Anda di halaman 1dari 3

PERANG MU'TAH

Perang ini terjadi pada bulan jumadil awal tahun ke 8 Hijriah bertepatan dengan bulan
Agustus ketika musim kemarau dan lokasinya 1100 km dari Madinah. Nabi Muhammad tidak
ikut serta karena jika beliau ikut maka semuanya ingin ikut, sedangkan kalau semuanya pergi
pun mereka belum tentu mampu untuk mengikuti Nabi seluruhnya dan ditakutkan akan
kehabisan makanan sebelum sampai di lokasi perang.
Saat itu Rasulullah telah mengirimkan para utusan dengan membawa surat-surat dakwah
kepada para raja atau para pembesar negara diantaranya adalah gubernur Bashrah, Syurahbil
bin ‘Amr al-Ghassani, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Romawi Timur
(Bizantium). Sedangkan utusan yang dikirim Nabi bernama al-Harist bin Umair al-Azdi. Akan
tetapi sebelum sampai ke tempat yang dituju, ditengah-tengah perjalanan (di Mu'tah) tiba-tiba
Syurahbil datang menahannya dan setelah tahu ingin menyampaikan surat dakwah, al-Harist
langsung dibunuh. Tentu saja tindakan ini dianggap sebagai deklarasi perang terhadap kaum
Muslimin Madinah. Tidak ada seorang pun kaum muslimin yang tahu, maka mereka melakukan
penyelidikan dan setelah penyelidikan, berita terbunuhnya al-Harist pun sampai kepada Nabi.
Akhirnya Nabi mengumpulkan 3000 pasukannya di dusun Jaraf (dusun yang terletak 5 km
dari Madinah) untuk mempersiapkan dan mengatur angkatan perang. Baru kali ini Nabi
mengirim pasukan sebanyak itu karena perkiraannya pasti pasukan Romawi akan mengirim
lebih banyak bahkan berkali lipat jumlahnya daripada kaum muslimin. Nabi memberi instruksi
kepada mereka "Pemimpin pasukan adalah Zaid bin Haritsah. Jika dia terbunuh, penggantinya
adalah Ja’far bin Abi Thalib. Jika ia terbunuh, penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah. Dan
jika dia terbunuh juga, maka pasukan Muslimin harus menunjuk salah satu dari mereka untuk
menjadi pemimpin."
Kemudian dengan serentak mereka berangkat dari dusun tersebut diantar oleh Nabi sampai
ke Tsaniyyatul Wada. Beliau berhenti sebentar dan pasukan pun serentak ikut berhenti. Nabi
berwasiat kepada mereka untuk bertakwa, berperang karena nama Allah di jalan Allah dan
melarang macam-macam larangan ketika berperang diantaranya jangan berbuat melebihi
batas, jangan membunuh perempuan, anak kecil, orang yang telah lanjut usia, orang yang
sedang beribadah di gereja, jangan merusak bangunan juga jangan menebang tumbuhan dan
hewan. Lalu beliau memerintah kepada para pasukan untuk melanjutkan perjalanannya ke
Mu'tah. Mereka pun berpamitan kepada Nabi dan kaum muslimin yang tidak ikut serta.
Berita kedatangan kaum muslimin di batas kota Madinah terdengar oleh Syurahbil. Dengan
cepat ia melaporkan pada Raja Heraklius untuk meminta bantuan menghadapi pasukan
muslim. Seketika itu juga, kerajaan Romawi Timur mengadakan aliansi dengan kabilah-kabilah
Arab yang berdekatan dengan Syam, tentunya yang masih memusuhi Islam. Sehingga jumlah
mereka sangat banyak dengan kekuatan kira-kira 200.000 orang. Selain itu mereka membawa
senjata serba lengkap. Maklumlah, Kerajaan Romawi Timur saat itu adalah kerajaan tertua dan
terbesar di dunia.
Setelah kaum muslimin sampai di Mu'an, mereka semua bermusyawarah karena berita-berita
telah sampai kepada mereka bahwa Kerajaan Romawi Timur mengirim pasukan yang begitu
banyak dengan perbandingan satu banding tujuh puluh. Dari mereka ada yang berpendapat
untuk mengirim surat terlebih dahulu kepada Nabi tentang kekuatan perang yang akan dihadapi
mereka lalu menunggu bagaimana sikap beliau, apakah akan mengirim bantuan tentara atau
terus maju, terserah beliau. Tetapi Abdullah bin Rawahah yang bercita-cita mati syahid itu
mengeluarkan pendapatnya, dengan jiwa semangat yang berkobar ia berkata "Wahai kaum
muslimin, kita berperang memerangi musuh itu bukan karena adanya senjata yang lengkap
atau dengan kekuatan yang besar, melainkan dengan agama ini, yang telah Allah muliakan kita
dengannya. Oleh karena itu marilah kita terus maju untuk mendapatkan salah satu kebaikan,
pilih mulia atau mati syahid." Perkataannya itu membuat pasukan muslim kembali bersemangat
dan membulatkan tekad untuk terus maju ke Balqa.
Dengan bersenjatakan tauhid dan tawakal, kaum muslim berhadapan dengan pihak lawan,
bersiaplah mereka untuk bertempur. Tak lama kemudian terjadilah pertempuran antara kedua
belah pihak dengan seru dan sengitnya. Ada keuntungan dari pihak muslim karena mereka
terbiasa berperang di tempat luas dan terbuka sementara bagi pihak Romawi biasanya
berperang di tempat yang banyak persembunyian seperti gunung dan bukit sehingga merasa
kesulitan.
Zaid bin Haritsah selaku komandan pasukan pertama membawa bendera Islam sambil terus
maju menyerbu musuh dan tidak mundur sedikitpun. Zaid tergeletak ditengah-tengah barisan
musuh setelah membunuh beberapa puluh dari mereka. Bendera pun segera dibawa oleh
komandan kedua yaitu Ja'far bin Abi Thalib, dengan keberaniannya ia membelah barisan
bersama kudanya, mengayunkan pedangnya dan menebas batang leher musuh yang ada di
depannya seperti singa yang tengah mengamuk. Melihat kegagahan Ja'far itu pihak musuh
dengan cepat mengepungnya dan membuat kudanya tersungkur. Akhirnya Ja'far loncat dari
kuda itu lalu melanjutkan pertempuran sampai tangan kanannya putus, dipotong oleh musuh.
Meski begitu, Ia terus maju dengan bendera di tangan kirinya. Karena merasa geram, musuh
pun memotong lagi tangan kirinya tapi itu tidak membuat Ja'far berhenti, Ia terus maju mengapit
bendera dengan kedua lengan atasnya sambil mengomandokan kepada pasukannya untuk
terus maju melawan musuh. Namun secara mendadak pihak musuh membunuh Ja'far dengan
ganas, maka ia telah gugur syahid sebagai pahlawan. Abdullah bin Rawahah dengan cepat
mengambil alih bendera dan mengomando pasukannya, namun terbesit keraguan dihatinya
melihat angkatan perang musuh begitu hebat sampai dua orang komando tadi juga meninggal
dunia. Dengan keyakinan yang bulat Ia musnahkan rasa ragunya, mengingat tadi ia sendiri
yang menyemangati pasukan dengan pilihan menang atau mati syahid. Abdullah terus maju
sampai ia gugur sebagai syahid saat dikepung oleh musuh.
Semua panglima yang dipilih nabi telah mati terbunuh, akhirnya mereka sendiri memutuskan
agar Khalid bin Walid yang mengambil alih. Pertempuran pun terus berlangsung dengan
hebatnya.
Pada suatu malam Khalid mengumpulkan pasukan untuk kembali bermusyawarah dan
mengatur strategi perang atau mundur secara terhormat jika memang sudah tidak bisa
dilanjutkan. Akhirnya Khalid memerintah agar pasukan yang biasa di depan pindah ke belakang
dan yang di kanan pindah ke kiri. Esok harinya dengan taktik seperti itu, pihak musuh mengira
bala bantuan tentara Islam telah datang dari Madinah, padahal pasukan muslim hanya
berpindah posisi saja. Mereka mengira itu orang-orang baru. Mereka berpikir jika dari 3000 saja
bisa membuat banyak orang terbunuh apalagi jika lebih dari itu. Karena prasangkanya mereka
menjadi takut, mengundurkan diri dan tidak meneruskan pertempuran. Pasukan muslim juga
ikut mundur, maka berakhirlah perang Mu'tah selama tujuh hari itu. Dalam peperangan tersebut
pihak Romawi Timur tidak memperoleh kemenangan dan pihak muslim pun sama. Para ulama
juga ada yang berpendapat bahwa pihak muslim menang karena yang syahid hanya 12 orang
dan kebanyakan luka-luka sementara pihak musuh banyak yang terbunuh dan meninggal
dunia.

Sumber : Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW jilid 2 karya K.H. Moenawar Chalil

Tiara Aulia Fisabilah

Anda mungkin juga menyukai