DISUSUN OLEH :
BAGIARIANTO
BODIYARNO
JULIANI HUTABARAT
DIAJUKAN OLEH
APRILIANA PIDA
BAGIARIANTO
BODIYARNO
JULIANI HUTABARAT
MATHILDE MEO
MUJIONO
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan stase keperawatan komunitas keluarga
dan gerontik yang berjudul “Laporan Komunitas Keluarga dan Gerontik di RT 18
Kelurahan Kuin Cerucuk Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin”
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Laporan stase keperawatan Komunitas
Keluarga dan Gerontik ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
kompetensi dalam stase keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala arahan,
bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan
laporan stase keperawatan komprehensif ini. Ucapan terimakasih ini disampaikan
kepada :
1. Warjiman, S.Kep.,Ners, MSN selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Suaka Insan Banjarmasin.
2. Kepala Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin yang telah mengijinkan
mahasiswa berpraktik.
3. Chrisnawati, BSN, MSN selaku wakil ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Suaka Insan Banjarmasin.
4. Sr. Getrudis Tutpai, SPC, M.Psi selaku wakil ketua II Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
5. Lucia Andi Chrismilasari, S.Kep.,Ners, M.Kep selaku wakil ketua III Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
6. Sr. Margareta Martini, SPC, BSN, MSN selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Banjarmasin.
7. Theresia Ivana, S.Kep.,Ners, MSN selaku Koordinator Stase Keperawatan
Gerontik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
8. Theresia Ivana, S.Kep.,Ners, MSN selaku preseptor akademik
9. H. Wahyudinoor, S.Kep.,Ners selaku preseptor lahan
10. Perawat dan staf Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin
ii
11. Seluruh teman-teman Profesi Ners Angkatan XI yang telah memberikan
dukungan dan bantuan selama ini.
Kelompok telah berusaha untuk menyelesaikan asuhan keperawatan
dengan sebaik-baiknya. Namun demikian kelompok menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan asuhan keperawatan ini. Oleh karena itu,
demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini kelompok mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penugasan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Persetujuan...................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
I. Latar Belakang.........................................................................................1
II. Tujuan penulisan......................................................................................3
A. Tujuan Umum......................................................................................3
B. Tujuan Khusus.....................................................................................4
III. Metodologi pengumpulan data.................................................................4
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................................4
B. Populasi...............................................................................................5
C. Sampel Penelitian................................................................................5
D. Lokasi Penelitian.................................................................................5
E. Cara Pengumpulan Data......................................................................6
F. Instrument............................................................................................6
G. Analisa Data........................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................8
I. Konsep Komunitas Dan Kesehatan Masyarakat......................................8
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas.....................................14
BAB III HASIL SURVEY.......................................................................................61
A. Data Umum..............................................................................................61
B. Data Khusus.............................................................................................66
C. Analisa masalah keperawatan komunitas.................................................81
D. Implementasi keperawatan komunitas.....................................................81
E. Evaluasi....................................................................................................83
Lampiran
v
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena
tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulanan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan undang-undang
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, keberhasilan pembanguan kesehatan sangat ditetukan oleh
kesinambungan antar upaya kerja sama program dan lintas sektor.
Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada
penguatan upaya kesehatan dasar (primary health care) yang berkualitas terutama
melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu layanan
kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan
dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Priotitas pemberian pelayanan kesehatan
adalah dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, hal ini sesuai dengan peraturan
menteri kesehatan republik Indonesia nomor 39 tahun 2016 tentang pedoman
penyelenggaraan program Indonesia sehat.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat
pembangunan kesehatan yang termuat ke dalam sistem kesehata nasional (SKN)
dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional agar tujuan
1
2
tersebut dapat tercapai secara optimal diperlukan partisipasi aktif dari seluruh
anggota masyarakat bersama petugas kesehatan.
Pencapaian derajat kesehatan optimal dilakukan melalui upaya peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat
pencegahan (level of prevention) dengan menjamin keterjangkau pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksaanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. Upaya promotif
dan preventif dilakukan melalui pelayanan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga dan kelompok di berbagai tatanan dalam masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional
yang ditunjukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. Penekanan
pelayanan keperawatan komunitas untuk meningkatkan kemandirian masyarakat
dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan yang optimal. Pelayanan
keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang
sehat-sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Prioritas sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah mereka yang
mempunyai masalah keperawatan yang terkait masalah kesehatan prioritas di
daerah tertentu mereka yang belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
atau sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi memerlukan tindak
lanjut keperawatan di rumah. Prioritas sasaran kelompok adalah kelompok
masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang
berada di dalam institusi seperti sekolah atau diluar institusi seperti posyandu,
kelompok pekerja, kelompok penderita penyakit tertentu dan sebagainya. Prioritas
sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau beresiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan seperti masyarakat di daerah endemis penyakit
menular, masyarakat dengan kondisi geografis termasuk daerah padat penduduk
dan tingkat kesehatan yang rendah.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan
sampai penanggulanan masalah dengan melibatkan indiviu, keluarga dan
kelompok dalam masyarakat seperti kelompok khusus gerontik.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan indiviu, keluarga dan
kelompok khusus gerontik di tatanan pelayanan kesehanan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas dan mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai,
maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Angkatan X Kelompok I (satu), melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan
Komunitas di RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas Jalan Belitung Darat
Kota Banjarmasin dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu keluarga keluarga,
kelompok dan masyarakat.
B. Populasi
Populasi penelitian adalah warga RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk
Komunitas Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin dengan jumlah 31 Kepala
Keluarga.
C. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah sampling aksidental yang akan diambil
ketika warga bersedia menjadi sampel yang terdapat di RT 18 Kelurahan Kuin
Cerucuk Komunitas Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasinn dengan
responden balita, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia.
D. Lokasi Penelitian
Lokasi yang diambil adalah di RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas
Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin. Alasan pemilihan lokasi atas dasar
usulan kepala kelurahan, pertimbangan kepala puskesmas, pertimbangan
status kesehatan masyarakat dan pertimbangan sumber daya dan lain-lain.
E. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan ada dua maca, yaitu :
1. Data Primer
Data diperoleh langsung dari sumbernya, di wawancara, diamati, dan
dicatat. Dalam hal ini data primer adalah jawaban yang diberikan oleh
responden dan di data langsung oleh mahasiswa dengan menggunakan
kuesioner langsung dari rumah responden.
2. Data Sekunder
Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulan oleh mahasiswa,
mengambil data dari kepala kelurahan, ketua RT seperti data demografi
penduduk.
F. Instrument
Instrument yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup
yaitu responden dapat memilih salah satu jawaban yang tersedia dan lembar
observasi untuk mengevaluasi hasil setelah dilakukan kegiatan serta dilakukan
wawancara langsung kepada responden.
G. Analisa Data
Analisa data meliputi :
1. Analisa identitas responden.
Identifikasi responden yang di data adalah nama, umur, jenis kelamin,
kategori kepala keluarga, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku,
penghasilan dan kepemilikan jaminan kesehatan.
2. Analisa deskriptif kuantitatif.
Data-data yang dideskripsikan dalam tabel atau grafik distribusi
frekuensi meliputi, masalah kesehatan, gangguan kesehatan, prilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) serta praktek atau kebisaan dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun faktor masalah gangguan kesehatan adalah penderita
hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asam urat, dan maag.
Faktor masalah terkait pola perilaku hidup bersih dan sehat adalah jamban
sehat, ventilasi dan pencahayaan, penataan ruang rumah, jenis rumah,
tempat sampah, sumber air, penampungan air bersih, kebiasaan perawatan
diri, akseptor KB, imunisasi, posyandu balita/lansia, kebiasaan nutrisi,
kebiasaan konsumsi garam, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik,
kepemilikan jaminan kesehatan, kebiasaan memanajemen kesehatan,
seperti persediaan obat, bila sakit ke fasilitas kesehatan, general check up.
3. Analisa proses asuhan keperawatan.
Proses asuhan keperawatan keluarga dari mulai pengkajian melalui
pengumpulan data, analisa data hingga menemukan dan mempriotitaskan
masalah, lalu menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, melaksanakan implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan keluarga/komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
8
9
B. Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu sintesi dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk (Mubarak, 2012).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya
dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat yang lebih tinggi (DEPKES RI, 2009).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta resosilitatif dengan melibatkan orang serta aktif
dari masyarakat. Peran secara aktif masyarakat bersama tim kesehatan
diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah tersebut (Achjar, 2011).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat
untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri
dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal.
Pada keperawatan komunitas terdapat beberapa prinsip yaitu:
1. Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang
dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas,
artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
2. Otonomi
Keperawatan komunitas di masyarakat diberikan kebebasan untuk
melakukan atau memilih alternative terbaik yang disediakan.
3. Keadilan
Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang dilakukan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2012).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial masalah aktual adalah masalah yang
diproleh pada saat pengkajian ,sedangkan masalah potensial adalah masalah
yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagniosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang tentang status dan masalah
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.Dengan demikian
diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah nyang ditemukan.
Diagnose keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (Mubarak,
2012).
C. Perencanaan (intervensi)
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien. Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat
disusun berdasarkan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun berdasarkan harus mencakup perumusan
tujuan,rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan criteria hasil
untukn menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2012).
D. Pelaksanaan (implementasi)
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat
kesehhatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan Desa dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2012). Prinsip yang umum digunakan dalam
pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
1. Innovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2012).
2. Integratet
Perawat kesehatan masyrakat harus mampu bekerja sama dengan
sesama propesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasar kan azas kemitraan (Mubarak, 2012).
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus mengunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun (Mubarak 2012).
a. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai
kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan
keperawatan serta kompeten (Mubarak 2012).
b. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai (Mubarak 2012).
E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2012). Kegiatan yang
dilakukan dalam penilaian menurut Effendi, 2009), yaitu :
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawtan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa
evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas.
B. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak.perilaku merupan kumpulan berbagai factor
yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatn, makanan serta lingkungan, batasan ini mempunyai 2 unsur pokok,
yakni respond dan stimulus atau perangsangan respon atau reaksi manusia,
baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap)maupun bersifat aktif
(tindakan yang nyata atu practice) sedangkan stimulus atau rangsangan disini
terdiri dari 4 unsur pokok yakni : sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan (wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam 2
kategori (wawan,2010) yaitu :
1. Perilaku yang terwujud secara nyata dan sadar
2. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku sengaja atu tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok masyarakat sebaliknya ada yang sengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).
C. Struktur Keluarga
Menurut Sari (2015) pola dan proses komunikasi, yaitu :
1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c. Berfikiran positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a. Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik.
b. Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi.
3. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri,
anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh
masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain,
sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di
rumah.
4. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif.
Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :
a. Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa
dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol
tingkah laku anggota keluarga yang lain.
b. Referent power
Kekuasan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain
karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif
seorang anak dengan orang tua (role mode).
c. Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima
oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan
seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
d. Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum
dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
e. Affectif power
kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan
atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya
hubungan seksual pasangan suami istri.
5. Nilai – Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan.
Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku
yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
D. Tipe Keluarga
Menurut BKKBN (2013) ada beberapa tipe-tipe keluarga :
1. Tipe keluarga tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
2. Tipe keluarga non-tradisional
a. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.
e. Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
f. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
g. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
j. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
E. Fungsi Keluarga
Menurut Sari (2015) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan
melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak - anak dapat meniru tingkah laku
yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat
terpenuhi.
2. Fungsi Sosialiasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak
yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di
sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting
dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
J. Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga terdiri dari dua kata yaitu kesejahteraan
dan keluarga. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974
kesejahteraan adalah tata kehidupan dan penghidupan sosial baik
material maupun spritual yang diliputi oleh rasa kesehatan, kesusilaan
dan ketentraman lahir dan batin untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaiknya bagi diri sendiri,
keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi dan
kewajiban sesuai pancasila. Kesejahteraan menurut Sulastri dalam
Solih (2014) menggambarkan kemajuan atau kesuksesan di dalam
hidup baik secara materil, mental spiritual, dan sosial secara
seimbang, sehingga menimbulkan ketentraman dan ketenangan hidup,
sehingga dapat menyongsong kehidupan mendatang dengan gembira
dan optimal
Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, keluarga
adalah adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Sedangkan menurut Friedman (2008), keluarga merujuk kepada
dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan – ikatan kebersamaan
dan ikatan emosional dan yang menidentifikasikan diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.
Di dalam Aspek Keluarga Sejahtera ini diklasifikasikan keluarga
dalam tahapan dengan indikator-indikator tertentu, yaitu:
1. Tahapan Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator
tahapan keluarga sejahtera I.
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I
Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator
berikut :
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah dan bepergian
c. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai,
dinding yang baik
d. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi
f. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan
Keluarga Sejahtera I (indikator 1 sampai dengan 6) dan indikator
berikut
a. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing
b. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/ telur
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu
pasang pakaian baru dalam setahun
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni
rumah
e. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga
dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing
f. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan
g. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan
latin
h. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Adalah keluarga yang sudah memenuhi indikator Tahapan keluarga
Sejahtera I dan Indikator Keluarga Sejahtera II (Indikator 1 s/d 14)
dan indikator berikut :
a. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
b. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang
c. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi
d. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal
e. Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/tv
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan keluarga
Sejahtera I, Indikator Keluarga Sejahtera II dan Indikator Keluarga
Sejahtera III (Indikator 1 sampai dengan 19) dan indikator berikut :
a. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materil untuk kegiatan sosial
b. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat (BKKBN, 2013).
B. Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan- lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantanides, 1994).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Teori – teori yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam
dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
1. Teori biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktural, pengembangan, panjang usia
dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh termasuk perubahan
molecular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
2. Teori genetik
Teori sebab- akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi
oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan oleh pembentukkan gen
dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetik, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia
telah ditentukan sebelumnya. Teori genetik terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik,
dan teori glikogen.
3. Teori wear and tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa
akumulasi sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA,
sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
4. Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan
mereka terhadap organism asing mengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker adan
infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi system imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Seiring dengan
bertambahnyan usia berat dan ukuran kelenjar timus menurun, seperti
halnya kemampuan tubuh untuk mendeferensiasi sel T. Karena hilangnya
proses diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yan tua dan tidak
beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh
kehilangan kemampuan untuk meningkatkan responnya terhadap se
lasing, terutama bila menghadapi infeksi.
5. Teori Neuroendokrin
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan bahwa penuaan
terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon
tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi sistem saraf. Hal ini
lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan
reproduksi. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara
universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk
menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai
perlambatan tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan, tetapi
orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak
kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan
menunggu respons mereka.
6. Teori Psikologis
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari implikasi
biologi pada kerusakan anatomis.
7. Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur
dalam tahun- tahun akhir kehidupan. Teori kepribadian menyebutkan
aspek – aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan
atau tugas spesifik lansia. Jung (1994), mengembangkan suatu teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian
sebagai ekstrovert atau introvert. (Stanley, 2006).
8. Teori tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam
kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap
sepanjang rentang hidup manusia. Tugas perkembangan adalah aktivitas
dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap- tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas (Stanley,
Mickey. 2006).
9. Teori aktivitas
Havighurst (1989), menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
social sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat, menunjukkan
bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi
kepuasan hidup, dan menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik
yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatansepanjang masa kehhidupan manusia (Stanley, Mickey. 2006)
C. Batasan Usia Lanjut
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda – beda,
umumnya berkisar antara 60 – 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang
batasan usia adalah sebagai berikut :
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi menjadi :
a. Masa bayi (usia 0-1 tahun)
b. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
c. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
d. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
e. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)
f. Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)
3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari Universitas Indonesia,
kedewasaan dibagi empat bagian :
a. Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
b. Fase verilitas (usia 40-50 tahun)
c. Fase prasenium (usia 55-65 tahun)
d. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)
4. Menurut Prof. DR. Koeseomanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia
dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas :
1) Young old (usia 70-75 tahun)
2) Old (usia 75- 80 tahun)
3) Very old (usia > 80 tahun)
5. Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia, yaitu :
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70- 79 tahun)
c. Old- old (usia 80-89 tahun)
d. Very old- old (usia >90 tahun)
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai
oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua. Kenyataan : Memang proses penuaan disertai dengan
menurunnya daya tahan tubuh dan metabolism sehingga rawan terhadap
penyakit. Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan
diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandangan sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak
ada. Kenyataan : Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang
masa. Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun,
minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataan
: Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja.
Memang frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan
meningkatnya usia tetapi masih tetap tinggi.
7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif. Kenyataan :
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan,
kemantapan, dan produktifitas mental dan material.
1. Gangguan pada haid : haid menjadi tidak teratur, kadang – kadang terjadi
perdarahan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
2. Gelombang rasa panas (hot flush): kadang – kadang timbul rasa panas
pada muka, leher, dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya
keringat yang banyak. Perasaan panas ini berlangsung beberapa detik
saja, namun bisa berlangsung sampai 30 menit – 1 jam.
3. Gejala – gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah
sedih, cepat marah, mudah tersinggung, gugup, dan mental yang kurang
mantap. Bila wanita pada mudanya mempunyai kecenderungan mudah
dipengaruhi keadaan emosionalnya maka ia akan lebih mengalami
gangguan psikologik pada masa ini.
4. Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium.
Tetapi tidak semua rasa lelah dapat diartikan sebagai tanda menopause.
Sebaiknya dicari sebab- sebab lainnya.
5. Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.
6. Rasa gatal – gatal pada genitalia disebabkan kulit yang menjadi kering
dan keriput.
7. Sakit – sakit bisa dirasakan seluruh badan atau pada bagian tubuh
tertentu.
8. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya: karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan
penglihatan atau bisa juga adanya stres mental.
9. Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab
fisik maupun psikis.
10. Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual, yang hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormonal maupun pengaruh psikis. Gejala – gejala kejiwaan
yang timbul sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
Keluhan yang sering timbul adalah adanya rasa takut, tegang, gelisah,
lekas marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi, lekas lupa dan susah
tidur.
11. Adanya wanita yang mengalami menopause menafsirkan sebagai
kehilangan fungsinya sebagai wanita, karena ia tidak bisa hamil dan
mendapatkan anak lagi. Di lain pihak ada yang menafsirkannya sebagai
akan terhentinya kehidupan seksualnya hal ini adalah keliru sekali.
Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kegiatan seksual itu kurang
pantas dilakukan bagi mereka yang sudah tua, meskipun dorongan kea
rah itu masih ada. Dengan demikian dapat dilihat bahwa kerisauan
menghadapi masa tua seringkali juga menyangkut kehidupan seksual.
12. Berubahnya libido (nafsu seks).
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya gejala- gejala atau
keluhan – keluhan tersebut, antara lain :
a. Penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi
hormonal.
b. Sosiobudaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan social ekonomi yang
mempengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan.
c. Faktor psikologis yang tergantung dari perilaku wanita tersebut.
d. Pada klimakterium ini hendaklah wanita memeriksakan dirinya
secara teratur, walaupun tidak ada keluhan - keluhan. Hal ini penting
untuk mengetahui adanya kelainan yang mungkin terjadi pada usia
empat puluhan, khususnya keganasan.
BAB III
HASIL SURVEY
A. Data Umum
1. Pedoman Winshield Survey
a. Kondisi wilayah
1) Batas wilayah RT 18
Utara : Berbatasan dengan Belitung Utara
Selatan : Berbatasan dengan Jalan Zafri Zam-Zam
Barat : Berbatasan dengan Kuin Cerucuk
Timur : Berbatasan dengan Belitung
2) Kondisi pemukiman penduduk
Kondisi pemukiman warga berdasarkan winshield
survey data yang didapat dikelurahan Kuin Cerucuk RT 18
pemukiman warga adalah berbentuk semi permanen, dan
permanen. Jarak antara rumah satu dan rumah lain sangat
berdekatan, akses tidak terlalu sempit. Sebagian tidak ada
memiliki halaman didepan rumah, sebagian warga
mempunyai peliharaan berupa ayam dan kucing.
3) Kondisi sarana kesehatan lingkungan
a) Tempat pembuangan sampah
Berdasarkan winshield survey data yang didapat
di Kuin Cerucuk RT 18, untuk pengelolaan sampah
warga memiliki tempat pembuangan sampah khusus,
sampah milik warga dikumpulkan dalam plastik lalu
beberapa hari sekali ada petugas pengumpul sampah
yang dibayar untuk mengambil sampah dan
membuangnya ke tempat pembuangan akhir.
61
62
B. Data Khusus
1. Data identitas
Tabel 3.1 Distribusi Kategori Kepala Keluarga Berdasarkan
Jenis Kelamin Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT XVIII
No. Jenis Kelamin Jumlah %
1. Laki-laki 15 68
2. Perempuan 7 32
JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.1 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori kepala keluarga menurut jenis kelamin di RT. XVIII
Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK terdapat
68% (15 KK) berjenis kelamin laki-laki dan 32% (7 KK) yang
berjenis kelamin perempuan.
Tabel 3.2 Distribusi Kategori Jenis Kepala Keluarga Di
Kelurahan Kuin Cerucuk RT. XVIII
No. Umur Jumlah %
1. PUS (Sebelum menikah <60 tahun) 7 32
2. Lansia (>60 tahun) 15 68
JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.3 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori jenis kepala keluarga di RT. XVIII Kelurahan Kuin
Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 68% (15 KK)
termasuk dalam kategori lansia, 32% (7 KK) termasuk dalam
kategori PUS.
Tabel 3.10 Distribusi Kategori Kebiasaan Kesehatan Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT XVIII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No. Sehat kurang
Uraian Jumlah Jumlah sehat Jumlah
(%)
(%)
1. Aktivitas Keluarga 20 91 2 9 22 100
fisik melakukan
aktivitas fisik (min
30 menit) setiap
hari (kecuali
bayi/balita)
2. Mandi 2 Seluruh anggota 22 100 0 0 22 100
kali keluarga mandi
sehari minimal 2
kali
3. Sikat gigi Seluruh anggota 22 100 0 0 22 100
benar keluarga sikat gigi
minimal di pagi
hari dan malam
hari sebelum tidur
(Kecuali bayi)
4. Keramas Seluruh anggota 22 100 0 0 22 100
rutin keluarga
membiasakan
keramas (cuci
rambut) minimal
seminggu 2 kali
5. Kuku Kondisi kebersihan 22 100 0 0 22 100
bersih kuku keluarga
pendek dan bersih
6. Cuci Keluarga 20 91 2 9 22 100
tangan membiasakan
mencuci tangan
dengan air
mengalir dan sabun
JUMLAH 130 98 100
Sumber Data : Data Primer
Tabel 3.11 Distribusi Kategori Perumahan Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT. XVIII
Uraian Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No kurang
Jumlah sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Milik sendiri Rumah yang di tempati
milik sendiri 29 77 5 23 22 100
2 Permanen Bangunan rumah permanen 19 86 11 14 22 100
3 Lantai Lantai rumah dari
semen tegel/semen/keramik 19 86 3 14 22 100
4 Ventilasi Ventilasi rumah > 10% luas
>10% lantai 22 100 0 0 22 100
5 Pencahayaan Pencahayaan cukup terang
cukup 20 91 2 9 22 100
6 Luas Luas bangunan mencukupi
bangunan 8m2 untuk setiap orang
20 91 2 9 22 100
7 Merokok Ada anggota keluarga yang
merokok, jika jawaban Ya
lanjut ke nomer 8 jika
jawaban tidak lanjut ke
nomer 9 12 55 10 45 22 100
8 Merokok di Anggota keluarga yang
luar rumah perokok selalu merokok di
luar rumah 12 55 10 45 22 100
9 Pemanfaatan Pekarangan di manfaatkan
pekarangan untuk TOGA, Sayuran dan
Buah-buahan 17 77 5 23 22 100
JUMLAH 117 89 15 11 132 100
Sumber Data : Data Primer
Jumlah 65 77 19 23 84 100
Sumber Data : Data Primer
Tabel 3.13 Distribusi Kategori Sumber Air Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT. XVIII
Tabel 3.14 Distribusi Kategori Tampungan Air Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT.VII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No Uraian kurang
Jumlah sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Tampungan Keluarga menggunakan
air tertutup penampungan air yang tertutup
13 59 9 41 22 100
2 Rutin Kelurga rutin melakukan
menguras pengurasan tempat penampungan
air 17 77 5 23 22 100
Air Kondisi air di penampungan air
tampungan tidak berbau, tidak berwarna dan
3 sehat tidak berasa 15 68 7 32 22 100
Jumlah
Analisa data tabel 3.14 : Berdasarkan tabel distribusi kategori sumber air
responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK,
yaitu
76
Tabel 3.15 Distribusi Kategori Pembuangan Sampah Di Kelurahan Pelambaun RT. XVIII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
Uraian Sehat kurang
No Jumlah Jumlah sehat Jumlah
(%)
(%)
1 Memiliki tempat Keluarga memiliki tempat
sampah sampah 100 6 19 22 100
22
2 Tempat sampah Tempat sampah tertutup
baik dan kedap air
22 100 18 58 22 100
3 Mengelola Keluarga mengelola
sampah sampah atau membuang
sampah di tempat sampah
umum 22 100 6 0 22 100
4 SPAL tertutup Keluarga memiliki dan
menggunakan SPAL yang
tertutup
pembuangan limbah untuk 10 45 12 55 22 100
Jumlah
limbah dan 55% keluarga tidak memiliki dan menggunakan SPAL yang tertutup
untuk pembuangan limbah.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian warga di daerah tersebut telah
mampu mengolah sampah dengan cukup baik, namun karena kondisi pemukiman
yang sempit dan padat penduduk, hanya memiliki sedikit dan tidak ada SPAL
tertutup/terbuka.
Tabel 3.17 Distribusi Kategori Status Kesehatan Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT.VII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No Uraian kurang
Jumlah Sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Sarana kesehatan Ada sarana kesehatan 22 100 0 0 22 100
terdekat terdekat dengan rumah
2 Memanfaatkan Keluarga memanfaatkan 22 100 0 0 22 100
yankes jika sakit sarana kesehatan jika ada
yang sakit
3 Ada yang sakit Dalam tiga bulan terkahir 22 100 0 0 22 100
ada anggota keluarga yang
menderita penyakit
4 Punya penyakit Keluarga memiliki riwayat 48 0 0 22 100
menular/menurun penyakit turunan dan atau
menular
5 Kematian dalam Apakah ada anggota 13 59 9 9 100
1 tahun keluarga yang meninggal
dalam satu tahun terakhir
Jumlah
pelayanan kesehatan jika mengalami sakit. Dalam tiga bulan terkahir ada
anggota keluarga yang menderita penyakit terdapat 100% dan 0% keluarga
tidak memiliki anggota keluarga yang sakit dalam waktu tiga bulan
terakhir ini. Pada keluarga memiliki riwayat penyakit turunan dan atau
menular terdapat 48% dan hanya 52% keluarga yang dianggota keluarga
memiliki riwayat peyakit atau menular.
79
Dalam satu tahun terakhir terdapat 59% anggota keluarga yang telah
meninggal dan 51% keluarga di daerah tersebut tidak memiliki anggota
keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir.
Tabel 3.22 Distribusi Kategori Status Kesehatan Lansia Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT.VII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No Uraian kurang
Jumlah Sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Lansia sehat Lansia tidak memiliki keluhan 15 100 0 0 15 100
penyakit, jika jawaban Ya
lanjut ke nomor 3, jika jawaban
Tidak lanjut ke nomer 2
2 Keluhan lansia Keluhan kesehatan lansian 1 7 14 93 15 100
berkaitan sengan : (1) Sistem penglihatan
(2) sistem, pendengaran (3) Sistem,
Pernafasan (4) Sistem Kardiovaskuler
(5) Sistem, pencernaan (6) Sistem
pergerakan (7) sistem persyarafan
(8) Sistem perkemihan
3 Lansia berobat ke tenaga kesehatan bila sakit 15 100 0 0 15 100
4 Lansia memanfaatkan waktu senggang untuk 15 100 0 0 15 100
kegiatan yang positif (sosial-keagamaan-hoby)
5 Lansia mengikuti posyandu lansia 15 100 0 0 15 100
6 Lansia mandiri dalam melakukan aktivitas sehari- 15 100 0 0 15 100
hari
7 Lansia tidak merokok 15 100 0 0 15 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.22 : Berdasarkan tabel distribusi kategori status
kesehatan lansia di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22
KK, yaitu 100% lansia berobat ke tenaga kesehatan bila sakit dan lansia mandiri
dalam melakukan aktivitas sehari-hari sedangkan 0% lansia tidak/ jarang berobat
ke tenaga kesehatan bila sakit dan lansia tidak mandiri dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Terkait keluhan kesehatan yang diderita oleh lansia, lansia memiliki
keluhan terkait kesehatan terdapat 7% dan 93% lansia tidak memiliki keluhan
terkait kesehatannya. Lansia yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak
0% dan 100% lansia tidak memiliki kebiasaan merokok. Terkait lansia tidak
memiliki keluhan penyakit terdapat 0% dan lansia yang memiliki keluhan
penyakit sebanyak 100%. Lansia memanfaatkan waktu senggang untuk kegiatan
yang positif (sosial - keagamaan - hobby) sebanyak 100% dan 0% lansia tidak
memanfaatkan waktu senggang untuk kegiatan yang positif (sosial - keagamaan -
hobby). Dalam kegiatan sosial dan keagamaan di daerah tersebut seperti yasinan,
pernikahan, kematian, pemilu, dll. Lansia mengikuti Posyandu sebanyak 100%
dan 0% lansia tidak mengikuti Posyandu, ahir ahir ini lansia kurangnya aktif
80
dalam kegiatan posyandu, terkait pandemi, serta dalam hal keluhan penyakit,
peningkatan kesehatan serta pemanfaatan saran kesehatan masih cukup baik
81
Tempat : GG Rahmat
Sasaran : Warga Binaan Kelurahan Kuin Cerucuk
Hari / Tanggal : selasa 25 oktober 2021
Waktu : 60 menit
1. Tujuan
A. Tujuan umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan diharapkan warga dapat
memahami tentang hipertensi serta melakukan diet nya dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan informasi kesehatan tentang hipertensi, warga
dapat :
a. Menyebutkan jenis-jenis diet yang menyebabkan hipertensi
b. Menyebutkan jenis-jenis diet yang dianjurkan untuk mencegah
terjadinya hipertensi.
c. Menyebutkan jenis-jenis diet yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi.
d. Menyebutkan jenis-jenis diet yang dilarang untuk penderita hipertensi.
2. Sasaran
Warga binaan kelurahan kuin cerucuk
3. Waktu
25 Oktober 2021
4. Tempat
Gang Rahmat, di halaman rumah bu RT
5. Pokok bahasan
Diet pada hipertensi
82
6. Metode
a. Ceramah dan Tanya jawab
7. Media
a. Leaflet
8. Materi
a. Jenis jenis diet hipertensi
9. Peralatan
a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Glukometer
d. Alat tulis
10. Pengorganisasian
a. Penyaji : Bodiyarno dan Mujiono
b. MC dan Moderator : Juliani Hutabarat
c. Seksi Perlengkapan : Tri Jaya Firmansyah, Bagiarianto, dan Agustinus
Surya Putra
d. Seksi Konsumsi : Sr Maria Cardoso Lima dan Sr Seline (Mathilde Meo)
e. Seksi Dokumentasi : Apriliana Pida
f. Notulen : Erba Reymelsa Tumon
g. Leader : Lusila Oktavia C. Gampung
3 Menjelaskan tentang
konsep hipertensi,,
Menyimak penjelasan
meliputi: pengertian, 5 menit
perawat dan bertanya
klasifikasi, penyebab,
manifestasi klinis.
4 Menjelaskan tentang jenis- Memperhatikan dan
jenis diet pada hipertensi: mendengarkan
yang dianjurkan, yang tidak 5 menit
dianjurkan.
12. Evaluasi
A. Apa pengertian Hipertensi? (Warga menjawab hipertensi adalah tensi
tinggi)
B. Apa saja jenis diet yang dapat menyebabkan hipertensi? Sebutkan minimal
3 jenis. (warga menjawab makanan berlemak dan asin)
C. Apa saja jenis diet yang dilarang untuk penderita hipertensi? Sebutkan
minimal 3 jenis! (warga menjawab, makanan yang tinggi lemak, asin asin)
D. Warga bertanya apakah tensi tinggi sama dengan kurang darah.
E. Warga bertanya yang dikatakan tensi tinggi itu berapa kemudia apakah
jika 140/60 dikatakan tensi tinggi.
B. Klasifikasi hipertensi
a. Menurut bentuknya :
1. Hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat
sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
2. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan
tekanan diastolik nya
b. Menurut Sebabnya :
1. Hipertensi primer
Penyebab nya belum dapat di ketahui secara pasti. pada
hipertensi primer tidak di temukan penyakit renovaskuler
(penurunan aliran darah menuju ginjal) , aldosteronism,
pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.
Genetic dan ras merupakan bagian yang menjadi bagian yang
menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor
lain yang di antara nya adalah faktor strees, minum alkohol,
85
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap
terjadinya hipertensi, dimana masa muda dan paruh baya lebih
tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki, sedangkan pada
wanita resiko hipertensi lebih tinggi setelah usia 55 tahun,
khususnya ketika seseorang wanita mengalami menopause.
86
3. Factor lingkungan
Seperti stress berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga
melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah, apabia stress berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah dapat menetap tinggi.
4. Kegemukan
Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal
200
Garis batas 200 hingga 130 hingga 150 hingga
239 159 199
Tinggi 240 hingga 160 hingga 200 hingga
lebih tinggi 189 499
Sangat tinggi > 190 ≥ 500
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Di RT. 18 12- 22 Semua Lansia, 1. Melakukan 1. Data Kesehatan Buku, alat Rp.0
Gg. Oktober warga usia pemeriksaan warga RT. 18 tulis, tensi
Simpang 2021 Dewasa dan kesehatan meliputi 2. Status Gizi dan meter, alat
Rahmat 16.00 pm bekerjasama a. Pemeriksaan TTV lingkungan pengukur
dengan b. Pemeriksaan Gula 3. Dari 22 KK rata-rata gula darah
puskesmas kuin darah menderita Hipertensi dan
raya c. Pemeriksaan kolestrol
kolestrol
2. Pengumpulan data
riwayat kesehatan dan
lingkungan tempat
tinggal
5. Penyuluhan Di RT. 18 25 Semua Lansia, 1. Melakukan 1. Data Kesehatan warga Buku, alat Rp.
Kesehatan Gg. Oktober warga usia pemeriksaan RT. 18 tulis, tensi 1.200.000
(KIE) Simpang 2021 Dewasa dan kesehatan 2. Warga paham dan meter, alat
Rahmat 16.00 pm bekerjasama 2. Membagikan leaflet mengerti tentang pengukur
dengan dan kuesioner materi yang diberikan gula darah
puskesmas kuin 3. Memberikan Materi 3. Warga bisa dan
raya tentang temuan menjelaskan ulang kolestrol,
masalah kesehatan di tentang materi yang laptop,
RT. 18 diberikan
4. Tanya Jawab dan 4. Semua warga yang
melakukan evaluasi hadir merubah pola
materi kesehatannya
6. Pemantauan Di RT. 18 28 Semua Lansia, 1. Melakukan evaluasi 1. Evaluasi data Buku, alat Rp.0
dan Evaluasi Gg. Oktober warga usia pemeriksaan Kesehatan terbaru tulis, tensi
Simpang 2021 Dewasa kesehatan warga RT. warga RT. 18 meter, alat
Rahmat 16.00 pm 18 2. Warga paham dan pengukur
2. Melakukan mengerti tentang gula darah
wawancara dan menjaga kesehatan dan
observasi langsung 3. Warga bisa kolestrol,
menjelaskan
bagaimana cara
menjaga pola hidup
yang sehat
4. Semua warga RT. 18
yang menjadi lebih
baik dan sehat