Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN KEBUTUHANNYA


DALAM AGAMA

Disusun untuk memenuhi tugas:

“METODOLOGI STUDI ISLAM”

Dosen Pengampu: DWI PUTRA SYAHRUL MUHAROM,M.Ag

Disusun oleh:

Fadilatus Syifa (20402082)

Athala Mauliddiana (20402159)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...


Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hubungan antara manusia dan kebutuhannya dalam
agama”.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami mendapat bantuan pihak-pihak
lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah
2. Dosen Pengampu.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberi dukungan dalam
menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Dan
semoga makalah ini bermanfaat,Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..

Kediri, 30 Oktober 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan makalah ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Agama .......................................................................................... 3
2.2 Fungsi Agama Dalam Kehidupan .................................................................. 6
2.3 Doktrin Kepercayaan Agama ......................................................................... 10
2.4 Pandangan Islam Tentang Hubungan Manusia Dalam Beragama ................. 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islamic Studies (studi Islam), mengandung beberapa unsur yang
berkaitan dengan ajaran atau nilai Islam secara dogmatis dan aplikatif,
bermanfaat untuk menilai tata nilai Islam dan merefleksikan nilai keagamaan
dalam kehidupan sehari-hari. Studi tentang nilai-nilai keIslaman, akan
melahirkan kritik mendalam tentang Islam sebagai ajaran yang diberikan
Allah SWT, kepada hambaNya untuk memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Dari kritik tersebut mendorong
tumbuhnya kesadaran dan keyakinan mengenai kebenaran mengenai
kebenaran Islam. Dalam aspek perilaku umat, Islam yang diasumsikan sebagai
cerminan nilai Islam dalam tatanan sosial keagamaan, studi Islam melahirkan
keragaman perilaku keagamaan yang sangat khas dan penuh makna. Yang
mana perilaku umat Islam dapat dikonfrontasikan dengan nilai-nilai dan
sumber ajaran Islam.
Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya
hanya “saya tidak tahu”. Tapi kemudian dengan pancaindra, akal, dan
jiwanya sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba
(trial and error), pengamatan, pemikiran yang logis dan pengalamannya ia
menemukan pengetahuan. Namun demikian keterbatasan panca indra dan
akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya
tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya dan
semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah ia apabila
tak terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu manusia. Manusia
membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya. Lantas
benarkah hanya rasa takut dan ingin tahu tersebut yang menjadikan manusia
membutuhkan agama dalam kehidupan mereka?. Dalam makalah yang
sederhana ini akan diulas bagaimana agama bisa menjadi kebutuhan bagi
manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Agama ?
2. Apakah Fungsi Agama dalam kehidupan ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Doktrin kepercayaan agama?
4. Bagaimana pandangan ajaran islam tentang hubungan manusia dalam
beragama ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan
manusia dan kebutuhannya dalam beragama
2. Untuk mengetahui seberapa penting agama dalam kehidupan manusia
3. Menjadikan pengetahuan yang bermanfaat serta analisis bagi pembaca
mengenai pentingnya belajar studi islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang


mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa
Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi" atau "A" berarti tidak; "GAMA"
berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau.
Dapat juga diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai
kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Dilihat dari sudut pandang
kebudayaan, agama dapat berarti sebagai hasil dari suatu kebudayaan,
dengan kata lain agama diciptakan oleh manusia dengan akal budinya serta
dengan adanya kemajuan dan perkembangan budaya tersebut serta
peradabanya. Bentuk penyembahan Tuhan terhadap umatnya seperti pujian,
tarian, mantra, nyanyian dan yang lainya, itu termasuk unsur kebudayaan. .
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal
dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
"mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Pengertian Agama menurut beberapa ahli :

1. Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem


yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama
semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan
kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna
kesuciannya.
2. Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang
linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal
dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara,

3
jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa
Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai
kepada keridhaan kepada Tuhan.
3. Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan
atau isi yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan
tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam
suatu kitab, selain itu beliau mengatakan bahwa agama merupakan
suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.1
4. Tajdab,dkk (1994) menyatakan bahwa agama berasala dari kata a,
berati tidak dan gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi, agama artinya
tidak kacau, tidak kocar-kacir, dan/atau teratur. Maka, istilah agama
merupakan suatu kepercayaan yang mendatangkan kehidupan yang
teratur dan tidak kacau serta mendatangkan kesejahteraan dan
keselamatan hidup manusia. Jadi, agama adalah jalan hidup yang
harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di dunia ini
supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan
keselamatan.
5. A.M. saefuddin (1987), menyatakan bahwa agama merupakan
kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal.
Karena itu, agama merupakan kesadaran spiritual yang di dalamnya
ada satu kenyataan di luar kenyataan yang nampak ini, yaitu bahwa
manusia selalu mengharap belas kasihan-Nya, bimbingan-Nya, serta
belaian-Nya, yang secara ontologis tidak bisa diingkari, walaupun
oleh manusia yang mengingkari agama (komunis) sekalipun.
6. Sutan Takdir Alisyahbana (1992), agama adalah suatu system
kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan
manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada
terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada
hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya.

1
JURNALPORTAL HRD PSIKOLOGIBUTIK WAFA November 2013hl 1

4
7. Sidi Gazalba (1975), menyatakan bahwa religi (agama) adalah
kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam
semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir,
hakekat dari semuanya itu.2
Menurut sejarahnya, masalah agama adalah masalah sosial, karena
menyangkut kehidupan masyarakat yang tidak bisa terlepas dari kajian ilmu-
ilmu sosial. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu agama hakikatnya merupakan rumpun
bagian dari ilmu Sosiologi, Psikologi dan Antropologi. Sosiologi menjadi
akar dari semua ilmu yang berkaitan dengan masyarakat; maka lahirlah
semacam ilmu sosiologi agama, sejarah agama, filsafat agama, publikasi
agama, dan lain-lain. Francisco Jose Moreno menegaskan bahwa “sejarah
agama berumur setua sejarah manusia.3
Tingkatan dien (agama) itu ada tiga; Islam, yaitu berserah diri kepada
Allah Ta’ala dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan
ketaatan serta berlepas didi dari syirik, Iman, yaitu percaya kepada Allah,
Malaikay-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya hari akhir dan takdirnya, Ihsan,
yaitu menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.
Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk
agama. Seluruh agama merupakan perpaduan kepercayaan dan sejumlah
upacara yang diselenggarakan oleh masyarakat.” Hal itu karena masalah
agama adalah juga masalah pribadi, yang menyangkut hak azasi setiap
manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, seperti ungkapan James Freud
dkk, yang menegaskan “agama sebagai manifestasi perasaan dan
pengalaman manusia secara individual ketika berhubungan dengan zat yang
dianggap Tuhan”, maka kajian Psikologi turut andil mendukung lahirnya
ilmu-ilmu agama, seperti psikologi agama, pendidikan agama, akhlaq,
tasawuf, dan sebagainya. Begitu pula Antropologi sebagai ilmu yang
mempelajari manusia dan latar belakang budayanya, baik kepercayaan,
pengetahuan, maupun norma dan nilai-nilai yang dianut manusia, jelas
menjadi sumber aspirasi bagi kelahiran ilmu-ilmu agama.

2
JURNALPORTAL HRD PSIKOLOGIBUTIK WAFA November 2013hl 2
3
Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abd. Lathif, Pelajaran Tauhid untuk Pemula, terjemahan
Ainul Haris Arifin Thayib, Judul asli, Muqarrarut tauhid kitab Ta’limilin nasyi’ah,hl 48

5
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut
oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya.
Pokok persoalan yang dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan. Tuhan
dan hubunga manusia dengan-Nya merupakan aspek metafisika, sedangkan
manusia sebagai makhluk dan bagian dari benda alam termasuk dalam
kategori fisika. Dengan demikian, filsafat membahas agama dari segi
metafisika dan fisika. Namun, titik tekan pembahasan filsafat agama lebih
terfokus pada aspek metafisiknya ketimbang aspek fisiknya. Aspek fisik
akan lebih terang diuraikan dalam ilmu alam, seperti biologi dan psikologi
serta antropologi.4

2.2 Fungsi Agama Dalam Kehidupan


Fungsi Agama Secara sosiologis, agama menjadi penting dalam
kehidupan manusia dimana pengetahuan dan keahlian tidak berhasil
memberikan sarana adaptasi atau makanisme penyesuaian yang dibutuhkan,
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi penting sehubungan
dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari
ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan yang memang merupakan
karakteristik fundamental kondisi manusia. Maka kemudian, fungsi agama
adalah menyelesaikan dua hal, yang pertama, suatau cakrawala pandangan
tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia, dalam arti dimana
deprivasi dan frustasi dapat dialami sebagai suatu yanng mempunyai makna.
Kedua, sarana ritual yang memungkinkan hubungan menusia dengan hal
diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi
manusia untuk mempertahankan moralnya5
Pembahasan tentang fungsi agama pada masyarakat akan dibatasi
pada dua hal, yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus
disintegratif bagi masyarakat.

4
Zainal Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran terhadap Agama, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1984), p.
52
5
Thomas F. O’dea, Sosiologi Agama : Suatu Pengenal Awa hl 14

6
a. Fungsi Disintegratif Agama. Meskipun agama memiliki
peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat,
dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang
sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai
kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini
merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi orang lain
yang dianggap menyalahi aturan- aturan yang ada dalam
wahyu, Dalam hal ini, agama lebih bersifat eksklulsif
terhadap fenomena- fenomena yang terjadi dalam
masyarakat kita.
b. Fungsi Integratif Agama Peranan sosial agama sebagai
faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-
anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-
kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem
kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-
kelompok keagamaan, sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.

Agama di dalam masyarakat, adalah ketika dimana agama mampu


memberikan implementasinya terhadap setiap manusia, dimana hal itu akan
mempengaruhi dan memberikan peraturan dan norma–norma yang akan
menjadi landasan hidup . Dalam sosiologi, agama dipandang sebagai sistem
kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. Ia berkaitan
dengan pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
Sehingga sikap perilaku yang diperankannya akan terkait dengan sistem
keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya.

7
Jadi, eksistensi suatu agama di dalam suatu masyarakat sangatlah
berpengaruh, dimana semua perilaku manusia baik sebagai individu maupun
kelompok dibentuk oleh nilai etis dari agama masing –masing.6 Dalam
sosiologi tidak pernah agama didefinisikan secara evaluatif (menilai). Ia
“angkat tangan” mengenai hakekat agama, baiknya atau buruknya agama
atau agama-agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini, ia hanya
sanggup memberikan definisi yang deskriptif (menggambarkan apa adanya),
yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-
pemeluknya.
Jadi singkatnya, sosiologi mendefinisikan agama sebagai suatu jenis
sistem sosial yang dibuat oleh para penganutnya yang berporos pada
kekuatan–kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakannya
untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas
umumnya.Agama bagi Greetz lebih merupakan sebagai nilai-nilai budaya,
dimana ia melihat nilai-nilai tersebut ada dalam suatu kumpulan makna.
Dimana dengan kumpulan makna tersebut, masing-masing individu
menafsirkan pengalamannya dan mengatur tingkah lakunya. Sehingga
dengan nilai-nilai tersebut pelaku dapat mendefinisikan dunia dan pedoman
apa yang akan digunakannya.7
Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di
dunia ini, yaitu cita-cita manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir
dan batin.Seperti di dalam Firman Allah Qs.Thaha :117-119
۱۱۷ ‫ﻓَ ُﻘﻠْﻨَﺎ َ* ) ٓ َد ُم ان ﻫ ََﺬا !َﺪُ و َ َ َو ِﻟ َﺰ ْو ِ َﻚ ﻓَ َﻼ ُ ْﳜ ِﺮ َﺟ ُﳬَﺎ ِﻣ َﻦ اﻟْ َﺠﻨ ِﺔ ﻓَ َ ْﺸﻘَﻰ‬
%
۱۱۹ ‫) َﻧﻚ َﻻ ﺗ َْﻈ َﻤ?> ِﻓ=ﻬَﺎ َو َﻻ ﺗَﻀْ َﺤﻰ‬7 ‫( َو‬۱۱۸) ‫)ﻻ َ ُﲡﻮ َع ِﻓﳱَﺎ َو َﻻ ﺗَ ْﻌ َﺮى‬7 َ َ ‫ان‬
%
Artinya : “Kemudian kami berfirman,Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis)
musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia
mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka.Sungguh ada
(jaminan) untukmu di sana, engkau tidak kelaparan dan tidak akan

6
Ishomudin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002),hl13
7
Abdain, “Fungsi Agama Bagi Kehidupan” (http://abdain.wordpress.com.fungsi-agama-
bagikehidupan,2010) ,hl15

8
telanjang. Dan sungguh di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan
tidak akan ditimpa panas matahari” (Qs.Thaha:117-119)
Pada ranah yang lebih umum fungsi agama dalam kehidupan
masyarakat adalah sebagai penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang
diungkapkan Emile Durkheim sebagai sosiolog besar, bahwa sarana-sarana
keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber
pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara
keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah
mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi
untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi
agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah
ini:

a. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.


Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena
ia senantiasa memberi penerangan kepada dunia (secara
keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia.
Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui
indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah.
Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa
dunia adalah ciptaan Allah dan setiap manusia harus menaati Allah.
b. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh
manusia. Sebagian pertanyaan yang senantiasa ditanya oleh
manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal
manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati,
tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. bagi kebanyakan manusia,
pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk
menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab
soalan-soalan ini.

9
c. Memainkan fungsi peranan sosial. Agama merupakan satu faktor
dalam pembentukan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem
agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang
sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang
sama.
d. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan.
Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode
etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan
agama memainkan fungsi peranan sosial.

2.3 Doktrin Kepercayaan Agama


Dalam pemikiran kaum Marxis doktrin agama dianggap sebagai
candu masyarakat yang melalaikan manusia terhadap berbagai penindasan
kaum borjuis. Lantas apakah doktrin kepercayaan agama memang bersifat
demikian. Pernyataan Karl Mark dilatarbelakangi oleh konteks yang
demikian. Namun perlu diketahui bahwa agama terutama Islam sama
sekali tidak menganjurkan manusia lalai dengan tindakan ketidak adilan
yang ada di depan matanya.
Perlu diketahui juga bahwa dalam menjalankan fungsi dan
mencapai tujuan hidupnya manusia telah dianugerahi oleh Allah dengan
berbagai bekal seperti: naluri, (insting), pancaindra, akal, dan lingkungan
hidup untuk dikelola dan dimanfaatkan. Fungsi dan tujuan hidup manusia
adalah dijelaskan oleh agama dan bukan oleh akal. Agama justru datang
karena ternyata bekal- bekal yang dilimpahkan kepada manusia itu tidak
cukup mampu menemukan apa perlunya ia lahir ke dunia ini. Agama
diturunkan untuk mengatur hidup manusia. Meluruskan dan mengendalikan
akal yang bersifat bebas. Kebebasan akal tanpa kendali, bukan saja
menyebabkan manusia lupa diri, melainkan juga akan membawa ia ke
jurang kesesatan, mengingkari Tuhan, tidak percaya kepada yang gaib dan
berbagai akibat negatif lainnya.

10
Istimewanya doktrin agama ialah wawasannya lebih luas, ada
hal-hal yang kadang tidak terjangkau oleh rasio dikemukakan oleh agama.
Akan tetapi pada hakikatnya tidak ada ajaran agama (yang benar)
bertentangan dengan akal, oleh karena agama itu sendiri diturunkan hanya
pada orang-orang yang berakal. Maka jelas bahwa manusia tidak akan
mampu menanggalkan doktrin agama dalam diri mereka. Jika ada yang
merasa diri mereka bertentangan dengan agama maka akalnya lah yang
tidak mau berpikir secara lebih luas.

2.4 Pandangan Islam Tentang Hubungan Manusia dalam Beragama


Sejak kelahirannya belasan bab yang lalu,Islam telah tampil sebagai
agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia
dan akhirat, antara hubungan manusia dengan tuhan, dan antara
hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dengan urusan
muamalah.Selanjutnya jika adakan perbandingan antara perhatian Islam
terhadap urusan ibadah dengan urusan muamalah,ternyata Islam
menekankan urusan muamalah lebih besar dari pada urusan ibadaah dalam
arti yang kusus. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial
dari pada aspek kehidupan ritual.
Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi sebagai masjid
tempat mengabdi kepada Alloh dalam arti yang luas, muamalah jauh
lebih luas daripada ibadah dalam arti khusus. Keterkaitan adanya dengan
masalah kemanusiaan sebagai mana tersebut diatas menjadi penting jika
dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman modern ini.Kita
mengetahui bahwa manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang
benar-benar membutuhkan pemecah segera kadang-kadang kita merasa
bahwa situasi yang penuh dengan problematika didunia modern justru
di sebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri.
Dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia modern
sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan
martabat manusia.Umat manusia telah berada mengorganisasikan
ekonomi, menata struktur politik, serta membangun peradapan yang maju

11
untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama kita juga dapat melihat
bahwa umat manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptannya sendiri.
Sejak manusia memasuki jaman modern, mereka mampu
mengembangkan potensi- potensi rasionalnya, mereka memang telah
membebaskan diri dari belenggupemikiran mistis yang irasional.
Dan belenggu pemikiran hukum alam yang sangat mengikat
kebebasan manusia. Tetapi ternyata didunia modern ini manusia tidak
dapat melepaskan diri dari belenggu lain, yaitu penyembahan kepada
hasilnya ciptaan dirinya sendiri. Dalam keadaan demikian kita saat
ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki ilmu pengetahuan
sosial yang mampu membebaskan manusia dari problema tersebut diatas
ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang
di gali dari ilmu-ilmu agama.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk-makhluk
lain mampu mewujudkan segala keinginan dan kebutuhannya dengan kekuatan
akal yang dimilikinya. Namun di samping itu manusia juga mempunyai
kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan
yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia
gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan
irrasionalitas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti
adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu
yang tidak diketahuinya.
Kemudian menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu
menjadi pendorong utama tumbuh suburnyarasa keagamaan dalam diri
manusia. la merasa berhak untuk mengetahui dari mana ia berasal, untuk apa
dia berada di dunia, apa yang mesti ia lakukan demi kebahagiannya di dunia
dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan
tersebut adalah agama. Karenanya, sangatlah logis jika agama selalu mewarnai
sejarah manusia dari dahulukala hingga kini, bahkan sampai akhir nanti.
.

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikanlah kepada kami.Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput
dari salah, khilaf, alfa, dan lupa

13
DAFTAR PUSTAKA

JURNALPORTAL HRD PSIKOLOGIBUTIK WAFA.November 2013

Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abd. Lathif, Pelajaran Tauhid untuk Pemula,
terjemahan Ainul Haris Arifin Thayib, Judul asli, Muqarrarut tauhid kitab
Ta’limilin nasyi’ah,

Zainal Arifin Abbas.1984.Perkembangan Pikiran terhadap Agama,Jakarta: Pustaka


Alhusna.

Ishomudin,2002 Pengantar Sosiologi Agama.Jakarta : Ghalia Indonesia.

Abdain,2020 “Fungsi Agama Bagi Kehidupan” http://abdain.wordpress.com.fungsi-


agama-bagikehidupan.

Dr. H. M. Rozali,MA .2020.Metodologi Studi Islam Dalam Perspective Multydisiplin


Keilmuan.Penerbit:Rajawali Buana Pusaka

14

Anda mungkin juga menyukai