KOMPETENSI AUDITOR
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Auditing
Dosen :
Disusun oleh :
Fitri 120620200511
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat
umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi
dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta
standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan, profesinya.
Akuntan publik juga harus mematuhi prinsip dasar etika profesi yang
mengatur tentang perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik
profesinya, baik dengan sesama rekan auditor maupun dengan masyarakat
umum. Prinsip dasar etika profesi tersebut mengatur tentang prinsip
integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional (SA Seksi 100.4)
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas audit. AAA
Financial Accounting Standard Comittee dalam Ilhamsyah (2018)
menyatakan bahwa : “Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal, salah satunya
yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi, kedua hal tersebut
berpengaruh langsung terhadap kualitas dan secara potensial saling
mempengaruhi. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas
kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas keahlian auditor.”
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang
dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi.
Untuk menaikan tingkat keandalan laporan keuangan yang diaudit,
auditor tidak hanya saja memiliki kompetensi tetapi juga harus profesional
dalam mengaudit. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan pengguna
laporan keuangan, maka perlu adanya pengabdian pada profesi,
kemandirian, hubungan dengan rekan profesi, dan keyakinan terhadap
profesi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan
yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain
selain pengalaman.
4
Menurut Jusup (2001: 52) dalam Pintasari (2015):
Dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat,
auditor harus senantiasa bertindak sebagai ahli dalam bidang akuntansi
dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan
pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai
seorang professional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.
Pelatihan ini harus cukup mencakup aspek teknis maupun pendidikan
umum.
Proses pemerolehan keahlian yang dibagi menjadi lima tahap menurut
Dreyfus dalam Siti Nur Mawar Indah (2010: 22) :
1) Tahap pertama disebut novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap
kenyataan dan membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang
tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit
pemula yang baru lulus dari perguruan tinggi atau sering disebut auditor
junior.
2) Tahap kedua disebut advanced beginner. Pada tahap ini auditor sangat
bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk
merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian, auditor pada tahap
ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.
3) Tahap ketiga disebut competence. Pada tahap ini auditor harus
mempunyai cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang
kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada
dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan
prosedur aturan audit.
4) Tahap keempat disebut profiency. Pada tahap ini segala sesuatu menjadi
rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung tergantung pada
pengalaman yang lalu. Disini instuisi mulai digunakan dan pada akhirnya
pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh analisis yang
substansial.
5) Tahap kelima atau terakhir adalah expertise. Pada tahap ini auditor
mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap
5
praktek yang sudah ada. Dapat dikatakan pada tahap ini seorang
auditor sudah berpengalaman dalam menangani suatu kasus karena telah
dapat memecahkan berbagai kasus sebelumnya. Dalam menangani suatu
kasus, seorang auditor mengandalkan instuisinya, bukan bergantung pada
peraturan-peraturan yang ada.
Menurut I Gusti Agung Rai (2008; 63), supaya berhasil dalam
melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,
pengetahuan umum yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya.
Adapun mutu personal yang baik adalah :
1. Rasa ingin tahu
2. Berpikiran luas
3. Mampu menangani ketidakpastian
4. Mampu menerima beberapa temuan dapat bersifat subjektif
5. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
6. Mampu bekerja sama dalam tim
Dari penjabaran teori di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
auditor merupakan keterampilan dan keahlian dalam diri seorang dalam
hal ini yaitu auditor yang memungkinkan dirinya untuk melakukan
pekerjaan audit secara maksimal.
6
2. Sudut pandang audit tim
Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika
pekerjaan menggunakan assisten maka harus disupervisi dengan
semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri dari
auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner. Kerjasama yang baik
antar anggota tim, profesionalisme, persistensi, skeptisme, proses
kendali mutu yang kuat, pengalaman dengan klien, dan pengalaman
industri yang baik akan menghasilkan tim audit yang berkualitas tinggi.
Selain itu, adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan
ditemukan memiliki kaitan dengan kualitas audit.
3. Sudut pandang Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ada banyak hubungan yang baik antara besaran KAP dan kualitas
audit. KAP yang besar menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi
karena ada insentif untuk menjaga reputasi dipasar. Selain itu, KAP
yang besar sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak
sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien.
Selain itu KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih
banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka, membiayai auditor
ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan pengujian
audit dari pada KAP yang kecil.
7
1. Pengetahuan
Adapun SPAP 2011 tentang standar umum, menjelaskan bahwa
dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur
pengetahuan yang cukup. Pengetahuan dapat diukur dari seberapa tinggi
pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan
mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai
bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah
secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam
mengikuti perkembangan yang semakin kompleks. Adapun secara
umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor yaitu:
a. Pengetahuan pengauditan umum sepertu resiko audit, prosedur
audit, dan lainlain kebanyakan diperoleh di perguruan tinggi,
sebagian dari pelatihan dan pengalaman.
b. Pengetahuan Area Fungsional
Untuk area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan
computer sebagian didapatkan dari pendidikan pendidikan formal
perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan pengalaman.
c. Pengetahuan Mengenai Isu-isu Akuntansi yang Paling Terbaru
Auditor bisa mendapatkannya dari pelatihan professional yang
diselenggarakan secara berkelanjutan.
d. Pengetahuan Mengenai Industri Khusus
Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum
kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
e. Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
2. Pengalaman
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak
faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman.
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani. Pengalaman auditor dalam
melakukan audit atas laporan keuangan dapat dilihat dari segi lamanya
8
waktu maupun banyaknya penugasan pernah ditangani. Semakin banyak
pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam
dugaan dalam menjelaskan temuan audit, sehingga turut mempengaruhi
kualitas audit. Pengalaman yang dimiliki auditor akan mempengaruhi
kualitas auditnya, mereka menemukan bahwa semakin banyak
pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan
dalam menjelasakan temuan audit.
Dilihat dari cara pencapaiannya, menurut Amin Widjaja Tunggal
(2013:86) penerapan program pengetahuan akuntansi dan disiplin
umum terkait yang diterapkan adalah :
a. Pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi.
b. Pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing.
c. Mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir
professional auditor.
Adapun pengertian dari penerapan sesungguhnya dari program
pengetahuan dan disiplin ilmu terkait akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi Menurut
Sukrisno Agoes (2012:32) Pendidikan universitas formal diperoleh
melalui Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Swasta (PTS)
ditambah ujian UNA dasar dan UNA profesi. Sekarang untuk
memperoleh gelar akuntan lulusan S1 akuntansi harus lulus
Pendidikan Profesi Akuntan. Karena untuk menjadi seorang parner
KAP yang berhak menandatangani audit repore, seseorang harus
mempunyai nomor register negara akuntan (Registered Accountant).
b. Pelatihan praktik dan pengalaman auditing
Auditor hendaknya memilki pelatihan dan pengalaman auditing.
Memiliki pengalaman kerja dalam bidang teknis, menejerial, atau
professional yang melibatkan pelaksanaan penilaianpenilaian,
pemecahan persoalan, dan komunikasi dengan personel manajerial
atau professional lain, atasan, pelanggan, dan /pihak berkepentingan
lainnya. Dengan mengikuti dan menyelesaikan pelatihan auditor
9
serta dengan didapatkannya pengalaman kerja akan mendukung
perkembangan dan pengetahuan dalam bidang audit masing-masing.
c. Mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir
professional auditor, agar auditor memiliki mutu personal,
pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang memadai, maka
diperlukan pelatihan bagi auditor kinerja. Pelatihansangat
diperlukan mengingat dalam standar umum menyatakan bahwa
auditor secara kolektif harus memiliki kecakapan professional yang
memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Kemampuan ini
dikembangakan dan dipelihara melalui pendidikan professional
berkelanjutan. Sementara itu, menurut Sukrisno Agoes (2012:32)
pengalaman professional diperoleh dari praktik kerja dibawah
bimbingan supervise auditor yang lebih senior.
10
2) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
professional yang konsisten dengan standar nasional dan
internasional.
11
pandangan, memiliki empati dan mampu berhubungan dengan orang
dari negara, budaya dan latar belakang sosio ekonomi yang berbeda.
c. Keterampilan negosiasi
d. Keterampilan interpersonal untuk memotivasi dan mengembangkan
orang lain, mendelegasikan tugas, menyelesaikan konflik,
kepemimpinan, mengelola hubungan dengan orang lain dan
berinteraksi dengan berbagai macam orang.
e. Kemampuan intelektual logika , deduktif dan pemikiran abstrak,
mengidentifikasi dan menyelasaikan masalah dan sanggup
mnyelesaikan dilemma etis.
f. Pengetahuan manajemen dan organisasi unutk memahami aktivitas
organisasi bisnis pemerintah, ornganisasi nirlaba, memahami
budaya bisnis, dinamika kelompok, serta menajemen sumber daya.
g. Atribut Personel Integritas, keadilan etika dan komitmen untuk
belajar seumur hidup karena product life cycle pengetahuan yang
semakin pendek.
Kegiatan audit bertujuan untuk menilai layak dipercaya atau
tidaknya laporan pertanggung jawaban manajemen. Penilaian yang baik
adalah yang dilakukan secara objektif oleh orang yang ahli (kompeten)
dan cermat (due care) dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin
objektivitas penilaian, pelaku audit (auditor) baik secara pribadi maupun
instansi harus independen terhdap pihak yang diaudit (auditi), dan untuk
menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memilki keahlian
dibidang auditing yang mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai
bidang yang diauditnya. Sedangkan kecermatan dalam melaksanakan
tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan
sesuai standar dan kode etik, supervise yang diselennggarakan secara
aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan dan sebagainya.
12
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
Independensi, Integritas, dan Kompetensi, dua "kriteria" yang pertama
lebih bersifat kualitatif sehingga sulit untuk mengukurnya. Sebaliknya,
kompetensi lebih nyata dan dapat kita telaah sejauh mana seseorang dapat
dikategorikan kompeten.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor
untuk melaksanakan audit dengan benar. Untuk memperoleh kompetensi
tersebut, dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi auditor yang dikenal
dengan nama Pendidikan Profesional Berkelanjutan (Continuing
Proffesional Education). Ada beberapa komponen dari "kompetensi
auditor", yakni mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus.
1. Mutu Personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu
personal yang baik, seperti :
13
Buttery, Hurford, dan Simpson (Audit in the Public Sector, 1993)
menyebutkan bebrapa mutu personal lainnya, seperti kepandaian
(intelegensi), perilaku yang baik, komitmen yang tinggi, serta
kemampuan imajinasi yang baik untuk menciptakan sikap kreatif dan
penuh inovatif.
2. Pengetahuan Umum
14
c. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam
bidangbidang konten tertentu.
d. Keterampilan (Skil)
Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas fisik,
mental.”
15
attribute of experts seperti : rasa percaya diri, bertanggung jawab,
ketekunan, ulet dan energik, cerdik dan kreatif, adaptasi, kejujuran,
kecekatan.
c. Kemampuan berpikir, yaitu merupakan kemampuan untuk
mengakumulasi dan mengolah informasi, seperti : berpikir analitis
dan logika, cerdas, tanggap dan berusaha menyelesaikan masalah,
berpikir cepat dan terperinci.
d. Strategi penentuan keputusan baik formal maupun informal yang
akan membantu dalam membuat keputusan yang sistematis dan
membantukeahlian dalam mengatasi keterbatasan manusia, seperti :
independen dan obyektif, integritas.
e. Analisis tugas yang banyak dipengaruhi oleh pengalaman-
pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh
terhadap
Menurut Gilang Priyadi (2012: 136-137) dalam bukunya yang
berjudul Panduan Audit Sistem Mutu untuk menjadi seorang auditor,
maka kompetensi auditor ditentukan sebagai berikut:
1. Auditor Internal
Telah dilatih oleh lembaga pelatihan, atau oleh auditor yang
terdaftar. Pelatihan disertai sertifikat yang dilkeluarkan lembaga
pelatihan. Lama pelatihan adalah minimun 2(dua) hari. Tempat
pelatihan bisa dilokasi perusahaan atau pabrik atau bisa juga
diluar (eksternal). Minimun pendidikan auditor internal adalah
sekolah menengah umum. Pengalaman kerja manajemen mutu
atau manajemen lingkungan yang dimiliki adalah telah bekerja
dilokasi organisasi/perusahaan tersebut atau
organisasi/perusahaan sejenis minimal 2 (dua) tahun. Untuk
auditor magang, adalah auditor yang baru selesai mengikuti
pelatihan audit sistem mutu atau sistem manajemen lingkungan.
Setelah pelatihan, auditor magang tersebut disarankan menjadi
obserfer selama 2 (dua) kali siklus audit internal. Dibuktikan
dengan cara-cara yang sesuai. Kemudian pada siklus audit
16
berikutnya, menjadi anggota tim audit untuk kemudian baru
dapat menjadi Ka. Tim Audit internal di organisasi/perusahaan
tersebut.
2. Auditor Eksternal
Untuk auditor lembaga sertifikasi (sistem mutu atau manajemen
lingkungan), telah lulus pelatihan utama adalah minimun
pendidikan S1 (sarjana), telah lulus pelatihan Lead Assessor baik
untuk manajemen mutu atau manajemen lingkungan yang
dikeluarkan oleh lembaga pelatihan terakreditasi internasional
atau nasional. Berpengalaman, telah bekerja sesuai dengan
lingkup lembaga sertifikasi yang diakreditasi minimun 2 (dua)
tahun, dibuktikan dengan cara-cara yang sesuai. Penjejangan
auditor pemula, auditor dan auditor kepala ditentukan oleh
lembaga sertifikasi personel yang terakreditasi KAN atau
lembaga akreditasi yang diakui atau ditentukan sendiri oleh
lembaga serifikasinya. Untuk menjadi KAN. Tim tentunya
Auditor yang bersangkutan telah berpredikat auditor kepala
yang dibuktikan oleh lembaga sertifikasi personel yang
terakreditasi KAN atau lembaga akreditasi yang diakui atau
ditentukan sendiri oleh lembaga sertifikasinya.penentuan
keputusan seperti: ketelitian, tegas, professional dalam tugas,
keterampilan teknis, menggunakan metode analisis, kecermatan,
loyalitas dan idealisme.
17
2. Relationship merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan
komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan
kebutuhannya. Kompetensi yang berhubungan dengan Relationship
meliputi kerjasama, orientasi pada pelayanan, kepedulian antar pribadi,
kecerdasan organisasional, membangun hubungan, penyelesaian konflik,
perhatian pada komunikasi dan sensitivitas lintas budaya.
3. Impact dan influence, merupakan cluster yang terdiri dari dampak dan
pengaruh, kewaspadaan organisasi, dan membangun hubungan baik.
18
4. Managerial, merupakan cluster yang terdiri dari pengembangan orang
lain, pengarahan, ketegasan dan penggunaan, kekuasaan berdasar posisi,
teamwork dan kerjasama, team leadership.
19
3. Keterampilan negosiasi
Sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang pada
awalnya memiliki pemikiran berbeda hingga akhirnya mencapai
kesepakatan yang bijaksana.
20
diakreditasi minimun 2 (dua) tahun, dibuktikan dengan cara-cara yang
sesuai. Penjejangan auditor pemula, auditor dan auditor kepala
ditentukan oleh lembaga sertifikasi personel yang terakreditasi KAN
atau lembaga akreditasi yang diakui atau ditentukan sendiri oleh
lembaga serifikasinya. Untuk menjadi Ka. Tim tentunya Auditor yang
bersangkutan telah berpredikat auditor kepala yang dibuktikan oleh
lembaga sertifikasi personel yang terakreditasi KAN atau lembaga
akreditasi yang diakui atau ditentukan sendiri oleh lembaga
sertifikasinya.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kompetensi adalah kecakapan, kemampuan, kewenangan dan
penugasan. Penugasan dan kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan
profesinya sehingga menimbulkan kepercayaan publik. Seseorang yang
kompeten dapat diartikan sebagai orang yang menjalankan pekerjaannya
dengan baik. Kompetensi mencakup penguasaan ilmu (knowledge) dan
keterampilan (skill) yang mencukupi, serta mempunyai sikap dan perilaku
(attitude) yang baik untuk melaksanakan pekerjaannya.
Kompetensi adalah suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap auditor
untuk melaksanakan audit sehingga mendapatkan hasil yang benar.
Kompetensi merupakan hal utama dalam melakukan audit agar dapat
mendapatkan hasil yang benar. Meskipun Kantor Akuntan Publik (KAP)
sudah melakukan audit sesuai dengan Standar Audit, namun jika auditor
gagal dalam menerapkan kompetensinya maka akan berakibat pada
kegagalan mendeteksi praktik penggelembungan laba atau praktik
kecurangan lainnya dengan melaporkan kondisi tidak sesuai dengan
kenyataannya. Maka dari itu, jika auditor tidak menerapkan kompetensinya,
maka akibatnya auditor harus bertanggung jawab dan dikenakan sanksi oleh
pemerintah dan berpotensi kehilangan kepercayaan publik.
Kompetensi juga berhubungan dengan independensi praktisi. Seorang
auditor yang memiliki pendidikan, keahlian, pelatihan, pengalaman yang
memadai akan bisa merencanakan program audit, memverifikasi bukti, dan
menyusun laporan secara akurat dan independen. Auditor hanya bisa
independen jika ia memiliki keahlian yang memadai dalam melakukan
pekerjaannya dan memberikan opininya. Sebaliknya, auditor yang tidak
kompeten sulit untuk bisa melakukan hal tersebut secara independen karena
ia tidak memiliki syarat utama untuk menjadi independen, yaitu kompetensi.
22
BAB IV
TANGGAPAN
Dari keseluruhan materi makalah dan presentasi yang disajikan oleh kelompok
penyaji, kami kelompok pembahas satu pemahaman atas semua teori dan
pembahasan yang disajikan, kami ingin memberikan tanggapan lebih lanjut untuk
materi penyajian “competence”. Berikut ini adalah tanggapan atas Penyajian Materi
dari Kelompok Penyaji :
1. Dilihat dari poin pembahasan tentang kompetensi dari sudut pandang KAP,
Apakah reputasi KAP dapat dijadikan tolak ukur penilaian komepetensi
auditor dimana KAP memiliki tingkat Turoffer pegawai yang tinggi?
2. Perihal pemaparan aturan terkait kompetensi auditor pertimbangan
professional dalam melakukan audit atas laporan keuangan apakah tolak
ukur penilaian kompetensi auditor yang mencerminkan apakah auditor
tersebut berkompeten dalam melakukan tugas nya?
3. Bagaimana cara auditor meyakinkan client tentang kualitas audit dan
kompentesi auditor junior yang melakukan audit?
4. Dari contoh kasus yang disajikan mengapa masih terjadi kasus kejadian
salah saji baik yg di senjaga atau tidak / kelalaian dalam mengaudit bahkan
kasus tersebut terjadi pada KAP big 4 yang seharus mempunyai tingkat
kompetensi auditor yg berkualitas?
5. Apakah tingkat kompetensi auditor yang berkualitas atau tinggi bisa yakin
menjamin bahwa hasil dari laporan audit bebas kesalahan?
6. Apakah kompetensi seorang auditor bisa diukur dengan tingkat pendidikan
profesionalnya ? Bagaimana jika seorang auditor tingkat pendidikan
profesionalnya rendah tetapi dapat menjalankan profesinya dengan baik
apakah msh bisa d sebut berkompetensi ?
7. Apa tantangan atau faktor sehingga seorang auditor menjadi tidak
berkompetensi ?
23
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal., 2013., The Fraud Audit: Mencegah dan Mendeteksi
Kecurangan Akuntansi., Jakarta: Harvarindo
Arens, Alvin A et al., 2012. Auditing And Assurance Services. Pearson.
Buttery, Hurford, dan Simpson., 1993., Audit in the Public Sector
Amalia Izzatul. 2010. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Auditor.
Jakarta: Universitas Islam Sultan Agung.
Deis, D.R. dan G.A. Giroux., 1992., Determinants of Audit Quality in The Public
Sector. The Accounting Review. Juli. p. 462-479.
Fitrawansyah., 2014., Fraud dan Auditing. Edisi Pertama., Jakrata: Mitra
Wacana Media.
Hiro Tugiman., 2006., Standar Profesional Audit Internal., Yogyakarta:
Kanisius.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia., 2001., Standar Profesi Akuntan Publik.
Jakarta.
Jaafar dan Sumiyati,, 2008., Kode Etik dan Standar Audit. Bogor: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan BPKP.
Januarti, Indira., 2012., Identifikasi dan Perbedaan Karakteristik Kompetensi
Auditor: Auditor Pemerintah ditinjau dari Pengalaman dan Gender., Jurnal
Reviu Akuntansi dan Keuangan Vol.2 No.2.
Kusharyanti., 2003., Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit Dan
Kemunkinan Topic Penelitian Di Masa Datang., Jurnal Akuntansi dan
Manajemen (Desember).
Mulyadi., 2013., Auditing., Jakarta : Salemba Empat
Priyadi, Gilang. 2012. Panduan Audit Sistem Mutu. Jakarta: Bumi Aksara.
Suraida, Ida., 2005., Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan
Resiko Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan publik., Jurnal Sosiohumaniora,Vol. 7, No. 3.
Syaiful F.Prihadi., 2004., Assesment Centre., Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.