PENENTUAN LOKASI
B. FAKTOR-FAKTOR KUALITATIF
Penentuan lokasi akan semakin sulit dengan adanya globalisasi. Globalisasi terjadi karena
adanya perkembangan (1) ekonomi pasar, (2) komunikasi internasional yang lebih baik, (3)
pengiriman barang yang semakin mudah, (4) aliran modal ke negara lain, dan (5) perbedaan
biaya tenaga kerja. Banyak perusahaan mempertimbangkan untuk membuka kantor baru, pabrik,
toko retail ataupun bank di negara lain. Setelah suatu negara ditentukan sebagai calon lokasi
baru, langkah selanjutnya mem-pertimbangkan wilayah dan komunitas. Langkah terakhir adalah
menetapkan lokasi dalam suatu wilayah dan komunitas.
Globalisasi bukanlah satu-satunya faktor penentuan lokasi. Faktor-faktor penentu keputusan
lokasi secara kualitatif, meliputi (1) produktivitas tenaga kerja, (2) nilai tukar mata uang, (3)
biaya, (4) kebijakan, dan (5) kedekatan dengan pasar, pemasok, serta pesaing.
70.000
Biaya per unit negara A: Rp1.166 per unit
60
25.000
Biaya per unit negara B: Rp1.250 per unit
20
Perhitungan biaya tenaga kerja tersebut menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang lebih
murah tidak selalu menguntungkan perusahaan. Perusahaan harus turut mempertimbangkan
produktivitas tenaga kerjanya. Tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah, keterampilan
yang rendah ataupun perilaku kerja yang tidak baik tidak selalu menguntungkan perusahaan
walaupun biayanya murah.
3. Biaya
Biaya lokasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tangible cost dan intangible cost.
Tangible cost adalah biaya-biaya yang telah teridentifikasi dan dapat dihitung dengan tepat.
Termasuk dalam tangible cost adalah utilitas, tenaga kerja, material, pajak, penyusutan mesin-
mesin dan peralatan, serta biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasi dan dapat dihitung oleh
departemen akuntansi. Biaya-biaya lain seperti biaya transportasi bahan mentah, biaya
pengiriman barang jadi, dan konstruksi dapat dikelompokkan ke dalam biaya lokasi. Intangible
cost merupakan biaya yang sulit untuk dituntaskan. Intangible cost meliputi kualitas pendidikan,
fasilitas transportasi umum, perilaku komunitas di antara industri dan di dalam perusahaan, serta
perilaku tenaga kerja.
4. Perilaku
Perilaku atau kebijakan suatu negara maupun pemerintah daerah terhadap berbagai macam
aturan sering kali berubah, tidak terkecuali peraturan pemerintah yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan mengenai lokasi. Perubahan-perubahan ini sering kali dipengaruhi oleh
kepemimpinan. Pemimpin yang berbeda dapat menerapkan peraturan yang berbeda pula.
Tenaga kerja juga mempunyai perilaku yang bermacam-macam. Tenaga kerja antarnegara,
antardaerah maupun antara tenaga kerja di kota besar dan kota kecil juga berbeda. Perbedaan ini,
antara lain tingkat perputaran tenaga kerja, serikat kerja, serta tingkat absensi. Perilaku-perilaku
ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil perusahaan, apakah lokasi yang akan
dipilih nantinya akan menguntungkan dari sisi tenaga kerja ataukah tidak.
Perbedaan budaya juga merupakan salah satu tantangan bagi pelaksanaan manajemen operasi
global. Perbedaan budaya tenaga kerja maupun pemasok dapat menyebabkan perbedaan dalam
hal produksi dan jadwal pengiriman.
Contoh:
PT Maju Laksana berencana untuk mendirikan pabrik baru karena pabrik yang ada saat ini
sudah tidak dapat melayani permintaan yang semakin meningkat. Perusahaan memiliki dua
alternatif lokasi, yaitu di Tangerang atau di Surabaya. Setelah menentukan faktor-faktor penentu
serta bobot dan skor masing-masing faktor maka hasil perhitungan dengan menggunakan The
factor-rating method adalah sebagai berikut.
Berdasarkan perhitungan tersebut maka lokasi Tangerang adalah lokasi yang paling sesuai
bagi perusahaan karena memiliki skor yang lebih tinggi daripada Surabaya.
Contoh:
PT Maju Bhakti, sebuah perusahaan yang memproduksi karburator mobil, tengah
mempertimbangkan untuk membuka pabrik baru. Terdapat tiga alternatif lokasi, yaitu di
Sidoarjo, Semarang, atau Bekasi. Studi pendahuluan telah dilakukan dan diperoleh perkiraan
biaya tetap per tahun per lokasi adalah Rp30.000.000, Rp60.000.000, dan Rp110.000 dengan
biaya variabel per unit sebesar Rp75.000, Rp45.000, dan Rp25.000. Harga jual karburator
diperkirakan Rp120.000 dan perusahaan menginginkan untuk berproduksi pada tingkat produksi
2.000.000 unit per tahun. Perhitungan penentuan lokasinya adalah sebagai berikut.
Sidoarjo : Biaya total = Rp30.000.000 + Rp75.000(2.000)
= Rp180.000.000
Semarang : Biaya total = Rp60.000.000 + Rp45.000(2.000)
= Rp150.000.000
Bekasi : Biaya total = Rp110.000 + Rp25.000(2.000)
= Rp160.000.000
Setelah Anda melakukan penghitungan tersebut maka langkah berikutnya adalah
menggambar grafik untuk setiap lokasi. Caranya adalah dengan menggambarkan dua koordinat
(x,y) untuk masing-masing lokasi, kemudian tarik garis melewati kedua titik tersebut.
Sidoarjo : jika volume (x) = 0 maka total biaya (y) = 30.000.000 (0, 30.000.000)
jika volume (x) = 2.000 maka total biaya (y) = 180.000.000 (2.000, 180.000.000)
Semarang : jika volume (x) = 0 maka total biaya (y) = 60.000.000 (0, 60.000.000)
jika volume (x) = 2.000 maka total biaya (y) = 150.000.000 (2.000, 150.000.000)
Bekasi : jika volume (x) = 0 maka total biaya (y) = 110.000.000 (0, 110.000.000)
jika volume (x) = 2.000 maka total biaya (y) = 180.000.000 (2.000, 180.000.000)
Apabila akan berproduksi pada tingkat produksi (volume) 2.000 unit per tahun maka
Semarang merupakan pilihan yang paling tepat karena biaya totalnya adalah yang paling murah.
Tingkat keuntungan yang diharapkan adalah sebesar:
Total penghasilan – total biaya = Rp120.000 (2.000) – Rp150.000.000
= Rp90.000.000 per tahun
Berdasarkan perhitungan tersebut maka apabila perusahaan ingin beroperasi pada tingkat
produksi 1.000.000 unit maka Sidoarjo adalah pilihan yang tepat. Sedangkan apabila berproduksi
pada tingkat produksi 2.500 atau lebih, Bekasi merupakan pilihan yang tepat.
3. Center-of-Gravity Method
Center-of-gravity method adalah teknik matematis yang digunakan untuk menemukan pusat
lokasi distribusi yang dapat meminimalkan biaya. Metode ini mempertimbangkan lokasi pasar,
jumlah barang yang dikirim, serta biaya pengiriman. Langkah pertama dalam metode ini adalah
menentukan lokasi dalam suatu sistem koordinat. Penggambaran koordinat dan skala yang
digunakan dapat bervariasi, asalkan dapat merepresentasikan jarak yang sesungguhnya. Cara ini
dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan kertas bergaris, kemudian
menggambarkannya pada peta. Rumus yang digunakan:
dixQi
i
Koordinat x =
Qi
i
diy Qi
i
Koordinat y =
Qi
i
di mana:
dix = koordinat x dari lokasi i
diy = koordinat y dari lokasi i
Qi = kuantitas barang yang dipindahkan dari lokasi i
Contoh:
Purnama Department Store adalah salah satu department store yang mempunyai cabang di
beberapa kota di Indonesia. Lokasi toko saat ini adalah di kota A, B, C, dan D. Saat ini, setiap
toko memperoleh barang dari gudang yang terletak di kota C. Data permintaan barang per bulan
adalah sebagai berikut:
Tabel
Permintaan Purnama Dept. Sore
No. Lokasi Jumlah Pengiriman Kontainer per
Toko Bulan
1 A 2.000
2 B 1.000
3 C 1.000
4 D 2.000
Perusahaan memutuskan untuk mencari beberapa sentra lokasi untuk digunakan sebagai gudang.
Lokasi toko saat ini seperti terlihat pada gambar di bawah.
D
120
(130,130)
A
(30,120)
C
(90,110)
90
Center of gravity
(66,7 ; 93,3)
60
30 B (60,40)
30 60 90 120 150
Gambar 3.5.
Koordinat Lokasi Purnama Dept. Store
Misal, koordinat lokasi A:
dix = 30
diy = 120
Qi = 2.000
Dengan menggunakan data pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 maka koordinat x dan y titik
pusat adalah:
Koordinat x:
(30)(2000) (90)(1000) (130)(1000) (60)(2000) 400.000
66, 7
2000 1000 1000 2000 6.000
Koordinat y:
(120)(2000) (110)(1000) (130)(1000) (40)(2000) 560.000
93,3
2000 1000 1000 2000 6.000
Lokasi baru ini (66,7 ; 93,3) merupakan lokasi yang paling strategis untuk didirikan gudang
baru. Berdasarkan jarak dan volume pengiriman maka lokasi ini merupakan lokasi yang dapat
meminimalkan biaya pengiriman.
Selamat Belajar dan
Jangan Lupa Mengerjakan Tugas 1