Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI KEPRIBADIAN

“TEORI HUMANISTIK CARL ROGERS”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Teori Kepribadian

Dosen pengampu: Renie Tri Herdiani, S.Psi, M.Pd.

Oleh:

Kelas II B

Diah Retno Utami (1115500020)

Iqbal Fatkhurrozaq (1115500042)

Mayang Suryaningtyas (1115500096)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah melipahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehinga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa kami
ucapkan banyak terimakasih atas dorongan dari orangtua, teman serta semua yang
ikut serta dalam pembutan makalah ini baik moral maupun materi.

Kami sadar makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna oleh karenanya
kami memohon krtik dan saran yang sifatya membangun agar kami dapat lebih baik
lagi untuk pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembacanya.

Tegal, 16 Mei 2016


PenyusunK

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori psikologi humanistik adalah teori yang membahas tentang
perkembangan kepribadian manusia. Teori humanistik melihat kehidupan manusia
dari kehidupan manusia itu sendiri, yangberfokus pada kemampuan manusiaitu
untukmenguasai hasrat biologisnya, serta untuk meraih potensi maksimal dirinya.
Dalam teori in manusia bertaggung jawab atas apa yang dilakukannya dan
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilkunya
sendiri. Salah satu tokoh teori psikologi humanistik adalah Carl Rogers (1902-1987)
yang terkenal Karen metode terapiny yang berpusat pada individu yang lebih dienal
dengan sebutan teori nondirektif
Dalam makalah ini kami akan membahas secara mendalam tentang teori
humanistik oleh Carl Roger. Kami sadar bahwa makalah yang kami sajikan ini tidak
sempurna oleh karena itu kami memoh kritik dan saran bagi para pembaca yang
sifatnya mendukung agar makalah yang akan kami sajikan selanjutnya dapat lebih
baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori humanistik menurut sudut pandang Carl Rogers ?
2. Bagimana pokok-pokok teori Carl Rogers ?
3. Bagaimana aplikasi teori psikoterapi oleh Carl Rogers ?
C. Tujuan Masalah
- Mengetahui teori humanistik menurut sudut pandang Carl Rogers
- Mengetahui pokok-pokok teori Carl Rogers
- Mengetahui pengaplikasian teori psikoterapi oleh Carl Rogers
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori Humanistik Menurut Sudut Pandang Carl Rogers


Carl Rogers lahir tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois, Amerika Serikat
dan meninggl pada tanggal 4 Februari 1987 di San Diego, California, Amerika Serikat
karena serangan jantung, Carl Rogers berkebangsaan Amerika Serikat dan bergerak di
bidang psikologi, Dia mendapatkan berbagai peghargaan yaitu: Distinguished
Scientific Contributions to Psychology (1965) , Award for Distinguished
Contributions to Applied Psycology as a Profesional Practice (1972), dan Humanist of
the Year (American Humanist Assocation) pada tahun 1964
Carl Rogers adalah seorang psikologi yang terkenal dengan pendekatan terapis
klinis yang berpusat pada klien (Clien Centered). Rogers kemudian menyusun
teorinya dengan pengalaman sebagai terapis selama bertahun-tahun. Rogers
memandang kesehatan mental sebagai poses perkembangan hidup alamiah, sementara
kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah.
Rogers menyebut dirinya sebagai orang yang berpandangan humanistik dalam
psikologi kontemporer, psikologi humanistik dari satu pihak menentang apa yang di
sebut sebagai pesimisme suram dan keputusan yang terkandung dalam pandangan
psikoanalitik tentang manusia yang digambarkan dalam behaviorisme. Psikologi
humanistik lebih penuh harapan dan optimistik tentang manusia. Ia yakin bahwa
dalam diri setiap orang terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh
secara kreatif.
Kegagalan dalam mewujudkan potensi-potensi ini disebabkan oleh pengaruh
yang berifat menjerat dan keliru dari latihan yang diberian oleh orangtuanya, serta
dipengaruhi oleh pengaruh sosial. Namun pengaruh yang merugikan dapat diatasi
apabila individu mau menerima tanggung jawab utuk hidupnya sendiri. Rogers yakin
apabila tanggung jawab ini di terima, maka kita akan segera melihat kalau saja
presepsi perbudakan yang meliputi seluruh dunia dapat dicegah, muculnya seorang
pribadi baru yang penuh kesadaran, mengarahkan dirinya sndiri, seorang yang
menjelajah dunia batin lebih pada dunia luar, yang memandang sikap serba tunduk.
Carl Rogers adalah seorang psikologi humanistik ysng menekankan perlunya
sikap saling menghargai tanpa adanya prasangka (antara klien dengan terapis) untuk
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Humanistik tertuju pada masalah
bagaimana tiap individu dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud pribadi yang
dihubungkan kepada pengalaman mereka sendiri.
Rogers mengatakan bahwa konsep diri manusia seringkali tidak tepat secara
sempurna dengan realitas yang ad. Islnya seeorang mung memandang dirinya sebagai
orang yang sangatjujur namun kenyatannya seringkli berbohong kepada oranglain.
Apabila keselarasan yang dibuat tercapai, maka klien akan menjadi orang yang
berfungsi sepenuhnya. Menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya yaitu meliputi
sifatsifat sepeti keterukaan terhadap pengalaman, kesadaran yang cermat,
penghargaan diri dan hubungan yang harmonis dengan orang lain.
2. Pokok-pokok Teori Carl Rogers
A. Struktur kepribadian
Tiga komponen struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme,
medan fenomena, dan self.
1) Organime, mencakup :
Organisme adalah tempat dari seluruh pengalaman. Pengalaman
meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran
organisme pada setiap saat. Keseluruhan pengalaman ini merupakan
medan fenomenal. Medan fenomenal adalah”frame of reference” dari
individu yang hanya dapat diketahui oleh orang itu sendiri. ”Medan
fenomenal tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi
empatis dan selanjutnya tidak pernah dapat diketahui dengan sempurna”.
Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal itu
dan bukan pada keadaan-keadaan perangsangannya.
Medan fenomenal tidak identik dengan medan kesadaran. ”Kesadaran
adalah perlambangan dari sebagian pengalaman kita”. Medan fenomenal
terdiri dari pengalaman sadar.
a) Makhluk hidup. Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi
fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu
yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat.
b) Realitas subjektif. Organisme menanggapi dunia seperti yang
diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya
subjektif, bukan benar-salah.
c) Holisme. Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan
pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan
memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2) Medan fenomena
Menurut Rogers medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman,
baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang
tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi
seseorang sepanjang hidupnya.
3) Self
Konsep Gestalt berisikan tentang organisasi dan konsistensi yang terdiri
dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’
dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antara ‘diri subjek’ atau
‘diri objek’ dengan orang-orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan
beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini. Gestalt lah
yang ada dalam kesadaran meskipun tidak harus disadari. Gestalt tersebut
bersifat lentur dan berubah-ubah, merupakan suatu proses, tetapi pada
setiap saat merupakan suatu entitas spesifik.
“diri” adalah suatu istilah yang kabur, ambigu atau bermakna ganda,
istilah yang tidak berarti secara ilmiah, dan telah hilang dari kamus para
psikolog bersama menghilangnya para introspeksionis. Dari sebab itu, saya
lambat menyadari bahwa apabila klien-klien diberi kesempatan untuk
mengungkapkan masalah-masalah mereka dan sikap-mereka dalam istilah-
istilah mereka sendiri, tanpa suatu bimbingan atau interpretasi, ternyata
mereka cenderung berbicara tentang diri… Tampaknya jelas,…bahwa diri
merupakan suatu unsur penting dalam pengalaman klien, dan aneh karena
tujuannya adalah menjadi ‘diri-sejati’-nya. Di samping “diri” sebagai
bagian dari struktur diri, terdapat suatu diri ideal, yakni apa yang
diinginkan orang tentang dirinya.
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang
intinya adalah :
a) Terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi
nilai-nilai orang tertentu
b) Bersifat integral dan konsisten
c) Menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self
sebagai ancaman
d) Dapat berubah karena kematangan dan belajar.
B. Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis
yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin
berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers
menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah
tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam
medan sebagaimana medan itu dipersepsikan.
Rogers menambahkan suatu ciri baru pada konsep pertumbuhan ketika ia
mengamati bahwa tendensi gerak maju hanya dapat beroperasi bila pilihan-pilihan
dipersepsikan dengan jelas dan dilambangkan dengan baik. Seseorang tidak dapat
mengaktualisasikan dirinya kalau ia tidak dapat membedakan antara cara-cara tingkah
laku progresif dan regresif. Tidak ada suara hati dari dalam yang akan memberitahu
seseorang manakah jalan menuju aktualisasi itu, tidak ada suatu rasa keharusan
organisme yang akan mendorongnya maju. Orang harus mengetahui sebelum mereka
dapat memilih, tetapi bila mereka benar-benar mengetahui maka mereka selalu
memilih untuk maju dan bukan untuk mundur. “Pada dasarnya tingkah laku adalah
usaha organisme yang berarah pada tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
sebagaimana yang dialaminya dalam medan fenomenal(sebagaimana medan itu
dipersepsikan)”. Pernyataan yang jelas-jelas menyinggung tentang adanya banyak
“kebutuhan” ini tidak berlawanan dengan pengertian tentang motif(dorongan)
tunggal. Meskipun ada banyak kebutuhan, namun semuanya mengarah kepada
tendensi dasar organisme untuk mempertahankan dan mengembangkan diri.
Rogers menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar
(makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci
fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri
sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan
tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi
lebih baik.
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh :
- Pertama, Keterbukaan pada pengalaman yang berarti bahwa seseorang tidak
bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel
- Kedua Kehidupan eksistensial adalah orang yang tidak mudah berprasangka
melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka
kepada pengalaman baru.
- Ketiga Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri yang berarti bertingkah
laku menurut apa yang dirasa benar
- Kelima Kreativitas adalah seorang yang kreatif bertindak dengan bebas dan
menciptakan hidup, ide dan rencana, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan
potensinya secara kreatif
C. Perkembangan kepribadian
Rogers yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami
mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan secara
keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang
secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti
oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar
tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang
berfungsi utuh.
Anak belajar membedakan antara perbuatan-perbuatan dan perasaan-perasaan
yang berharga (disetujui) dan yang tidak berharga (tidak disetujui). Pengalaman-
pengalaman tidak berharga cenderung dikeluarkan dari konsep diri, meskipun
perasaan-perasaan itu secara organisme valid. Keadaan ini menghasilkan konsep-diri
yang tidak selaras dengan pengalaman organismik. Anak berusaha menjadi apa yang
diinginkan oleh orang-orang lain dan tidak berusaha untuk menjadi apa yang
sebenarnya yang diinginkannya.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai
bakatnya, potensinya, memahami mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang
pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi
sepenuhnya sebagai berikut:
1) Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
2) Hidup menjadi (existential living)
3) Keyakinan organismik (organismic trusting)
4) Pengalaman kebebasan (experiental freedom)
5) Kreativitas (creativity)

3. Pengaplikasian teori psikoterapi

Rogers memiliki pengaruh besar dalam praktek psikotrapi. Dalam terapi Rogers, terapis
cendrung bersifat sportif dan tidak mengarahakan. Terapis beremapti terhadap klien dan
memberikan penghargaan yang tulus. Selama berkecimpung di bidang konseling anak dan
psikologi klinis, rogers menyadari bahwa klienlah yang paling memahami letak permasalahan
dan aarah terapi seharusnya berlangsung. Rogers juga memadang orang sebagai sebuah
proses perubahan sekumpulan potensi.

Rogers juga berpendapat bahwa ada dua kondisi utama yang diperlukan agar tercipta
perubahan kepribadian dalam psikotrapis :

1. terapis harus bias memperlihatkan perhatian yang tulus terhadap klien


2. terapis memiliki pemahaman yang empatis dalam arti terapis harus bisa merasakan
ketegangan dan perasaan yang dirasaankan kliennya.

Yang menarik dari metode Rogers ialah selain teknik dan prosedurnya itu sendiri ada juga
keberanian Rogers untuk merekam proses wawancara dalam psikotrapinya untuk kemudian
membahasnya bersama teman-teman sejawatnya atau mahasiswanya. Di masa lalu
keterbukaan semacam ini masih langka dan langkah-langkah Rogers dianggap sebagai printis
untuk kemajuan pengembangan metode psikotrapi.
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang
dikemukakan dan dikembangkannya ini menjadi popular karena:
1. Secara historis lebih terikat kepada psikologi dari pada kedokteran.
2. Mudah dipelajari.
3. Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis
dan dinamika kepribadian.
4. Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara
psikoanalistis.
Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan
menciptakan kesehatan dan menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus mempergunakan
teknisnya untuk memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara langsung tetapi
dengan menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor
sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman, kritik,
penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya.
Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan
rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan
bersikap:
1. Menerima (Acceptance) : Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan
mengembangkan diri apa adanya.
2. Kehangatan (Warmth) : Ditujukan agar klien merasa aman dan memiliki penilaian yang
lebih positif tentang dirinya.
3. Tampil apa adanya (Genuine) : Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien
memiliki sikap positif.
4. Empati (Emphaty) : Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame of
reference), klien akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan
problematikanya.
5. Penerimaan tanpa syarat (Unconditional positive regard) : Sikap penghargaan tanpa
tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun negatif perilaku atau sifat klien,
yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
6. Transparansi (Transparancy) : Penampilan terapis yang transparan atau tanpa topeng pada
saat terapi berlangsung maupun dalam kehidupan keseharian merupakan hal yang penting
bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang
diutarakan.
7. Kongruensi (Congruence) : Konselor dan klien berada pada hubungan yang sejajar dalam
relasi terapeutik yang sehat. Terapis bukanlah orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi
dari kliennya.
Kondisi-kondisi yang memungkinkan klien mengubah diri secara konstruktif
mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan
dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
1. Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem
yang dihadapi.
2. Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
3. Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
4. Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
5. Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
6. Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
7. Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional
positive regard.
8. Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial
dengan baik.
9. Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan
permasalahannya.
1. Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
2. Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
3. Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam
hubungan dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia /
individu. Humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia
melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar untuk mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.
Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

B. Saran
Kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang melihat kehidupan
diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk perkembangan orang lain. Rogers berpandangan
bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan
seorang yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena
ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau, pandangan Rogers bisa dijadikan masukan sebagai penyempurnaan pandangan yang
berfokus pada diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Syamsu Yusuf. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadyah Malang.

Fathiyah, Kartika Nur. (2004). Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta : Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. (2005). Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.

http://blog.kenz.or.id/2005/05/02/carl-rogers-psikolog-aliran-humanisme.html
http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/03/teori-belajar-humanistik.html

Anda mungkin juga menyukai