PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ketentuan pokok mengenai tenagakerja, istilah buruh diganti dengan istilah tenaga
kerja, yaitu orang yang mampu melakuka pekerjaan, baik didalam maupun diluar
masyarakat1. Suatu perumusan yang luas karena meliputi siapa saja yang mampu
bekerja, baik dalam hubungan kerja (Formal) maupun diluar hubungan kerja (
Informal ) yang dicirikan dengan bekerja dibawah perintah orang lain dengan
menerima upah.
diIndonesia, yaitu pada saat periode pra–kemerdekaan Indonesia dan pada periode
yang terjadi pada masa itu. Pasca proklamasi kemerdekaan hingga tahun 1946,
urusan ketenagakerjaan menjadi bagian dari kementrian sosial. Pada tahun 1947,
1
Budiman Sudjamiko, “Anak – Anak Revolus”. Gramedia Pustaka Utama, Bandung,
2014,hlm. 18
1
2
dikementrian sosial.
perhatian dalam hal tersebut. hal ini dikarenakan dalam jangka waktu sebelum
penting. Hal ini disebabkan pada waktu itu seluruh rakyat Indonesia dan kaum
banyaknya aksi pemogokan sebagai suatu petanda kesadaran buruh akan hak
kaum buruh terutama ditunjukan untuk menentang hasil konferensi meja bundar
yang mengakui hak milik belanda atau perusahaan perkebunan pada masa itu.
Mengenai hal ini, Presiden Soekarno berjanji, bahwa dalam waktu 2-3 bulan akan
Rangkain masalah tersebut akan rasa keadilan bagi para pihak, baik
pekerja maupun pengusaha. Batasan yang kini hadir seolah mempertegas, bahwa
pihak terkait, dan mustahil dalam suatu sisi yang sama. Pengusaha tetap dengan
versi keadilan miliknya, dan pekerja teguh pada keadilan versi pihaknya.
2
Ibid. hlm. 23
3
Ibid. hlm. 24
3
menempatkan keadilan dalam sebuah ketidak pastian, dan keadilan sebagai buah
kata yang telah melalui proses/tahapan signifikasi bahasa yang akan selalu
signifier akan kian jauh dari kenyataan yang digambarkan pada signifier 4
akan terwujud karena telah hadirnya hukum yang telah menaunginya (Undang-
hukum itu identik dengan keadilan. Sahetapy5 menguraikan, hubungan hukum dan
republik indonesia.
erat dengan kapitalisme, sebuah pandangan yang memiliki catatan buruk bagi
kapitalisme merupakan dua fenomena atau hal yang proses historisnya berbeda
4
Ismail Fajri Alatas, “Sungai Tak Bermuara Risalah Konsep Ilmu Dalam Islam”, Diwan
Publising, Jakarta, 2006, hlm. 53
5
J.E. Sahetapy, “Runtuhnya Etik Hukum”, Kompas, Jakarta, 2009, hlm. 135 - 139
4
pandangan yang selama ini menyudutkan pihak pekerja, khusus yang berkaitan
kontrak sebagai pengikat sukarela antara dua pihak. Hal tersebut bukan suatu
posisi tawarnya. Kontrak memang terlihat adil dan sejajar. Namun, pekerja
sesungguhnya memiliki posisi tawar yang rendah karena tidak memiliki kapital
Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam melindungi pihak pekerja melalui
pekerja/buruh menjadi suatu hal yang merugikan bagi pihak pekerja. Tim LBH
keberadaan negara menjadi pihak netral dan penengah antara pekerja dengan
Pengadilan Hubungan Industrial telah menjadi rimba raya yang kejam bagi
yang rumit, telah termangfaatkan untuk menghantam buruh. Kenyataan ini dapat
Tentang ketenagakerjaan disebut bahwa“ Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan suatu pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik
adalah ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah massa kerja. Pelaksanaan proses
lingkup dari ketenagakerjaan itu sendiri adalah pra kerja, massa dalam hubungan
kerja, massa purna kerja. Cakupan dari ketenagakerjaan terbilang luas, jangakuan
9
Ibid, hlm. 72
10
Surya Tjandra, “Akses Terhadap Pengadilan Perjuangan Masyarakat Miskin dan Kurang
Beruntung Untuk Menuntut Hak di Indonesia”, Epistema Institute, Jakarta, 2011. hlm. 97
11
M. Syaiful Aris, Op.Cit., hlm. 73
6
dengan pekerja atau buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur-
unsur pekerjaan, upah dan perintah, hubungan kerja adalah suatu hubungan
pengusaha dengan pekerja/buruh yang timbul dari perjanjian kerja yang diadakan
pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk
pekerjaan tertentu yang bersifat sementara pengertian ini mengandung arti bahwa
ditetapkan suatu jangka waktu yang telah dikaitkan dengan lamanya hubungan
suatu perjanjian kerja yang tidak ditentukan waktunya atau bersifat tetap dan
berlaku selamanya, selain pembuatannya secara tertulis, PKWTT juga bisa dibuat
secara lisan. Jika PKWTT dibuat secara lisan maka hubungan kerja yang
kedua belah pihak tersebut. jika PKWTT dibuat secara lisan maka pengusaha
Ada (2) dua jenis perjanjian kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor.
13 Tahun 2003 yang terkandung dalam Pasal 56 ayat (1) satu dan ayat (2) dua
1. Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak
tertentu.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
tertentu yang relatif pendek yang jangka waktunya paling lama hanya dua tahun
saja. Akan tetapi hal tersebut dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama sama
dengan waktu perjanjian kerja pada pertama kali, dengan ketentuan perjanjian
perjanjian kerja waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
teretntu yang menjadi peraturan dalam suatu pelaksanaan dari Pasal 59 ayat (1)
12
Adrian Sutedi, “Hukum Perburuhan”, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 48
8
kerja sebelum, selama dan sesudah bekerja, akan tetapi juga keterkaitan dengan
pekerjaan yang layak, juga dalam memberikan perlakuan yang adil dan layak
kepada semua warga negara dalam hubungan kerja guna mendapatkan imbalan
Perjanjian kerja dalam PKWT ini mempunyai ketentuan yang bersyarat yaitu,
harus menggunakan bahasa indonesia yang dibuat secara tertulis. Apabila tidak
dibuat secara tertulis maka akan ada konsekwensi dimana Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu ini akan berubah otomatis menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak
13
Eko Wahyudi, Wiwin Yulia Ningsih, M. Firdaus Solihin, “Hukum Ketenagakerjaa”, Sinar
Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 8
1416
Ismantoro Dwi Yuwono, SH,“Pedoman Outsourcing dan kontrak kerja’, Pustaka yustisia,
Seleman Yogyakarta, 2011, hlm.25
15
Ibid. hlm. 98
9
Dalam kondisi yang terjadi demikian pekerja/buruh tentu sudah harus paham
yang mengikat para pihak. Perjanjian yang demikian tunduk pada ketentuan Pasal
perjanjian kerja yang tidak ditentukan waktunya atau bersifat tetap dan berlaku
selamanya, selain pembuatan nya secara tertulis, PKWTT juga bisa dibuat secara
lisan. Jika PKWTT dibuat secara lisan maka hubungan kerja yang mengatur
Ketenegakerjaan yakni sebagai sumber hukum hubungan kerja kedua belah pihak
tersebut. Jika PKWTT dibuat secara lisan maka pengusaha wajib membuat surat
kerja/buruh16.
Sistem Outsourcing bukan suatu hal baru dalam hubungan kerja di indonesia.
Praktik hubungan kerja sistem outsourcing telah dilakukan sejak, sebelum, aturan
disebut outsourcing18.
TERTENTU”
B. Identifikasi Masalah
16
Abdul Khakim, ”Dasar – Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2009 hlm. 64
17
Nawawi,”Polemik Hubungan Kerja Sistem Outsourcing”, LIPI, Vol. 39. No. 1, Juni,
Jakarta, 2010, hlm. 5
18
Abdul Khakim, Loc.Cit. hlm. 64
11
Ketenagakerjaan.?
C. Rumusan Masalah
berikut;
Ketenagakerjaan.?
1. Tujuan Penulisan.
12
Nusantara Jakarta.
2. Manfaat Penulisan.
sebagai berikut;
a) Manfaat Teoritis
3. Manfaat Praktis
a) Bagi Mahasiswa
E. Kerangka Teori
Ilmu Hukum merupakan ilmu yang unik. Ilmu yang tidak dapat
dirumuskan secara pasti sebagaimana ilmu esak, tidak dapat ditentukan secara
mutlak salah atau benarnya, serta tidak dapat dirangkum dalam sebuah teori yang
berlaku sepanjang masa. Ilmu hukum mempelajari dari banyak sudut pandang
dalam banyak cara. Oleh karena itu, tidak satu teori hukum yang dapat berdiri
terkandung dalam suatu barang atau jasa yang berasal dari tenaga kerja itu
oleh David Ricardo dengan pendapatan nya yang dikenal sebagai teori nilai
tenaga kerja, yaitu harga satu barang atau jasa pada dasarnya ditentukan oleh
David mengakui, bahwa modal turut memiliki pengaruh pada suatu harga. Atas
14
penghasilan19.
ketertiban, keamanan, dan keadilan bagi pihak-pihak yang terkait dalam proses
berusaha. Adapun pengalaman selama ini yang kerap kali terjadi kesewenang-
dan manusiawi ;
daerah
kesejahteraan ; dan
19
Syarif Arifin, ”Memetakan Gerakan Buruh Antologi Tulisan Perburuhan Mengenai
Fauzi Abdullah”, Kepik, Depok, 2012, hlm. 55-56
20
Abdul Khakim, ”Dasar – Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2009, hlm. 9-10
15
akhir dari hukum melainkan lebih baik disebut fungsi hukum, sedangkan
tujuan hukum tidak dapat dilepaskan dari tujuan akhir dari hidup
bermasyarakat yang tidak dapat dilepaskn dari tujuan akhir dari hidup
bermasyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan filsafah hidup
yang menjadi dasar hidup masyarakat itu, yang akhirnya bermuara pada
sukar didefinisikan, akan tetapi dapat dirasakan dan merupakan unsur yang
tidak bisa tidak harus tidak dapat dan tidak mungkin dipisahkan dari hukum
dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja. Dalam Pasal 1
upah, dan perintah. Dengan demikian jelaslah, bahwa hubungan kerja terjadi
21
Mochtar Kusumaatmadja dan Bernard Arief Sidharta. “Pengantar Ilmu Hukum Suatu
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum Buku 1”, Alumni, Bandung, 2013.
hlm 52 – 53
22
Lalu Husni, ”Pengantar Ilmu Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi”, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm 63
16
substansinya tidak boleh bertentangan dengan KKB atau PKB. Atas dasar
itulah yang dalam pembahasan mengenai hubungan kerja, satu kesatuan yang
5. Teori Perjanjian
Menurut Dede Agus perjanjian kerja sebenarnya tidak dikenal dalam
KUHPerdata, yang ada ialah istilah perikatan atau verbintenis dan persetujuan
atau overreenkomst (pasal1233) di indonesia, istilah verbintenis diterjemahkan
dalam 3 arti, yaitu perikatan, perutangan, dan perjanjian. Istilah overrenkomst
diterjemahkan kedalam 2 (dua) arti, yaitu perjanjian dan persetujuan. Jika
menggunakan pasal 1313 KUHPerdata, batasan pengertian perjanjian adalah
suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih mengikatkan diri pada orang lain
untuk melaksanakan suatu hal. Adapun juga selain dari pada pasal 1313 yaitu
pasal 1320 Syarat-syarat sahnya perjanjian kerja dalam KUHPerdata yaitu
sebagai berikut :
Ketentuan pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian
pada prinsipnya tetap menjadi pedoman umum bagi syarat-syarat sahnya
perjanjian kerja, dan pedoman khususnya diatur oleh Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Secara materil perjanjian kerja
dibuat atas dasar ;
a. yang membuatnya Kesepakatan kedua belah pihak ;
F. Metode Penelitian
1) Penelitian Perpustakaan
Suatu cara untuk dapat memperoleh suatu data dengan cara menelusuri
pemikiran penulis.
tertentu dengan jalan ikut serta aktif melihat, mengamati dan juga
G. Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas, maka materi-materi yang tertera pada laporan
skripsi ini akan dikelompokan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
BAB 1. Pendahuluan.
Bab ini berisikan tinjauan umum perjanjian, syarat sah perjanjian, unsur
Bab ini berisikan tentang kasus posisi, analisa terhadap penyalah gunaan
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran