TEORI KEPRIBADIAN
Oleh:
Kelas II B
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah melipahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehinga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa kami
ucapkan banyak terimakasih atas dorongan dari orangtua, teman serta semua yang
ikut serta dalam pembutan makalah ini baik moral maupun materi.
Kami sadar makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna oleh karenanya
kami memohon krtik dan saran yang sifatya membangun agar kami dapat lebih baik
lagi untuk pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori psikologi humanistik adalah teori yang membahas tentang
perkembangan kepribadian manusia. Teori humanistik melihat kehidupan manusia
dari kehidupan manusia itu sendiri, yangberfokus pada kemampuan manusiaitu
untukmenguasai hasrat biologisnya, serta untuk meraih potensi maksimal dirinya.
Dalam teori in manusia bertaggung jawab atas apa yang dilakukannya dan
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilkunya
sendiri. Salah satu tokoh teori psikologi humanistik adalah Carl Rogers (1902-1987)
yang terkenal Karen metode terapiny yang berpusat pada individu yang lebih dienal
dengan sebutan teori nondirektif
Dalam makalah ini kami akan membahas secara mendalam tentang teori
humanistik oleh Carl Roger. Kami sadar bahwa makalah yang kami sajikan ini tidak
sempurna oleh karena itu kami memoh kritik dan saran bagi para pembaca yang
sifatnya mendukung agar makalah yang akan kami sajikan selanjutnya dapat lebih
baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori humanistik menurut sudut pandang Carl Rogers ?
2. Bagimana pokok-pokok teori Carl Rogers ?
3. Bagaimana aplikasi teori psikoterapi oleh Carl Rogers ?
C. Tujuan Masalah
- Mengetahui teori humanistik menurut sudut pandang Carl Rogers
- Mengetahui pokok-pokok teori Carl Rogers
- Mengetahui pengaplikasian teori psikoterapi oleh Carl Rogers
BAB II
PEMBAHASAN
Rogers memiliki pengaruh besar dalam praktek psikotrapi. Dalam terapi Rogers, terapis
cendrung bersifat sportif dan tidak mengarahakan. Terapis beremapti terhadap klien dan
memberikan penghargaan yang tulus. Selama berkecimpung di bidang konseling anak dan
psikologi klinis, rogers menyadari bahwa klienlah yang paling memahami letak permasalahan
dan aarah terapi seharusnya berlangsung. Rogers juga memadang orang sebagai sebuah
proses perubahan sekumpulan potensi.
Rogers juga berpendapat bahwa ada dua kondisi utama yang diperlukan agar tercipta
perubahan kepribadian dalam psikotrapis :
Yang menarik dari metode Rogers ialah selain teknik dan prosedurnya itu sendiri ada juga
keberanian Rogers untuk merekam proses wawancara dalam psikotrapinya untuk kemudian
membahasnya bersama teman-teman sejawatnya atau mahasiswanya. Di masa lalu
keterbukaan semacam ini masih langka dan langkah-langkah Rogers dianggap sebagai printis
untuk kemajuan pengembangan metode psikotrapi.
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang
dikemukakan dan dikembangkannya ini menjadi popular karena:
1. Secara historis lebih terikat kepada psikologi dari pada kedokteran.
2. Mudah dipelajari.
3. Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis
dan dinamika kepribadian.
4. Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara
psikoanalistis.
Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan
menciptakan kesehatan dan menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus mempergunakan
teknisnya untuk memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara langsung tetapi
dengan menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor
sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman, kritik,
penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya.
Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan
rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan
bersikap:
1. Menerima (Acceptance) : Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan
mengembangkan diri apa adanya.
2. Kehangatan (Warmth) : Ditujukan agar klien merasa aman dan memiliki penilaian yang
lebih positif tentang dirinya.
3. Tampil apa adanya (Genuine) : Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien
memiliki sikap positif.
4. Empati (Emphaty) : Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame of
reference), klien akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan
problematikanya.
5. Penerimaan tanpa syarat (Unconditional positive regard) : Sikap penghargaan tanpa
tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun negatif perilaku atau sifat klien,
yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
6. Transparansi (Transparancy) : Penampilan terapis yang transparan atau tanpa topeng pada
saat terapi berlangsung maupun dalam kehidupan keseharian merupakan hal yang penting
bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang
diutarakan.
7. Kongruensi (Congruence) : Konselor dan klien berada pada hubungan yang sejajar dalam
relasi terapeutik yang sehat. Terapis bukanlah orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi
dari kliennya.
Kondisi-kondisi yang memungkinkan klien mengubah diri secara konstruktif
mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan
dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
1. Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem
yang dihadapi.
2. Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
3. Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
4. Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
5. Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
6. Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
7. Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional
positive regard.
8. Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial
dengan baik.
9. Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan
permasalahannya.
1. Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
2. Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
3. Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam
hubungan dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia /
individu. Humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia
melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar untuk mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.
Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
B. Saran
Kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang melihat kehidupan
diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk perkembangan orang lain. Rogers berpandangan
bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan
seorang yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena
ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau, pandangan Rogers bisa dijadikan masukan sebagai penyempurnaan pandangan yang
berfokus pada diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Fathiyah, Kartika Nur. (2004). Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta : Rineka Cipta.
http://blog.kenz.or.id/2005/05/02/carl-rogers-psikolog-aliran-humanisme.html
http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/03/teori-belajar-humanistik.html