Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM DALAM MASA PENJAJAHAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan
Islam

Dosen Pembimbing :

Fahmi Khumaini. M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Ayik Nur Laili Fadilla (201955010104826)


2. Didik Eko Prastyo (201955010104806)
3. Miftakhul Rohman (201955010104874)
4. Prayitno (201955010104876)
5. Siti Khilya Ilan Nur (201955010104907)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUNAN GIRI BOJONEGORO

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah


memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa
menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kita haturkan
kepada teladan kita semua Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam
yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama
yang sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena dapat merampungkan makalah yang


menjadi tugas dalam mata kuliah sejarah pendidikan islam dengan judul
“Pendidikan islam pada masa penjajahan”. Selain itu, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah
membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan.

Oleh sebab itu, kami ingin memohon maaf apabila dalam makalah
ini terdapat banyak kesalahan maupun kekurangan,dan kami sangat
berharap kritik dan saran dari para pembaca sebagai bentuk apresiasi untuk
kami kedepannya dalam membuat makalah supaya menjadi lebih baik dan
benar dari sebelumnya.

Dan kami juga ingin berterima kasih kepada bapak /ibu dosen yang
sudah mau membimbing kami dan juga kepada semua pihak yang sudah
memberikan dukungan dan semangat untuk kami,semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya untuk penyusun dan bagi para pembaca
pada umumnya.

Bojonegoro,12 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..… iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………...……………. 1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………....... 1
C. Tujuan ………………………………………………………………..... 1

BAB II PEMAHASAN

A. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda ……………...…….. 2


B. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang …………………...… 4
C. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda ….... 6
D. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang …..… 10

E. Tujuan kedatangan Belanda dan Jepang ke Indonesia ……………...… 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………….…… 16
B. Saran …………………………………………………………………... 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………....... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meneliti sejarah bangsa Indonesia tidak akan lepas dari umat islam, baik
dari perjuangan melawan penjajah maupun dalam lapangana pendidikan. Melihat
kenyataan betapa bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam mencapai
keberhasilan dengan berjuang secara tulus ikhlas mengabdikan diri untuk
kepentingan agamanya disamping mengadakan perlawanan militer.
Perlu diketahui bahwa sejarah pendidikan islam di Indonesia mencakup
fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam di Indonesia, baik formal maupun non formal.
Yang dikaji melalui pendekatan metode oleh sebab itu pada setiap disiplin ilmu
jelas membutuhkan pendekatan metode yang bisa memberikan motivasi dan
mengaktualisasikan serta memfungsikan semua kemampuan kejiwaan yang
material, naluriah, dengan ditunjang kemampuan jasmaniah, sehingga benar-benar
akan mendapatkan apa yang telah diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa
Penjajahan Jepang ?
2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan
Belanda dan Masa Penjajahan Jepang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan
Belanda dan Masa Penjajahan Jepang.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Pada
Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan Jepang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda

Kehadiran belanda di Indonesia tidak hanya mengeksploitasi kekayaan


alam Indonesia, tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat.
Segala aktivitas umat islam yang berkaitan dengan keagamaan ditekan. Belanda
terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak pengamalan agama
islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara terbuka dilarang,
ibadah haji dibatasi dan setiap jama’ah haji yang pulang ke indonesia diawasi
dengan ketat untuk mengantisipasi pengaruh muslim yang telah haji yang dapat
membangkitkan semangat perlawanan pemerintah Belanda.
Politik yang dijalankan pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia
yang mayoritas beragama Islam sebenarnya didasari oleh adanya ras ketakutan.
Dengan begitu, mereka menerapkan berbagai peraturan dan kebijakan, di
antaranya :
1. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus
yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan islam yang
mereka sebut Prieserraden. Dari nasihat badan inilah, pad tahun 1905,
pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya menyatakan
bahwa orang yang memberikan pengajaran atau pengajian agma islam
harus terlebih dahulu meminta izin kepada pemerintahan Belanda.
2. Pada tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap
pendidikan agama islam, yaitu tidak semua orang (Kyai) boleh
memberikan pengajaran mengaji, terkecuali telah mendapatkan semacam
rekomendasi atau persetujuan oleh pemerintah Belanda.
3. Pada tahun 1932 keluar lagi peratuaran yang isinya berupa kewenagan
untuk memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada
izinnya atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah
Belanda yang disebut ordonansi sekolah liar.
 Pendidikan islam sebelum tahun 1900

2
Pendidikan pada masa ini bercirikan sebagai berikut :
1. Dilakukan secara perorangan, melalui rumah tangga, maupun surau atau
mesjid.
2. Lebih menekankan ilmu praktis, seperti tentang ketuhanan dan
peribadahan.
3. Pelajaran diberikan satu demi satu.
4. Pelajaran ilmu sharaf didahulukan ketimbang ilmu nahwu.
5. Buku pelajaran pada umumnya dikarang oleh ulama Indonesia, kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa setempat.
6. Kitab yang digunakan umumnya ditulis tangan.
7. Pelajaran suatu ilmu hanya diajarkan dalam satu macam buku saja.
8. Karena terbatasnya bacaan, materi ilmu agama sangat sedikit.
9. Belum lahir aliran baru dalam islam.
 Pendidikan islam pada tahun 1900-1908

Masa ini disebut juga periode peralihan, dengan bercirikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pelajaran untuk dua sampai enam ilmu dihimpun secar sekaligus.
2. Pelajaran ilmu nahwu didahulukan atau disamakan dengan ilmu sharaf.
3. Semua buku pelajaran merupakan karangan ulama kuno dalam bahasa
arab.
4. Semua buku dicetak.
5. Suatu ilmu diajarkan dari beberapa macam buku: renadah, menengah dan
tinggi.
6. Telah ada toko buku yang memesan buku-buku dari mesir dan mekah.
7. Ilmu agama telah berkembang luas berkat banyaknya buku bacaan.
8. Aliran baru islam seperti yang dibawa oleh majalah al-manar di mesir
mulai lahir.
 pendidikan islam sesudah tahun 1909

3
Pada masa ini sistem madrasah baru dikenal pada permulaan abad ke 20.
Sistem ini membawa pembaharuan, antara lain :
1. Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi
klasikal.
2. Pengajaran pengetahuan agama dan bahasa arab sudah menyebar cukup
luas.

B. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang

Pendidikan islam pada zaman penjajahan jepang dimulai pada tahun 1942-
1945, sebab bukan hanya belanda saja yang mencoba berkuasa di Indonesia.
Dalam perang pasifik (perang dunia ke II), jepang memenangkan peperangan pada
tahun 1942 berhasil merebut indonesia dari kekuasaan belanda. Perpindahan
kekuasaan ini terjadi ketika kolonial belanda menyerah tanpa sayarat kepada
sekutu.Penjajahan jepang di indonesia mempunyai konsep Hokko Ichiu
(kemakmuran bersama asia raya) dengan semboyan asaia untuk asia. Jepang
mengumumkan rencana mendirikan lingkungan kemakmuran bersama asia timur
raya pada tahun 1940. Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas
delapan daerah yakni: manchuria, daratan cina, kepuluan muangtai, malaysia,
indonesia, dan asia rusia. Lingkungan kemakmuran ini disebut dengan Hokko
Ichiu (delapan benang dibawah satu atap).
Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat,
Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari
kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa
pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan
militer dalam peperangan pasifik.
Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya
menyerang Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret
1942.Sejak itulah Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait
pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era
kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar
pendidikan menggantikan Bahasa Belanda.

4
2. Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem
pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa
kebijakan antara lain:
1. Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang
dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam
sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari.
2. Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah
Jepang.
3. Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan
dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal
Arifin.
4. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan
K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.
5. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan
Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di
zaman kemerdekaan.
6. Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi,
sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam,
Muhammadiyah dan NU.
Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum
muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan
umatnya setelah tercapainya kemerdekaan.
Kepercayaan jepang ini dimanfaatkan juga oleh umat islam untuk bagkit
memberontak melawan jepang sendiri. Pada tanggal 8 juli 1945 berdirilah sekolah
tinggi islam di Jakarta. Kalau ditinjau dari segi pendidikan zaman jepang umat
islam mempunya kesempatan yang banyak untuk memajukan pendidikan islam,
sehingga tanpa disadari oleh jepang sendiri bahwa umat islam sudah cukup
mempunyai potensi untuk maju dalam bidang pendidikan ataupun perlawanan
kepada penjajah. Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian
dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

5
1. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko atau Sekolah Rakyat). Lama studi 6
tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi
nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia
Belanda.
2. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah
Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
3. Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional
antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan
pertanian.
4. Pendidikan Tinggi. Mencangkup perkuliahan yang bersifat rasional,
sosialisasi yang tinggi serta berfikir kritis.

C. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda

Pada pertengahan abad 19 M. perkembangan lembaga pendidikan


mencapai tingkat tinggi. Hal ini karena meningkatnya jumlah jama’ah haji ke
Makkah yang mengakibatkan banyak orang yang ahli dalam bidang agama yang
membuka lembaga pendidikan. Bahkan tahun 1882 M. menurut catatan terdapat
300 pesantren di Jawa dan Madura. Hal itu ditambah lagi banyaknya orang-orang
Hadhramaut yang bermigrasi dan mencari penghidupan yang layak di Indonesia
yang juga membuka wawasan baru.
Wawasan baru tersebut mengakibatkan sistem madrasah yang berkembang
di Timur Tengah berkembang pula di Indonesia, baik isi dan materinya sama.
Pada akhir abad 19 M. Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk tenaga kerja
untuk kepentingan perusahaan Belanda. Pada awal abad 20 M. Belanda mulai
memberikan pendidikan kepada masyarakat yang menggunakan sistem
pendidikan Liberal. Namun, hanya diperuntukkan bagi bangsawan dan pegawai
pemerintah. Sehingga lembaga pendidikan agama tetap menjadi lembaga
pendidikan yang bisa ditempati masyarakat pribumi.
Adapun beberapa penddikan Islam di berbagai provinsi meliputi antara
lain sebagai berikut:
1. Pendidikan Islam di Sumatera

6
 Pendidikan Islam di Aceh
Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda adalah sebagai
berikut:
1. Belajar huruf Hijaiyah (alfabeth Arab)
2. Juz ‘Amma (disebut Al-Qur’an kecil).
3. Mengaji Al-Qur’an (disebut Al-Qur’an besar).
Setelah materi di atas dilanjutkan dengan kitab-kitab berbahasa Melayu,
seperti: Bidayah, Masail Al Muhadi, Fur’ Masail, dan lain-lain. Setelah selesai
masa pembacaan kitab-kitab Melayu dilanjutkan mempelajari kitab-kitab
berbahasa Arab, seperti: Dammun, Al-‘Awamil, Al Jurumiyah, Tafsir Jalalain.
Setelah perang Aceh melawan Belanda berakhir, pendidikan Islam di Aceh mulai
berkembang, ditandai dengan berdirinya berbagai pondok pesantren. Di pondok
pesantren banyak dipelajari kitab-kitab seperti: Fathul Qarib, Fathul Mu’in, dan
lainnya. Berikutnya mulai lahir madrasah, salah satunya madrasah Sa’adah
Abadiyah di Blang Paseh Sigli yang didirikan pada tahun 1930 oleh Tgk. Daud
Berueh.
Madrasah itu memiliki tujuh kelas dengan lama masa belajar empat tahun.
Materi yang diajarkan: bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama serta sedikit Ilmu Bumi
Mesir dan Tarikh Islam. Lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren sebagai
basis perlawanan penjajahan Belanda.
 Pendidikan Islam di Minangkabau
Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang pesat
karena banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana. Adapun
susunan materi pendidikan Islam di Minangkabau antara lain:
1. Belajar huruf Hijaiyah seperti halnya di Aceh.
2. Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:
–   Nahwu, Saraf, dan Fiqih
–   Tauhid
–   Tafsir
3. Pengajian ilmu Tasawuf, Mantiq, dan Balaghah.
Sistem pendidikan yang digunakan masih seperti masa-masa awal,
yaitu halaqah dan sistem majelis taklim. Di Minangkabau yang menjadi pusat

7
pendidikan awal permulaan Islam adalah Surau. Pada masa penjajahan Belanda
mulai dibuat ruang-ruang berbentuk kelas, dinamakan madrasah.
 Pendidikan Islam di Jambi
Pesantren Nurul Iman didirikan pada tahun1914 oleh H. Abdul Samad
seorang ulama besar di jambi. Pesantren ini juga berawal dari
system halaqah kemudian menggunakan kelas-kelas seperti madrasah modern.
Pelajarannya juga begitu, dari sekedar ilmu-ilmu agama kemudian memasukkan
ilmu umum yang dibimbing dua guru khusus.

1. Pendidikan Islam di Pulau Jawa


 Pendidikan Islam di Jawa Timur
Pendidikan Islam yang cukup terkenal di Jawa Timur pada masa
penjajahan Belanda adalah Tebuireng, yaitu pesantren yang didirikan oleh KH.
Hasyim Asy’ari pada tahun 1904 M. Pada mulanya hanya diajarkan agama dan
bahasa Arab, kemudian setelah berdiri madrasah salafiyah memasukkan ilmu-
ilmu umum, seperti ilmu bintang, ilmu bumi dan lain-lain.
Pondok Pesantren Tebuireng terdiri atas empat bagian, yaitu: Madrasah
Ibtidaiyah (lamanya 6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), Mualimin (5
tahun), Pesantren dengan sistem halaqah.
Pendidikan Islam di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanada tidak
terlepas dari pengaruh organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan pada tanggal
16 Rajab 1344 H (3 Januari 1926) di Surabaya.

 Pendidikan Islam di Jawa Tengah


Lembaga Pendidikan Islam di Jawa Tengah yang paling berpengaruh
berpusat di sekitar Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah tersebar di
seluruh pelosok Kudus, antara lain: Aliyatus-Saniyah Muawanatul Muslimin,
Kudsiyah, Tsywiqut Tullab Balai Tengahan School, Mahidud Diniyah Al-
Islamiyah Al-Jawiyah, dan lain-lain.

 Pendidikan Islam di Yogyakarta


Pendidikan Islam di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda banyak
didominasi oleh organisasi Muhammadiyah. Diantaranya yang terkenal adalah

8
Kweekschool Muhammadiyah, Mualimat Muhammadiyah, Zuama, Tabligh
School, dan H.I.K. Muhammadiyah. Model pendidikannya dengan
menggabungkan antara pelajaran umum dengan agama. Selain Muhammadiyah
juga ada pondok pesantren Krapyak.

 Pendidikan Islam di Jawa Barat


Madrasah pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada tahun 1917
oleh Perserikatan Umat Islam. Pondok Pesantren yang cukup berpengaruh adalah
PP Gunung Puyuh di Sukabumi. Selain itu juga ada pondok pesantren Persatuan
Islam (Persis), pondok ini terdiri dari dua bagian, yaitu Pesantren Besar (untuk
para santri yang telah cukup umur untuk mendapatkan pendidikan agama)
dan Pesantren Kecil (untuk anak-anak kecil yang pelaksanaannya di sore hari).

 Pendidikan Islam di Batavia


Madrasah tertua di Batavia adalah Jamiat Kheir yang didirikan tahun
1905. Tingkatan sekolahnya antara lain: tingkat Tahdiriyah  (1 tahun),
tingkat Ibtidaiyah (6 tahun), tingkat Tsanawiyah (3 tahun), Bagi lulusan
terbaik Tsanawiyah bisa melanjutkan ke Mesir atau Mekkah. Madrasah lain yang
juga punya andil besar bagi pendidikan Islam adalah madrasah Al-Irsyad yang
didirikan pada tahun 1913.

 Pendidikan Islam di Sulawesi


Tidak banyak perbedaan tentang pendidikan Islam di Sulawesi dengan di
Jawa dan Sumatera. Hal ini disebabkan karena sumber yang sama, yaitu Mekkah.
Kebanyakan madrasah di Sulawesi pada mulanya dipimpin oleh guru-gur agama
dari Minangkabau dan Yogyakarta. Madrasah yang cukup terkenal di Sulawesi
Selatan adalah madrasah Amiriyah Islamiyah di Bone. Mata pelajaran yang
diberikan di madrasah ini meliputi pelajaran agama dan pelajaran umum.

 Pendidikan Islam di Kalimantan


Madrasah yang tertua yang memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah
pendidikan Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda adalah
madrasah Najah Wal Falah di Sei Bakau Besar Mempawah. Didirikan pada tahun
1918 M., setelah itu berdiri madrasah Perguruan Islam Assulthaniyah di Sambas
pada tahun 1922 M.

9
Di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda tidak banyak madrasah dan
pesantren yang berdiri, namun andil dan maknanya cukup berarti dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di tanah air Indonesia ini di
bagian timur.
 
D. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang

Setelah belanda pergi dari Indonesia maka muncul pergerakan Jepang.


Jepang memberikan toleransi yang banyak terhadap pendidikan Islam di
Indonesia, kesetaraan pendidikan penduduk pribumi, sama dengan penduduk atau
anak-anak penguasa, bahkan Jepang banyak mengajarkan ilmu-ilmu bela diri
kepada pemuda Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang banyak berdirinya lembaga-lembaga
pendidikan dan pengajaran serta pendirian tempat-tempat ibadah. Lembaga-
lembaga pendidikan dapat dikembangkan dan anak-anak dan penduduk pribumi
diperbolehkan untuk belajar agama dan mengaji. Hal ini memberikan kesempatan
bagi pendidikan islam untuk berkembang.
1. Madrasah
Awal pendudukan jepang, madrasah berkembang dengan cepat terutama
dari segi kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para kyai yang
membangun pesantern salah satunya madrasah awaliyah yang ada diSumatra.
2. Pendidikan agama di sekolah
Sekolah negeri diisi dengan pelajaran budi pekerti. Hal ini memberi
kesempatan pada guru agama islam untuk mengisinya dengan ajaran agama, dan
di dalam pendidikan agama tersebut juga di masukan ajaran tentang jihad
melawan penjajah.
3. Perguruan tinggi Islam
Pemerintah jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di jakarta
yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, KH. Muzakkar, dan Bung Hatta.
Walaupun jepang berusaha mendekati umat islam dengan memberikan kebebasan
dalam beragama dan dalam mengembangkan pendidikan namun para ulama tidak
akan tunduk kepada pemerintahan jepang, apabila mereka menggangu akidah
umat hal ini kita dapat saksikan bagaimana masa jepang ini perjuangan KH.

10
Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur jepang yang
memerintahkan untuk melakukan seikere (menghormati kaisar jepang yang
dianggap keturunan dewa matahari) . Akibat sikap tersebut beliau ditangkap dan
dipenjarakan oleh jepang selama 8 bulan. Dapat disimpulkan meski pun dunia
pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-muridnya sekolah setiap hari
hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, kerja bakti (romusha), bernyayi dan
sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang ada di dalam
lingkungan  pondok pesantren yang bebas dari pengwasan langsung pemerintah
pendudukan jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat berjalan
secara wajar.

E. Tujuan kedatangan Belanda dan Jepang ke Indonesia

Bangsa Belanda udah datang ke indonesia dari tahun 1595 dengan


memakai 4 rombongan kapal yang awalnya di pimpin oleh Cornelis de Houtman.
Sebenarnya, kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia ini gak terjadi begitu aja
atau karena kedatangan spontan. Tapi, ada beberapa tujuan yang menyebabkan
mereka berlayar dan mendatangi indonesia. Karena, alasan itulah mengapa bangsa
mereka sampai mendatangi bangsa kita dan berlayar ke Indonesia.

1. Mengambil Hasil Rempah-Rempah


Tujuan banyaknya bangsa Eropa yang sering sekali berlayar dan
mendatangi bangsa Asia yaitu mengambil hasil rempah-rempah.
Salah satunya Belanda datang ke Indonesia yaitu buat mengambil hasil
rempah-rempah Indonesia. Karena, rempah-rempah saat itu sangat langka di
Eropa dan mereka cuma akan memperolehnya dengan cara membeli dari negara
lain yang tentunya akan membutuhkan lebih banyak usaha dan uang. Tentunya,
akan lebih mudah mendatangi negara penghasil yang akan mendapatkannya
dengan cara yang lebih mudah dan juga murah. Bahkan, dengan beragam cara
licik mereka bisa mengambil sesukanya dan bisa menaklukan rakyat pribumi.
Memonopoli perdagangan jadi hal biasa dan tentu aja akan jadi tujuan
yang tidak baik yang sering mereka lakukan demi keuangan dan demi
mendapatkan rempah-rempah terbaik.

11
2. Memperkerjakan Tanpa Adanya Upah

Bukan hal yang aneh lagi, kalo bangsa asing yang sering datang ke
Indonesia melakukan hal yang tidak baik dan tidak menyenangkan. Mengapa kok
begitu? Kerena, kebanyakan dari mereka saat itu cuma ingin melakukan sesuatu
yang mengerikan. Dimana, mereka akan melakukan hal sesukanya seperti
menjajah tanpa adanya keperikemanusiaan. Salah satunya yaitu Belanda, bangsa
mereka datang dan memonopoli pemasaran rempah-rempah di Indonesia.
Mereka, saat itu hidup dimasa penjajahan belanda jadi saksi bisu dimana
bangsa Belanda melakukan beragam hal keji seperti contoh negara netral. Salah
satu kekejian yang dilakukan oleh bangsa Belanda yaitu mengambil tenaga
Indonesia dalam bekerja buat mereka, tapi tanpa adanya upah atau sesuatu yang
bisa mereka dapatkan setelah bekerja. Itulah yang dinakan dengan kerja rodi atau
yang sering dilakukan oleh para penjajah.
Tanpa adanya rasa kasihan, mereka selalu memaksa dan mengambil
tenaga para rakyat Indonesia yang saat itu masih miskin dan tidak bisa
membebaskan diri dari belenggu penjajahan.

3. Mengambil Kekayaan Indonesia Dengan Cara yang Tidak Baik

Bangsa Belanda datang ke Indonesia yaitu buat mencuri kekayaan dan


SDA bahkan juga SDM yang ada di Indonesia saat itu.
Bukan tanpa sebab, adanya 350 penjajahan bangsa belanda yang ada di Indonesia.
Mereka datang dengan beragam jenis tujuan yang jelas sangat merugikan seluruh
rakyat Indonesia sendiri.
Bangsa Indonesia yang saat itu masih sangat primitif, selalu diperas dan
diperbudak oleh para penjajah yang silih berganti datang menjajah negeri
Indonesia. Bahkan diantara semua penjajah yang pernah menjajah negara
Indonesia, Belanda lah yang memakan waktu yang paling lama. Dimana, Belanda
udah banyak mengambil kekayaan Indonesia yang berharga tanpa ada imbalan
balik pada rakyat Indonesia. Ini adala kejahatan besar yang membuat publik dan
dunia ternganga. Belanda bahkan dengan rakusnya selalu menggali potensi SDA
yang ada dan menjadikannya keuntungan buat pihak mereka.

12
4. Dijadikan Pegawai dan Orang yang Bisa Bahasa Belanda

Tujuan bangsa Belanda datang ke Indonesia adalah supaya bisa


mendapatkan pekerja yang bisa mereka aja kerjasama. Tidak semua masyarakat
Indonesia yang dijadikan budak oleh mereka, sebagian juga ada yang bermitra
saat itu dan dijadikan sebagai penerjemah apa yang mereka inginkan. Saat itu,
Belanda punya beberapa pekerja yang nantinya akan jadi bawahan yang selalu
memberikan arahan pada para budak yang mau melakukan apa aja demi uang dan
kekuasaan. Kebanyakan dari pekerja juga pemberontak yang rela menjual
kebanggaan dirinya sebagai warga negara cuma buat kesenangan. Karena, mereka
yang berpihak pada pemerintahan Belanda tentunya akan diberikan kemudahan
dan segala kemewahan. Jadi, Belanda gak akan lagi sulit dalam mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Karena, semuanya akan mereka dapatkan dengan mudah.

5. Untuk Mengambil Semua Jatah Tanpa Membayar

Disini, tujuan dari bangsa Belanda datang ke Indonesia yaitu cuma demi
perdagangan yang bisa mereka monopoli sebisanya. Bahkan, mereka akan
melakukan berbagai macam hal yang mengerikan demi mendapatkan apa yang
mereka inginkan dari bangsa Indonesia. Termasuk dalam mengabaikan masalah
pemabayaran dan upah atas jasa yang mereka pakai pada waktu itu, seperti TNI
Indonesia. Sejak masa VOC sampai Kerajaan Belanda, Belanda tidak pernah
banyak penjajah dan menemukan kehidupan di koloni-koloni gak menyenangkan,
maka Belanda tidak pernah benar-benar mengambil akar dan memperluas koloni.
Dengan begitu, sebagian besar wilayah di Indonesia di luar pelabuhan, hub dan
pusat produksi sering kali tetap ada dalam kepemilikan penguasa lokal sesuatu
yang benar-benar didorong oleh Belanda. Karena, mereka gak berkepentingan
dalam memerintah sebuah kerajaan besar, mereka terutama berfokus pada
memastikan jalur perdagangan dan pusat-pusat produksi yang sempit. Para
penguasa lokal ini sering punya kesepakatan dengan Belanda buat menjaga
kepentingan bersama dan sering bertengkar dengan penguasa lokal lainnya atas
nama Belanda. Tapi, bangsa Belanda awalnya datang ke Indonesia ini adalah buat
perdagangan rempah-rempah.

13
Jadi, tidak ada yang benar-benar tahu kapan motif itu benar-benar berubah
dari perdagangan menjadi monopoli ke penjajahan. Kemudian, penjajahan bangsa
Belanda berakhir pada tahun 1942 dan digantikan oleh bangsa Jepang. Jepang
menduduki Indonesia dimotivasi oleh besarnya keinginan Jepang untuk menjdi
superpower di Asia dan menguasai dunia.
Adapun Tujuannya memilih Indonesia sebagai daerah jajahan :
1. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, sehingga
Jepang ingin menjadikan Indonesia sebagai pemasok bahan mentah dan
bahan bakar untuk kepentingan Industri
2. Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang
3. Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh
yang banyak dengan upah yang relatif murah.
4. Menjadikan rakyat Indonesia sebagai pertahanan perang

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan Jepang
 Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda
Kehadiran Belanda di Indonesia tidak hanya mengeksploitasi kekayaan
alam Indonesia, tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat.
Segala aktivitas umat Islam yang berkaitan dengan keagamaan ditekan. Belanda
terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak pengamalan agama
Islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara terbuka dilarang,
pengajaran ilmu agama diawasi, ibadah haji dibatasi dan setiap jama’ah haji yang
pulang ke Indonesia diawasi dengan ketat untuk mengantisipasi pengaruh muslim
yang telah haji yang dapat membangkitkan semangat perlawanan pemerintah
Belanda.
 Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang
Pada masa Jepang tujuan pendidikan Islam yang pertama adalah
menanamkan rasa keislaman yang benar guna kepentingan dunia dan Akhirat, dan
yang kedua membelah bangsa dan tanah air untuk memdapatkan kemerdekaan
bangsa itu sendiri ataupun kemerdekaan secara manusiawi. Sedangkan maksud
dari pemerintahan Jepang ialah supaya kekuatan umat Islam dan nasionalis dapat
dibina untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang dipimpin oleh Jepang.
Jepang membentuk badan-badan pertahanan rakyat seperti Haihoo, Peta,
Keibondan sehingga penderitaan rakyat lahir dan batin makin tak tertahankan lagi.

Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa


Penjajahan Jepang
 Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda
Pada pertengahan abad 19 M. perkembangan lembaga pendidikan
mencapai tingkat tinggi. Hal ini karena meningkatnya jumlah jama’ah haji ke
Makkah yang mengakibatkan banyak orang yang ahli dalam bidang agama yang
membuka lembaga pendidikan. Bahkan tahun 1882 M. menurut catatan terdapat

15
300 pesantren di Jawa dan Madura. Hal itu ditambah lagi banyaknya orang-orang
Hadhramaut yang bermigrasi dan mencari penghidupan yang layak di Indonesia
yang juga membuka wawasan baru.

 Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang


Setelah belanda pergi dari Indonesia maka muncul pergerakan Jepang.
Jepang memberikan toleransi yang banyak terhadap pendidikan Islam di
Indonesia, kesetaraan pendidikan penduduk pribumi, sama dengan penduduk atau
anak-anak penguasa, bahkan Jepang banyak mengajarkan ilmu-ilmu bela diri
kepada pemuda Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang banyak berdirinya lembaga-lembaga
pendidikan dan pengajaran serta pendirian tempat-tempat ibadah. Lembaga-
lembaga pendidikan dapat dikembangkan dan anak-anak dan penduduk pribumi
diperbolehkan untuk belajar agama dan mengaji.
 
B. Saran
Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan
dalam pembuatan makalah ini, maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.
 
 
 

16
DAFTAR PUSTAKA
 
Engku, Iskandar. 2014.  Sejarah Pendidkan Islami. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Mudyaharjo, Redja. 2001 pengantar pendidikan Jakarta : PT Grafindo Persada.
Nizar, Samsul. 2007.  Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Ramayulis.2012.  Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta : Kalam Mulia.
Sunanto, Musyrifah.2010. Sejarah peradaban Islam Indonesia Jakarta: Rajawali
Pers.
Suwendi. 2004 sejarah dan pemikiran pendidikan islam Jakarta : PT Grafindo
Persada
Wahab, Drs Rohidin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Bandung:Alfabeta.
Zuhairini. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi aksara

17

Anda mungkin juga menyukai