Anda di halaman 1dari 31

BPRS INDONESIA

MANAJEMEN BENCANA
(PENANGANAN PANDEMI COVID-19
DI INDONESIA &PERMASALAHNNYA)
SLMET R YUWONO
KETUA BPRS INDONESIA

Disampaikan pada Acara


SARASEHAN ONLINE SHARING DALAM UPAYA PENURUNAN KASUS COVID-19 DI JAWA TIMUR;08 JULI 2020
DASAR HUKUM
BPRS-BPRS PROVINSI
Peraturan Pemerintah
Undang-undang 44 Republik Indonesia
PP. No. 49 tahun
tahun 2009 Tentang 2013 Tentang
Rumah Sakit Badan Pengawas
Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan No. 88 Keputusan Menteri Kesehatan


Tahun 2015 Nomor :HK 01.07/ MENKES/ 128
Tentang / 2018
Pedoman Pengawasan, Sistem Tentang
Pelaporan dan Sistem Informasi
dalam Penyelenggaraan Pembinaan Keanggotaan Badan Pengawas
dan Pengawasan Rumah Sakit Oleh Rumah Sakit Indonesia
Badan Pengawas Rumah Sakit
2
PMK 02/2020
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 56
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Rumah Sakit sesuai tugas,
fungsi, dan kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota dapat
mengikutsertakan masyarakat,asosiasi perumahsakitan dan/atau
organisasi profesi
• Selain Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dewan
Pengawas Rumah Sakit dan Badan Pengawas Rumah
Sakit dapat melakukan pembinaan dan pengawasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT
INDONESIA

BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT INDONESIA


MERUPAKAN UNIT NON STRUKTURAL DI KEMENTERIAN
YANG BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG KESEHATAN

DALAM MENJALANKAN TUGASNYA BERSIFAT


INDEPENDEN

BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT INDONESIA


BERTANGGUNG JAWAB KEPADA MENTERI

5
(PASAL 57 AYAT (2), (3) DAN (7) UU NOMOR 44/2009 TENTANG RUMAH SAKIT)
Tujuan
Pembinaan dan Pengawasan Badan
Pengawas Rumah Sakit

Pemenuhan kebutuhan pelayanan


kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat
QUALITY&SAFETY
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
AKESIBILITAS
OTONOMI
Keselamatan pasien

Pengembangan jangkauan pelayanan-


AKSES

Peningkatan kemampuan kemandirian


rumah sakit.
6
Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 44/2009 Tentang Rumah Sakit
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk (PMK 02 TAHUN 2020)
a. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat;
b. pemantauan terhadap mutu dan keselamatan pasien dalam penyelenggaraan
Rumah Sakit;
c. pengembangan jangkauan pelayanan dan pemantauan sistem rujukan;
d. penilaian kelayakan lokasi sesuai dengan peruntukkan dan pemenuhan
persyaratan perizinan Rumah Sakit lain;
e. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit;
f. peningkatan kemampuan manajemen risiko; dan
g. peningkatan sistem pembuangan limbah.
TUGAS BPRSI DAN BPRSP
UU NO. 44/2009 TTG RS

Membuat pedoman tentang pengawasan Rumah Sakit untuk digunakan oleh


Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi;

Membentuk sistem pelaporan dan sistem informasi yang merupakan jejaring


dari Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah
Sakit Provinsi;

Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada


Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk di gunakan sebagai bahan
pembinaan;
TUGAS BPRS PROVINSI
Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien di wilayahnya;
Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah
Sakit di wilayahnya;
Mengawasi penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan perundang-
undangan;
Mengawasi penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan perundang-
undangan;
Melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada Badan Pengawas Rumah Sakit
Indonesia;

Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada


Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan;
Menerima pengaduan dan melakukan upaya penyelesaian sengketa dengan cara
mediasi.
DASAR HUKUM KEGIATAN PENANGAN COVID-19 DI
INDONESIA
1. PERPU NO 1 TAHUN 2020
• TINDAKAN EMERGENCY
• PENGADAAN BARANG DAN JASA YG TDK SPT BIASA
2. PP NO 21 TAHUN 2020,TTG PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA
BESAR(PSBB)
3. KEPRES NO 11 TAHUN 2020,TTG KEDARURATAN KESEHATAN
MASYARAKAT COVID-19

DITINDAK LANJUTI OLEH KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN,DILKELUARKANNYA :


1. PMK NO 9 TAHUN 2020,TTG PEDOMAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR(PSBB) DLM
RANGKA PENANGANANCOVID-19
2. KMK NO HK.01.07/MENKES/231/2020,TENTANG; TIM PENETAPAN PSBB DLM RANGKA PERCEPATAN
PENANGANAN COVID-19
TAHAPAN PENANGANAN PANDEMI COVID-19
DISASTER RESPONSE CYCLE-PANDEMI COVID-19

EWS
PERENCANAAN SIAGA
SAAT
(PSBB)

NORMAL BARU
PASKA
(NEW NORMAL) (PSBB)
I.SAAT TERJADI BENCANA
(PSBB-TAHAP TANGGAP DARURAT)
1. PENCEGAHAN
oPROMOTIF
oPREVENTIF
2. DIAGNOSA DINI OLEH DOKTER oTESTING
3. SURVEYLANCE oTRACING
3T
4. PROMP oTREATMENT
TREATMENT(PENGOBATAN&ISOLASI)
5. PENGORGANISASIAN
1.PENCEGAHAN
1. KIE
2. SOCIAL DISTANCING
3. PHISICAL DISTANCING
4. STAY AT HOME
5. PAKAI MASKER
6. CUCI TANGAN PAKAI
SABUN
7. POLA HIDUP
SEHAT(GERMAS)
8. ETIKA BATUK
9. DLL
Preventive measures
(WHO)
• Hand hygiene
• Respiratory hygiene
• Physical distancing
• Reduce and manage work-related travels
• Regular environmental cleaning and
disinfection
• Risk communication, training, and education
• Management of people with COVID-19 or
their contacts
Prof TYA-WHO SEARO
2.DIAGNOSA DINI
1. MENGENAL GEJALA
2. PEMERIKSAAN KLINIS
3. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
4. LAKUKAN TEST(TESTING)
T1 :Testing

• Makin bnyk test dilakukan(RAPID


DAN/PCR) makin bnyk ditemukan
positip

Akan mendapatkan kriteria ODP,PDP


dan CONFIRM POS
Metode Pemeriksaan Khusus Covid-19

PCR Swab
RNA
* Molekuler TCM
Target
Antigen
Protein
RAPID
* Serologi Antibodi TEST
Disusun secara sederhana untuk mempermudah
pemahaman bagi banyak kalangan Tonang-Paska UNS
Kapan PCR Covid dilakukan?

• Penegakan diagnosis di RS
• Follow up perawatan di RS
• Konfirmasi hasil tracing
• Penetapan selesainya masa
isolasi (di luar RS)
• Syarat Perjalanan (khusus)

Tonang-Paska UNS
Tonang-Paska UNS
T2 tracing-surveylance
• Dari temuan ODP,PDP,CONFIRM dilakukan
• Tracing dilakukan sesuai dg karakter covid (R’-
Reproductive number)
• RO covid 3 …… tdk jadi penularan bila Rt < 1
• 1 Covoid yg+ potensi menular kpd 3 orang jadi
ODP,PDP,confirm
Backbone T1,T2
• Ilmu Publich health dan Surveylance Epidemiologi
Koordinator
Harus ada pengendali operasional lapangan di TK Provinsi
Supporting
TNI,POLRI,SATPOL PP(per cluster/desa)
• Catatan
• PERHATIKAN PERLINDUNGAN PETUGAS(APD,NUTRISI,DLL
3.TREATMENT
T3: TREATMENT-KURATIF
• Setelah Testing,Tracing ketemu ODP,PDP,Conform
lakukan Treatment:
o Isolasi mandiri,isolasi non RS(hotel,dll) dan isolasi di
RS(sedang,Px berat)
Koordinator T3
Clinician-PINERE
• Penguatan system rujukan /koordinasi dg ASOSIASI
PERUMAHSAKITAN utk bagi beban(system rujukan
semesta/terstruktur di semua RS DI PROVINSI)
• Partisipasi Profesi utk penggerakan SDM
• Mapping seluruh RS seluruh Provinsi
• Kapasitas/daya tampung layani covid
• Maping SDM dan Sarpras(APD)
ZONASI &KEPATUAHN PROTOCOL DI RS
• ZONASIBRS(Merah,kuning,hijau), yg terpisah lokasi dan flow pasien n petugas(covid-non covid)….R Isolasi px covid-19
terisah dg Px umum

• Triase pasien(screening) (IGD tersendiri)


• pemenuhan sarpras(APD,alkes)
• kepatuhan thd protokol yg telah dibuat (PPI)
• pengaturan shift jaga(jam jaga pendek)
• supplement/nutri
Khusus untuk RS PENDIDIKAN
• Pengaturan PPDS;
 Screening comorbid Tangung
 kurangi beban tugas
 Shift jaga pendek2 jawab
 Selang seling dg WFH
 Pemenuhan APD dan control kepatuhab oleh KPS masing2 Bersama
 Nutrisi
 dll
FK-RS-PPDS
CATATAN
PERAN FORKOMDIK(KOORDINASI FK-RS)
PERAN KPS,SPS
DEPARTEMEN DAN SMF
GUGUS TUGAS 4.PENGORGANISASIAN PENANGANAN BENCANA
PUSAT 1.Sinergisme antara gugus tgs pusat-prov-
kab/kota
GUGUS TUGAS 2.Mobilisaai sumberdaya
PROVINSI (Sdm,sarpraa,apd,dll)
3.Evaluasi harian,mingguan
GUGUS TUGAS
4.KIE
KAB/KOTA
• Bila perlu repesf(TNI,POLRI,SATPOL PP)
• Itu mnrt saya
KECAMATAN
5.LAW IENFORCEMENT
HARUS DITEGAKKAN
DESA
DESA DESA DESA
II.PASKA PSBB-TRANSISI
(REHABILITASI
1. Transmisi COVID-19 dapat dikontrol. Rate of
transmission (RT) < 1
2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan
masyarakat termasuk rumah sakit harus
tersedia.(Sistem tersebut terdiri atas proses
identifikasi, tes, pelacakan kontak, isolasi, dan
karantina.)
3. Minimalisasi resiko pandemi COVID-19 dengan
asesmen risiko.
4. Penegakan protokol kesehatan di fasilitas publik
dan lingkungan kerja.
5. Pengelolaan kasus impor dan komorbid (penyakit
penyerta) dilakukan dengan baik.
6. Melibatkan partisipasi dan keterlibatan publik
dalam pengendalian pandemi.
PENGUKURAN
RESIKO
(WHO)

Prof TYA-WHO SEARO


The adjusting of PHSM, including large-scale
movement restrictions, needs to minimize the risk
of a resurgence in COVID-19 cases:
1. COVID-19 transmission is controlled
MEMINI 2. Sufficient public health workforce and health system
MALKAN capacities are in place
RESIKO 3. Outbreak risks in high-vulnerability settings are
(WHO) minimized
4. Preventive measures are established in workplaces
5. Manage the risk of exporting and importing cases
from communities with high risks of transmission
Prof TYA-WHO SEARO
6. Communities are fully engaged
Workplace risk assessment
(WHO)
• Low exposure risk

• Medium exposure risk

• High exposure risk

Prof TYA-WHO SEARO


III.TAHAP NEW NORMAL
(MITIGASI-PENCEGAHAN)
MENTERJEMAHKAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/328/2020
TENTANG
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONA
VIRUS DISEASE
2019 (COVID-19) DI TEMPAT KERJA PERKANTORAN DAN
INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN
USAHA PADA SITUASI PANDEMI (BAGIAN NEW NORMAL)
IV.TAHAP SIAGA BENCANA
• EWS
• PERENCANAAN BENCANA
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai