Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh karena itu kita sebagai calon tenaga pendidik atau guru haruslah mengerti
dan paham mengenai pelayanan bimbingan dan konseling di lingkup sekolah. Kita
tidak hanya memberikan materi pembelajaran tetapi kita juga harus memberikan
pelayanan bimbingan dan konseling tersebut agar nantinya tujuan dari siswa untuk
mendapatkan kemandirian dapat terpenuhi.
1
e. Bagaimana standar kualifikasi dan kompetensi pelaksanaan imbingan dan
konseling sebagai profesi?
1.4. Manfaat
2
BAB II PEMBAHASAN
3
problem yang bertujuan membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal
kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Dari beberapa pengertian diatas juga dapat diambil beberapa prinsip sebagai
berikut:
4
pembimbing membantu mengarahkan terbimbing (klien) ke arah suatu tujuan
yang telah ditetapkan bersama-sama, sehingga klien dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
5
teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normative agar tercapai kemandirian
sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
lingkungannya.
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel”
yang berarti memberi saran dan nasihat.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan
bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara
dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru
pembimbing/konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk
mengembangkan potensi yang dimilki kearah perkembangan yang optimal
sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social.
6
Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program
pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok
untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri
dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik menguasai masalah
yang dialaminya.
7
berhasil. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa yang merek terima dari
sekolah dapat menjadi bekal guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri
dan mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam kondisi
seperti itu layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
8
3. Guru
4. Faktor psikologis
9
kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Terdapat
perbedaan individual antara siswa yang satu dengn yang lainnya. Selain itu,
siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan prilaku sebagai akibat hsil
proses belajar yang telah dilakukan oleh siswa.
Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribdinya.
Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Disekolah dan dimadrasah
masalah perbedaan individu (siswa) tanpak dengan jelas seperti adanya siswa
yang pintar atau yang cerdas, cepat dan lambat dalam dalam belajar, berbakat,
kreatif, dan lain sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi dalam
pelayanan pendidikan kepada para siswa, terutama yang menyangkut bahan
ajar, metode, media, evaluasi, dan lain sebagainya. Selain itu, perbedaan
individu juga bias menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi
lingkungannya.
10
dengan upaya pemenuhan kebutuhannya, artinya dalam rangka memenuhi
kebutuhan, akan muncul prilaku tertentu dari individu. Apabila individu
mampu memenuhi kebutuhannya ia akan merasa puas, sebaliknya apabila ia
tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi
dirinya maupun lingkungannya.
e. Masalah belajar
11
2.3. Peranan dan Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
12
siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana
menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk
diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua
siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh
mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang
didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun
dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan
Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan social,
belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus
dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka
kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan
diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity
development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan.
Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara
signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan
masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang
hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga
bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu
semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang
esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu (siswa).
13
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan
persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran
yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk
memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal
melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam
proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi
agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para
pembimbing diharapkan untuk:
• Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupu
kelompok,
• Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
• Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai
dengan karakteristik pribadinya,
• Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang
dihadapinya,
• Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
formal bimbingan konseling yang berkedudukan sebagai integral dari
keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah. Kedudukan bimbingan dan
konseling dalam keseluruhan program pendidikan sekolah yaitu sebagai salah
satu upaya pembinaan pribadi peserta didik, kedudukan bimbingan dan
konseling dalam pendidikan ada 3 ruang lingkup kegiatan pendidikan yaitu:
1. Bidang Instruksional dan Kurikulum
Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap
kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan
pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staf pengajaran.
2. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-
masalah administrasi dan kepemimpinan yaitu masalah yang berhubungan
dengan cara melakukan kegiatan secara efisien. Dalam bidang ini terletak
14
tanggung jawab dan otoritas pendidikan yang pada umumnya mencakup
kegiatan-kegiatan seperti perencanaan organisasi, pembiayaan, pembagian
tugas staf. Pada umumnya bidang ini merupakan tanggung jawab pimpinan
dan para petugas administrasi lainnya
3. Bidang Pembinaan Pribadi
Dalam bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan
batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya, sehingga
mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Kegiatan pendidikan yang baik harus mencakup ke-3 bidang tersebut.
Karena jika tidak sekolah hanya akan menghasilakn individu yang pintar dan
bercita-cita tinggi namun mereka tidak mampu memahami potensi yang
dimilikinya. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kegagalan atau
kesulitan sewaktu terjun ke lapangan kerja.
Dalam kondisi yang seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan
bimbingan dan konseling yang memfokuskan kegiatannya dalam membantu
para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses
pendidikan yang sedang ditempuhnya. Dengan melalui program pelayanan
bimbingan dan konseling yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan
mendapat kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta didik
dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai keahlian
dalam bidang bimbingan dan konseling.
Dari keseluruhan proses pendidikan, program bimbingan dan konseling
merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan
pada umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang ini, dimana fungsi sekolah
atau lembaga pendidikan formal itu tidak hanya membekali para siswa dengan
setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mempersiapkan para peserta
didik untuk memenuhi tuntutan perubahan serta kemajuan yang terjadi di
lingkungan masyarakat.
15
Para peserta didik akan menghadapi masalah pemilihan spesialisasi,
pemilihan jurusan pemikiran program, masalah belajar, masalah penyesuaian
diri, masalah pribadi dan social dan sebagainya yang membutuhkan
penanganan dari keseluruhan system pendidikan formal.
Bimbingan dan konseling di sekolah dapat mendampingi siswa dalam hal:
a. Dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis).
b. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak.
c. Menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana
yang tepat untu mencapai tujuan-tujuan itu.
d. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu
mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-
cita hidup
16
sumberdaya alam yang melimpah tetapi juga terletak pada sumberdaya alam
yang berkualitas. Sumberdaya alam yang berkualitas adalah sumberdaya
manusia, maka diperlukan peningkatan sumberdaya manusia Indonesia
sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai
kemajuan bangsa.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks
adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang
studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik.
(Naskah Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal,
2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.”
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai
salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong
belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal
1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga
pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap
tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi
kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung keunikan dan
perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau
tidak adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun
yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar
mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa
layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan,
karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya
17
kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil
keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek
ketenagaan maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik
dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan,
serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya
untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik.
Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu
atau yang perlu ‘dipanggil’ saja, melainkan untuk seluruh peserta didik.
Adapun tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut:
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
serta kehidupannya dimasa yang akan datang.
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya.
d) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun
lingkungan kerja.
Namun untuk mencapai tujuan tersebut mereka harus mendapat kesempatan
untuk:
a) Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas
perkembangannya.
b) Mengenal dan memahami potensi atau peluang
dalam lingkungannya.
c) Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tujuan tersebut.
d) Memahami dan menguasai kesulitan-kesulitan sendiri.
18
e) Menggunakan kemampuan untuk kepentingan dirinya, tempat
belajar dan tempat bekerja serta masyarakat.
f) Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkungannya.
g) Mengembangkan segala potensi yang dimilikinya secara optimal.
19
S1Pendidikan Profesi Konselor profesional Ya )
Konselor
Sarjana BK (S1) Konselor Tidak
Doktor (S1 non BK, S2 BK) Lisensi prosedur khusus ?
Master (S1 non BK) Guru pembimbing Tidak
SI Non BK + Pelatihan BK Guru pembimbing muda Tidak
) Melalui prosedur dan persyaratan yang ditetapkan BAKKN pendidikan
profesi bagi S1 lulusan BK dan non BK.
Seorang konselor sekolah serendah-rendahnya memiliki ijazah sarjana muda
dari suatu pendidikan yang sah serta memenuhi syarat untuk menjadi guru dalam
jenjang pendidikan dimana ia ditugaskan. Secara professional seorang konselor
hendaknya memiliki pendidikan profesi yaitu, jurusan bimbingan konseling Strata
satu(S1), S2 atau S3. Atau sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan
pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Secara umum untuk Indonesia lulusan
bimbingan dan konseling tingkat D3 dan S1 masih diperbolehkan untuk menjadi
pembimbing. Hanya kualifikasi professional tersebut belum begitu jelas.
Mungkin S1 bisa dianggap professional jika:
a. Bobot latihan professional ditingkatkan, baik selama pendidikan maupun dalam
bentuk in-service training.
b. Harus sudah ada tim penilai khusus dari ikatan pembimbing.
Sebagai pendidik, konselor dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik
minimum S1, sebagaimana halnya pengampu layanan ahli di bidang lain seperti
dokter. Konselor juga dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik S1, yang
mencerminkan penguasaan kemampuan akademik di bidang bimbingan dan
konseling. Untuk keperluan ini diselenggarakan program S1 Bimbingan dan
Konseling dengan tujuan memfasilitasi pembentukan kompetensi akademik
calon konselor, yang direpresentasikan dengan Ijazah sarjana pendidikan
dengan kekhususan dalam bidang bimbingan dan konseling.
Secara umum untuk Indonesia lulusan bimbingan dan konseling tingkat D3
dan S1 masih diperbolehkan untuk menjadi pembimbing. Hanya kualifikasi
profesional tersebut belum begitu jelas. Mungkin S1 bisa diorbitkan menjadi
20
tenaga profesional asalkan bobot latihan profesional ditingkatkan, baik selama
pendidikan maupun dalam bentuk in-service training dan harus sudah ada tim
penilai khusus dari ikatan pembimbing seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia).
Kriteria utama tetap bahwa konselor harus lulusan S2 dengan
berpengalaman mengajar (sertifikat) dan pengalaman praktik (sertifikat). Untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang cepat tadi, bentuk pelatihan konselor
untuk menjadi profesional, disesuaikan dengan keadaan.
b. Kompetensi Konselor
Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan profesional
konsekwensinya harus dilakukan secara profesional oleh personil yang memiliki
kewenangan dan kemampuan profesional untuk memberikan layanan bimbingan
dan konseling. Kekuatan dan eksistensi suatu profesi muncul dari kepercayaan
publik. Masyarakat percaya layanan yang diperlukan dapat diperoleh dari orang
yang sebagai orang yang berkompeten untuk memberikan layanan. Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia sebagai organisasi profesi pada bidang
bimbingan dan konseling pada kongres ke X di semarang menetapkan Standar
Kompetensi Konselor Indonesia.
21
menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang
mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu
secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya
melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong
learning process).
Kompetensi profesi konselor merupakan keterpaduan kemampuan
personal, keilmuan dan teknologi, serta sosial yang secara menyeluruh membentuk
kemampuan standar profesi konselor.
22
i. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling.
j. Pengelolaan pelayanan konseling.
4. Kompetensi perilaku berkarya (KPB), yaitu kompetensi berkenaan dengan
perilaku berkarya berlandaskan dasar-dasar keilmuan dan profesi sesuai
dengan pilihan karir dan profesi.
a. Etika profesional konseling
b. Riset dalam konseling
c. Organisasi profesi konseling
5. Kompetensi berkehidupan bermasyarakat (KBB), yaitu kompetensi
berkenaan dengan pemahaman kaidah berkehidupan dalam masyarakat
profesi sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
23
yang dimilikinya untuk membantu individu mencapai tingkat perkembangan yang
lebih tinggi.
24
akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut.
A. KOMPETENSI PEDAGOGIK
1. Menguasai teori dan praksis 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan
pendidikan keilmuannya
1.2 Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan
proses pembelajaran
1.3 Menguasai landasan budaya dalam praksis
pendidikan
3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan 3.1 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan
dan konseling dalam jalur, jenis, dan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal
jenjang satuan pendidikan
B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
25
4. Beriman dan bertakwa kepada 4.1 Menampilkan kepribadian yang beriman dan
Tuhan Yang Maha Esa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
4.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan
toleran terhadap pemeluk agama lain
4.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
5. Menghargai dan menjunjung tinggi 5.1 Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis
nilai-nilai kemanusiaan, individualitas tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral,
dan kebebasan memilih sosial, individual, dan berpotensi
5.2 Menghargai dan mengembangkan potensi positif
individu pada umumnya dan konseli pada khususnya
5.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada
umumnya dan konseli pada khususnya
5.4 Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai
dengan hak asasinya.
5.5 Toleran terhadap permasalahan konseli
5.6 Bersikap demokratis.
6. Menunjukkan integritasdan stabilitas 6.1 Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji
kepribadian yang kuat (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan
konsisten )
6.2 Menampilkan emosi yang stabil.
6.3 Peka, bersikap empati, serta menghormati
keragaman dan perubahan
6.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang
menghadapi stres dan frustasi
C. KOMPETENSI SOSIAL
8. Mengimplementasikan kolaborasi 8.1 Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-
intern di tempat bekerja pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan
sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di
tempat bekerja
8.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-
pihak lain di tempat bekerja
8.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam
tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga
administrasi)
26
9. Berperan dalam organisasi dan 9.1 Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi
kegiatan profesi bimbingan dan profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan
konseling diri dan profesi
9.2 Menaati Kode Etik profesi bimbingan dan
konseling
9.3 Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan
konseling untuk pengembangan diri dan profesi
D. KOMPETENSI PROFESIONAL
11. Menguasai konsep dan praksis asesmen 11.1 Menguasai hakikat asesmen
untuk memahami kondisi, kebutuhan, 11.2 Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan
dan masalah konseli pelayanan bimbingan dan konseling
11.3 Menyusun dan mengembangkan instrumen
asesmen untuk keperluan bimbingan dan
konseling
11.4 Mengadministrasikan asesmen untuk
mengungkapkan masalah-masalah konseli.
11.5 Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen
pengungkapan kemampuan dasar dan
kecenderungan pribadi konseli.
27
12. Menguasai kerangka teoretik dan 12.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan
praksis bimbingan dan konseling konseling.
12.2 Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan
konseling.
12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan
bimbingan dan konseling.
12.4 Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan
konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah
kerja.
12.5 Mengaplikasikan pendekatan /model/jenis pelayanan
dan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.
12.6 Mengaplikasikan dalam praktik format
pelayanan bimbingan dan konseling.
15. Menilai proses dan hasil kegiatan 15.1 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program
Bimbingan dan Konseling. bimbingan dan konseling
15.2 Melakukan penyesuaian proses pelayanan
bimbingan dan konseling.
15.3 Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi
pelayanan bimbingan dan konseling kepada
pihak terkait
15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk
merevisi dan mengembangkan program
bimbingan dan konseling
28
16. Memiliki kesadaran dan komitmen 16.1 Memahami dan mengelola kekuatan dan
terhadap etika profesional keterbatasan pribadi dan profesional.
16.2 Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan
kewenangan dan kode etik profesional konselor
16.3 Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak
larut dengan masalah konseli.
16.4 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan
16.5 Peduli terhadap identitas profesional dan
pengembangan profesi
16.6 Mendahulukan kepentingan konseli daripada
kepentingan pribadi konselor
16.7 Menjaga kerahasiaan konseli
17. Menguasai konsep dan praksis 17.1 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian
penelitian dalam bimbingan dan 17.2 Mampu merancang penelitian bimbingan dan
konseling
konseling
17.3 Melaksaanakan penelitian bimbingan dan
konseling
17.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan
dan konseling dengan mengakses
jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling
29
BAB III KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
http://cecepopandi.blogspot.com/2014/01/latar-belakang-pekembangan-bimbinga
n.html?m=1
https://laskarcharles.wordpress.com/2011/07/21/bimbingan-dan-konseling-
dalampendidikan/
http://dinafatma92.blogspot.com/2013/11/bimbingan-penyuluhan-bk.html
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34597334/bimbingan_konseli
ng.docx .
31