BAB I
PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik
kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk itu dalam perencanaan jalan, perlu
dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan jalan tersebut, seperti
fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan
jalan, sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, sifat dan jumlah material yang tersedia di lokasi yang
akan dipergunakan sebagai bahan lapis perkerasan, dan bentuk geometrik lapisan perkerasan.
Konstruksi jalan yang akan dibangun haruslah mampu memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pengguna jalan. Ada dua persyaratan utama yang harus dipenuhi yaitu :
UBD
1
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Permukaan harus mudah mengalirkan air, dan dengan demikian air hujan yang mengalir di
atasnya dapat cepat dialirkan ke parit atau saluran drainase yang ada.
Harus cukup kaku untuk menimbulkan beban yang bekerja tanpa adanya deformasi yang
berarti.
Lapis permukaan
Pondasi atas
Pondasi bawah
Tanah dasar
Gambar 1.1
Susunan Lapis Perkerasan Jalan
Lapisan pemukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapis pondasi
atas menerima beban vertikal dan getaran serta selanjutnya lapisan tanah dasar dianggap hanya
menerima beban vertikal saja. Dari masing-masing kriteria tersebut, maka setiap lapisan harus
direncanakan sesuai dengan tugas atau fungsinya dalam memikul beban yang akan diterimanya.
Lapisan tanah dasar berfungsi sebagai perletakan dan lapis perkerasan. Tebal lapisan ini
berkisar diantara 50 – 100 cm. Lapisan tanah dasar dapat dibedakan atas :
Sebelum di letakan lapisan-lapisan berikutnya, tanah dasar harus dipadatkan terlebih dahulu
sehingga tercapai kesetabilan yang tinggi terhadap perubahan volume. Kekuatan dan keawetan
konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh daya dukung tanah dasar. Masalah-masalah
Perubahan bentuk.
Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik.
Perbedaan penurunan.
Kondisi geologi.
Lapis pondasi bawah ( sub-base course ) terletak di antara lapis pondasi atas ( base
1) bagian dari konstruksi perkerasan memikul dan menyebarkan beban roda ke tanah
dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, memiliki CBR ≥ 20 % dan indeks Plastisitas
beberapa hal sangat dianjurkan agar memperoleh bantuan yang efektif terhadap
2) Efisieni penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan di atasnya dapat
3) Mencegah tanah dasar yang berbutir halus masuk kedalam lapis pondasi atas.
UBD
3
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Lapis pondasi atas ( base course ) terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis pondasi
Merupakan bagian perkerasan yang menahan beban vertikal dari roda kendaraan dan
Bahan yang akan digunakan untuk lapis pondasi haruslah cukup kuat. Untuk lapis pondasi
atas tanpa bahan pengikat umumnya dapat digunakan material dengan CBR > 50 % dan Indeks
Plastisitas ( PI ) < 4 %. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, krikil, stabilisasi tanah dengan
semen atau kapur dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi atas.
Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain :
A lebih kasar dibandingkan gradasi kelas B, begitu pula gradasi kelas B lebih kasar
2. Pondasi Macadam.
3. Pondasi Telford.
Lapis permukaaan terletak paling atas dari susunan lapisan perkerasan. lapisan ini
berfungsi sebagai :
UBD
4
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
bawah.
Jenis lapisan permukaan yang umum digunakan di Indonesia antara lain adalah :
1. Lapisan nonstruktural.
Lapisan yang berfungsi sebagai lapisan aus dan lapisan kedap air, antara lain :
Merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu
Merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan
satu lapis agregat bergradasi seragam, dikerjakan dua kali secara berurutan dengan
lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1–2 cm.
Merupakan lapisan penutup yang terdiri dari laipsan aspal taburan pasir dengan
Merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak
dengan perbandingan tertentu yang tercampur secara dingin dengan tebal padat
maksimum 1 cm.
UBD
5
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
timpang, mineral pengisi ( filter ) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu,
dicampur dalam keadaan panas dengan ketebalan padat maksimum 2,5 – 3 cm.
keseluruhan menambah masa pelayanan dan konstruksi perkerasan. Jenis lapisan ini
Lapisan ini berfungsi sebagai laisan aus dan kedap air juga berfungsi sebagai
lapisan yang menahan dan meneruskan beban roda kendaraan ke lapisan yang ada di
Merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci
bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di
atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi laburan
Adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan
pelunak dan filler yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin dengan
Merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan raya yang terdiri dari agregat
kasar, agregat halus, filler dan aspal keras. Yang dicampur, dihamparkan dan
UBD
6
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
BAB. II
PERKERASAN JALAN
Lapis perkerasan jalan berfungsi menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa
menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi perkerasan akan memberikan kenyamanan
kepada si pengemudi selama masa pelayanan jalan tersebut. Untuk itu dalam perencanaan
konstruksi, lapis konstruksi perkerasan perlu sekali mempertimbangkan semua factor-faktor yang
Lapisan tanah dasar merupakan lapisan yang yang paling atas, yang nantinya akan di
letakkan lapis perkerasan di atasnya. Kualitas tanah dasar akan sangat mempengaruhi kualitas
perkerasan, tanah dasar ini terlebih dahulu harus diperiksa daya dukungnya. Pemeriksaan daya
dukung tanah dapat dilakukan dengan CBR ( California Bearing Ratio ) merupakan cara yang
paling sering digunakan di Indonesia, DCP ( Dynamic Cone Penetrometer ) dan lain sebagainya.
CBR diperoleh dari hasil pemeriksaan contoh tanah yang telah disiapkan di laboratorium
evaluasi terhadap kedalaman atau elevasi tanah dasar rencana, sehingga para pengambil contoh
dapat mengetahui pada lokasi atau posisi mana tanah harus diambil sebagai contoh sample untuk
diuji.
UBD
7
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Maka perlu ditinjau ketebalan lapisan timbunan tersebut. Untuk tanah timbunan kurang dari
1 meter, maka sample tanah diambil baik dari bahan timbunan maupun tanah aslinya. Untuk
timbunan lebih dari 1m, maka sample tanah yang diambil cukup dari tanah timbunannya saja.
Maka perlu diketahui kedalaman dari galian tersebut dari permukaan tanah aslinya. Dari
kedalaman ini dapat diambil kesimpulan apakah perlu dilakukan Test Pit ( sumur uji ) atau cukup
dilakukan analisa lapis dan sifat-sifat tanah lainnya dengan cara pemboran.
Maka pengambilan contoh tanah dilakukan di sepanjang trase jalan. Interval pengambilan
harus berdasarkan jenis tanah di sepanjang trase tersebut. Untuk jenis tanah yang sama, maka
pengambilan contoh dapat dilakukan dengan interval 1 Km sekali, namun apabla terjadi
pergantian jenis tanah, maka sample tanah harus diambil pada setiap perubahan tersebut.
Penentuan nilai CBR untuk perencanaan jalan perlu mempertimbangkan segi ekonomis
namun tidak mengorbankan segi kekuatan untuk konstruksi jalan yang akan dibangun. Pada
kenyataannya, besarnya harga CBR pada setiap titik pengujian di sepanjang jalur jalan tidaklah
sama. Hal ini disebabkan oleh tidak seragamnya jenis dan kondisi tanah yang ada. Apabila
perencanaan tebal lapis perkerasan hanya berdasarkan nilai CBR yang paling kecil, maka dapat
dipastikan akan menghasilkan lapis perkerasan yang cukup tebal, yang pada akhirnya akan
menghabiskan biaya yang cukup mahal. Sebaliknya diambil CBR terbesar, maka dipastikan hasil
Sebaiknya panjang jalan tersebut dibagi atas segmen-segmen jalan, dimana setiap segmennya
mempunyai daya dukung yang hampir sama. Jadi segmen jalan adalah bagian dari panjang jalan
yang mempunyai sifat-sifat tanah yang sama, antara lain daya dukung tanah, jenis tanah dan
keadaan lingkungannya.
UBD
8
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Setiap segmen jalan mempunyai satu nilai CBR yang mewakili daya dukung tanah dasar dan
digunakan untuk perencanaan tebal lapis perkerasan pada segmen jalan tersebut. Nilai CBR
Cara Anailitis
Perhitungan CBR dengan cara analitis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Dimana nilai R tergantung dari jumlah data yang terdapat di dalam satu segmen
Tabel 2.1
Keamanan yang ditentukan oleh nilai gesekan akibat kontak antara roda kendaraan
dengan permukaan perkerasan. Besarnya gaya gesek yang terjadi dipengaruhi oleh
bentuk dan kondisi ban tekstur permukaaan jalan dan kondisi cuaca.
UBD
9
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
pengemudi.
Gangguan kenyamanan bagi pengemudi dapat disebabkan oleh gangguan dalam arah
sepanjang jalan dan gangguan dalam arah melintang ( Transverse Distorsion ), misalnya berupa
Servicibility Index dan indeks kondisi jalan atau road condition index (RCI).
Tabel 2.2
lubang-lubang, lendutan pada jalur roda, kekerasan permukaan dan lain sebagainya yang
terjadi selama usia rencana. Indeks permukaan bervariasi dari nilai 0 sampai dengan 5, yang
Bina Marga memberikan nilai IP untuk berbagai kondisi permukaan jalan sebagai berikut :
IP = 1,5 Menyatakan tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin dilewati ( jalan
tidak terputus ).
IP = 2,0 Adalah menyatakan tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih mantap.
Rencana ( LER )
Tabel 2.3
Dalam menentukan indeks permukaan umur rencana ( IPo ) perlu diperhatikan jenis
lapis permukaan jalan ( kerataan atau kehalusan serta kekokohannya ) pada awal umur
rencana. IPo ini tergantung dari jenis bahan yang dipergunakan untuk lapis perkerasan
tersebut.
Umur rencana ( UR ) perkerasan jalan adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak
jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk
diberi lapisan permukaan yang baru. Selama umur rencana, pemeliharaan jalan tetap harus
dilaksanakan seperti pelapisan nonstructural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana
untuk jalan yang baru dibuka pada umumnya diambil 20 tahun, sedangkan untuk peningkatan
jalan pada umumnya diambil 10 tahun. Umur rencana lebih dari 20 tahun dipandang kurang
UBD
11
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
ekonomis karena perkembangan lalulintas terlalu besar atau sukar mendapat tingkat ketelitian
yang memadai.
sumbu yang berbeda-beda. Sumbu depan merupakan sumbu tunggal roda tunggal,
sedangkan sumbu belakang dapat merupakan sumbu tunggal roda tunggal, sumbu tunggal
roda ganda, ataupun sumbu ganda roda ganda. Dengan demikian setiap jenis kendaraan
akan memiliki angka ekivalen yang merupakan hasil penjumlahan dari angka ekivalen
sumbu depan dan sumbu belakang. Beban masing-masing sumbu dipengaruhi oleh titik
E sumbu depan = Distribusi Beban sumbu depan ( Beban sumbu tunggal, kg/8160 )4
E sumbu belakang = Distribusi Beban sumbu belakang (Beban sumbu tunggal, kg/8160)4
Hasil perhitungan angka ekivalen yang dipengaruhi beban kosong dan beban muatan
Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa truk memiliki angka ekivalen yang berbeda antara
kendaran kosong dan kendaran termuat penuh ( berat maksimum ). Pada perencanan tebal
maksimum dan tidak juga menggunakan angka ekivalen berdasarkan berat kosong. Angka
ekivalen yang digunakan untuk perencanaan adalah angka ekivalen berdasarkan berat
kendaraan yang diharapkan selama umur rencana. Berat kendaraaan tersebut sangat
Fungsi jalan
Keadaan medan
Kondisi jembatan
UBD
12
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Perkembangan daerah
Dengan demikian, maka sebaiknya angka ekivalen yang dipergunakan untuk perencanaan
tebal perkerasan adalah angka ekivalen hasil survey timbang yang telah dilakukan pada
daerah tersebut.
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalulintas dari suatu ruas jalan raya yang
menampung lalulintas terbesar. Jika jalan tidak mempunyai pembatas jalur, maka jumlah
Persentase kendaraan pada jalur rencana dapat ditentukan dengan menggunakan koefisien
Tabel 2.4
Tabel 2.5
UBD
13
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Keterangan :
Berat total kendaraan ringan < 5 ton, misalnya : Mobil penumpang, Pick Up, Mobil
hantaran. Berat total kendaraan berat ≥ 5 ton, misalnya : Bus, Truk, Traktor, Semi Trailer,
Trailer.
Lalulintas harian rata-rata ( LHR ) setiap jenis kendaraan ditentukan pada permulaan
umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-masing
arah untuk jalan dengan median. LHR merupakan unsure penting dalam menentukan
ekivalen, maka besarnya lintas ekivalen dapat ditentukan dengan rumus-rumus sebagai
Yaitu merupakan jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat
8160 kg pada jalur rencana yang diduga terjadi pada awal umur rencana. LEP dapat
LEP = LHRj x Cj Ej
Dimana :
j = Jenis kendaraan
Yaitu merupakan jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat
8160 kg pada jalur rencana yang diharapkan terjadi pada akhir usia rencana. LEA
Dimana :
UBD
14
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
j = Jenis kendaraan
Yaitu merupakan jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat
8160 kg pada jalur rencana yang diharapkan terjadi pada pertengahan umur rencana.
Adalah suatu besaran yang digunakan dalam nomogram penetapan tebal perkerasan
untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu tunggal seberat 8160 kg pada jalur
Kondisi lingkungan ini dalam perencanaan tebal perkerasan jalan disebut dengan faktor
regional ( FR ). Faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap konstruksijalan adalah air, baik air
yang berasal dari hujan ataupun air yang berasal dari dalam tanah. Disamping itu, kelandaian jalan
dan jumlah kendaraan berat yang akan menggunakan jalan terserbut juga akan ikut berpengaruh
permeabilitas tanah dan perlengkapan drainase dapat dianggap sama. Dengan demikian di dalam
menentukan tebal lapis perkerasan, faktor regional hanya dipengaruhi oleh bentuk kelandaian dan
tikungan, persentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim setempat.
Tabel 2.6
UBD
15
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
<6% 6 – 10 % > 10 %
% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 %
IKlim I 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
< 900 mm/th
IKlim I 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
> 900 mm/th
Sumber : Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
tikungan tajam ( R ≤ 30 m ), FR ditambah dengan 0,5. pada daerah rawa-rawa atau FR ditambah
dengan 1,0.
Perencanaan tebal perkerasan ditentukan juga dari jenis lapisan perkerasan. Hal ini ditentukan
dari tersedianya material di lokasi dan mutu material tersebut. Ketersediaan material di lokasi akan
berpengaruh terhadap biaya pembangunan secara langsung, mengingat biaya transportasi yang harus
dikeluarkan apabila material harus didatangkan dari luar daerah. Namun begitu, kualitas material
juga harus dijaga agara mutu konstruksi jalan yang dibuat dapat dicapai. Dengan pertimbangan
tersebut,banyak sekali alternatif dari material yang dapat dipilih, yang dipercaya sangat ekonomis
permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditetapkan secara korelasi sesuai nilai dari pengujian
marshall ( MS, untuk beban dengan pengikatan aspal ), kuat tekan ( Kt, untuk bahan hasil
stabilisasi kapur dan semen ) atau CBR ( untuk lapis pondasi bawah ).
Tabel 2.7
UBD
16
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - - Lasbutag
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
Disamping memberikan nilai koefisien sebagaimana tersebut di atas, Bina Marga juga
membatasi ketebalan dari masing-masing lapisan yang paling minimum sehubungan dengan
beban lalulintas yang akan diterimanya. Beban lalulintas yang akan diterima oleh lapisan
perkerasan merupakan suatu nilai yang diberi nama dengan Indeks Tebal perkerasan ( ITP ).
UBD
17
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tabel 2.8
( Cm ) Bahan
3,00 5,0 Lapis Pelindung (Buras, Burtu, Burda)
≥ 10,000 10 Laston
Sumber : Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
Tabel 2.9
pondasi macadam
10,00 – 12,14 15 Laston atas
pondasi macadam
≥ 12,25 25 Batu pecah, stab. Tanah/semen, stab.tanah/kapur,
UBD
18
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Lapisan perkerasan jalan harus dibentuk sedemikian rupa sehingga pengaruh air dapat dihindari
sejauh mungkin. Bentuk geometrik lapisan perkerasan jalan mempengaruhi cepat atau lambatnya
aliran air untuk meninggalkan lapisan perkerasan jalan. Bentuk permukaan yang terlalu daratakan.
mengakibatkan aliran air yang jatuh pada permukaan jalan tersebut lambat.lambatnya pengaliran air
akan memberi kesempatan untuk meresap ke lapisan perkerasan. Sebaliknya bentuk terlalu curam
kemiringannya, disamping akan mengakibatkan timbulnya erosi juga akan mengurangi kenyamanan
dalam mengemudi.
Gambar 2.1
Lapisan perkerasan diletakkan di atas tanah dasar pada seluruh badan jalan. Keuntungan
dari jenis konstruksi ini adalah air jatuh dapat segera dialirkan ke luar lapisan permukaan.
Gambar 2.2
UBD
19
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Lapisan perkerasan diletakkan didalam lapisan tanah dasar. Jenis konstruksi ini
memiliki kelemahan yaitu air yang jatuh di atas permukaan, disamping akan mengalir
meninggalkan konstruksi perkerasan juga akan meresap kedalam badan konstruksi. Air yang
bertahan didalam badan jalan akan lambat keluar akibat tertahan oleh material tanah dasar.
UBD
20
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
BAB. III
Terdapat banyak metode yang telah dikembangkan dan dipergunakan di berebagai negara
untuk merencanakan tebal perkerasan. Metode tersebut kemudian secara spesifik diakui sebagai
standar perencanaan tebal perkerasan yang dilakukan oleh negara yang bersangkutan. Beberapa
Yang secara terus menerus mengalami perubahan sesuai dengan penelitian yang telah
diperoleh. Perubahan terakhir dilakukan pada edisi 1986 yang dapat dibaca pada buku “
Road Note 29 diperuntukkan bagi perencanaan tebal perkerasan di Inggris itu sendiri,
Yang dapat dibaca pada Thickness Design Asphalt Pavements for Highways and
Streets, MS-1
Yang merupakan modifikasi dari metode AASHTO 1972 revisi 1981. Metode ini
dapat dilihat pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan
UBD
21
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Metode perencanaan tebal perkerasan jalan dengan analisa komponen yang dikeluaarkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum bagian Ke-Bina Margaan, yang judul aslinya “ Petunujuk
Perencanaan Tebal perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode yang bersumber dari AASHTO ’72
Adapun hal-hal yang telah dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia adalah
sebagai berikut :
Lapis permukaan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis yang berbeda mutunya satu sama
lain. Oleh karena itu IPo tidak dapat diberlakukan hanya satu nilai saja seperti pada
AASHTO.
AASHTO mempergunakan 2 harga untuk IP, yaitu IP = 2,0 dan IP = 2,5 sedangkan
Indonesia menggunakan 4 harga Ip, yaitu IP = 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 sesuai dengan fungsi jalan
Faktor Regional ( FR )
Faktor regional (FR) digunakan oleh AASHTO dikembangkan berdasarkan 4 musim yang
dimiliki Amerika Serikat, yaitu musim panas, musim gugur, musim semi dan musim
dingin, disamping pengaruh lainnya seperti drainase, muka air tanah san kelandaian jalan
hujan pada iklim tropis, faktor drainase, muka air tanah dan kelandaian jalan dan
berdasarkan umur rencana 10 tahun. Untuk umur rencana selain 10 tahun maka
rencana /10.
Perencanaan tebal perkerasan untuk jalan baru sesuai tercantum dalam buku Perencanaan
Tebal Perkerasan Lentur dengan Analisa Komponen – SKBI 2.3.26. 1987 UDC 625.73 ( 02 )
Tentukan nilai daya dukung tanah dasar dengan cara pemeriksaan CBR segmen.
Tentukan nilai daya dukung tanah dasar dari setiap CBR segmen yang dipoeroleh dengan
Tentukan Faktor pertumbuhan lalu lintas yang terjadi selama masa pelaksanaan dan selam
umur rencana, i %.
Tentukan indeks permukaan awal umur rencana ( IPo ) sesuai dengan jenis lapis
Tentukan indeks permukaan akhir umur rencana ( IP ) sesuai dengan jenis lapis
Tentukan jenis lapis perkerasan yang akan dipergunakan, pemilihan jenis lapis perkerasan
ditentukan berdasarkan : material yang tersedia, biaya, tenaga dan peralatan, serta fungsi
Tentukan koefisien relative (a) dari setiap lapisan, yaitu lapis permukaan, lapis pondasi
Dapat ditentukan ketebalan dari masing-lapisan. Untuk rumus di atas, dapat diterangkan sebagai
beikut :
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relative untuk lapis permukaan, lapis pondasi
D1, D2, D3 = Tebal dari lapis permukaan, lapis pondasi atas dan lapis pondasi
bawah.
Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah aspal. Lapisan perkerasan jalan
berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya
Gambar 3.1
Lapisan Perkerasan Lentur
Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah beton semen, sehingga sering disebut
juga perkerasan beton semen (concrete pavement). Perkerasan beton yang kaku dan memiliki
modulus elastisitas tinggi, akan mendistribusikan beban ke tanah dasar sehingga bagian
terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari pelat beton sendiri.
UBD
24
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 3.2
atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas.
Gambar 3.3
Terdapat beberapa perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur, seperti
UBD
25
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tabel 3.1
UBD
26
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
BAB. IV
PERKERASAN KAKU
Perkerasan kaku atau sering disebut juga perkerasan beton semen adalah suatu susunan
konstruksi perkerasan yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa
atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah
Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.
Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan
perkerasan beton semen. Pelat beton semen memiliki sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan
beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di
bawahnya.
Lapisan pelat beton terbentuk dari campuran semen, air, agregat, dan bahan tambahan.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton harus diuji terlebih dahulu dan harus
bersih/bebas dari bahan-bahan yang merugikan (lumpur, minyak, bahan organik, dll.).
Lapisan pondasi bawah dapat berupa lean-mix concrete (campuran beton kurus), bahan
berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding), atau bahan pengikat
seperti semen, kapur, abu terbang yang dihaluskan. Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan
untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase.
Perkerasan kaku dapat menggunakan pondasi bawah atau tanpa pondasi bawah. Beberapa
UBD
27
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
alasan digunakan atau tidak digunakannya lapis pondasi bawah, dapat dilihat pada Tabel 4.1
di bawah ini:
Tabel 4.1
Alasan Digunakan dan Tidak Digunakannya Subbase
- Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen sebagai lantai kerja (working
platform).
- Menaikkan nilai modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade reaction = k), menjadi
- Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butiran-butiran halus tanah bersama air
pada daerah sambungan, retakan, atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau
gerakan vertikal pelat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi
di bawah pelat.
Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratantana h dasar
pada perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan, maupun kerataannya. Daya
dukung ditentukan dengan pengujian CBR, apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih
UBD
28
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
kecil dari 2%, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix
Concrete) yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5%.
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan pelat beton perkerasan kaku, maka perkerasan
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran p elat
mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi olehadanya sambungan-
sambungan melintang guna mencegah retak beton.Umumnya perkerasan ini lebarnya 1 lajur
Gambar 4.1
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan, yang ukuran pelatnya
berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya
UBD
29
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 4.2
Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT)
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan dan dengan panjang pelat
yang menerus yang hanya dibatasi adanya sambungansambungan muai melintang. Panjang
Gambar 4.3
mengurangi pengaruh susut, muai akibat perubahan suhu dan umumnya tanpa tulangan
UBD
30
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 4.4
Perkerasan Beton Prategang
Ruji (dowel)
Merupakan sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap sambungan melintang
guna menyalurkan beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi
Gambar 4.5
Bagian batang ruji yang dapat bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah
karat dan dilapisi dengan pelumas serta ditutup dengan topi pelindung muai (expansion cap).
UBD
31
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 4.6
Batang pengikat merupakan batang baja ulir (deformed bar) yang diletakkan tegak lurus
sambungan memanjang, dengan fungsi untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.
Gambar 4.7
Gambar 4.8
UBD
32
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Apabila perkerasan digunakan tulangan, maka tulangan berupa anyaman kawat dilas
atau anyaman batang baja. Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemah, dll yang
- Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah
Sambungan dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan retak beton
akibat susut serta untuk menampung pemuaian pelat beton akibat perubahan suhu dan
harus diusahakan sebelum retak awal terjadi. Beberapa jenis sambungan melintang, yaitu:
beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat
UBD
33
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
pengaruh perubahan suhu dan kelembaban. Jarak antara tiap sambungan umumnya
dibuat sama.
bagian-bagian yang dicor pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil
Sambungan Isolasi
perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian. Sambungan muai
Gambar 4.9
Sambungan Isolasi
4.3.4. Pengisi Sambungan dan Penutup Sambungan (Joint Filler and Joint Sealer)
Bahan penutup sambungan (joint sealer) dapat berupa expandite plastic, senyawa
gabungan bitumen karet yang dituangkan dalam keadaan panas, atau bahan yang siap pakai
seperti neoprene (penutup jadi yang ditekan). Sebelum bahan penutup dipasang, celah
Jenis dan tebal pondasi bawah ditentukan berdasarkan nilai CBR tanah dasar dan
repetisi sumbu yang terjadi. Apabila tanah dasar mempunyai CBR lebih kecil dari 2%, maka
harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (lean-mix concrete) setebal 15
cm. Jenis dan tebal minimum lapis pondasi bawah yang disarankan dapat dilihat pada
Gambar 4.10.
Gambar 4.10
Pesamaan interpolasi dari grafik diatas dapat didekati dengan persamaan sebagai berikut :
UBD
35
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Untuk tebal pondasi yang berada di antara garis-garis tersebut di atas, ditentukan dengan
menggunakan persamaan garis berdasarkan grafik yang sama, yaitu sebagai berikut:
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI
03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989. Apabila tanah dasar
memiliki nilai CBR kurang dari 2 % maka dianggap mempunyai nilai CBR efektif 5%. Nilai
Gambar 4.11
CBR Tanah Dasar Efektif
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
Grafik CBR tanah dasar efektif juga diubah ke dalam bentuk persamaan garis agar
dapat dihitung dalam program. Dengan cara interpolasi titik, maka diperoleh persamaan garis
sebagai berikut:
UBD
36
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Perencanaan didasarkan bahwa antara pelat dan pondasi bawah tidak adaikatan. Jenis
pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2
Nilai Koefisien Gesekan (μ)
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur
28 hari. Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang
Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik lentur beton dapat
Penentuan beban lalu lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam
jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada
lajur rencana selama umur rencana. Lalu lintas dianalisis berdasarkan hasil perhitungan
volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau 2 tahun terakhir.
Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai
berat total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang
menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur,
maka jumlah lajur dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar
Tabel 4.3
UBD
38
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka
untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural.
Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun
sampai 40 tahun.
(1 i) UR 1
R= ........................................................(2.13)
i
R = Faktor pertumbuhan lalu lintas
i = Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun (%)
UR = Umur rencana (tahun)
Lalu lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur
rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap
jenis sumbu kendaraan. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung
Dimana :
JSKNH = Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka
UBD
39
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan
beban (FKB) seperti dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Faktor Keamanan Beban (FKB)
Untuk menentukan nilai tegangan ekivalen dan faktor erosi, digunakan tabel yang
terdapat pada Pedoman Bina Marga seperti dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.
UBD
40
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tabel 4.5
Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
UBD
41
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tabel 4.5
Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
(lanjutan)
UBD
42
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tabel 4.5
Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
UBD
43
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
(lanjutan)
Tabel 4.6
UBD
44
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
Tabel 4.6
UBD
45
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
(lanjutan)
Tabel 4.6
UBD
46
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
(lanjutan)
- Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang
tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton. Analisa fatik dan erosi dilakukan untuk
memperoleh repetisi beban ijin dan persen kerusakan yang terjadi. Repetisi beban ijin dapat
diperoleh dengan menggunakn nomogram seperti pada Gambar 2.15, 2.16, dan 2.17.
Gambar 4.12
Analisa Fatik dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan
Dengan / Tanpa Bahu Beton
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
UBD
48
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 4.13
Analisa Erosi dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Faktor Erosi
Tanpa Bahu Beton
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
UBD
49
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 4.14
Analisa Erosi dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Faktor Erosi
Dengan Bahu Beton
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
UBD
50
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Ukuran ruji dan batang pengikat yang disarankan oleh Portland Cement Association
Tabel 4.7
Ukuran Ruji (Dowel)
Tabel 4.8
Ukuran Batang Pengikat (Tie Bar)
Luas penampang tulangan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
UBD
51
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
.L.M.g.h
As = ...........................................................(2.26)
2.f s
CATATAN:
Luas penampang minimum yang disyaratkan adalah 0.1% luas penampang beton.
4.5.3. Presentase Luas Tulangan yang Dibutuhkan Terhadap Luas Penampang Beton
Ps = Presentase luas tulangan yang dibutuhkan terhadap luas penampang beton (%)
fct = Kuat tarik langsung beton = (0.4 – 0.5 fcf) (kg/cm2)
fy = Tegangan leleh rencana baja (kg/cm2)
n = Angka ekivalensi antara baja dan beton = Es / Ec
μ = Koefisien gesekan antara pelat beton dan pondasi bawah sebagaimana pada
Tabel 2.3
Es = Modulus elastisitas baja = 2.1 × 106 (kg/cm2)
Ec = Modulus elastisitas beton = 14850 fc(kg/cm2)
CATATAN:
f ct2
Lcr = ...........................................................(2.28)
n.p 2 .u.f b .( s .E c f ct )
Untuk menjamin agar didapat retakan-retakan halus dan jarak antara retakan yang optimum,
maka:
- Presentase tulangan dan perbandingan keliling dan luas tulangan harus besar.
- Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bar) untuk memperoleh tegangan lekat yang
lebih tinggi.
CATATAN:
- Jarak retakan yang dihitung menggunakan persamaan (2.28) harus memberikan hasil antara
- Jarak antar tulangan 100 – 225 mm dengan diameter berkisar antara 12 – 20 mm.
UBD
53
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
BAB. V
Untuk perhitungan perkerasan rigid. Data CBR untuk ruas jalan poros Jalan PT. GH EMM
5+800 1.4
6+000 1.6
6+200 3.1
6+400 5.6
6+600 5.5
6+800 5.8
7+000 3.6
7+200 1.5
7+400 4.0
7+600 10.3
7+800 7.7
8+000 4.7
0+000 5.8
0+200 3.7
0+400 1.8
0+600 3.1
0+800 5.5
1+000 10.9
Dari data diatas, hitung nilai CBR 90% dan nilai CBR setelah dikurangi standar deviasi. Hal
ini dilakukan untuk mencari nilai CBR wakil yang akan dipakai untuk perhitungan selanjutnya.
UBD
55
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
100.00
Persen yang sama atau lebih besar ( % )
80.00
jangan dihapus
3.553329 0
60.00
3.553329 90
0 90
40.00
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
-20.00
-40.00
CBR (%)
c2 : = -2.0595
c1 : = -27.2793
c0 : = 212.9354
4 Hitung CBR
SD : Standar deviasi = 0.63453198
CBR av : = 4.37
CBR : CBR av - SD = 3.73 %
UBD
56
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
AUSTROADS, dan diadopsi untuk wilayah Indonesia dengan peraturan “Pd T-14-2003 Perencanaan
Perkerasan Jalan Beton Semen”. Metode ini dilakukan dengan cara trial error untuk mendapatkan
ketebalan pelat rigid yang optimum. Parameter optimum dapat dilihat pada nilai persentase fatik
yang lebih kecil tapi mendekati 100 %. Dari hasil coba-coba ketebalan pelat yang didapat adalah :
DATA JALAN
Ruas jalan : JALAN LINGKAR LAHAT
Peranan jalan : = Jalan Lokal
Tipe jalan : = 1 lajur 2 arah
Kuat tekan beton (f'c ) : = 28.5 mPa
Jenis agregat : = Agregat pecah
Bahu jalan : = Ya
Ruji (dowel) : = Ya
Umur rencana : = 20 tahun
CBR tanah dasar : = 3.732 %
Tebal pelat beton : Trial error = 200 mm
Lapis pemecah ikatan = Laburan parafin tipis pemecah ikat
Tegangan leleh baja : = 2400 kg/cm2
Diameter tulangan = 12 mm
DATA LALU-LINTAS
Volume Pertumbuhan Lalu
Jenis Kendaraan Kendaraan Lintas
(kend./hari) (% / tahun)
Mobil Penumpang 336 8.00% 500
Bus 50 8.00% 50
Truk 2 as Kecil 164 8.00% 40
Truk 2 as Besar 48 8.00% 0
Truk 3 as 9 8.00% 0
Truk Gandeng 5 8.00% 9
Semi Trailer 7 8.00% 5
UBD
57
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
UBD
58
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
UBD
59
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
UBD
60
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
drebar : = 12 mm
fy : = 240 mPa
L : jarak antar sambungan yang tidak diikat / tepi bebas pelat (m)
= 8m
M : berat per satuan volume pelat = 2400 kg/m3
g : gravitasi (m/det 2) = 9.807 m/dt 2
h : tebal pelat beton (m) = m
a.2 Perhitungan
fs : kuat tarik ijin tulangan
: fy = 240 mPa
2
A s req : m . L . M . g . h / ( 2 . fs ) = 122.980 mm / m
2
A s min : 0.1% b. h = 209 mm / m
2
As : = 209.000 mm / m
nrebar : 2 . A s / ( 1 / 4 p drebar2 ) = 4 buah
s : 1000 / nrebar = 250 mm
c Rekapitulasi desain
h1 : = 200 mm
h2 : = 100 mm CBK
B : = 3.5 m
L : = 8m
A1 : = D12-250
A2 : = D12-500
CV. HAFILIA 61
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Untuk menambah kekuatan lapisan perkerasan, dibawah lapisan beton kurus ditambah aggeragat A tebal 15
cm dan aggregat B tebal 20 cm..
.
CV. HAFILIA 62
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
BAB VI
KESIMPULAN
Sesuai perhitungan dari tebal perkerasan di atas, dimana lapisan pondasi jalan
existing untuk Ruas Jalan PT. GH EMM INDONESIA adalah tanah, maka di dapat rencana
CV. HAFILIA 63
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 6.1
Typikal Perkerasan
CV. HAFILIA 64
LAPORAN PERHITUNGAN PERKERASAN
Dengan Rigid Pavement
Gambar 6.2
Detail Tebal Perkerasan Badan dan Bahu Jalan
CV. HAFILIA 65