanya bertanggung jawab terhadap
mata pelajaran yang diampunya semata tanpa ada keharusan untuk mengorelasikan atau
menghubungkannya dengan mata pelajaran yang lain. Pendekatan mata pelajaran ini dikenal
dengan istilah separated subject centered curriculum atau isolated curriculum. Pendekatan
kedua berangkat dari masalah-masalah sosial yang ada dalam kehidupan nyata yang tidak
mungkin ditinjau hanya dari satu segi/aspek saja. Suatu peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat yang akan memengaruhi segi-segi kehidupan harus ditinjau dari berbagai segi.

Pendekatan ini terdiri atas tiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan struktural, pendekatan
fungsional, dan pendekatan daerah (interfield).

1. Pendekatan struktural bertitik tolak dari struktur suatu disiplin ilmu tertentu, misalnya Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di dalamnya terdiri atas sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi;
Ilmu Pengctahuan Alam (IPA) di dalamnya terdiri atas biologi, kimia, dan fisika.

2. Pendekatan fungsional bertitik tolak dari suatu masalah tertentu yang terjadi dalam
masyarakat atau lingkungan sekolah. Masalah yang dipilih dan akan dipelajari adalah
masalah-imasalah yang bermakna bagı kehidupan siswa. Berdasarkan masalah tersebut maka
dipelajarilah
3.32

aspek-aspek dari berbagai disiplin ilmu yang berada dalam satu bidanyg studi yang sama
yang relevan dengan masalah yang sedang dipelajari.

3. Pendekatan dacrah bertitik tolak dari pemilihan suatu daerah tertentu sebagai subjek
pelajaran. Berdasarkan dacrah itu, kemudian dipelajari hal-hal yang berkaitan dengan letak
geografi, keadaan ekonomi, antropologi, adat istiadat, dan bahasa. Aspek-aspek yang
dipelajari tentu saja adalah hal-hal yang relevan dengan dacrah tersebut dan berada dalam
bidang studi yang sama.

Pendeketan ketiga bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna
dan berstruktur.

Anda mungkin juga menyukai