Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS PILIHAN POLITIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI

MEDIA SOSIAL

(Studi Kasus tagar #2019gantipresiden)

USULAN PENELITIAN

diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh

MARVIN ANGELO GRACINO

1610631180108

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSAKARAWANG

2019
Lembar Persetujuan
ANALISIS PILIHAN POLITIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI
MEDIA SOSIAL

(Studi Kasus tagar #2019gantipresiden)


Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing Skripsi
untuk diajukan ke hadapan Tim Penguji dalam Ujian Sarjana
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Menyetujui,
Karawang, 22 Mei 2019

Pembimbing I Pembimbing II

_______________________ ________________________
NIDN. NIDN.

Mengetahui,

Dekan, Koordinator Program Studi

_______________________ ________________________
NIDN. NIDN.

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 .............................................................................................................................
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
1.4 Tujuan Masalah ............................................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1.5.1 Manfaat Teoritis ....................................................................................... 9
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................................ 9
1.6 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 9
1.7 Proposisi ...................................................................................................... 16
1.8 Metodologi Penelitian................................................................................. 16
1.8.1 Metode Penelitian ................................................................................... 16
1.8.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 18
1.8.3 Sumber Data ............................................................................................ 21
1.8.4 Penentuan Informan ............................................................................... 22
1.8.5 Teknis Analisis Data ............................................................................... 23
1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 25
1.9.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 25
1.9.2 Waktu Penelitian..................................................................................... 26

iii
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR GAMBAR

v
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT nikmat dan karunianya

peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Analisis Pilihan Politik

Terhadap Perilaku Masyarakat di Media Sosial” Tidak lupa, sholawat beserta

salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, dan

ummatnya hingga akhir zaman.

Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Singaperbangsa Karawang. Pada proses penyelesaiannya, tidak lepas dari peran

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan terima kasih kepada berbagai

pihak membantu proses pembuatan baik bantuan moral maupun materil. Semoga

bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:

1. Dadan Kurniansyah, S.IP., M.Si. Selaku pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu dan tenaganya guna memberikan araha bimbingan dan

kepada peneliti.

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses

pergantian kekuasaan secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai

dengan prinsip-prinsip yang digariskan konstitusi. Prinsip-prinsip dalam

pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain prinsip kehidupan

ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap

warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan

kenegaraan. Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan

yang tidak pernah lepas dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi,

sebuah bentuk pemerintahan yang terbentuk karena kemauan rakyat dan

bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri.

Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak

akan berhenti di satu bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut

memiliki kemauan yang terus berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan

pengawasan yang superketat terhadap pemerintah, tetapi ada pula saatnya

rakyat bosan dengan para wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan

yang seakan-akan tak ada batasnya. Berbeda dengan monarki yang

menjadikan garis keturunan sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada

republik demokrasi diterapkan azas kesamaan di mana setiap orang yang

memiliki kemampuan untuk memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia

1
2

disukai oleh sebagian besar rakyat. Pemerintah telah membuat sebuah

perjanjian dengan rakyatnya yang ia sebut dengan istilah kontrak sosial.

Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian masyarakat

ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum,

rakyat dapat memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran

aspirasi, yang selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.

Pada kontestasi pemilu 2019 lalu, teks yang berkaitan dengan politik

mulai bermunculan. Di dunia digital khususnya media sosial twitter terdapat

sejumlah jenis teks yang berkaitan dengan pesan-pesan politik seperti tanda

pagar alias hashtag. Tanda (sign) menurut Ferdinand de Saussure masuk

dalam ilmu semiotika yang mempelajari tentang tanda-tanda di masyarakat

(Ni Wayan Sartini, 2007). Tanda dalam semiotika Saussure terbagi dua yakni

signifier (penanda) dan signified (petanda). Penanda adalah citra tanda seperti

yang kita persepsi tulisan di atas kertas atau suara. Sedangkan petanda adalah

konsep mental yang diacukan petanda. Adapun Rolan Barthes mengatakan

selain denotasi dan konotasi yang juga terkati dengan penanda dan petanda,

terdapat pula mitos. Mitos Roland Barthes muncul dikarenakan adanya

persepsi dari Roland sendiri bahwa di balik tanda-tanda tersebut terdapat

makna yang misterius yang akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos

(Analisis, Di, & Massa, 2014).

Seperti yang disampaikan tadi, tanda pagar atau hashtag (#) adalah

salah satu tanda di media sosial twitter. Penggunaan tanda tagar (#) telah

mengubah cara kita berbicara di media sosial (secara verbal dan non-verbal)
3

serta telah mengubah cara menjual produk atau kampanye. Bahkan menjadi

media untuk menemukan sumber konten di media sosial, menjadi cara baru

dalam melakukan gerakan sosial, serta mengubah cara kita membangun

komunitas virtual (Mulyadi & Fitriana, 2018). Adapun twitter menjadi salah

satu media sosial yang cukup popular di Indonesia selain facebok, Instagram,

serta Youtube. Survei We Are Social yang menyebut jumlah pengguna twitter

di Indonesia sebanyak lima puluh juta pada 2015 dan masuk lima besar dunia

pada 2017 (Vivanews.com. 2017). Menurut Boyd & Ellison social networking

atau media sosial merupakan layanan berbasis web yang memungkinkan

individu untuk: mengembangkan profil umum atau semi umum melalui sistem

yang terikat, menunjukan daftar pengguna lainnya dengan siapa seseorang

berhubungan, dan melihat daftar hubungan mereka dan yang lainnya yang ada

di dalam sistem. Boyd dan Ellison juga melanjutkan bahwa kekuatan utama

dari Social Networking adalah adanya profil pengguna yang dapat dilihat serta

daftar teman-temannya yang tergabung di situs tersebut. Pada umumnya

dalam Social Network atau dikenal dengan Social Network Site, para

penggunanya menjalin hubungan dengan pengguna lainnya yang sudah

menjadi bagian dalam jaringan sosial mereka. Para pengguna social

networking ini dapat bertemu dan berkomunikasi dengan orang asing yang

belum kita kenal sebelumnya. Mereka dapat mengenal satu individu dan

individu yang lainnya melalui profil, foto dan biodata yang ada sebagai

pengguna social networking tersebut. Social networking ini diluncurkan

pertama kali pada tahun 1997 yang dikenal dengan SixDegress.com. Di mana
4

situs ini awalnya memungkinkan pengguna membuat profilnya sendiri dan

menunjukan daftar teman-temannya. Profil di sini akan menjelaskan biodata

kita seperti usia, lokasi, kesenangan dan hobi serta hal-hal lain yang bisa

menggambarkan pengguna (Boyd & Ellison, 2007). Menjelang Pemilu 2019

lalu, pengguna twitter yang juga akrab disebut warganet/netizen

membicarakan tagar #2019GantiPresiden yang menjadi Tranding Topic atau

sesuatu yang paling ramai dibicarakan.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemilihan presiden 2019 telah

dilakukan pada bulan April 2019, tetapi beberapa partai politik peserta Pilpres

2019 sudah mulai melakukan kampanye sebelum pemilihan presiden 2019.

Seperti yang kita ketahui bahwa Kampanye politik merupakan salah satu

bagian dalam komunikasi politik. Kampanye merupakan sebuah gerakan yang

didasarkan dari sebuah perilaku. Perilaku itu cenderung sejalan dengan norma

dan nilai yang ada. Apabila sebuah kampanye tersebut bertentangan dengan

norma dan nilai yang ada dikhawatirkan akan terjadi salah paham antara

subyek (penyebar kampanye) dengan obyek (penerima atau target dari

kampanye tersebut).

Kampanye biasanya pengarah dan penguat dari kecenderungan yang

ada ke arah tujuan yang diharapkan secara sosial seperti pemungutan suara,

pengumpulan data, dan lain sebagainya. Dalam arti lebih umum atau lebih

luas, kampanye tersebut memberikan penerangan secara terus menerus serta

pengertian dan motivasi terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui

proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk


5

mencapai publisitas dan citra yang positif. Macam-macam bentuk kampanye

jika dilihat dari isinya dibagi menjadi 4 macam, yaitu : kampanye positif,

kampanye negatif, kampanye abu-abu, dan kampanye hitam.

Salah satu bentuk bentuk kampanye yang sedang banyak

diperbincangkan yakni Gerakan bertagar #2019GantiPresiden di media sosial

sejak pertama kali digagas oleh politikus PKS Mardani Sera tahun lalu.

Gerakan ini membentuk kelompok dan mendeklarasikan diri pada Minggu, 6

Mei 2018. Mardani terlihat pertama kali mengenakan gelang berlogo

#2019GantiPresiden dalam sebuah acara televisi, Selasa, 3 April 2018.

Setelah itu, #2019GantiPresiden langsung ramai diperbincangkan di media

sosial. Gerakan #2019GantiPresiden telah banyak mendapatkan dukungan.

Era digital membawa perubahan pada komunikasi politik. Vowe &

Henn (2014) bahkan menyebut era digital membawa perubahan paradigma

bagi studi dan praktek komunikasi politik. Setidaknya ada enam perubahan

yang dibawa era digital. Pertama, konteks ruang publik. Di masa lalu, ruang

publik dalam komunikasi politik dipisahkan dengan tegas dalam tiga kategori

yakni komunikasi politik publik, pemerintah, dan pribadi. Pada era digital,

komunikasi politik tidak mengalami batasan pemisahan yang setajam

sebelumnya. Komunikasi politik pribadi, semi publik, publik, dan pemerintah

saling berbaur, terutama dalam penggunaan media online dalam kehidupan

sehari-hari. Kedua, dimensi sosial. Pada era sebelum digital, para aktor

terhubung satu sama lain dalam hubungan komunikasi massa politik. Para

aktor itu masing-masing mengambil peran yang didefinisikan secara tegas:


6

politisi bertindak sebagai sumber, wartawan bertindak sebagai komunikator,

dan warga bertindak sebagai penerima. Pada era digital, karakteristik tersebut

menjadi semakin kabur. Warga tidak hanya sebagai penerima, tapi juga

sumber dan perantara; organisasi politik dapat menjadi perantara atau

penerima; dan organisasi politik dan warga negara dapat berkomunikasi

secara langsung lewat media sosial.

Sebagian ahli sampai pada kesimpulan bahwa media baru membawa

dampak yang siginifikan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.

Asumsinya adalah, para teoretisi demokrasi selama ini percaya bahwa

demokrasi dapat terpelihara karena ada partisipasi politik warga negara yang

aktif dan peduli terhadap masalah-masalah kewargaan (civic affairs). Di

samping itu, dalam pandangan Terri L. Towner penggunaan media massa

merupakan prediktor positif (a positive predictor) dari partisipasi politik, dan

sebagaimana lanskap media telah berubah, internet telah memainkan peran

yang semakin besar dalam politik. Sebagian pengamat membesarkan peran

internet sebagai alat yang dapat membantu proses demokrasi dengan

memberikan ekspos warga terhadap informasi politik

Kekuatan atau effect yang bisa ditimbulkan oleh media sosial ini tidak

bisa dianggap remeh. Pada 2011, Mesir sebuah negara yang demikian otoriter,

kokoh dan angkuh seperti pemerintahan Hosni Mubarak pun takluk oleh

media sosial dengan tiga tagar yang mampu memobilisasi rakyat mesir yaitu:

#jan25, #Cairo, #suez7. Demikian juga dengan adanya Gerakan bertagar


7

#2019GantiPresiden di media sosial Indonesia banyak masyarakat Indonesia

yang ikut serta menggunakan tagar tersebut di media sosial bahkan sejumlah

masyarakat sudah membuat deklarasi untuk Gerakan bertagar

#2019GantiPresiden di berbagai kota. Tagar #2019GantiPresiden sudah

tersebar melalui pesan, email, media sosial, meme, spanduk, bendera, baju

dan simbol lainnya. Sebagian besar menilai bahwa Gerakan bertagar

#2019GantiPresiden merupakan suatu kampanye hitam (black campaign) dan

sebagian lagi menilai bahwa Gerakan bertagar #2019GantiPresiden

merupakan suatu hal yang wajar digunakan untuk menggiring masyarakat

agar berminat untuk memberikan hak suara pada Pilpres 2019 lalu.

Media sosial pada masa kini telah berubah fungsi dari yang tadinya

untuk berhubungan face to face terhadap sesama sekarang telah menjadi

media yang berpengaruh besar dalam politik. Hampir semua mahasiswa di

setiap kampus memiliki gadget atau ponsel pintar. Tak jarang dari mereka

yang saya lihat kerap kali berkomentar di platform media sosial seperti

facebook, twitter, myspace, instagram tentang politik. Dimana ada beberapa

dari mereka yang berkomentar positif dan kadang ada yang negatif. Semenjak

ada tagar #2019gantipresiden ini membuat mahasiswa melek ploitik. Secara

tidak langsung isu-isu yang beredar ini menarik perhatian mahasiswa untuk

tidak acuh tak acuh terhadap politik di Indonesia sekarang ini.


8

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti

mengidentifikasikan uraian masalah sebagai berikut:

1. Pilihan politik dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat,

2. Pola pikir masyarakat terhadap tagar #2019gantipresiden, dan

3. Pro dan Kontra dinamika tagar #2019gantipresiden dalam pemilu 2019.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan penulis

angkat adalah:

1. Bagaimana pilihan politik dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat?

2. Bagaimana tagar #2019gantipresiden dalam mempengaruhi pola pikir

mahasiswa?

3. Bagaimana pro dan kontra dinamika tagar #2019gantipresiden dalam

pemilu 2019?

1.4 Tujuan Masalah

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui pilihan politik dalam mempengaruhi pola pikir

masyarakat,

2. Untuk mengetahui seperti apa tagar #2019gantipresiden dalam

mempengaruhi pola pikir mahasiswa, dan

3. Untuk mengetahui pro dan kontra dinamika tagar #2019gantipresiden

dalam pemilu 2019.


9

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

serta kajian yang lebih untuk mendukung pengetahuan dalam keilmuan

peneliti di bidang pemerintahan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan saran yang

tepat kepada para influencer dan buzzer dalam membentuk opini

publik;

2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai peran penting media sosial

dalam menunjang politik di Indonesia.

1.6 Kerangka Pemikiran

Teori adalah sesuatu pernyataan mengenai apa yang terjadi terhadap

suatu fenomena yang ingin kita pahami. Teori yang bermanfaat adalah teori

yang memberikan pencerahan serta pemahaman yang mendalam terhadap

suatu permasalahan atau fenomena dalam realita kehidupan. Akan tetapi perlu

dijelaskan sebagai suatu arahan atau pedoman peneliti untuk dapat

mengungkap sepuluh fenomena agar lebih terfokus. Hal tersebut didasarkan

pada suatu tradisi bahwa fokus penelitian diharapkan berkembang sesuai

dengan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif mementingkan perspektif

emik dan bergerak dari fakta, informasi atau peristiwa menuju ke tingkat
10

abstraksi yang lebih tinggi (apakah itu konsep atau teori) serta bukan

sebaliknya dari teori atau konsep ke data informasi. Adapun empat fungsi dari

teori adalah:

1. Menjelaskan atau memberi tafsir baru terhadap fenomena atau data,

2. Memprediksi sesuatu berdasarkan pengamatan,

3. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya, dan

4. Menyediakan kerangka yang lebih terarah dari temuan dan pengamatan

bagi kita dan orang lain.

Dalam pandangan para ahli yang memiliki perhatian terhadap

hubungan media sosial dan demokrasi, internet atau media digital memiliki

potensi untuk meningkatkan komunikasi publik dan memperkaya (enrich)

demokrasi.

Seiring dengan kehadiran sosial media, seperti Facebook, Twitter,

YouTube serta Blog, partisipasi politik masyarakat melalui internet meningkat

pesat. Partisipasi politik melalui sosial media di Indonesia merupakan satu hal

yang sempat menjadi fenomena beberapa saat lalu, ketika warga melancarkan

desakkan politik dan memobilisasi opini publik secara online. Meskipun

gerakan politik tersebut tidak selalu berhasil dalam mengusung isu-isu politik

tertentu untuk menekan pemerintah, tetapi tidak jarang gerakan melalui sosial

media berhasil mendesak pemerintah untuk mengubah kebijakan-kebijakan

yang kontroversial tersebut. Seperti misalkan dalam kasus, KPK VS POLRI,

kasus Primata Mulyasari, dan skandal Bank Century yang cukup lama
11

menyita perhatian publik. Dalam kasus KPK vs POLRI (atau yang lebih

dikenal dengan “cicak vs buaya”) misalkan, menjadi kasus yang sangat aktual

dan fenomenal karena mampu melibatkan lebih dari sejuta facebooker dalam

waktu yang relatif singkat (kurang dari sebulan).

Kemudian seperti halnya seperti gerakan tagar #2019GantiPresiden

yang tengah ramai diperbincangkan menuai kontroversi. Karena tagar ini

muncullah sebuah lagu di media sosial YouTube dan disebar di grup-grup

WhatsApp, kemudian muncul berbagai deklarasi gerakan #2019GantiPresiden

di beberapa wilayah di Indonesia serta terdapat banyak atribut pendukung

seperti kaos yang bertuliskan #2019GantiPresiden untuk mendukung aksi

#2019gantipresiden di beberapa daerah di Indonesia tersebut dapat kita

simpulkan bahwa media sosial sangatlah membawa dampak yang sangat

signifikan dan mampu memengaruhi masyarakat di Indonesia dengan sangat

cepat. Sebagian ahli sampai pada simpulan bahwa media sosial membawa

dampak yang siginifikan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.

Untuk pemilihan umum Presiden 2019, tentu masyarakat akan mencari

tahu bagaimana karakter calon-calon Presiden yang baik. Informasi mengenai

kepemimpinan bangsa dan pastinya hal ini akan dikaitkan dengan bagaimana

pola pemerintahan yang ditawarkan oleh semua calon Presiden. Ditambah,

informasi ini ditujukan pada politisi yang memiliki kemiripan karakter seperti

bangsa. Perkembangan Media sosial sangatlah dimanfaatkan oleh masyarakat.

Seperti halnya dengan munculnya gerakan tagar #2019GantiPresiden secara


12

tidak langsung akan menampilkan aktor sebagai kategori pihak yang menjadi

presiden pada pemerintahan sebelum tahun 2019 yang akan mencalonkan diri

pada Pemilu 2019 nantinya kemudian juga secara tidak langsung tagar ini

akan menawarkan aktor yang akan menjadi lawan politik.

Tanpa disadari dengan adanya tagar ini kedua belah pihak pendukung

calon presiden untuk pemilu 2019 saling serang dengan pola ironi atau

menyindir. Mencari kelemahan untuk lawan politik calon presiden yang

didukung atau menampilkan kelebihan calon presiden masing-masing pihak

yang mereka dukung sehingga dapat menyugesti masyarakat akan kekajaman,

kerusakan, kebaikan dari kedua calon presiden yang nantinya akan maju pada

Pemilu 2019 kelak, secara tidak langsung akan muncul berbagai informasi

yang belum jelas asal-usulnya dari berbagai akun, baik itu berupa fakta

maupun hanya opini belaka yang belum jelas asal-usulnya dan tidak dapat

dibuktikan kebenarannya.

Sebenarnya, jika kita menelaah tagar #2019GantiPresiden tidaklah

menjadi bagian dari black campaign. Sebagaimana pendapat Anggota Badan

Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja yang mengatakan

bahwa gerakan tagar #2019GantiPresiden bukan termasuk kategori kampanye.

Menurut Rahmat, gerakan tersebut merupakan bagian dari kebebasan

berekspresi, tetapi jika gerakan ini dapat menjadi detonator yang bisa

menghancurkan lawan politik salah satu calon presiden nantinya, maka akan

lain. Jika kita mengkaji melalui pendekatan sosiologis, pendekatan ini pada
13

dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-

pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam

menentukan perilaku memilih seseorang.

Pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal,

seperti kelompok keagamaan, organisasi profesi, maupun pengelompokan

informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil lainnya

memiliki peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi

seseorang yang nanti sebagai dasar atau preferensi dalam menentukan pilihan

politiknya. Gerald Pomper memerinci pengaruh pengelompokan sosial dalam

studi voting behavior ke dalam variabel, yaitu variabel predisposisi sosial-

ekonomi keluarga pemilih dan predisposisi sosial-ekonomi pemilih.

Menurutnya, predisposisi sosial pemilih dan keluarga pemilih

mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku memilih seseorang.

Preferensi-preferensi politik keluarga, apakah preferensi politik ayah atau

preferensi politik ibu akan berpengaruh pada preferensi politik anak. Dalam

berbagai ragam perbedaan struktur sosial, yang paling tinggi pengaruhnya

terhadap perilaku politik adalah faktor kelas (status ekonomi).

Dalam komunikasi, teori sifat merupakan salah satu pendekatan utama

untuk mempelajari komunikasi manusia. Teori sifat menyatakan bahwa orang

cenderung untuk menampilkan gaya komunikasi tertentu dan memprediksi

bahwa sifat-sifat yang dimiliki seseorang membuat seseorang berkomunikasi


14

berdasarkan cara tertentu. Karakteristik pendekatan sifat dalam komunikasi

manusia berkembang dari definisi sifat itu sendiri yakni predisposisi yang

stabil untuk menampilkan perilaku tertentu. Hal ini didasarkan pada

pemikiran bahwa manusia terdiri dari berbagai predisposisi yang relatif stabil

dalam berbagai konteks dan situasi.Menurut Kim (2009), teori sifat

kepribadian berusaha untuk menemukan beberapa karakteristik psikologis

yang relatif konstan bagi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai

situasi.

Pendekatan teori sifat dalam komunikasi menempatkan lokus tindakan

di dalam predisposisi individu untuk memulai tindakan atau untuk bereaksi

terhadap perilaku. Sebagai salah satu pendekatan utama dalam komunikasi

manusia, teori sifat telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap

berbagai penelitian komunikasi, salah satunya adalah penelitian komunikasi

politik.

Menurut Allport, terdapat tiga macam disposisi yaitu disposisi

kardinal, disposisi pusat, dan disposisi sekunder.

1. Disposisi kardinal adalah sifat-sifat yang sangat mendominasi

keseluruhan hidup seseorang dan kerapkali seseorang dapat

dikenali secara spesifik melalui sifat-sifat dominan yang dimiliki.

Istilah-istilah yang kerapkali digunakan untuk menggambarkan

disposisi cardinal misalnya narsistik, Don Juan, dan lain-lain.


15

2. Disposisi pusat adalah karakteristik umum yang membentuk

dasar-dasar kepribadian seseorang. Disposisi pusat tidak terlalu

mendominasi keseluruhan hidup seseorang seperti halnya disposisi

cardinal. Namun, disposisi pusat merupakan karakteristik utama

yang dapat kita gunakan untuk menggambarkan orang lain. Istilah-

istilah yang kerapkali digunakan untuk menggambarkan disposisi

pusat misalnya pintar, jujur, malu, cemas, dan lain-lain.

3. Disposisi sekunder adalah sifat-sifat yang terkadang berkaitan

dengan sikap atau preferensi seseorang. Sifat-sifat ini kerapkali

muncul hanya dalam situasi tertentu atau keadaan tertentu.

Misalnya, seseorang akan merasa cemas ketika berbicara di depan

umum atau tidak sabar menunggu antrian.

Menurut Allport, Membuat masyarakat


Perbedaan pilihan terdapat tiga macam
Indonesia dapat melihat
politik memengaruhi dari dua sudu pandang
disposisi: mengenai perbedaan
pikiran masyarakat
Indonesia sehingga •Disposisi kardinal pilihan politik sehingga
tidak membuat
berkomentar tidak •Disposisi pusat kerusuhan dengan
baik di media sosial •Disposisi sekunder berkomentar tidak baik
di media sosial

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pemikiran


16

1.7 Proposisi

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah serta kerangka

pemilikran yang telah di jabarkan sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan sementara bahwa membuat masyarakat Indonesia dapat melihat

dari dua sudu pandang mengenai perbedaan pilihan politik sehingga tidak

membuat kerusuhan dengan berkomentar tidak baik di media sosial dapat

dikatakan berhasil jika menggunakan tiga jenis disposisi menurut Alport,

yaitu Disposisi kardinal, Disposisi pusat, dan Disposisi sekunder.

1.8 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara yang ditempuh peneliti dalam

mengumpulkan informasi terkait perilaku masyarakat Indonesia pasca

pilpres 2019 di media sosial baik dalam hal teknik pengumpulan data yang

terbagi dua yaitu dengan cara studi pustaka dan studi lapangan, sumber data,

penentuan informan serta teknik analisis yang dilakukan oleh peneliti.

1.8.1 Metode Penelitian

Terdapat tiga istilah utama yang menentukan tentang perspektif

penelitian menurut John W. Cresswell (Creswell J. W., Research

Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran,

2016) yaitu pendekatan penelitian, rancangan penelitian, dan metode

penelitian, tiga istilah utama tersebut yang menunjukan suatu

perspektif tentang penelitian yang menampilkan informasi berurutan


17

dari konstruksi penelitian secara luas ke prosedur metode yang sempit.

Atas dasar pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa metode

penelitian merupakan salah satu dari tiga istilah penting yang

menampilkan informasi berurutan dari informasi yang disajikan secara

luas sehingga menghasilkan prosedur metode yang sempit.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan metode analisis deskriptif yaitu penelitian yang

memberikan penjelasan data yang didapat dari hasil pengamatan dan

tujuannya mempertegas serta memperkuat suatu teori, hingga

memperoleh informasi mengenai keadaan saat sekarang yang

menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis,

dan tingkah laku yang diamati dari orang-orang yang diteliti, pada

saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya.

Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif oleh John W.

Cresswell (Creswell, 2016) kemudian dijelaskan bahwa:

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang-oleh sejumlah individu

untuk sekelompok orang- dianggap berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya

penting, seperti mengajukan pertanyaan- pertanyaan dan prosedur-

prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan


18

menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus

ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data.

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Sebuah penelitian membutuhkan teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan data yang lengkap dari sumber data yang tepat.

Menurut John W. Creswell (Creswell,2016) teknik pengumpulan data

adalah:

Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi

penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan

wawancara, baik yang terstruktir maupun tidak seperti dokumentasi,

materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk

merekam/mencatat informasi.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, kemudian Sugiono

(Sugiono, 2017) menjelaskan terdapat empat teknik pegumpulan

data yang dapat dilakuakn dengan cara Observasi, wawancara,

dokumentasi, dan gabungan/tiangulasi.

Atas dasar tersebut maka peneliti membatasi penelitian dengan

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data berikut yaitu: studi

pustaka, dan studi lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara,

pengumpulan data dokumentasi. Beberapa teknik pengumpulan data

tersebut dilakukan untuk mendukung serta memperkuat informasi


19

mengenai analisis pilihan politik terhadap perilaku masyarakat di media

sosial :

1. Studi Pustaka

Dalam proses pengumpulan data, peneliti mencari informasi

melalui studi pustaka, di mana data diperoleh dari berbagai

buku yang berkaitan dengan analisis pilihan politik terhadap

perilaku masyarakat di media sosial

2. Studi Lapangan

Studi Lapangan dilakukan dengan tiga teknik di antaranya:

a. Observasi

Observasi pada penelitian kualitatif menurut John W.

Creswell (Creswell, 2016) adalah ketika peneliti

langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku

dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.

Dalam pengamatan ini peneliti merekan atau mencatat-

baik dengan cara terstruktur maupun semi struktur

(misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-

aktivitas di lokasi penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti turun langsung ke lapangan

dan melakukan observasi yang bersifat open-ended di

mana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan


20

umum kepada partisipan yang memungkinkan

partisipan bebas memberikan pandangan-pandangan

mereka.

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian kualitatif menurut John

W. Creswell (Creswell, 2016) peneliti dapat melakukan

face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan)

dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan

telepon atau terlibat dalam focus group interview

(wawancara dalam kelompok tertentu).

Teknik wawancara juga dilaksanakan dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat menjawab

beberapa data dan informasi yang diperlukan oleh

peneliti. Wawancara yang akan dilakukan adalah

kepada beberapa pihak terkait yang dapat menjawab

pertanyaan serta mendukung informasi terkait analisis

pilihan politik terhadap perilaku masyarakat di media

sosial.

c. Pengumpulan Dokumentasi Kegiatan

Dokumen-dokumen dalam penelitian kualitatif menurut

John W. Cresswell (Creswell, 2016) bisa berupa

dokumen publik (misalnya koran, makalah, laporan


21

kantor) ataupun dokumen privat (misalnya, buku harian,

diari, surat, email).

Pengumpulan dokumentasi kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi dan mendukung data

diambil melalui dokumen yang dimiliki oleh pihak

terkait

1.8.3 Sumber Data

Menurut Sugiyono (Sugiono, 2017) sumber data dalam penelitian

kualitatif terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan sumber data sedangkan sumber data sekunder sumber data

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen.

1. Sumber Data Primer

Pada penelitian ini, sumber data primer peneliti dapatkan hasil

dari studi lapangan dengan informan informan terkait.

2. Sumber Data Sekunder

Pada penelitian ini, sumber data sekunder peneliti dapatkan

hasil dari studi pustaka serta studi lapangan. Studi pustaka

yang dimaksud adalah dokumen-dokumen yang berasal dari

media online, artikel ilmiah atau buku dari perpustakaan.

Sedangkan studi lapangan yang dimaksud adalah dokumen-


22

dokumen yang didapatkan dari informan terkait pada saat

peneliti melakukan studi lapangan.

1.8.4 Penentuan Informan

Penentuan informan dalam hal penentuan instrumen penelitian

kualitatif Lincoln dan Guba (Sugiono, 2017) menyatakan bahwa :

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain selain

menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama,

alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai

bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian,

hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang

dharapkan,itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti

dan jelas sebelumnya. Segala sesautu masih perlu

dikembangkan sepanjang penelitian itu. dalam keadaan yang

tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya

peneliti itu sendiri yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam

penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun

selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemudian akan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat

melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah

ditemukan, data tersebut dapat dilakukan dengan cara observasi,

wawancara dengan beberapa informan, atau dapat disebut studi lapangan.


23

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu: pengguna

twitter.

1.8.5 Teknis Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif menurut John W

Creswell (Creswell, 2016) akan berlangsung bersamaan dengan bagian-

bagian lain dari pengembangan penelitian, yaitu pengumpulan data dan

penulisan temuan. Ketika wawancara sedang berlangsung misalnya

peneliti dapat menganalisis wawancara yang dikumpulkan sebelumnya,

menuliskan memo yang pada akhirnya dituliskan dalam laporan akhir.

Karena tidak semua data dapat digunakan dalam penelitian maka,

peneliti dapat memisahkan data serta memfokuskan pada sebagian data dan

meninggalkan bagian-bagian lainnya.

Pada penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran secara

utuh tentang analisis pilihan politik terhadap perilaku masyarakat di media

sosial. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber baik dari hasil studi pustaka maupun studi lapangan

Adapun Miles dan Hubermen (Sugiono, 2017), mengemukakan

bahwa :

Aktifitas dalam menganalisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga


24

datanya sudah jenuh. Aktifitas dala analisis data yaitu data reduction, data

display, conclusion drawing/verification.

Berikut adalah analisis data yang dilakukan peneliti dalan penelitian :

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Sugiono mengemukakan dalam bukunya (Sugiono,

2017) bahwa mereduksi data berarti merangkum data,

memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Peneliti akan melakukan penajaman data serta

penggolongan data hasil dari studi pustaka mengenai

analisis pilihan politik terhadap perilaku masyarakat di media

sosial

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data kualitatif (Sugiono, 2017) penyajian data

dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan

kesimpulan dan verifikasi)


25

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif (Sugiono,

2017) adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

gambar atau obyek yang sebelumnya masih remang-

remang atau gelap sehingga setelah diteliti dapat menjadi

jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis

atau teori.

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penarikan

kesimpulan pada data yang sebelumnya hanya berupa asumsi peneliti

berdasarkan studi pustaka. Setelah melakukan studi lapangan

asumsi tersebut akan diperbandingkan dengan asumsi sebelumnya,

sehingga data yang diperoleh menjadi jelas berdasarkan informan-

informan terkait.

1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.9.1 Lokasi Penelitian

1. Perpustakaan

a. Perpustakaan Universitas Singaperbangsa Karawang Jalan

HS Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Telukjambe Timur,

Kabupaten Karawang.

b. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Medan

Merdeka Selatan No.11, Senen, Gambir, Jakarta Pusat.


26

c. Perpustakaan Universitas Indonesia, Gedung Crystal of

Knowledge, Kampus UI, Pondok Cina, Kec. Beji, Kota

Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia

1.9.2 Waktu Penelitian

Dari usulan penelitian yang saya lakukan, saya melakukan

penelitian pada tanggal 13 dalam mengumpulkan sampel di media

sosial. Kemudian pada tanggal 15 saya melakukan wawancara dengan

beberapa narasumber yang saya temui dimasyarakat.


Daftar Pustaka

Ambar. 2018. Teori Sifat dalam Komunikasi Politik. Available at:

https://pakarkomunikasi.com/teori-sifat-dalam-komunikasi-politik. Diakses

pada tanggal 19 Mei 2019

Antar, Venus. (2004). Manajemen kampanye: panduan teoritis dan praktis dalam

mengekfektifkan kampanye komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Cangara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied. (2011). Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Coleman, Stephen dan Jay G. Blumler. (2009).The Internet and Democratic

Citizenship; Theory, Practice and Policy. New York : Cambridge University

Press

Dan Nimmo. (2011). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Subaktio Henry dan Ida Rachmah (2014). Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi,

Edisi kedua. Jakarta. Kharisma Putra Utama

Anda mungkin juga menyukai