Anda di halaman 1dari 11

 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

PERBEDAAN KONEKSI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG


DIBERI PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE J
JIGSAW
IGSAW DAN
PENGAJARAN LANGSUNG

Jahinoma Gultom,
 Mahasiswa Pascasarjana, Prodi Pedidikan Matematika, Universitas Negeri Medan (UNIMED)
(UNIMED)

gultomjahinoma@yahoo.com

ABSTRAK

Belajar adalah suatu proses mental yang tejadi dalam diri seseorang yang melibatkan kegiatan
(proses) berfikir dan terjadi melalui pengalaman –pengalaman yang diperoleh melalui reaksi terhadap
lingkungan dimana ia berada. Belajar matematika adalah belajar dengan mengaitkan simbol-simbol dan
konsep abstrak yang prosesnya terjadi p pada
ada pikiran sisw
siswaa itu sendiri. Belajar matema
matematika
tika bertujuan
mempersiapkan anak didik sanggup mengahadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan didalam dunia
yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logik, rasional, kritis dan cermat,
objectif, kreatif, mempersiapkan anak didik agar dapat menggunakan matematika
matematika secara fungsional di dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam menghadapi ilmu pengetahuan yang senantiasa berubah. Oleh sebab itu
guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran dalam pembelajaran matematika
yang dapat menarik perhatian siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu masalah

yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proes pembelajaran. Dalam proses
 pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di
dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk
mengigat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, serta menggunakannya (Wina Sanjaya, 2008:1).
Untuk itu maka salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memperhatikan proses dalam
 pencapaian hasil belajar, dan memberikan ruang yang banyak bagi siswa-siswi untuk memahami dan
mengkonsruksi pelajaran matematika
matematika pada saat proses belajar-mengajar adalah pembelajaran Kooperatif tipe
 jigsaw. Oleh sebab itu maka perlu untuk meneliti perbedaan kemampuan koneksi matematik siswa yang
diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diberi pengajaran langsung. Adapun tujuan
 penelitian ini adalah 1) Menelaah
Menelaah perbedaan kemampuan koneksi matmatematika
ematika siswa antara siswa yang diberi
 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dengan siswa yang diberi pengajaran langsung. 2) Untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian
eksprimen semu (quasi exsperiment).
exsperiment). Instrumen yang digunaka
digunakann terdiri dari: (1) tes kemampuan koneksi
koneksi

matematika berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif dan analisis inferensial yaitu analisis kovarians (ANAKOV
(ANAKOVA).
A).

Kata Kunci : Perbedaan Kemampuan


Kemampuan Koneksi Matematika Kooperatif
Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Pengajaran
Langsung

PENDAHULUAN utama para pemerhati pendidikan adalah


1.1  Latar Belakang Masalah  pendidikan matematika, karena matematika
Menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan memegang peranan penting dan merupakan
dan tehnologi yang berkembang semakin ilmu dasar untuk menumbuh kembangkan
cepat dewasa ini, kita perlu melakukan teknologi.
 berbagai upaya melalui peningkatan mutu Ada banyak faktor yang menyebabkan
 pendidikan, baik itu prestasi belajar siswa rendahnya mutu pendidikan matematika
maupun kemampuan guru dalam selama ini, salah satu penyebabnya adalah
melaksanakan proses pembelajaran. Salah lemahnya proses pembelajaran, kurang
satu bidang studi yang menjadi perhatian
relevannya strategi pembelajaran dengan

205 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

tujuan dan karakteristik matematika, dimana 1.  Strategi pembelajaran yang selama ini
kebanyakan guru mengajar masih diterapkan kurang meningkatkan
menggunakan cara-cara konvensional dan kemampuan koneksi matematika
2.  Strategi pembelajaran kooperatif tipe
 jarang sekali menerapkan pendekatan belajar
 jigsaw jarang diterapkan di sekolah.
yang sesuai dengan topik pelajaran
3.  Kemampuan koneksi matematika masih
matematika itu sendiri. Hal ini senada dengan rendah.
apa yang dikatakan (Wina Sanjaya, 2008:1) 4.  Hasil belajar matematika siswa rendah.
yaitu salah satu masalah yang dihadapi dunia 1.3 Pembatasan Masalah
 pendidikan kita adalah masalah lemahnya Rendahnya penguasaan kompetensi
 proses pembelajaran. Dalam proses matematika siswa dipengaruhi oleh banyak
 pembelajaran, anak kurang didorong untuk faktor, antara lain adalah kurangnya
mengembangkan kemampuan berfikir. Proses kemamapuan koneksi matematika siswa dan
 pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada  pemecahan masalah. Namun karena
kemampuan anak untuk menghapal informasi; keterbatasan waktu, dana, dan pengetahuan
otak anak dipaksa untuk mengigat dan  peneliti, maka permasalahan penelitian ini
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut dibatasi sabagai berikut :
untuk memahami informasi yang diingatnya 1.  Kemampuan koneksi matematika siswa
itu untuk menghubungkannya dengan masih rendah
kehidupan sehari-hari serta untuk
1.4 Rumusan Masalah
memecahkan masalah
Maka salah satu jalan keluar untuk Rumusan masalah disimpulkan sebagai
 berikut:
memperbaiki persoalan di atas adalah guru
1.  Apakah terdapat perbedaan peningkatan
mestinya memperhatikan betul strategi
kemampuan koneksi matematika antara
 pembelajaran yang sesuai dengan topik materi siswa yang diberi pembelajaran kooperatif
ajar yang akan diajarkan. tipe Jigsaw dengan siswa yang diberi
Penerapan pembelajaran kooperatif dalam  pengajaran langsung?
 pembelajaran di kelas didasarkan pada teori 2.  Bagaimana respon siswa terhadap
 bahwa siswa akan lebih mudah menemukan  pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
dan memahami konsep-konsep sulit apabila
mereka saling mendiskusikan dan sharing
 pengetahuan untuk menyelesaikan masalah 1.5 Tujuan Penelitian
yang dihadapinya. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Cooperative learning   dalam 1.  Menelaah perbedaan kemampuan koneksi
 pembelajaran matematika dapat membantu matematika siswa antara siswa yang diberi
siswa meningkatkan sikap positif. Siswa  pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
 belajar membangun kepercayaan diri terhadap dengan siswa yang diberi pengajaran
kemampuannya untuk menyelesaikan masalah langsung
2.  Untuk mengetahui respon siswa terhadap
matematika. Terjadinya interaksi dalam
 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
kelompok, dapat melatih siswa menerima
siswa lain yang berkemampuan dan berlatar 1.6 Manfaat Penelitian
 belakang berbeda. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.2 Identifikasi Masalah 1.  Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas
Sesuai dengan latar belakang masalah di  pembelajaran dan memberikan informasi
atas maka dapat diidentifikasi faktor-faktor  penerapan pembelajaran kooperatif tipe
yang memengaruhi rendahnya mutu Jigsaw.
 pendidikan matematika yaitu : 2.  Bagi siswa, penelitian ini dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, dan
 belajar lebih bermakna melalui

207 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

 pembelajaran pembelajaran kooperatif 2.2.4 Langkah-langkah dalam penerapan


tipe Jigsaw. Model Pembelajaran Koperatif tipe
3.  Bagi peneliti diharapkan dapat Jigsaw adalah sebagai berikut :
memberikan suatu wacana pembelajaran •  Guru membagi suatu kelas menjadi
yang dapat dijadikan sebagai bahan  beberapa kelompok, dengan setiap
dalam pengembangan matematika kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan
nantinya. kemampuan yang berbeda. Kelompok ini
KAJIAN PUSTAKA disebut kelompok asal. Jumlah anggota
2.1 Pengertian, Prins
Prinsip
ip dan Hakekat
Hakekat dalam kelompok asal menyesuaikan
Pembelajaran Matematika dengan jumlah bagian materi pelajaran
Suatu proses (aktivitas) mental atau yang akan dipelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
 psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang
antara seseorang (organisme) dengan ada pada kelompok ahli maupun
lingkungannya yang menghasilkan perubahan- kelompok asal.
 perubahan tingkah laku, baik pengetahuan, Gambar Contoh Pembentukan Kelompok
 pemahaman, keterampilan, nilai atau sikap, Jigsaw
 bukan hanya penguasaan hasil latihan, bukan Home Teams (4 or 6 members
hanya suatu hasil atauatau tujuan, bukan hanya heterogeneously Grouped)
mengingat melainkan mengalami
(Suryosubroto, 1997),
2.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas
 penguasaan bagian materi belajar dan mampu
Gambar 2.1. Pembentukan Kelompok
mengajarkan materi tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya. Kooperatif Tipe Jigsaw
2.2.2 Hakikat Model Pembelajaran •  Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok
Kooperatif Tipe Jigsaw. ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing
Penerapan pembelajaran kooperatif
kelompok atau dilakukan pengundian
dalam pembelajaran di kelas didasarkan pada
salah satu kelompok untuk menyajikan
teori bahwa siswa akan lebih mudah
hasil diskusi kelompok yang telah
menemukan dan memahami konsep-konsep
sulit apabila mereka saling mendiskusikan dan dilakukan agar guru dapat menyamakan
 persepsi pada materi pembelajaran yang
sharing pengetahuan untuk menyelesaikan
telah didiskusikan.
masalah yang dihadapinya.
•  Guru memberikan kuis untuk siswa secara
Model pembelajaran kooperatif tipe
 jigsaw merupakan salah satu model individual.
•  Guru memberikan penghargaan pada
 pembelajaran yang mendukung pembelajaran
kontekstual. kelompok melalui skor penghargaan
2.2.3 Tujuan Mo Model
del Pembelajara
Pembelajaran n  berdasarkan perolehan nilai peningkatan
Kooperative
Kooperat ive Tipe Jigsaw. hasil belajar individual dari skor dasar ke
Model pembelajaran kooperatif skor kuis berikutnya.
dikembangkan untuk mencapai setidak- •  Materi sebaiknya secara alami dapat
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting dibagi menjadi beberapa bagian materi
yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000),  pembelajaran.
yaitu:  2.2.5  Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
a. Hasil
 b. belajarterhadap
Penerimaan akademik
akademikperbedaan individu Jigsaw  
c. Pengembangan keterampilan sosial
sosial

208 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

Kelebihan Model Pembelajaran model pengajaran langsung adalah salah satu


Kooperatif Tipe Jigsaw model mengajar yang dirancang kusus
  Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga dengan pengetahuan deklaratif dan
 pembelajaran orang lain.  pengetahuan procedural yang terstruktur
  Siswa tidak hanya mempelajari materi
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
yang diberikan, tetapi mereka juga harus
kegiatan yang bertahap selangkah demi
siap memberikan
tersebut dan mengajarkan
pada anggota kelompoknyamateri
yang selangkah.
lain, sehingga pengetahuannya jadi Ciri-ciri Model pengajaran langsung Kardi
 bertambah. dan Nur (dalam Trianto, 2010) adalah sebagai
  Meningkatkan bekerja sama
sama secara  berikut :
kooperatif untuk mempelajari materi yang 1.  Tujuan dan hasil belajar siswa
ditugaskan. 2.  Sintaks atau pola keseluruhan dan alur
Kelemahan Model Pembelajaran kegiatan pembelajaran.
Kooperatif Tipe Jigsaw 3.  Lingkungan Belajar dan sistem
  Jika guru tidak mengingatkan agar siswa Pengelolaan
selalu menggunakan keterampilan- 2.4 Koneksi Matematik
keterampilan kooperatif dalam kelompok 2.4.1 Pengetian K Koneksi
oneksi Matematik
Matematik
masing-masing maka dikhawatirkan Koneksi matematik merupakan dua
kelompok akan macet dalam pelaksanaan kata berasal dari Bahasa Inggris yaitu
diskusi.  Mathematical Connection
Connection,, yang dipopulerkan
  Membutuhkan waktu yang lebih lama, oleh NCTM dan dijadikan sebagai standar
apalagi bila penataan ruang belum kurikulum pembelajaran matematika sekolah
terkondisi dengan baik sehingga perlu dasar dan menengah (NCTM, 2000). Untuk
waktu untuk merubah posisi yang dapat dapat melakukan koneksi terlebih dahulu harus
menimbulkan kegaduhan. mengerti dengan permasalahannya dan untuk
Urutan langkah-langkah perilaku guru dapat mengerti permasalahan harus mampu
menurut model pembelajaran kooperatif yang membuat koneksi dengan topik-topik yang
diuraikan oleh Arends (2001:332) adalah terkait.
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini. Bruner (dalam Ruseffendi, 1991)
menyatakan bahwa tidak ada konsep atau
operasi dalam matematika yang tidak
Tabel 2.1 Sintaks
Sin taks Pembe
Pembelajaran
lajaran Koopera- terkoneksi dengan konsep atau operasi lain
tif Tipe Jigsaw dalam suatu sistem, karena suatu kenyataan
 bahwa esensi matematika merupakan sesuatu
yang selalu terkait dengan sesuatu yang lain.
Membuat koneksi merupakan cara untuk
menciptakan pemahaman dan sebaliknya
memahami sesuatu berarti membuat koneksi
(Fisher, Daniels, dan Anghileri, dalam
Ruspiani, 2000). Persepsi bahwa konsep-
konsep matematika merupakan konsep-konsep
yang saling berkaitan haruslah meresap dalam
 pemebalajaran matematika di sekolah. Jika
 persepsi ini sebagai landasan guru dalam
 pembelajaran matematika maka setiap
mengkaji materi selalu mengaitkan dengan
materi lain dan kehidupan sehari-hari.
2.3 Model Pengajaran Langsung
2.4.2 Tujuan dan Jenis Koneksi
Model pengajaran langsung adalah Matematik
suatu model pengajaran yang bersifat teaching
center. Menurut Arends (dalam Trianto, 2010)

209 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

Menurut NCTM (2000), terdapat tiga memahami representasi ekuivalen konsep


tujuan koneksi matematik di sekolah, yaitu: yang sama; menggunakan matematika dalam
 Pertama,, memperluas wawasan pengetahuan
 Pertama  bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari;
siswa. Dengan koneksi matematika, siswa mencari koneksi satu prosedur ke prosedur
diberikan suatu materi yang bisa menjangkau lain dalam representasi yang ekuivalen; dan
ke berbagai aspek permasalahan baik di dalam menggunakan koneksi antar topik matematika
maupun di luar sekolah, sehingga pengetahuan dan antara topik matematika dengan topik lain.
yang diperoleh siswa tidak bertumpu pada
materi yang sedang dipelajari saja.  Kedua
 Kedua,, Berdasarkan penjelasan-penjelasan di
memandang matematika sebagai suatu atas maka koneksi matematika dapat diartikan
keseluruhan yang padu bukan sebagai materi sebagai keterkaitan antara konsep-konsep
yang berdiri-sendiri. Secara umum, materi matematika secara internal yaitu berhubungan
matematika terdiri atas aljabar, geometri, dengan matematika itu sendiri, ataupun
trigonometri, aritmetika, kalkulus dan keterkaitan secara eksternal yaitu matematika
statistika dengan masing-masing materi atau dengan bidang lain, baik bidang studi lain
topik yang ada di dalamnya. Masing-masing maupun dengan kehidupan sehari-hari.
topik tersebut bisa dilibatkan atau terlibat Dengan demikian dalam penelitian ini
dengan topik lainnya.  Ketiga
 Ketiga,, menyatakan koneksi matematik diklasifikasikan menjadi
relevansi dan manfaat baik di sekolah maupun tiga jenis, yaitu: koneksi antar topik
di luar sekolah. Melalui koneksi matematik, matematika, koneksi dengan disiplin ilmu di
siswa diajarkan konsep dan keterampilan luar matematika, dan koneksi dengan dunia
dalam memecahkan masalah dari berbagai nyata atau kehidupan sehari hari.

 bidang yangitu relevan,


matematika baik dengan
sendiri maupun bidang
dengan bidang Materi atau topik matematika yang
 begitu banyak, sebenarnya memiliki koneksi
di luar matematika.
satu sama lain. Koneksi antar topik
Lebih lanjut, NCTM (2000) matematika ini dapat membantu siswa agar
memberikan penjelasan bahwa tujuan koneksi mampu menghubungkan berbagai topik
matematik adalah siswa dapat memandang tersebut. Sedangkan koneksi dengan disiplin
matematika sebagai suatu kesatuan yang utuh, ilmu di luar matematika dan koneksi dengan
meyelidiki masalah dan menggambarkan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari,
hasil-hasil dari menggunakan materi maksudnya adalah matematika dapat dikaitkan
matematika atau mempresentasikannya, dengan bidang studi lain yang telah atau akan
memahami ide matematika untuk memahami siswa ketahui, misalkan fisika, ekonomi,
ide matematika selanjutnya, menggunakan  pengetahuan sosial dan pengetahuan alam, dan
 pemikiran matematika dan membuat model matematika dapat dikaitkan dengan
dalam memecahkan masalah dalam disiplin  pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
ilmu lain seperti
dan bisnis, sertaseni, musik,
menilai psikologi,
peran sains,
matematika
Melalui koneksi matematik maka
dalam budaya dan masyarakat.
konsep pemikiran dan wawasan siswa akan
Senada dengan pendapat tersebut, semakin terbuka terhadap matematika, tidak
Utari (2000) menyatakan tujuan koneksi hanya terfokus pada topik tertentu yang
matematik di sekolah, yaitu: (1) memperluas sedang dipelajari, sehingga akan menimbulkan
wawasan pengetahuan siswa; (2) memandang sifat positif terhadap matematika itu sendiri.
matematika sebagai satu kesatuan, bukan Membuat koneksi merupakan standar yang
sebagai materi yang berdiri sendiri; dan (3)  jelas dalam pendidikan matematika yang juga
mengenali relevansi dan manfaat matematika, menjadi salah satu standar utama yang
 baik di sekolah maupun di luar sekolah. Lebih disarankan NCTM (2000). Untuk dapat
lanjut, Utari (2002) menjelaskan lebih luas melihat dan mengukur sejauh mana siswa
tujuan koneksi matematik sebagai kemampuan telah mampu melakukan koneksi matematik,
dasar bagi siswa SMA menurut KBK, yakni instrumen yang digunakan sebaiknya mampu
membuat siswa menemukan keterkaitan antar
siswa SMA
 berbagai mampukonsep
representasi mencari
dan hubungan
prosedur;  proses dalam suatu konsep matematika,
memahami hubungan antar topik matematika; membuat siswa menemukan keterkaitan antar

210 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

topik matematika, dan membuat siswa rancangan penelitian yang digunakan dalam
menemukan keterkaitan matematika dengan  penelitian ini adalah  Pretest Postest Control
disiplin ilmu lain atau masalah kehidupan Group Design .
Design .
sehari-hari.
Dalam rancangan ini terdapat dua
METODE PENELITIAN kelompok yang dipilih secara random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui
3.1  Jenis Penelitian
sejauh mana kesiapan siswa menerima
Sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan  pembelajaran dan untuk mengetahui
kemampuan akhir setelah pembelajaran
ini tergolong ke dalam penelitian eksprimen dilakukan postest. 
semu (quasi exsperiment). Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
3.2  Populasi dan Sampel Kelompok Pretest Tereatmen Postest
Populasi penelitian ini adalah seluruh Kooperatir Tipe
T1 X T2
siswa kelas XI IPA SMA N.2 Lubuk Pakam Jigsaw
Pengajaran
tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 4 T1 Y T2
Langsung
kelas. Terpilihnya kelas XI IPA sebagai Keterangan :
 populasi penelitian disebabkan karena tahap X = Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
 perkembangan kognitif siswa kelas XI IPA Y = Pengajaran Langsung
telah mencapai tahap operasional formal T1 = Pretes (tes awal)
sehingga sesuai dengan pembelajaran T2 = Postes (tes setelah pembelajara)
3.4  Defenisi Operasional Variabel
kontekstual dan pembelajaran kooperatif tipe
 jigsaw. Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Sampel penelitian dipilih secara acak Variabel bebas dalam penelitian ini
(cluster random sampling) untuk ditetapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok Jigsaw dan pengajaran langsung.
kontrol.
3.4.2  Variabel perlakuan
3.3  Rancangan Penelitian Variabel perlakuan adalah model
Rancangan yang digunakan dalam
 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
 penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu: (1)
 pengajaran langsung.
Tahap pengembangan perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian, (2) Tahap uji coba 3.4.3 Variabel kontrol
 perangkat pembelajaran dan instrumen a.  Guru; guru yang mengajar pada kelompok
 penelitian, (3) Tahap pelaksanaan eksperimen. kooperatif tipe jigsaw dan kelompok
Setiap tahapan dirancang sedemikian sehingga  pembelajaran langsung mempunyai
diperoleh data yang valid sesuai dengan tingkat pendidikan yang sama.
karakteristik variabel yang sesuai dengan  b.  Materi pelajaran; materi pelajaran yang
tujuan penelitian. Berikut rancangan setiap diajarkan pada kelompok Kooperatif tipe
tahapan dalam penelitian ini. Jigsaw adalah sama dengan kelompok
3.3.1 Tahap Pengembangan  pembelajaran langsung.
Tahap pengembangan yang dimaksud c.  Waktu, jumlah waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran pada
adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kelompok Kooperatif tipe Jigsaw adalah
menyusun perangkat pembelajaran dan
sama dengan kelompok pembelajaran
instrumen penelitian, variabel serta revisi para langsung.
ahli terhadap perangkat pembelajaran dan 3.4.4  Variabel Tak Terkontrol
instrumen penelitian. Variabel tak terkontrol dalam
3.3.2  Tahap Pelaksanaan Eksperimen  penelitian ini adalah sosial ekonomi,
Untuk melihat sejauh manakah  pendidikan orang tua kesehatan siswa, gizi
 perbedaan kemampuan koneksi matematika siswa, tingkat IQ, cara belajar, dan pendidikan
siswa dengan pemebelajaran Kooperatif tipe orang tua siswa, semua variabel ini tidak dapat
 jigsaw dan pengajaran langsung, maka

211 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

dijangkau oleh peneliti karena adanya  pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
keterbatasan peneliti.  pengajaran dianalisis dengan analisis
3.4.5  Variabel Penyerta deskriptif dan analisis statistik infrensial
Variabel penyerta dalam penelitian ini 3.6.1 Analisis sta
statistik
tistik deskriptif
deskriptif
adalah kemampuan awal siswa. Kemampuan Statistik deskriptif ialah susunan angka
awal siswa ini ditunjukkan oleh skor pretest yang memberikan gambaran tentang data yang
siswa, yaitu kemampuan siswa menguasai disajikan dalam bentuk- bentuk tabel, diagram,
materi Peluang sebelum perlakuan diberikan. histogram, polygon prekuensi, ozaiv (ogive),
3.4.6 Variabel terikat ukuran gejala pusat (rata-rata hitung, standar
Variabel terikat adalah kemampuan deviasi, varinace, dan modus), simpangan bak
koneksi matematika siswa setelah diberi yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
 perlakuan (pembelajaran Kooperatif tipe  belajar berupa pretest, dan postest pada kelas
Jigsaw dan pengajaran langsung). Kemampuan eksprimen maupun kelas kontrol.
koneksi matematik ini diukur dengan 3.6.2 Analisis st
statistik
atistik infrensial
infrensial
menggunakan test kemampuan koneksi Berdasarkan rumusan masalah, maka
matematika. data pretes, postes akan dianalisis dengan
statistiK inferensial ANAKOVA. Analisis
3.5  Teknik Pengumpulan Data
statistika inferensial ini digunakan untuk
Tes kemampuan koneksi matematika,
menguji hipotesis pertama dalam penelitian
dan angket respon siswa terhadap ini. Data yang akan dianalisis adalah hasil
 pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.  pretes (kemampuan awal siswa) sebagai
Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran variable penyerta dan hasil postes
dibuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (kemampuan akhir) sebagai variable terikat,
(RPP), Lembara Aktivitas siswa
siswa (LAS)
(LAS) dan  penggunaan ANAKOV
ANAKOVA A disebabkan dalam
Buku Siswa, serta Buku Guru.  penelitian ini menggunakan variable penyerta
sebagai variable bebas yang sulit dikontrol
3.5.1  Test Kemampuan Koneksi tetapi dapat diukur bersamaan dengan variable
Matematika.  terikat. Rancangan Analisis data dapat dilihat
Soal test kemampuan koneksi  pada table 3.3 berikut:
matematika pada penelitian ini, berbentuk soal Tabel 3.2 Rancangan Analisa Data Untuk
uraian, karena dengan bentuk uraian point- ANAKOVA
 point dalam penskoran dapat dilihat dalam
langkah-langkah penyelesaian. Kelompok 
Pembelajaran  Kelompok 
3.5.2  Angket Respon Siswa terhadap
Kooperatif   pengajaran 
kegiatan Pembelajaran
Data respon siswa diperoleh dengan Tipe Jigsaw  Langsung 
Prete
menggunakan angket yang diberikan kepada
s  Postes  Pretes  Postes 
siswa pada kelompok eksprimen yang
X11   Y11   X.12  Y12
 bertujuan untuk mengetahui pendapat atau
X21   Y21   X.22  Y22
komentar siswa terhadap pembelajaran
........  ...........   ...........   ........ 
kooperatif tipe jigsaw. Angket respon siswa
........  ...........   ..........   ........ 
diberikan kepada siswa dan diisi setelah
 pembelajaran yang meliputi, perasaan dan Xn.11  Yn.11  Xn.22  Yn.22 
 pendapat siswa terhadap komponen materi
Maens X1  Y1  X2  Y2 
 pelajaran, lembar aktivitas siswa, buku siswa,
cara belajar dan cara guru mengajar, pendapat Adaptasi dari Fergussen (1989:360) 
siswa tentang Buku Siswa dan LKS.
3.6  Tekhnik Analisa Data
Keterangan:
Analisis data perbedaan kemampuan X1  = Skor rata-rata kemampuan awal siswa
sebagai variabel penyerta pada
koneksi matematika matematika pada

212 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

kelompok pembelajaran Kooperatif  berbeda. Pengujian homogenitas ini


tipe Jigsaw menggunakan uji varians dua buah peubah
X2  = Skor rata-rata kemampuan awal siswa  bebas. Dengan demikian hipotesis yang akan
sebagai variabel penyerta pada diuji adalah:
kelompok Pengajaran Langsung 2
H0  : σ 1  =
2
  σ 2   (tidak ada perbedaan variansi
Y1  = Skor rata-rata kemampuan akhir
kelas yang diberi
siswa sebagai variabel terikat pada
 pembelajaran kooperatif tipe
kelompok pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw  jigsaw dengan kelas yang
diberi pengajaran langsung)
Y2  = Skor rata-rata kemampuan akhir siswa 2 2
sebagai variabel terikat pada H1  : σ 1  ≠
  σ  2   (terdapat perbedaan variansi

kelompok pengajaran Langsung kelas yang diberi


n1 = Banyak sampel pada kelompok  pembelajaran kooperatif tipe
 pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.  jigsaw dengan kelas yang
n2  = Banyak sampel
sampel pada kelompok diberi pengajaran langsung)
 pengajaran Langsung. Keterangan :
2
σ 1 = varians skor kelas yang diberi
Selanjutnya menurut Biswal (2009  pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
:14.4) jika menggunakan anakova sebagai alat 2
σ  2 = varians skor kelas yang diberi
uji statistik untuk mengambil suatu keputusan,
maka asumsi-asumsi yang terdapat dalam  pengajaran langsung.
syarat penggunaan anacova harus terpenuhi. H0  = Hipotesis pembanding kedua varians
sama/homogen
Asumsi-asumsi yang harus
(1) data yang terdapat pada dipenuhi
setiap grupadalah
adalah: H1  = Hipotesis pembanding kedua varians
 berdistribusi normal; (2) Varians kelompok tidak sama/tidak homogen dimana dk 1 
data homogen; (3) Pengaruh dari setiap = (n1 –1) dan dk 2 = (n2 – 1 )
 perlakuan harus konstan; (4) Sampel diambil Kriteria pengujiannya adalah : terima H 0  jika
secara acak dari populasi; (5) Hubungan yang Fhitung < Ftabel  dan tolak H0  jika mempunyai
linier antara X dan Y; dan (6) Garis regresi harga-harga lain.
harus sejajar dan homogen pada setiap grup 3.6.2.3 Menentukan Model Regresi
 penelitian. Model regresi linier dibutuhkan karena
Dalam operasionalnya akan digunakan kita melihat hubungna antara dua variabel,
Software SPSS 17.00 untuk mengolah data, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
tahap analisis data meliputi : Selain itu model regresi linier sebagai
3.6.2.1 Uji Normalitas Data aproksimasi untuk model yang tidak linier.
Sebelum data dianalisis terlebih Model regresi linier Y atas X untuk kelompok
dahulu diuji normalitas data apakah  pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah Y E 

 berdistribusi normal atau tidak. Bila data = a + bXE, dengan a dan b adalah estimator
 berdistribusi normal diuji dengan ANAKOVA.
ANAKOVA. untuk θ 1 dan
  θ 2   dalam persamaan Y =
Bila tidak normal maka akan menggunakan uji   θ 2 X  . Model regresi linier Y atas X
θ 1  +
Whitney. Pengujian dilakukan untuk melihat
untuk kelompok pengajaran langsung adalah
apakah data hasil kemampuan pemecahan
YB = a + bXB dengan a dan b adalah estimator
masalah koneksi matematika berdistribusi
untuk θ 3 dan
  θ 4   dalam persamaan Y =
normal pada kelompok pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan pengajaran   θ 4 X  .
θ 3  +
langsung. Untuk menguji normalitas skor 3.6.2.4 Uji Idenpendensi X terhadap Y/ Uji
 pretes dan postes pada masing-masing keberartian Koefisien X dalam
kelompok digunakan uji normalitas Lillifors model Regresi
yang dalam operasionalnya menggunakan Uji idenpendensi bertujuan untuk
SPSS menguji apakah ada pengaruh kemampuan
3.6.2.2 Uji Homogenitas Data awal siswa terhadap hasil belajar. Untuk
Uji homogenitas varians antara menguji keberartian koefisien X dalam model
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, regresi dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan
varians kedua kelompok, sama ataukah

213 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

H0  : θ 1   = 0 (koefisien regresi tidak berarti, kesejajaran model regresi kelompok
artinya tidak ada hubungan  pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw
linier kemampuan awal siswa dan model regresi kelompok pengajaran
dengan hasil belajar siswa) langsung. Untuk menguji kesejajaran dua
model regresi dirumuskan hipotesis sebagai
H0 : θ 2   ≠ 0 (koefisien regresi berarti, artinya
 berikut:
ada hubungan linier kemampuan awal siswa
H0 : θ 4  =
  θ 2 (kedua model regresi sejajar)
dengan hasil belajar siswa)
H0: θ 4  ≠
  θ 2 (kedua model regresi tidak sejajar
Uji Linearitas Model Regresi )
Uji linearitas regresi bertujuan untuk Jika kedua model regresi tidak sama
menguji apakah kemampuan awal siswa dan (tidak berimpit) dan sejajar maka dapat
hasil belajar siswa berhubungan secara linier. disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil
Untuk menguji linearitas model regresi kemampuan pemecahan masalah matematika
dirumuskan hipotesis sebagai berikut : kelompok kooperatif tipe jigsaw dan
H0  : model regresi linier kelompok pengajaran langsung. Selanjutnya
H1  : model regresi tidak linier untuk melihat apakah perbedaan kesejajaran
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan tersebut signifikan maka dirumuskan hipotesis
analisis varians menggunakan statistik-F. analisisnya kelompok kooperatif tipe jigsaw
Kriteria tolak H0 jika F* ≥ F (1-α, 1,n-2) dengan α  dari setiap skor hasil akhir dan rata-rata dari
= 5% skor uji akhir kelompok pengajaran langsung
dan skor uji akhir dari kelompok kooperatif
tipe jigsaw. Hipotesisnya adalah sebagai
Uji Kesamaan Dua Model Regresi  berikut:
Uji kesamaan dua model regresi H0 : θ 4  =  θ 2  
 bertujuan untuk menguji kesamaan model
Ha : θ 4  >
  θ 2  
regresi kelompok siswa yang diberikan
 pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan Hipotesis diuji dengan menggunakan Statistik
kelompok siswa yang diberikan pengejaran  – F, dengan F hitung dirumuskan
langsung  MSTR ( adj )
 F  *  =  
Regresi linier kelompok pembelajaran  MSE  ( adj )
  θ 2 X   
kooperatif tipe jigsaw : Y B = θ 1  + Krireria tolak H0 jika F* ≥ F(1-α;r-1;nt1)
Regresi linier kelompok pengejar
pengejaran
an langsung
  θ 4 X   
: YB = θ 3  + HASIL DAN DISKUSI
Belajar adalah suatu proses mental yang
Untuk menguji kesamaan dua model regresi
tejadi dalam diri seseorang yang melibatkan
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
kegiatan (proses) berfikir dan terjadi melalui
θ    =
  θ  θ    =
  θ 
H0 : 1 3 dan 2 4 (kedua model regresi  pengalaman-pengalaman yang diperoleh
sama) melalui reaksi terhadap lingkungan dimana ia
  θ 3 dan θ 2  ≠
H1 : θ 1  ≠   θ 4 (kedua model regresi  berada. Belajar matematika adalah belajar
tidak sama) dengan mengaitkan simbol-simbol dan konsep
Apabila dalam pengujian ini hipotesis abstrak sehingga diupayakan seefektif
mungkin dapat membantu siswa
nol diterima, maka kedua model regresi tidak
 berbeda secara signifikan, dengan kata lain mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
dengan mengkoneksikan setiap pengetahuan
 bahwa hasil belajar siswa dari kedua
matematik dengan topik matematika yang lain,
kelompok tersebut sama.
dengan bidang ilmu lain maupun dengan
kehidupan sehari-hari siswa.
Uji Kesejajaran Dua Model Regresi/Uji
Sesuai dengan tujuan pembelajaran
Homogenitass Koefisien Regresi
Homogenita
matematika yaitu mempersiapkan anak didik
Uji ini dilakukan jika dalam uji
kesamaan dua model regresi di atas H0 ditolak sanggup mengahadapi perubahan keadaan di
(model regresi tidak identik). Uji kesejajaran dalam kehidupan dan didalam dunia yang
dua model regresi bertujuan untuk menguji senantiasa berubah, melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran logik, rasional, kritis dan
cermat, objectif, kreatif. Selanjutnya tujuan

214 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

 pembelajaran matematika mempersiapkan [6 ] Sanjaya Wina. (2008), Strategi


anak didik agar dapat menggunakan  Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
matematika secara fungsional di dalam  Pendidikan, Jakarta, Kencana, Prenada
kehidupan sehari-hari dan dalam menghadapi Media Group.
ilmu pengetahuan yang senantiasa berubah.
Oleh sebab itu guru harus mampu [7 ]Suryosubroto, B.(1997).  Proses Belajar
merencanakan dan melaksanakan Pendekatan,  Mengajar di Sekolah
Sekolah.. Jakarta, PT. Rineka
strategi, metode, teknik, maupun taktik dalam Cipta
 pembelajaran matematika yang dapat menarik [8 ] Trianto. (2010).  Mendesain Model
 perhatian siswa untuk dapat terlibat aktif  Pembelajaran Inovatif-Progresif . Jakarta :
dalam proses pembelajaran. Kecana Prenada Media Group.
Untuk itu maka salah satu pembelajaran [9 ] Utari Sumarno. (2002).. Alternatif
 Alternatif
yang berpusat pada siswa dan memperhatikan  Pembelajaran Matematika dalam
 proses dalam pencapaian hasil belajar, dan  Menerapkan Kurikulum Berbasis
memberikan ruang yang banyak bagi siswa-  Kompetensi.. Makalah pada Seminar
 Kompetensi
siswi untuk memahami dan mengkonsruksi Tingkat Nasional FPMIPA UPI Bandung :
 pelajaran matematika pada
p ada saat proses belajar- Tidak Diterbitkan
mengajar adalah pembelajaran Kooperatif tipe
[10]Winkel, W.S. (1991).  Psikologi
 jigsaw. Oleh sebab itu maka perlu untuk
 Pengajaran,, Jakarta : PT. Gramedia
 Pengajaran
meneliti perbedaan kemampuan koneksi dan
 pemecahan masalah matematik siswa yang
diberi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan
langsung. siswa yang diberi pengajaran

KESIMPULAN
Kemampuan koneksi matematika
siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe
 jigsaw lebih baik dari siswa yang diberi
 pengajaran langsung

DAFTAR PUSTAKA

[1 ] Biswal, Bhabagrahi dan Pramod Chandr


Dash. (2009). Statistics In Education and
 Psychology. Delhi : Dominant Publishers
 Psychology.
and Distributors.
[2 ]Ibrahim, M dan Nur, M (2000)
 Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Masalah.
Surabaya : UNESA University Press
[3 ] NCTM, (2000) Curriculum and Evaluation
Standards for School Mathematics. United
States of America: The National Council of
Teachers of Mathematics, Inc.
[4 ]Russefendi,ET. (1991).  Pengajaran
 Matematika modern untuk Orang Tua,
 Murid, Guru dan SPG Seri Kelima. Kelima.
Bandung: Tarsito
[5 ] Ruspiani.2000.
Ruspiani.2000. Kemampuan
 Kemampuan Siswa
 DalamMelakukan Koneksi Matematika.
Matematika.
Tesis tidak diterbitkan. Bandung PPS UPI
Bandung

215 
 

Prosiding Seminar  Nasional  Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW  
Salatiga, 15  Juni 
 Juni  2013, Vol  4, No.1, ISSN:2087 ‐0922 

 Nama Penanya : Andreas Ricky


Instansi : USD
Pertanyaan :
1.  Apa itu kemampuan eksternal dan internal siswa dan apa saja ?
Jawaban :
1.  Keterbatasan waktu ada kajiannya

 Nama Penanya : Sugiarto


Instansi : USD
Pertanyaan :
1.  Sejauh mana model pembelajaran (Kooperatif tipe jigsaw dan pengajaran langsung)
memang dapat meningkatkan kemampuan metematika
Jawaban :
1.  Pembelajaran tipe jigsaw lebih baik peningkatannya

 Nama Penanya : Merry Larasati


Instansi : USD

Pertanyaan
1.  Bagaimana hasil: dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di bandingkan Pengajaran
langsung ? Apakah lebih baik ?
Jawaban :
1.  Pembelajaran kooperatif
kooperatif tipe Jigsaw lebih baik

216 

Anda mungkin juga menyukai