Anda di halaman 1dari 7

PENATALAKSANAAN/ PENANGANAN PENYAKIT KUSTA

Epidemiologi

 Pengertian penyakit Kusta:


Penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycrobacterium Leprae; yang
menyerang syaraf tepid an organ lain kecuali syaraf pusat.
 Penyebab penyakit:
Mycobacterium Leprae
 Nama lain:
Morbus Hansen; Lepra.
 Penularan:
Kontak erat dan lama; melalui saluran nafas atas.
Sumber penularan adalah penderita kusta (terutama MB) yang belum diobati MDT.
95% populasi mempunyai kekebalan alamiah sehingga tidak bisa tertular
3% populasi mempunyai kekebalan alamiah tetapi kurang atau tidak mencukupi,
sehingga bisa tertular tetapi bisa sembuh sendiri
2% populasi kekebalan alamiahnya sangat kurang sampai tidak mempunyai sama
sekali, sehingga bisa tertular penyakit kusta dan memerlukan pengobatan
Sampai saat ini cara pemberantasannya: dengan memutus rantai penularan yaitu:
Temukan dan obati secara paripurna sumber penularan (penderita kusta)

Diagnose
Diagnose ditegakan bila ditemukan salah satu dari tanda-tanda utama (cardinal sign)
dibawah ini:
1. Macula/bercak pada kulit yang berwarna keputihan atau kemerahan yang mati
rasa
2. Penebalan syaraf tepi yang disertai gangguan fungsi
3. Pemeriksan skin smear BTA positif
Yang disebut “Suspek” atau dicurigai penyakit kusta adalah smua kelainan pada kulit,
mata, tangan dan kaki

Klasifikasi (menurut WHO)

Tanda PB MB
Jumlah bercak kusta </= 5 >5
Syaraf yg fungsinya Hanya 1 >1
terganggu
Sediaan skin smear BTA (-) BTA (+)

1
Pemeriksaan dan charting

1. Anamnese
 Nama, alamat, daerah asal
 Keluhan utama
 Riwayat tanda-tanda pada kulit/syraf tepi yang dicurigai
2. Pemeriksaan klinis (praktekan)
 Periksa pandang
a. Tempat pemeriksaan harus cukup terang dengan penerangan sianr matahari
tidak langsung, dengan menjaga kenyamanan penderita (privasi)
b. Sedapat mungkin seluruh permukaan tubuh diperiksa dengan
memperhatikan batas-batas kesopanan
c. Periksa pandang hendaknya secara sistematis agar tidak ada yang
terlewatkan
Bagian depan mulai dari dahi sampai ujung kaki; bagian belakang mula
dari leher sampai telapak kaki
 Periksa rasa raba pada bercak
Periksa rasa raba pada semua bercak yang ditemukan dengan menggunakan
kapas yang diruncingkan ujungnya
 Perabaan/palpasi syaraf tepi
Untuk meraba adanya penebalan atau nyeri raba/neuritis
Tehnik perabaan masing-masing syaraf tepi (dipraktekan)
a. Syaraf ulnaris disiku
b. Syaraf pereneous lateralis dibelakang lutut
c. Syaraf tibialis posterior dibawah mata kaki bagian dalam
 Pemeriksaan fungsi syaraf tepi
a. Mata: motoris/gerakan pelupuk mata
b. Tangan
- Nyeri raba syaraf ulnaris
- Motoris jari ke-5 dan ibu jari
- Sensoris telapak tangan
c. Kaki
- Nyeri raba syaraf pereneous lateralia
- Nyeri raba syaraf tibialis posterior
- Motorik pergelangan kaki
- Sensoris telapak kaki
 Pencatatan kelainan penderita
Gambar dengan symbol-simbol semua tanda-tanda penyakit kusta yang
ditemukan pada kartu penderita.
Catat fungsi syaraf tepi pada format Pencegahan Kecacatan
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan skin smear dilakukan bila perlu (oleh wasor/petugas kusta)
4. Yang dimaksud Penderita Baru adalah penderita yang belum pernah
mendapatkan MDT.

2
Pengobatan
1. Tujuan
- Memutus mata rantai penularan
- Menyembuhkan penyakit
- Mencegah terjadinya/bertambah beratnya kecacatan

2. Regimen
MDT yang direkomendasi WHO
3. Dosis:

Tipe PB <10 tahun 10-14 tahun >15 tahun Keterangan


Rifampicin 10-15 mg/kg 450 mg/bulan 600 mg/bulan Diminum
BB/per bulan didepan petugas
DDS 1-2 mg/kg BB/ 50 mg/hari 100 mg/hari Diminum
per hari dirumah

Tipe MB <10 tahun 10-14 tahun >15 tahun Keterangan


Rifampicin 10-15 mg/kg 450 mg/bulan 600 mg/bulan Diminum
BB/per bulan didepan
petugas
DDS 1-2 mg/kg BB/ 50 mg/hari 100 mg/hari Diminum
per hari dirumah
Clofazimin/Lamre 100 mg/bulan 150 mg/bulan 300 mg/bulan Diminum
n didepan
petugas
50 mg 2 kali 50 mg 3 kali 50 mg/hari Diminum
seminggu seminggu dirumah

Fixed duration:
MB: 12 dosis/blister dalam kurun waktu 12-18 bulan
PB : 6 dosis/blister dalam kurun waktu 6-9 bulan

4. Efek samping
Rifampicin
- Seperti “ Flu”: obat diteruskan, bisa ditambah obat-obat simtomatis
- Air seni berwarna merah: obat diteruskan
- Gangguan fungsi lever: abat dihentikan, konsul dokter
- Alergi: obat dihentikan, konsul dokter
DDS
- Gejala alergi (kulit bintik-bintik merah, gatal, mengelupas, atau sesak nafas): obat
hentikan dan konsul dokter
- Anemia hemolitik, bila Hb sangat rendah hentikan obat dan konsul dokter
- Gangguan saluran cerna, bila berat konsulkan dokter
- Gangguan syaraf: konsulkan dokter

3
Clofacimin/ Lampren
- Warna kulit terutama pada infiltrat /bercak menjadi ungu sampai kehitaman yang
akan hilang dengan sendirinya setelah selesai pengobatan.
- Gangguan pencernaan berupa diare, nyeri pada lambung. Bila gejala menjadi
berat hentikan obat.

5. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada penderita


- Lama pengobatan
- Cara minum obat
- Kusta bisa disembuhkan bila minum obat secara teratur dan lengkap
- Bahaya yang terjadi bila bila minum obat tidak teratur/tidak lengkap: bisa
menularkan kepada orang lain dan juga bisa menjadi cacat
- bila ada keluhan diminta segara dating ke Puskesmas, walau obat belum habis
- Bila saat datang pertama sudah dalam keadaan cacat (> 6 bulan), maka
pengobatan tidak bisa menyembuhakan cacatnya, tetapi akan membunuk
kumannya. Setelah pengobatan MDT selesai, diperiksa kembali mungkin masih
bisa dilakukan operasi rekonstruksi
- Anjurkan penderita melakukan perawatan diri sesuai yang dilakukan petugas agar
kecacatannya tidak bertambah parah.

Monitoring pengobatan
Bagi penderita yang tidak datang mengambil obat harus segera dilacak

Evaluasi pengobatan
1. RFT/Release From Treatment/ Selesai berobat
PB : minum MDT PB 6 blister dalam kurun waktu 6-9 bulan
MB: minum MDT MB 12 blister dalam kurun waktu 12-18 bulan
Masa pengamatan:
PB : selama 2 tahun
MB: selama 5 tahun

2. Defaulter/mangkir berobat
PB : Bila tidak mengambil obat lebih dari 3 bulan/kali (tidak usah berturut-turut),
maka bulan ke 4 dilaporkan/dinyatakan defaulter
MB: Bila tidak mengambil obat lebih dari 6 bulan/kali (tidak usah berturut-turut),
maka bulan ke 7 dilaporkan/dinyatakan defaulter.
Penderita yang sudah dinyatakan defaulter, bila kemudian datang lagi ke Puskesmas,
diperiksa kembali ; bila ditemukan tanda-tanda sbb:
- Tanda kulit masih aktif/memerah
- Adanya kelainan baru disbanding pemeriksaan terachir
- Adanya gangguan fungsi syaraf tepi baru dibanding pemeriksaan terachir
- Adanya nodul nodul baru
- Adanya gejala reaksi
Maka penderita ini diobati MDT kembali dari awal sesuai klasifikasi saat
pemeriksaan ulang dan dilaporkan sebagai Penderita berobat kembali setelah
defaulter (bukan seabgai penderita baru).

4
Bila tanda-tanda tsb. diatas tidak ada, maka tidak perlu diobati kembali.
Bila kemudian defaulter lagi dan dating kembali, konsulkan petugas pengelola
progam kusta puskesmas/dokter
3. Relaps atau kambuh
Relaps adalah penderita yang sudah dinyatakan RFT, kemudian dating lagi dengan
tanda-tanda kusta yang baru atau peningkatan BI (Bacteri Index) dibanding saat RFT.
Sampai saat ini dengan pengobatan MDT angka relaps sangat kecil.
Penentuan relaps harus dikonfirmasi petugas Kabupaten dan Propinsi
4. Catatan
- MDT aman untuk ibu hamil
- Penderita PB yang alergi DDS DDS diganti lamren
- Penderita MB yang alergi Lamren, hentikan lamren, lapor ke
Kabupaten/Propinsi untuk mendapat obat pengganti
- Penderita PB maupan MB yang alergi Rifampicin, hentikan Rifampicin
dan segera lapor Kabupaten/Propinsi untuk mendapat obat pengganti

Reaksi Kusta

1. Adalah satu episode dari perjalanan penyakit kusta yang:


- Ditandai dengan keradangan akut
- Merupakan reaksi kekebalan
- Merugikan penderita karena selain menimbulkan kesakitan juag bisa
menimbulkan kecacatan
- Bisa terjadi Sebelum, Selama maupun Sesudah pengobatan
2. Faktor pencetus
- Kondisi lemah
- Kehamilan & setelah melahirkan
- Sesudah emndapat immunisasi
- Infeksi
- Stres fisik/mental
- Kurang gizi

3. Jenis reaksi (lihat bagan)

Reaksi tipe 1
- Dapat terjadi pada PB maupun MB
- Kebanyakan terjadi segera ( 6 bulan) setelah pengobatan
- Akibat respon kekebalan celluler pada kulit dan syaraf tepi
- Perjalanan reaksi pada umumnya 6 -12 minggu (bisa lebih)
- Menurut gejala pada keadaan umum, kulit dan syaraf tepi dibagi Ringan dan
Berat

Reaksi tipe 2 atau ENL


- Hanya terjadi pada penderita MB
- Akibat respon kekebalan humeral diseluruh tubuh (nodul –nodul ENL)
- Perjalanan reaksi kronis, biasanya berulang

5
- Menurut gejala pada keadaan umum, kulit, syaraf tepi dan terkenanya organ
lain , dibagi Ringan dan Berat

4. Penatalaksanaan reaksi
Prinsip pengobatan reaksi:
a. Istirahat
b. Pemberian obat symtomatis (analgetic, traguiliser)
c. Menghilangkan/mengurangi factor pencetus
d. MDT diteruskan bila penderita masih dalam pengobatan MDT
e. Pemberian obat anti reaksi (prednisolon) sesuai pedoman untuk
reaksi berat. Lamren ditambahkan bila reaksi tipe 2 berat
berulang
f. Rawat inap /rujuk bila ada indikasi, misalnya:
- Reaksi berat yang tidak bisa diatasi dengan rawat jalan/di
Puskesmas
- Ada komplikasi penyakit lain (Hepatitis, DM, Hypertensi, dll)
- Reaksi berat dengan kehamilan

Bagan reaksi kusta

N Kelainan/ Reaksi tipe1 Reaksi tipe 2


o gejala Ringan Berat Ringan Berat

1 Keadaan – ± ± ++
umum
(demam)
2 Kelainan Macula Macula Nodul Nodul
kulit menebal,memer menebal,memer bertambah bertambah
ah,teraba panas ah,teraba panas banyak, merah, banyak, merah,
dan nyeri, tetapi dan nyeri, dan panas, nyeri panas, nyeri
tidak pecah pecah (ulcerasi) tetapi tidak dan pecah
pecah (ulcerasi)

3 Syaraf – + – +
tepi:
- Nyeri
raba
4 Peradang – +
an pada
organ lain
(Mata,
testis,
ginjal,sen

6
di, kel.
getah
bening
dll)

Tingkat cacat menurut WHO


 Cacat 0 : bila tidak ada kelainan fungsi syaraf tepi dimata, tangan dan kaki
 Cacat 1 : ada kelainan tetapi baru diketahui kalau dilakukan pemeriksaan fungsi
syaraf tepi; misalnya mati rasa (anaesthesi) pada telapak tangan dan atau
telapak kaki.
 Cacat 2 : Cacat yang kelihatan; misalnya jari-jari kiting, kaki lunglai, mata
lagopthalmus (kelopak mata tidak bisa menutup)

Perawatan diri
Bagi kecacatan yang sudah permanent (yang terjadi >6 bulan) diajarkan cara-cara
merawat diri agar kecacatannya tidak bertambah parah; melalui 3 M:
Melindungi; Memeriksa; Merawat.

Anda mungkin juga menyukai