Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CORONARY ARTERY DISEASE

I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau
penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot
jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen
dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut
angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali,
akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).( Brunner
and Sudarth, 2001).

B. Etiologi
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka
kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Penyebab pasti
untuk penyakit CAD sendiri belum ditemukan. Secara spesifik, faktor-
faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah:
a) Usia dan Jenis Kelamin Dilihat dari faktor usia, pria dan wanita
memiliki batasan-batasan usia yang dimana menjadi faktor terjadinya
CAD. ada kebanyakan pria yang menderita penyakit ini biasanya
berumur 45 tahun ke atas karena dikatakan pada saat berusia diatas 45
tahun maka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
b) Perokok Merokok adalah salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung. Hal ini disebabkan karena kandungan nikotin di dalam rokok
dapat merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung
terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya menjadi plaque sehingga
terjadi sumbatan pembuluh darah.
c) Hipertensi Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan
trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner yang
merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
d) Obesitas Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa juga merupakan salah
satu manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam
tubuh. Secara otomatis seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plaque.
e) Diabetes Melitus Asam lemak yang tinggi dalam darah karena
ketidakseimbangan suplai dan pengeluaran energi akan menurunkan
penggunaan glukosa di otot dan janringan. Akibatnya terjadi resistansi
insulin yang memaksa peningkatan pelepasan insulin. Diabetes
menyebabkan kerusakan progresif terhadap susunan mikrovaskuler
maupun arteri yang lebih besar selama bertahun-tahun. Sekitar 75%
klien diabetik akhirnya meninggal karena penyakit kardiovaskuler.
f) Gaya Hidup Gaya hidup yang buruk dalam hal ini adalah ketika
seseorang mulai malas untuk berolahraga secara rutin atau seseorang
yang tiba-tiba berhenti dari olahraga wajib yang biasa di lakukan
ataupun dengan pola makan yang tidak sesuai. Faktor lain yang bisa
memicu terjadinya CAD adalah stress terhadap sesuatu secara
berlebihan. Beberapa penelitian sudah menunjukkan bahwa bila
seseorang menghadapi situasi yang tegang maka dapat terjadi aritmia
jantung yang membahayakan jiwa. Selain itu, ada juga peningkatan
denyut jantung yang tinggi saat sedang beristirahat dan penggunaan
kontrasepsi hormonal.

C. Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara
bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi
oleh susunan saraf otonom). Jantung dilapisi oleh tiga lapisan sekaligus
yaitu :
1. Perikardium : merupakan suatu membran tipis yang membungkus
jantung dari luar.
2. Miokardium : lapisan tengah dari jantung yang terdiri dari otot jantung.
Lapisan otot ini biasanya akan menerima darah dari arteri koroner.
3. Endokardium : merupakan suatu jaringan epitel unik yang melapisi
bagian dalam seluruh sistem sirkulasi peredaran darah.
Jantung dibagi dalam 4 ruang yaitu 2 Atrium (serambi) yang
berdinding tipis dan 2 Ventrikel (bilik) yang b`erdinding tebal. Atrium
dan Ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah
katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh
sebuah sekat yang dinamakan dengan septum. Septum atau sekat ini
adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah
dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini dilakukan karena separuh jantung
kanan menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen
rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk
memompa darah yang mengandung oksigen tinggi. Pembuluh darah
pada jantung yaitu arteri dan vena.
Pembuluh darah arteri merupakan pembuluh darah yang akan
menyuplaikan O2 dan nutrisi ke miokardium yang nantinya akan
disalurkan ke otot-otot jantung. Peredaran darah pada jantung dibagi
menjadi 2 yaitu; peredaran darah besar dimana peredaran darah dimulai
dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung (surkulasi
sistemik), dan peredaran darah kecil, yaitu dimulai dari jantung ke paru-
paru dan kembali ke jantung (sirkulasi pulmonal).
Jantung diatur oleh dua cabang saraf yaitu sistem saraf autonom
seperti simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis secara dasar
untuk mempercepat jantung. Dua senyawa kimia yang sangat
mempengaruhi saraf simpatis yaitu norepnephrine dan ephinehrine.
Senyawa kimia tersebut dapat mempercepat HR (Heart Rate),
automatisasi, konduksi Atrioventrikular dan kontraktilitas jantung.
Sistem saraf parasimpatis sebaliknya bekerja untuk memperlambat
jantung. Salah satu dari sistem saraf parasimpatis adalah saraf vagus
yang, membawa implus dapat memperlambat denyut jantung (Heart
Rate) dan konduksi implus melewati AV node dan ventrikel.
Rangsangan pada sistem ini membebaskan senyawa kimia asetilkolin,
yang memperlambat denyut jantung. Saraf vagus dirangsang oleh
baroreseptor (resptor yang peka terhadap perubahan tekanan),
khususnya sel saraf di aorta dan pembulurh arteri karotid internal.
Kondisi yang menstimulasi baroreseptor juga menstimulus saraf vagus.

D. Manifestasi Klinis
Pada penyakit arteri koronaria ini, penderita mungkin merasa sakit
dada dan/atau sesak nafas pada saat olah raga atau melakukan aktivitas,
sakit dada atau dikenali sebagai angina pektoris. Sakit ini dialami pada
bagian tengah dada atau sebelah kiri dada. Klien mungkin mengepalkan
tangannya di sekitar dada disaat menjelaskannya. Nyeri seringkali disertai
dengan nausea, muntah, berkeringat, dan anggota tubuh yang dingin. Sakit
dada atau angina ini terbagi menjadi dua peringkat yaitu: 1. Stabil :
mengalami sakit dada apabila melakukan aktivitas dan akan pulih kembali
saat istirahat. 2. Tidak stabil : mengalami sakit dada yang berulang-ulang
dan berkepanjangan. Selain ras nyeri dada (angina pectoris) yang
dirasakan, ada juga peningkatan denyut nadi, pusing, mual serta kelelehan
yang sangat luar biasa irasakan.

E. Patofisiologi
Usia, jenis kelamin, perokok, hipertensi, obesitas dan gaya hidup
merupakan faktor pencentus adanya Coronary Artery Disease. Akibat
faktor-faktor pencetus tersebut menimbulkan timbunan lemak atau
kolesterol darah yang sering disebut dengan plaque pada pembuluh darah.
Penimbunan plaque pada arteri koroner yang merupakan pembuluh darah
yang bertugas memberikan makanan langsung pada jantung berupa nutrisi
dan oksigen akan menyebabkan penyempitan sehingga menimbulkan
gangguan pada daerah ekstremitas atau jaringan perifer. Gangguan yang
terjadi memperlambat sirkulasi pada jaringan perifer yang meningkatkan
denyut nadi. Akibat meningkatnya denyut nadi secara konstan
menyebabkan tidakefektifnya perfusi pada jaringan perifer.
Terganggunya sirkulasi jaringan perifer menyebabkan pula
terganggunya suplai oksigen dan nutrisi menuju miokardium sehingga
terjadi penumpukan asam laktat pada metabolik otot yang mengakibatkan
nyeri atau kram otot. Jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan
nyeri akut bahkan hingga nyeri kronis.
Iskemia koroner menyebabkan nyeri pada sekitar area dada (angina
pectoris) sehingga terjadinya infark yang mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan jantung. Infark yang terjadi juga memungkinan adanya
resiko dilakukannya pembedahan.
F. Pathway

Faktor Resiko: Usia dan jenis


kelamin, Perokok, Hipertensi,
Aterosklerosis Aterosklerosis Koroner
Diabetes Melitus, Obesitas,
Gaya Hidup

Ekstremitas/ Perifer

Iskemik Koroner

Suplay O2 menurun dan Sirkulasi perifer


Angina pectoris nutrisi terganggu terganggu

Infark Denyut nadi meningktat


Penumpukan asam laktat

Resiko Penurunan
Perfusi Jaringan
Jantung Ketidakefektifan
Metabolic otot Perfusi Jaringan
Rencana Pembedahan terganggu Perifer

Nyeri/ keram otot


Post Op Pre Op

Nyeri akut
Luka Kurangnya
Operasi Pengetahuan

Kerusakan Ansietas
Integritas
Kulit
G. Penatalaksaan Medis
Pengobatan penyakit jantung tergantung jangkauan penyakit dan
gejala yang dialami oleh klien, yaitu :
a. Medikasi Tujuan dari medikasi yaitu untuk:
a) Mengurangi pembekuan darah / mencairkan darah, contohnya obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin dan antikoagulan oral
(dikumoral, walfarin, dan anisindion).
b) Mengurangi kadar denyutan dan tekanan darah supaya mengurangi
keperluan oksigen oleh jantung, contohnya adalah obat-obatan beta
blocker, seperti asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol.
c) Mengembangkan saluran darah untuk meningkatkan kebutuhan
oksigen, contohnya adalah antiangina golongan nitrat (contohnya
nitroglycerin).
d) Tindakan awal secara optimal:
1) Mengukur tekanan darah tinggi.
2) Diet gula untuk penderita diabetes.
3) Diet kolesterol.
b. Prosedur Bedah
- Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding
dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah
langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol
parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman,
dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan
jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif,
resiko dapat serendah 1 persen.
- Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk
melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia
juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk
membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini
berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi
angina.
c. Perubahan Gaya Hidup
- Diet sehat (hindari makanan kolesterol tinggi, garam)
- Tidak merokok
- Exercise
- Mengurangi berat badan jika obesitas
- Mengurangi stress
d. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke
pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau
melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan
tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner.
Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras
sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat
dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada
penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai
beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus
mengenai beberapa pembuluh koroner.
Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin
memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang
menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping
dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin
atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan
atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas
koroner.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dan diagnosik penunjang daat dilakukan beberapa
cara yaitu :
1. Analisa gas darah (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG selama episode angina memperlihatkan iskemia,
hal ini diperlihatkan dengan inversi gelombang T, depresi segmen ST dan
mungkin aritmia seperti kontraksi ventrikular prematur. Hasilnya mungkin
akan normal selama masa bebas-nyeri. Pemeriksaan aktifitas listrik
jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan
penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini
kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa
serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
4. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.

5. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor
resiko meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
6. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya,
namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya
adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran
EKG tampak normal.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu ditanyakan: nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama,
nomor register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang
berhubungan dengan stress atau sebab dari lingkungan yang tidak
menyenangkan. Identitas tersebut digunakan untuk membedakan
antara pasien yang satu dengan yang lain.
A. Survey Primer
- Airway (A) : Tidak ada sumbatan atau penumpukan secret
pada jalan napas.Bunyi napas ronchi Tidak ada bunyi napas
tambahan.
- Breathing (B) : Napas klien cepat karena jantung berkerja
dengan cepat untuk tetap menyuplai O2 kedalam tubuh.
- Circulation (C) : TTV klien diatas normal hanya suhu berada
di bawah normal. Nadi karotis dan nadi perifer klien lebih
cepat
- Disability (D) : Klien mengalami penurunan kesadaran GCS
11-12 kesadaran somnolent.
B. Survey Sekunder
- Exposure (E) : klien tidak dapat melakukan aktivitas fisik yang
berat – Fluid
- Faranheit (F): klien bisa mengkomsumsi makanan dengan baik.
Suhu tubuh 36,5 o C
- Get Vital Sign (G):
HR : cepat
RR : cepat
TD : Tinggi
Suhu : normal
- Pemeriksaan Fisik
History Kepala: berbentuk bulat
a. Wajah: simetris, sianosis (+)
b. Mata: alis mata dan kelopak mata normal, konjungtiva
anemis, tdk terdapat lesi
c. Telinga: simetris, tidak terdapat perdarahan pada tulang
d. Hidung: obstruksi tidak ada, tidak terdapat lesi pada hidung
e. Mulut dan faring: bau mulut (-), stomatitis (-), mukosa bibir
tampak kering tidak ada kelainan pada lidah.
f. Leher: simetris dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
g. Thorax: Inspeksi: bentuk dada simetris, terdapat luka post
operasi Palpasi: ada nyeri tekan Perkusi: sonor
h. Abdomen: tidak ada benjolan dan tidak ada lesi
i. Ekstremitas:
Atas: tidak ada lesi pada tangan bagian kanan dan kiri,
terpasang infus pada tangan bagian kiri dengan cariaran RL.
Bawah: tidak ada lesi pada bagian kaki kanan dan kiri
C. Data Psiko- Sosial – Spiritual
1. Data Psikologis
1) Status emosi Saat dikaji emosi klien tampak stabil, ekspresi
wajah klien sesuai dengan apa yang dibicarakannya. Klien
mengatakan ingin cepat pulang, klien mengatakn tidak mau
terlalu lama dirawat karena klien tidak mau menambah
beban keluarganya.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri Klien menerima keadaan kondisi fisiknya
sekarang, klien mengatakan tidak ada yang istimewa
pada anggota tubuhnya dan klien menyenangi semua
anggota tubuhnya.
b) Harga diri Klien mersa bangga pada istrinya walaupun
istrinya sibuk bekerja sebagai perawat tetapi setiap hari
setelah selesai bekerja selalu menemaninya.
c) Ideal diri Klien berharap cepat sembuh dan cepat pulang.
Walaupun setelah pulang klien hanya diam di rumah
karena klien tidak bekerja.
d) Identitas diri klien mengatakan sebagai kepala keluarga
bagi anggota keluarganya, ia tetap dianggap ayah
sekaligus suami oleh anak dan istrinya.
e) Peran diri Semenjak klien sering sakit klien tidak bekerja
lagi karena kondisi klien tidak memungkinkan, tetapi
anggota keluarganya sudah menerima keadaan dirinya
tetapi klien merasa tidak dapat berperan seutuhnya
sebagai kepala keluarga yang seharusnya memberikan
nafkah pada keluarganya.
3) Gaya komunikasi Klien berbicara jelas dan santai, klien
mengurangi banyak bicara agar tidak terlalu capek.
3) Pola koping Bila ada masalah dalam keluarga, klien
suka membicarakannya dengan istrinya dengan harapan
dapat terpecahkan masalahnya.
2. Data Sosial
1) Hubungan Sosial Klien tinggal dalam satu kamar bersama
dengan 5 klien lainnya, hubungan klien dengan anggota
keluarga sangat baik. Klien cukup kooperatif terhadap
perawat, mahasiswa dan dokter. Klien tidak menarik diri
dari lingkungan. Klien tidak mengikuti organisasi
masyarakat di tempat tinggalnya.
2) Gaya hidup Setiap harinya klien hanya tinggal di rumah
karena klien tidak bekerja. Semenjak mempunyai penyakit
jantung klien mempunyai pantangan minum kopi dan juice
alpukat serta pantangan makan gorengan dan makanan
berlemak karena klien tidak mau memperberat penyakitnya.
3. Data Spiritual
1) Falsafah Hidup
Klien seorang muslim, menyadari bahwa setiap orang ada
saatnya sakit dan saatnya sehat, sakit yang dialaminya
sekarang merupakan ujian dari Allah.
2) Konsep ketuhanan
Klien selalu berdoa dan berharap kepada Allah SWT agar
diberikan kesembuhan, ia pasrah dengan keadaannya sekarang.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


1. Nyeri Akut b.d kram otot akibat penumpukan asam laktat
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b.d sirkulasi perifer
terganggu
3. Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Jantung b.d penurunan suplai
O2
4. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi
5. Kerusakan Integritas Kulit b.d luka post operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b.d kram otot Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Membantu membedakan
akibat penumpukan asam keperawatan selama x24 secara komprehensif nyeri setiap jam
laktat. jam masalah nyeri akut termasuk lokasi, 2. Peningkatan nyeri akan
dapat teratasi, dengan karakteristik, durasi, meningkatkan tanda-tanda
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan vital
- Mampu mengontrol faktor presipitasi 3. Membantu atau
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi tanda-tanda vital mengontrol dalam
nyeri, mampu 3. Ajarkan teknik non mengalihkan rasa nyeri,
menggunakan teknik farmakologi kepada klien memusatkan kembali
nonfarmakologi untuk dan keluarga: terapi tarik perhatian dan dapat
mengurangi nyeri, nafas dalam mendengarkan meningkatkan koping
mencari bantuan) musik dan kompres air 4. Menurunkan rasa nyeri

- Mampu mengenali nyeri hangat/dingin.

(skala, intensitas, 4. Kolaborasi medis untuk

frekuensi dan tanda pemberian obat analgetik

nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
- Vital sign dalam batas
normal
2 Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui kesadaran
jaringan perifer b.d keperawatan selama x24 2. Monitor adanya daerah dan kondisi tubuh dalam
sirkulasi perifer terganggu jam masalah tertentu yang hanya peka keadaan normal
Ketidakefektifan perfusi terhadap panas/dingin 2. Mengetahui adanya
jaringan perifer dapat 3. Ajarkan faktor yang peningkatan suhu
teratasi, dengan kriteria meningkatkan aliran darah 3. Membantu mencegah
hasil : vena. terjadinya kematian
- Tekanan systole dan 4. Kolaborasi pemberian jaringan
diastole dalam rentang antiplatelet atau 4. Membantu mencegah
yang diharapkan antikoagulan pembekuan darah

- Tidak ada tanda-tanda


peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
3 Resiko terjadinya Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya perubahan 1. penurunan perfusi
penurunan perfusi jaringan selama x24 jam tidak terjadi kesadaran. jaringan pada jantung
jantung berhubungan penurunan perfusi jaringan, 2. Inspeksi adanya pucat, dapat menyebabkan
dengan penurunan suplai dengan kriteria hasil : cyanosis, kulit yang dingin kesadaran menurun.
O2 Klien tidak pucat dan penurunan kualitas nadi 2. suplai oksigen ke jaringan
Ttv dalam batas normal perifer. kurang mengakibatkan
seseorang kulitnya dingin
dan tekanan darah berada
dibawah normal.
4 Ansietas b.d kurangnya Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Ketidaktahuan dapat
pengetahuan tentang keperawatan selama x24 pengetahuan/persepsi klien menjadi dasar
prosedur operasi jam masalah Ansietas dapat dan keluarga terhadap peningkatan rasa cemas
teratasi, dengan kriteria penyakit 2. Kecemasan yang tinggi
hasil : 2. Kaji derajat kecemasan dapat menyebabkan
- Klien mampu yang dialami klien penurunan penialaian
mengidentifikasi dan 3. Bantu klien objektif klien tentang
mengungkapkan gejala mengidentifikasi penyebab penyakit
cemas - Mengidentifikasi, kecemasan 3. Pelibatan klien secara
mengungkapkan dan 4. Ajarkan pasien aktif dalam tindakan
menunjukkan teknik menggunakan teknik keperawatan merupakan
mengontrol cemas relaksasi support yang mungkin
- Vital sign dalam batas 5. Kolaborasi dengan dokter berguna bagi klien dan
normal untuk pemberian obat meningkatkan kesadaran

- Postur tubuh, ekspresi diri klien

wajah, bahasa tubuh dan 4. Membantu atau

tingkat aktivitas mengontrol mengalihkan

menunjukkan rasa cemas, memusatkan

berkurangnya kecemasan kembali perhatian dan


dapat meningkatan koping
5. mengurangi kecemasan
5 Kerusakan integritas kulit Tujuan Umum: Setelah 1. Anjurkan klien untuk 1. Kulit klien yang
b.d kurangnya suplai O2 ke dilakukan tindakan menggunakan pakaian yang kekurangan oksigen maka
dalam tubuh. keperawatan selama x24 longgar. akan tampak pucat dan
jam. Gangguan integritas 2. Kolaborasi dengan ahli gizi kering, karena suplai
kulit teratasi, dengan untuk pemberian tinggi oksigen ke seluruh
kriteria hasil : protein, mineral dan jaringan yang ad di tubuh
- Integritas kulit yang baik vitamin berkurang.
bisa dipertahankan 2. Pemberian nutrisi akan

- Mampu melindungi kulit membantu agar jantung

dan mempertahankan dapat berkerja dengan


kelembaban kulit dan baik sehingga dapat
perawatan alami menyuplai darah dengan
- - Tidak ada luka/lesi baik kembali ke seluruh
pada kulit tubuh

- - Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
- Status nutrisi adekuat
- Sensasi dan warna kulit
normal
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda dkk. 2015. Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction Publishing


David Rubenstein, dkk. 2005. Kedokteran Klinis edisi 6. Jakarta : Erlangga
Medical Series Nurarif,
John Gibson. 2002. Fisiologi dan Anatommi Modern untuk Perawat 2. Jakarta :
EGC
Saputra Lyndon, dkk. 2014. Mudah Mempelajari Patofisiologi edisi 4. Pamulang
Tangerang Selatan: Binarupa Aksa

Anda mungkin juga menyukai