Anda di halaman 1dari 7

Perjuangan Dakwah Nabi di Mekkah dan Madinah

Rasulullah berdakwah selama 23 tahun sampai akhir hayatnya. Dari 23 tahun masa kerasulannya,
13 tahun dihabiskan dengan berdakwah di kota kelahirannya, Mekkah. Sedangkan 10 tahun sisanya
dihabiskan dengan berdakwah di Kota Madinah. Dalam tiga tahun awal masa dakwahnya di Mekkah,
Rasulullah berdakwah dengan cara sembunyi-sembunyi. Ia mendakwahi beberapa orang terdekatnya
yang diyakini bisa merahasiakan pesan yang dibawanya, sampai turun wahyu dari Allah yaitu Q.S Al-Hijr
ayat 94 yang memerintahkan Nabi untuk mulai berdakwah secara terang-terangan. Adapun mereka
yang pertama masuk islam adalah Khadijah binti Khuwalid r.a (Istri Nabi), Abu Bakar r.a , Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Haritsah (budak Khadijah yang diserahkan kepada Nabi dan dimerdekakan) dan Ummu
Aiman (budak peninggalan orang tua Nabi). Setelah itu dengan bantuan Abu Bakar dan Khadijah
semakin banyaklah orang-orang yang beriman, kurang lebih berjumlah 40 orang dan mereka dikenal
dengan Assabiqunal Awwalun.
Saat mulai melakukan dakwah secara terang-terangan, Nabi mengadakan pertemuan di kaki
Gunung Shafa bersama sanak saudaranya terutama keluarga beliau dari Bani Hasyim dan keturunan
Quraisy. Pertemuan itu dilakukan sampai dua kali, di dalamnya Nabi berseru menyampaikan dakwahnya
mengajak memeluk agama Islam. Namun Nabi mendapatkan celaan dari pamannya sendiri yaitu Abu
Lahab, Ia yang mengacaukan pertemuan itu dengan melontarkan kata-kata keras menjelek-jelekkan
Nabi yang menjadikan sebab turunnya Q.S Al-Lahab. Sehingga banyak yang pergi meninggalkan
pertemuan itu, hanya sebagian kecil yang mendengarkan Nabi sampai akhir.
Rasulullah dengan penuh semangat terus menyampaikan dakwahnya meskipun berbagai
rintangan dihadapinya, dimulai dari perlakuan pemuka Quraisy yang semakin manjadi-jadi, melakukan
segala cara untuk menghalangi dan menghentikan dakwah Nabi, menganiaya, menghina, menyakiti,
sampai bersiasat untuk membunuh Nabi. Seperti peristiwa Nabi ketika sedang bersujud di samping
Ka'bah, datanglah Abu Jahal membawa batu besar untuk menjatuhkannya ke kepala Nabi, namun tidak
disangka-sangka saat ia mendekati Nabi tiba-tiba ia melihat unta yang sangat besar sedang membuka
mulutnya, lalu ia lari terbirit-birit karena takut unta itu akan menerkam. Maka terhindarlah Nabi dari
kekejaman Abu Jahal. Tidak cukup sampai disana, ketika Nabi bersama para sahabat sedang
bersembahyang di masjid, Abu Jahal datang bersama kawan-kawannya ia pun berkata dengan suara
keras "Apakah tidak ada seorang pun yang mempunyai kotoran hewan yang sudah lama dan berbau
busuk? Jika ada bawalah kemari! akan kulemparkan di atas kepala Muhammad jika dia sedang
bersujud." Maka datanglah Uqbah bin Abi Mu'aith membawa kotoran berbau busuk diserahkan kepada
Abu Jahal, dilemparkanlah ke atas kepala Nabi ketika bersujud lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Saat
itu tidak ada sahabat Nabi yang berani membantu karena merasa belum mempunyai kekuatan untuk
melawan Abu Jahal dan komplotannya. Salah satu dari sahabat Nabi akhirnya pergi menemui Fatimah
memberitakan kejadian yang menimpa Nabi. Akhirnya Fatimahlah yang menyingkirkan kotoran dari
kepala Nabi. Setelah itu barulah Nabi mengangkat kepalanya dan berdo'a sebanyak tiga kali "Ya Allah!
Hanya kepada Engkaulah aku menyerahkan kaum Quraisy." Baru oleh Abu Jahal saja, Nabi sudah
diperlakukan seperti itu. Belum lagi oleh kaum Quraisy yang lainnya. Seperti yang dilakukan Uqbah bin
Abi Mu'aith yang berusaha mencekik Nabi sekeras-kerasnya ketika beliau sedang bersembahyang.
Untunglah ada Abu Bakar, seketika itu juga Uqbah dibanting hingga tubuhnya terpelanting jatuh.
Tidak hanya Nabi saja yang merasakan perbuatan biadab kaum Quraisy, pengikutnya pun banyak
yang dianiaya dan disiksa, terutama para budak belian yang mendapat hukuman kejam dari tuannya.
Mereka dipukul, dicambuk, dibakar hidup-hidup, dihunus oleh pedang, ditimpa besi yang dipanaskan,
bahkan banyak yang disiksa karena tetap teguh mengikuti ajaran Nabi sampai meninggal dunia. Oleh
karena itu, ditakutkan akan lebih banyak pengikutnya yang terluka, Nabi memerintahkan kepada
sebagian pengikutnya untuk hijrah ke negeri Habasyah (suatu tempat yang kaumnya mayoritas
beragama Nashrani dan rajanya tidak pernah menghukum dengan siksaan). Sedangkan Nabi menetap di
Mekkah bersama pengikutnya yang lain untuk tetap berdakwah, meskipun saat itu kaum Quraisy
semakin marah dan melakukan kekerasan yang lebih kejam kepada Nabi dan pengikutnya karena tahu
sebagian pengikut Nabi hijrah ke Habasyah. Setelah sebagian dari pemuka Quraisy seperti Hamzah dan
Umar bin Khattab memeluk islam, kaum Quraisy lainnya tidak berani menyakiti Nabi dan pengikutnya,
sebab mereka adalah orang yang berpengaruh dan memiliki kekuatan yang sama seperti para pemimpin
kaum mereka yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab. Keadaan pun sudah sedikit aman, akhirnya pengikut Nabi
yang hijrah ke Habasyah kembali lagi ke Makkah. Namun tidak lama setelah itu, mereka dengan tidak
puasnya terus menghalangi dakwah Nabi dengan mengolok-olok atau meminta kepada Nabi untuk
melakukan hal yang mustahil seperti membelah bulan, tapi setelah Nabi melakukannya lagi-lagi mereka
tidak percaya dan menyebutnya sebagai sihir. Banyak juga pengikut Nabi yang kembali dianiaya, dipaksa
untuk kembali pada agama dahulunya. Maka Nabi memerintahkan Hijrah lagi ke Habasyah untuk yang
kedua kali. Kaum Quraisy yang mengetahui itu, ikut pergi ke Habasyah untuk melaporkan kepada raja
dan menghasutnya agar kaum muslim diusir dari daerahnya. Ternyata raja baru mengetahui hal itu,
maka ia memerintah kepada pembesarnya untuk mendatangkan utusan kaum muslim kepadanya. Saat
itu, Ja'far bin Abi Thalib yang datang menghadap Raja Habasyah. Ia melaporkan apa yang sebenarnya
terjadi dan memberitahu bahwa ada seorang Nabi yang diutus oleh Allah berseru untuk mengikuti
agamanya seperti yang telah dilakukan Nabi terdahulu. Lalu Ja'far membacakan Q.S Maryam ayat 1-36
di hadapan raja dan seluruh pendetanya, mendengar lantunan yang indah itu tiba-tiba bercucuranlah air
mata raja sampai membasahi janggutnya, ia mengatakan bahwa yang dibacakan itu sama dengan yang
disampaikan Nabi Isa a.s. Seketika itu juga raja dan para pendetanya menyatakan masuk agama islam.
Sementara di Mekkah, Nabi dan pengikutnya yang tidak hijrah ke Habasyah merasakan
kesengsaraan dan penderitaan karena Para pemuka Quraisy yang masih kafir mengadakan Undang-
Undang pemboikotan yang intinya berisi bahwa kaum Quraisy melarang untuk mengadakan hubungan
pernikahan, jual beli, pergaulan atau persahabatan dan tidak boleh mengasihani Muhammad, keluarga,
dan para pengikutnya. Undang-Undang itu berlaku selama Bani Hasyim dan Bani Muthalib belum
menyerahkan Muhammad kepada kaum Quraisy untuk dibunuh. Saat itu keadaan pengikut Nabi sangat
memprihatinkan, mereka banyak yang rela kelaparan dan kedinginan karena berpakaian seadanya,
semua itu dilakukan demi melindungi Nabi.
Suatu hari Nabi bermimpi Undang-Undang pemboikotan yang ditempel di Ka'bah itu rusak
dimakan oleh rayap dan hanya menyisakan tulisan ‫( باسمك اللهم‬atas nama Engkau Ya Allah!). Lalu Nabi
menceritakannya kepada Abu Thalib yang saat itu sebagai pelindung Nabi. Oleh Abu Thalib diumumkan
lagi kepada kaum Quraisy dan membuat perjanjian, jika benar maka lebih baik sudahilah pemboikotan
ini karena telah terbukti bahwa Tuhan tidak meridhoi. Dan ternyata benar, undang-undang itu rusak
sama seperti pada mimpi Nabi. Setelah kejadian itu lima orang para pembesar Quraisy ada yang setuju
untuk menghentikan pemboikotan, mereka merasa kasihan dan khawatir kepada keluarga Muhammad.
Mereka mengumumkan kepada kaum Quraisy lainnya bahkan berdebat dengan Abu Jahal karena
bagaimana pun mereka merasa empati. Disaat mereka bisa bersenang-senang, bisa makan makanan
enak sepuasnya, dilayani oleh perempuan, dan merasakan kenikmatan lainnya, sementara Muhammad
dan pengikutnya merasakan penderitaan. Akhirnya berhasillah pemboikotan itu dicabut.
Pada tahun ke-10 dari kenabian Nabi Muhammad, terjadi peperangan di Madinah antara suku Aus
dan Khazraj, kedua suku ini sudah bermusuhan 120 tahun lamanya dan saat itu yang mendapat
kemenangan ialah golongan Khazraj karena mepunyai lebih banyak jumlah anggotanya daripada
golongan Aus. Selain itu, golongan Khazraj mendapat bantuan senjata dan bala tentara dari kaum Yahudi
Bani Nadhir dan Bani Qainuqa, sedangkan golongan Aus hanya memperoleh bantuan dari kaum Yahudi
Bani Quraizhah. Karena golongan Aus mengalami kekalahan, mereka mengirim dua orang utusan ke kota
Mekkah dengan maksud meminta bantuan kaum Quraisy. Dua orang utusan itu bernama Iyas bin Mu'az
dan Anas bin Rafi. Ketika mereka sampai di Mekkah, mereka bertemu dengan Nabi. Beliau mengajak
mereka bercakap-cakap dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Waktu Iyas bin Mu'az tertarik dan hendak
mengikuti seruan Nabi, mukanya ditampar dan tangannya ditarik oleh kawannya Anas bin Rafi' seraya
memperingatkan, "Tinggalkan orang ini! Kedatangan kita kemari bukan hendak mengurus perkara ini.
Marilah kita menyampaikan tujuan perjalanan kita." Karena kalangan Quraisy sedang sibuk
memadamkan cahaya pergerakan Nabi, permintaan bantuan utusan Aus tidak dikabulkan. Maka
kembalilah mereka ke Madinah dengan tangan hampa.
Nabi terus berusaha agar dakwahnya sampai ke segenap penjuru dunia. Maka beliau berganti
haluan dengan berdakwah kepada orang-orang dari luar Mekkah ketika musim Haji tiba. Pada suatu
malam, Nabi berada di Aqabah Mina. Beliau bertemu dengan enam orang dari Madinah yang berasal
dari keturunan Khazraj. Beliau dan mereka saling memperkenalkan diri. Nabi menanyakan keadaan
mereka di Kota Madinah dan beliau mengajak mereka berbincang-bincang. Mereka tertarik dengan apa
dikatakan Nabi, kemudian beliau mengajaknya ke tempat yang sunyi untuk dibacakan ayat-ayat Al-
Qur'an dan menyeru mereka kepada Islam. Dengan segera mereka percaya kepada Nabi dan masuk
islam. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian. Setelah keenam orang tersebut kembali ke
Madinah, mereka menyiarkan keislamannya kepada seluruh penduduk Madinah. Mereka menceritakan
adanya seorang nabi dan rasul terakhir yang dibangkitkan di Kota Mekkah. Oleh sebab itu, nama Nabi
Muhammad saw. menjadi terkenal di kalangan penduduk Madinah, padahal beliau belum pernah
datang ke sana.
Pada musim haji berikutnya, yaitu tahun ke-12 dari kenabian, lima dari enam orang tersebut
datang lagi ke Mekkah bersama dengan kawan-kawan mereka dari Madinah sebanyak tujuh orang. Jadi,
mereka berjumlah dua belas orang. Dari dua belas orang itu, dua orang dari golongan Aus dan sepuluh
orang dari golongan Khazraj. Setelah mereka berada di bawah bukit Aqabah, Nabi membaca sebagian
ayat-ayat Al-Qur'an kepada mereka. Mereka kemudian menyatakan percaya atas seruan Nabi dan
masing-masing dibai'at oleh Nabi. Perjanjian tersebut dikenal dengan Perjanjian Aqabah I yang berisi
untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak
berdusta, tidak saling memfitnah, dan tidak durhaka pada Nabi Muhammad saw. Sepulangnya mereka
ke Madinah, selang beberapa waktu Nabi kedatangan dua orang utusan untuk menyampaikan bahwa
banyak orang Madinah yang mau masuk islam. Mereka juga menyampaikan pula tentang adanya
perselisihan dalam hal sholat berjamaah, golongan Aus dan Khazraj saling berebut menjadi imam sholat.
Oleh karena itu, mereka meminta Nabi untuk mengutus orang yang dapat dipercaya menjadi imam
sholat dan memberi pelajaran tentang Islam. Kemudian Nabi mengirim Mush'ab bin Umair dan Abdullah
bin Ummi Maktum. Setelah kedua sahabat itu sampai di Madinah, mereka menjadi imam shalat jama'ah
dan mubaligh yang mengajari penduduk Madinah agama Islam. Penduduk Madinah makin hari makin
banyak yang masuk Islam. Antara golongan Aus dan Khazraj makin tampak persatuan dan
perdamaiannya hingga akhirnya musnahlah rasa pertentangan dan permusuhan dari hati mereka
masing-masing.
Pada musim haji berikutnya, tahun ke-13 dari kenabian, orang-orang Madinah datang lagi dengan
maksud melakukan Perjanjian Aqabah II, sekaligus mengundang Nabi Muhammad untuk hijrah ke
Madinah. Namun Nabi belum mendapat perintah dari Allah untuk hijrah sehingga yang berangkat ke
Madinah adalah kaum muslim yang lainnya. Sementara Nabi dan Abu Bakar serta keluarganya masih
menetap di Mekkah. Setelah para kepala dan ketua kaum musyrikin Quraisy mengetahui bahwa
sebagian dari kaum muslimin telah berpindah dari Mekkah ke Madinah dengan diam-diam, mereka
melihat bahwa tiba-tiba saja telah banyak rumah-rumah kaum muslimin yang sudah kosong, mereka
makin sakit hati dan perasaan mereka makin mendongkol melihat perbuatan-perbuatan Nabi dan
pengikutnya. Akhirnya, mereka mengadakan rapat tertutup yang hasil keputusannya yaitu membunuh
Nabi dengan cara mengepung rumahnya lalu jika beliau keluar maka akan langsung ditebas oleh
pemuda-pemuda kuat yang mereka pilih. Mereka berpikir bahwa apabila seorang pemimpin sudah
musnah, pengikutnya tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dengan itu pasti pengikutnya akan kembali
kepada agama sebelumya.
Setelah turun Q.S Al-Anfal ayat 30 yang berisi perintah Allah untuk hijrah, dengan terburu-buru
Nabi pergi ke rumah Abu Bakar pada siang hari dan cuaca panas terik. Beliau pergi dengan bertutup
muka dan kepala. Beliau menyampaikan bahwa akan hijrah ke Madinah, Abu Bakar menangis terharu
karena bisa menemani Nabi berhijrah. Kemudian ia memberikan unta terbaik untuk tunggangan Nabi.
Selanjutnya, Nabi kembali ke rumah beliau dengan berjalan secepat-cepatnya, sedangkan sahabat Abu
Bakar berkemas-kemas dan memerintahkan kepada keluarganya untuk menyediakan apa-apa yang
menjadi kebutuhan orang bepergian jauh. Dua orang putrinya, Asma dan Aisyah, sama-sama
menyediakan dan mempersiapkan bekal secukupnya. Pada hari itu juga, Nabi memanggil sahabat Ali, ia
diberi beberapa pesan penting, diantaranya supaya pada malam hari nanti ia bermalam dan tidur di
tempat tidur beliau, seraya berselimut yang telah biasa dipakai oleh beliau setiap beliau tidur. Nabi juga
berpesan kepada Ali supaya barang-barang milik orang lain yang dititipkan kepada beliau dikembalikan
kepada yang memilikinya. Semua pesan itu diterima oleh Ali dan dikerjakannya. Abu Bakar juga
berpesan kepada putranya yang bernama Abdullah supaya sepeninggal dirinya, ia setiap hari
mendengarkan komentar orang-orang Quraisy tentang kepergian Nabi dan supaya setiap petang hari
pergi bersama-sama dengan saudara perempuannya ke Gua Tsur. Abu Bakar juga berpesan kepada
pembantunya yang bernama Amir bin Fuhairah supaya selama beliau berdiam di Gua Tsur, ia
menggembalakan kambing-kambingnya di dekat gua tersebut agar air susunya dapat dijadikan minuman
oleh Nabi dan beliau sendiri. Selain itu, Abu Bakar berpesan kepada seorang penunjuk jalan yang
bernama Abdullah bin Uriqith, supaya datang ke Gua Tsur untuk kemudian disuruh menunjukkan jalan
ke Madinah bersama-sama dengan Amir bih Fuhairah. Setelah Nabi dan Abu Bakar bersiap-siap maka
sesudah matahari terbenam dan sahabat Ali telah ada di rumah Nabi, datanglah serombongan pemuda-
pemuda Quraisy yang telah dipilih dengan bersenjata lengkap. Mereka datang dengan diiringi oleh para
kepala dan ketua kabilah-kabilah Quraisy sebanyak seratus orang. Kemudian, mereka menyebarkan diri
mengepung rumah Nabi dari sisi kiri, kanan, depan, dan belakang. Pada saat itu, dengan suara pelan-
pelan Nabi menyuruh Ali supaya tidur dengan berselimut di tempat tidur beliau.
Dengan berjalan perlahan-lahan Nabi keluar dari rumah dengar diam-diam, tidak ada seorang
pun di antara mereka yang dapat mengetahuinya. Sebelumnya, Nabi telah berpesan kepada Ali kalau
Abu Bakar datang supaya segera disuruh menyusul beliau. Ketika keluar dari rumah, Nabi mengambil
segenggam pasir yang kemudian beliau taburkan ke atas kepala-kepala pemuda yang bertugas
menyerang beliau sehingga mereka tidak mengetahui keluarnya beliau. Pada waktu itu, beliau
membacakan Q.S Yaasin ayat 1-9.
Tidak berapa lama kemudian datanglah Abu Bakar dengan jalan sembunyi-sembunyi, setelah ia
diberitahu oleh Ali bahwa Nabi telah berangkat maka dengan cepat ia menyusul perjalanan beliau. Di
tengah perjalanan, ia dapat bertemu dengan Nabi, kemudian mereka berdua berjalan bersama-sama
menuju Gunung Tsur. Sampai tengah malam, para pengepung rumah itu menanti-nanti keluarnya Nabi
sehingga mereka semuanya mengantuk dan setengahnya ada yang sampai tertidur di atas pasir.
Kemudian, saat perjalanan Nabi hampir sampai datanglah kepada para pengepung itu seorang laki-laki
tua yang tidak dikenal berkata dengan suara nyaring bahwa Nabi sudah pergi dari rumahnya. Mereka
tidak percaya sehingga mereka mengetuk pintu rumah Nabi dengan sekeras-kerasnya sambil
memanggil-manggil nama Nabi. Ali terbangun lalu menghampiri mereka yang kemudian terus
menanyakan keberadaan Nabi, namun Ali berulang kali menjawab "Tidak tahu" hingga mereka menarik
Ali keluar lalu dikerumuni dan dihujani dengan pukulan dan tinjuan, tetapi ia tetap menjawab, "Tidak
tahu." Demikianlah seterusnya sehingga lebih dari satu jam ia dianiaya oleh mereka. Akan tetapi,
akhirnya mereka melepaskan Ali.
Mereka sampai di Gunung Tsur pada waktu larut malam, di mana-mana gelap gulita dan sunyi
senyap. Abu Bakar masuk ke dalam gua terlebih dahulu untuk membersihkan bagian dalamnya,
sedangkan Nabi masih tinggal di luar. Hal itu dilakukan oleh Abu Bakar karena cintanya kepada beliau. Ia
mengambil batu satu-persatu lalu dibuangnya karena takut ada hewan yang akan menyakiti Nabi. Saat
memindahkan batu berukuran besar, ternyata kakinya sendiri yang terkena gigitan ular yang ada
dibawah batu itu. Namun ia tidak mempedulikannya dan diam saja. Selanjutnya ia keluar dan
mempersilakan Nabi untuk masuk ke dalamnya, beliau tertidur di atas pangkuan Abu Bakar. Nabi
tertidur dengan pulasnya, sedangkan bekas gigitan ular makin terasa sakitnya oleh Abu Bakar, ia sampai
mencucurkan air mata sehingga beberapa tetes air mata itu menetes ke atas muka Nabi. Dengan
terkejut, beliau bangun dan berkata, "Mengapa engkau menangis, Abu Bakar?" Ia menjawab, "Karena
gigitan ular, ya Rasulullah." Beliau bertanya, "Mengapa engkau tidak mengatakannya kepadaku?" Abu
Bakar menjawab, "Saya takut membangunkan engkau." Setelah terbit fajar, Nabi memeriksa bengkaknya
Abu Bakar lalu beliau mengusapnya dengan tangan beliau. Seketika itu juga sembuhlah bengkak itu
serta sakitnya.
Pemuka Quraisy terus mencari-cari Nabi dengan ditemani ahli pencari jejak, mereka mengikuti
jejak tapak Nabi dan Abu Bakar. Namun, ketika sampai di Gua Tsur bekas tapak itu hilang sehingga
mereka bingung ke mana selanjuhrya, ke kanankah atau ke kirikah? Apakah terus masuk ke dalam gua
ataukah naik ke atas gua?. Allah menyuruh ribuan laba-laba untuk membuat sarang di muka gua itu dan
menyuruh burung merpati liar di atasnya supaya bertelur dan bersarang disana. Kemudian salah seorang
dari pemuda Quraisy mengintip ke gua dan membuat burung-burung beterbangan, ia pun mengatakan
"Jika dalam gua ini ada orangnya, tentulah burung-burung merpati itu sudah lama bubar, bukan? sebab
saya tahu, baru mengintai saja sudah banyak yang terbang." Diantara mereka ada lagi yang mengatakan
karena penasaran "Mengapa kita tidak mencoba masuk saja? Mungkin mereka ada disana." Lalu berkata
lagi yang lainnya "Mengapa kamu mau masuk kedalamnya? Kalau Muhammad masuk, tentu sarang
laba-laba itu hancur. Ya kalau didalam tidak ada binatang yang berbahaya, tapi jika ada tentu kamu akan
celaka bukan?" Akhirnya mereka pulang dengan tangan hampa dan hati yang kesal.
Adapun Nabi dan Abu Bakar selama di dalam gua tidak pernah kekurangan makanan karena Abu
Bakar sebelumnya telah berpesan kepada kedua puterinya, sehingga mereka bulak-balik datang ke Gua
Tsur dengan sembunyi-sembunyi. Setelah Abdullah bin Uraiqith (sebagai petunjuk jalan) dan Amir bin
Fuhairah (sebagai penulis) ke Gua Tsur dengan membawa dua ekor unta. Pada keesokan harinya, yaitu
hari keempat sejak Nabi meninggalkan Mekkah keluarlah keempat orang itu dari Gua Tsur dan dengan
segera mereka berangkat dengan mengendarai unta. Ditengah perjalanan mereka dikejar oleh musuh
yang bernama Suraqah, tapi ia gagal karena kudanya terus tergelincir dan terjatuh. Nabi berhenti untuk
mendengarkan Suraqah ketika beliau sudah percaya ia telah bersih dari niat buruknya. Ia menyampaikan
bahwa pemimpin Quraisy membuat pengumuman agar siapa saja yang bisa menangkap Nabi dan
diserahkan kepada mereka maka akan diberi hadiah 100 ekor unta. Suraqah juga meminta maaf kepada
Nabi, kemudian beliau meminta agar kepergiannya ke Madinah tidak disiarkan kepada kaum Quraisy.
Beliau juga membuat surat perjanjian dengan Suraqah.
Nabi melanjutkan perjalanannya, ketika melalui kemah kepunyaan seorang perempuan yang
bernama Ummu Ma'bad mereka berhenti untuk membeli kurma, daging dan susu. Namun persediaan
dagangannya telah habis dan ia hanya mempunyai seekor kambing yang kurus dan sedang sakit. Nabi
memerah air susunya setelah diperkenankan oleh Ummu Ma'bad dan keluarlah air susu itu sebanyak-
banyaknya padahal sebelumnya tidak pernah keluar lagi dan hanya menghasilkan sedikit. Seketika itu
juga Ummu Ma'bad beserta keluarganya masuk islam dan mengikuti Nabi. Lebih dari 70 orang yang
dijumpai Nabi saat di perjalanan, mereka juga mengikut islam.
Nabi memberi nama kepada penduduk Madinah yang menyambut kedatangan pengikutnya
dengan kaum Anshar dan pengikutnya yang hijrah bersama beliau dengan nama kaum Muhajirin.
Sesampainya di Quba, penduduk saling menawarkan tempat singgah untuk Nabi. Beliau bersinggah di
rumah Kaltsum bin Hadam (Aus) sedangkan Abu Bakar di rumah Habib bin Asaf (Khazraj). Setelah
mendirikan masjid disana, Nabi berangkat ke Madinah bersama Ali dan keluarga Abu Bakar yang juga
sudah hijrah dengan sembunyi-sembunyi ketika Nabi di Quba. Nabi disambut oleh kaum Anshar dan
singgah di rumah Abu Ayyub. Kurang lebih tujuh bulan Nabi tinggal disana yaitu sejak tiba di Madinah
sampai mendirikan masjid dan rumah sendiri. Nabi menciptakan persaudaraan antara kaum Muhajirin
dan Anshar, kemudian membuat perjanjian dengan non muslim di Madinah agar tidak saling
mengganggu. Namun mereka ternyata mengingkari, mereka berpura-pura berdamai dengan islam
padahal mempunyai maksud tertentu dengan menghancurkan islam dari dalam. Banyak pendeta-
pendeta yang mengejek Nabi, mereka meragukan kenabian beliau dan wahyu yang diturunkan
kepadanya, mereka melontarkan segala macam pertanyaan untuk meragukan kaum muslimin seperti
"Bagaimana keadaan Tuhan dan siapa yang menjadikan Tuhan?". Kaum Yahudi yang semulanya memiliki
hubungan erat dengan suku Aus dan Khazraj seperti Bani Nadhir, Bani Qainuqa, dan Bani Quraizhah,
mereka juga berupaya memecah persatuan suku Aus dan Khazraj yang saat itu sudah berdamai. Kaum
Yahudi melakukan berbagai tipu daya, berpura-pura menguji kebenaran Nabi tapi setelah tahu
kebenarannya mereka juga masih mengingkari dan pemimpin mereka berusaha untuk membunuh
Nabi. Kaum muslim dengan keteguhan imannya berusaha untuk mempertahankan keislaman mereka.
Setelah itu mereka menghadapi berbagai macam peperangan, baik yang langsung dikepalai oleh Nabi
ataupun Nabi hanya mengirim pasukannya.

Referensi : Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad jilid 1 karya K.H. Moenawar Chalil

Oleh Tiara Aulia Fisabilillah

Anda mungkin juga menyukai