Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA DAN GERONTIK DI RT 18


KELURAHAN KUIN CERUCUK KECAMATAN BANJARMASIN BARAT
KOTA BANJARMASIN

PERIODE OKTOBER 2021

DISUSUN OLEH :

AGUSTINUS SURYA PUTRA


APRILIANA PIDA

BAGIARIANTO

BODIYARNO

ERBA REYMELSA TUMON

JULIANI HUTABARAT

LUSILA OKTAVIA C. GAMPUNG

MARIA CARDOSO LIMA


MATHILDE MEO
MUJIONO
TRI JAYA FIRMANSYAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2021
PERIODE OKTOBER 2021

DIAJUKAN OLEH

AGUSTINUS SURYA PUTRA

APRILIANA PIDA

BAGIARIANTO

BODIYARNO

ERBA REYMELSA TUMON

JULIANI HUTABARAT

LUSILA OKTAVIA C. GAMPUNG

MARIA CARDOSO LIMA

MATHILDE MEO

MUJIONO

TRI JAYA FIRMANSYAH

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

Theresia Ivana, S.Kep, Ners, MSN H. Wahyudinnor, S.Kep, Ners


i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan stase keperawatan komunitas keluarga
dan gerontik yang berjudul “Laporan Komunitas Keluarga dan Gerontik di RT 18
Kelurahan Kuin Cerucuk Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin”
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Laporan stase keperawatan Komunitas
Keluarga dan Gerontik ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
kompetensi dalam stase keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala arahan,
bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan
laporan stase keperawatan komprehensif ini. Ucapan terimakasih ini disampaikan
kepada :
1. Warjiman, S.Kep.,Ners, MSN selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Suaka Insan Banjarmasin.
2. Kepala Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin yang telah mengijinkan
mahasiswa berpraktik.
3. Chrisnawati, BSN, MSN selaku wakil ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Suaka Insan Banjarmasin.
4. Sr. Getrudis Tutpai, SPC, M.Psi selaku wakil ketua II Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
5. Lucia Andi Chrismilasari, S.Kep.,Ners, M.Kep selaku wakil ketua III Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
6. Sr. Margareta Martini, SPC, BSN, MSN selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Banjarmasin.
7. Theresia Ivana, S.Kep.,Ners, MSN selaku Koordinator Stase Keperawatan
Gerontik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
8. Theresia Ivana, S.Kep.,Ners, MSN selaku preseptor akademik
9. H. Wahyudinoor, S.Kep.,Ners selaku preseptor lahan
10. Perawat dan staf Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin

ii
11. Seluruh teman-teman Profesi Ners Angkatan XI yang telah memberikan
dukungan dan bantuan selama ini.
Kelompok telah berusaha untuk menyelesaikan asuhan keperawatan
dengan sebaik-baiknya. Namun demikian kelompok menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan asuhan keperawatan ini. Oleh karena itu,
demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini kelompok mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penugasan ini.

Banjarmasin, Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Persetujuan...................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
I. Latar Belakang.........................................................................................1
II. Tujuan penulisan......................................................................................3
A. Tujuan Umum......................................................................................3
B. Tujuan Khusus.....................................................................................4
III. Metodologi pengumpulan data.................................................................4
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................................4
B. Populasi...............................................................................................5
C. Sampel Penelitian................................................................................5
D. Lokasi Penelitian.................................................................................5
E. Cara Pengumpulan Data......................................................................6
F. Instrument............................................................................................6
G. Analisa Data........................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................8
I. Konsep Komunitas Dan Kesehatan Masyarakat......................................8
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas.....................................14
BAB III HASIL SURVEY.......................................................................................61
A. Data Umum..............................................................................................61
B. Data Khusus.............................................................................................66
C. Analisa masalah keperawatan komunitas.................................................81
D. Implementasi keperawatan komunitas.....................................................81
E. Evaluasi....................................................................................................83
Lampiran

v
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena
tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulanan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan undang-undang
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, keberhasilan pembanguan kesehatan sangat ditetukan oleh
kesinambungan antar upaya kerja sama program dan lintas sektor.
Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada
penguatan upaya kesehatan dasar (primary health care) yang berkualitas terutama
melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu layanan
kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan
dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Priotitas pemberian pelayanan kesehatan
adalah dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, hal ini sesuai dengan peraturan
menteri kesehatan republik Indonesia nomor 39 tahun 2016 tentang pedoman
penyelenggaraan program Indonesia sehat.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat
pembangunan kesehatan yang termuat ke dalam sistem kesehata nasional (SKN)
dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional agar tujuan

1
2

tersebut dapat tercapai secara optimal diperlukan partisipasi aktif dari seluruh
anggota masyarakat bersama petugas kesehatan.
Pencapaian derajat kesehatan optimal dilakukan melalui upaya peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat
pencegahan (level of prevention) dengan menjamin keterjangkau pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksaanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. Upaya promotif
dan preventif dilakukan melalui pelayanan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga dan kelompok di berbagai tatanan dalam masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional
yang ditunjukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. Penekanan
pelayanan keperawatan komunitas untuk meningkatkan kemandirian masyarakat
dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan yang optimal. Pelayanan
keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang
sehat-sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Prioritas sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah mereka yang
mempunyai masalah keperawatan yang terkait masalah kesehatan prioritas di
daerah tertentu mereka yang belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
atau sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi memerlukan tindak
lanjut keperawatan di rumah. Prioritas sasaran kelompok adalah kelompok
masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang
berada di dalam institusi seperti sekolah atau diluar institusi seperti posyandu,
kelompok pekerja, kelompok penderita penyakit tertentu dan sebagainya. Prioritas
sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau beresiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan seperti masyarakat di daerah endemis penyakit
menular, masyarakat dengan kondisi geografis termasuk daerah padat penduduk
dan tingkat kesehatan yang rendah.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan
sampai penanggulanan masalah dengan melibatkan indiviu, keluarga dan
kelompok dalam masyarakat seperti kelompok khusus gerontik.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan indiviu, keluarga dan
kelompok khusus gerontik di tatanan pelayanan kesehanan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas dan mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai,
maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Angkatan X Kelompok I (satu), melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan
Komunitas di RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas Jalan Belitung Darat
Kota Banjarmasin dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu keluarga keluarga,
kelompok dan masyarakat.

II. Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan
masyarakat serta mampu mananggulangi masalah kesehatan tersebut bersama
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang terdapat di
masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat di RT 018 Gang Rahmat, Kota Banjarmasin.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di RT 18 Kelurahan
Kuin Cerucuk Komunitas Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan semua
masyarakat yang ada di RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas Jalan
Belitung Darat Kota Banjarmasin.
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di RT 18
Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas Jalan Belitung Darat Kota
Banjarmasin.
3. Merumuskan bersama masyarakat alternatif untuk memecahkan masalah
yang telah teridentifikasi.
4. Memotivasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan
derajat kesehatan dan pencegahan penyakit di RT 18 Kelurahan Kuin
Cerucuk Komunitas Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin.
5. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada di RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas
Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin.
6. Melakukan dokumentasi intervensi yang dilakukan dalam mengatasi
masalah kesehatan yang ada di RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas
Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin.

III. Metodologi Pengumpulan Data


A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan cross-sectional ialah suatu yang mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat (Polt Time Approch) artinya
setiap subjek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada pemeriksaan.
Survey adalah rancangan informasi yang diperoleh melalui permintaan
keterangan-keterangan kepada pihak yang memberikan keterangan satu
jawaban (responden). Datanya berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan yang
bisa diajukan beberapa pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar.
Hasil survey sebagian tergantung pada kerjasama dan kecakapan responden
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi proses survey, sehingga besar
kemungkinan akan kemasukan kesalahan-kesalahan. Pada laporan ini, metode
survey dengan dengan teknik komunikasi baik secara langsung maupun
interviev atau tidak langsung (angket/surat menyurat) adapun.

B. Populasi
Populasi penelitian adalah warga RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk
Komunitas Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin dengan jumlah 31 Kepala
Keluarga.

C. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah sampling aksidental yang akan diambil
ketika warga bersedia menjadi sampel yang terdapat di RT 18 Kelurahan Kuin
Cerucuk Komunitas Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasinn dengan
responden balita, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia.

D. Lokasi Penelitian
Lokasi yang diambil adalah di RT 18 Kelurahan Kuin Cerucuk Komunitas
Jalan Belitung Darat Kota Banjarmasin. Alasan pemilihan lokasi atas dasar
usulan kepala kelurahan, pertimbangan kepala puskesmas, pertimbangan
status kesehatan masyarakat dan pertimbangan sumber daya dan lain-lain.
E. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan ada dua maca, yaitu :
1. Data Primer
Data diperoleh langsung dari sumbernya, di wawancara, diamati, dan
dicatat. Dalam hal ini data primer adalah jawaban yang diberikan oleh
responden dan di data langsung oleh mahasiswa dengan menggunakan
kuesioner langsung dari rumah responden.
2. Data Sekunder
Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulan oleh mahasiswa,
mengambil data dari kepala kelurahan, ketua RT seperti data demografi
penduduk.

F. Instrument
Instrument yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup
yaitu responden dapat memilih salah satu jawaban yang tersedia dan lembar
observasi untuk mengevaluasi hasil setelah dilakukan kegiatan serta dilakukan
wawancara langsung kepada responden.

G. Analisa Data
Analisa data meliputi :
1. Analisa identitas responden.
Identifikasi responden yang di data adalah nama, umur, jenis kelamin,
kategori kepala keluarga, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku,
penghasilan dan kepemilikan jaminan kesehatan.
2. Analisa deskriptif kuantitatif.
Data-data yang dideskripsikan dalam tabel atau grafik distribusi
frekuensi meliputi, masalah kesehatan, gangguan kesehatan, prilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) serta praktek atau kebisaan dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun faktor masalah gangguan kesehatan adalah penderita
hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asam urat, dan maag.
Faktor masalah terkait pola perilaku hidup bersih dan sehat adalah jamban
sehat, ventilasi dan pencahayaan, penataan ruang rumah, jenis rumah,
tempat sampah, sumber air, penampungan air bersih, kebiasaan perawatan
diri, akseptor KB, imunisasi, posyandu balita/lansia, kebiasaan nutrisi,
kebiasaan konsumsi garam, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik,
kepemilikan jaminan kesehatan, kebiasaan memanajemen kesehatan,
seperti persediaan obat, bila sakit ke fasilitas kesehatan, general check up.
3. Analisa proses asuhan keperawatan.
Proses asuhan keperawatan keluarga dari mulai pengkajian melalui
pengumpulan data, analisa data hingga menemukan dan mempriotitaskan
masalah, lalu menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, melaksanakan implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan keluarga/komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Komunitas Dan Kesehatan Masyarakat


A. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial
dan spiritual secara komprehensif, ditunjukkan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Achjar,
2011).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika
profesi keperawatan (Efendi, 2009).
Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah kelompok sosial dari beberapa
organisme yang terdiri beberapa lingkungan, memiliki ketertarikan dan
habitat yang sama, komunitas adalah sekelompok orang yang saling perduli
satu sama lain lebih dari yang seharusnya dimana dalam sebuah komunitas
terjadi relasi pribadi yang erat antara para anggota komunitas tersebut karena
adanya kesamaan interest atau values. komunitas adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak,
2012).

8
9

Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi


yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang
sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang
sama (Faisalado, 2014).
Jadi dapat disimpulkan, komunitas adalah sekumpulan warga atau
masyarakat yang hidup bersama saling menolong bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu sintesi dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk (Mubarak, 2012).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya
dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat yang lebih tinggi (DEPKES RI, 2009).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta resosilitatif dengan melibatkan orang serta aktif
dari masyarakat. Peran secara aktif masyarakat bersama tim kesehatan
diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah tersebut (Achjar, 2011).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat
untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri
dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal.
Pada keperawatan komunitas terdapat beberapa prinsip yaitu:
1. Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang
dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas,
artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
2. Otonomi
Keperawatan komunitas di masyarakat diberikan kebebasan untuk
melakukan atau memilih alternative terbaik yang disediakan.
3. Keadilan
Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang dilakukan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2012).

C. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi Intervensi yang dapat digunakan dalam Keperawatan Komunitas
menurut Faisalado (2014) yaitu:
1. Proses kelompok (Group Process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain dari faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran
penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnnya sangat sangat
mempengaruhi upaya penanganan dan pencegahan penyakit yang mereka
lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit
tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan pemecahan masalah
kesehatan menggunakan proses kelompok.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut akan sekedar proses transfer materi/teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok, atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan kesehatan
adalah agar seseorang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,
dengan sumber daya yang ada pada mereka dang ditambah dengan
dukungan luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
3. Kerjasama (Patnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani denagn baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerjasama sangat dibutuhkan
dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas, melalui
berbagai upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Sebagai penyedia pelayanan
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperaatan,
melaksanakan tindaka keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Sebagai pendidikan dan kosultan
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat baik dirumah, puskesmas, dan dimasyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perunbahan perilaku sepert yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan fisiologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan persional yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang
c. Sebagai panutan
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tatacara hidup yang
dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela
Pembela dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembela
termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klie terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggunga jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal
lain yan diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat dirumah sakit akan berinteraksi
dengan petugas kesehatan.
e. Sebagai manajer kasus
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengeklola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan
cara bekerja sama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
gizi, ahli radiologi dan lain-lain dalam kaitannya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilasanakan.
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (discharge planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan disuatu instansi kesehatan atau rumah
sakit.Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah
mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (case finder)
Pelaksanaan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah keperawatan yang timbul serta dampak terhadap
status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan,
observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of services)
Peran perawat sebagai coordinator antara lain mengarahka,
perencanaan dan pengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
Karena klien menerima pelayanan dari bayak professional.
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (change agent
and leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada system. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukan alternative, menggali kemungkinan
hasil dari alternative, mengkaji sumber daya, menunjukan peran
pembantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan, dan membimbing klien
selama fase-fase ini. Peningkatan dan perubahan adalah komponen
essensial dari perawatan, dengan menggunakan proses keperawatan,
perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan
menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan
k. Pengidentifikasi dan pemebri pelayanan komunitas ( community care
provider and researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian,perencanaan,pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan perencanaan masalah yang
diberikan, tindakan pencarian atau mengidentifikasi masalah kesehatan
yang lain juga merupakan dari peran perawat komunitas.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas


A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial,
ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini
terdapat 5 kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah (Mubarak, 2012).

Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas, yaitu:


1. Sanders Interactional Framework
Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas. Model ini
juga dikenal sebagai tiga model dimensi dengan komponen pengkajian :

a. Komunitas sebagai system sosial (dimensi sistem)


b. Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)
c. Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi populasi)
2. Cliens Interactional Framework
a. Masyarakat sebagai sistem sosial
1) Pola Komunikasi
2) Pengambilan keputusan
3) Hubungan dengan sistem lain
4) Batas wilayah
b. Penduduk dan Lingkungannya
1) Karakter penduduk (demografi)
2) Faktor Lingkungan
3) Lingkungan Psikis (nilai-nilai, agama, kepercayaan)
c. Community assessment wheel (Community as client model)
Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus diakaji, ditambah
dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community core)
1) community core (data inti)
aspek yang dikaji:
a) Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas
b) Demografi : umur, jenis kelamin, ras, tipe keluarga, status
perkawinan.
c) Vital statistic : angka kelahiran, angka kematian, angka
kesakitan
d) Sistem nilai/normal/kepercayaan dan agama.
2) Phisical Environment pada Komunitas
Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian
lingkungan dengan metode winshield survey atau survey dengan
mengelilingi wilayah komunitas.
3) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan :
a) Hospital
b) Praktik swasta
c) Puskesmas
d) Rumah perawatan
e) Pelayanan kesehatan khusus
f) Perawatan di rumah
g) Counseling Support Services
h) Pelayanan Khusus (social worker)

Dari tempat pelayanan tersebut aspek yang didata:


a) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
b) Sumber daya (tenaga, tempat, dana, dan perencanaan)
c) Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana
transportasi)
d) Statistic, jumlah pengunjung perhari/minggu/bulan
e) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian
pelayanan
4) Ekonomi
1) Karakteristik pendapatan keluaraga/RT
Rata-rata pendapatan keluarga/rumah tangga, pendapatan
kelas bawah, keluarga mendapat bantuan sosial, keluarga
dengan kepala keluarga wanita, rata-rata pendapatan
perorangan.
2) Karakteristik pekerjaan
Jumlah populasi secara umum (umur > 18 tahun), yang
menganggur, yang bekerja, yang menganggur terselubung,
jumlah kelompok khusus, kategori yang bekerja, jumlah dan
keamanan transportasi.
3) Politik dan Government
a) Jenjang pemerintahan
b) Kebijakan departemen kesehatan
4) Komunikasi
a) Formal
b) In formal
5) Pendidikan
a) Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)
b) Fasilitas pendidikan (SD, SMP, dll) baik di dalam maupun
di luar komunitas
6) Rekreasi
Menyangkut tempat rekreasi
Kerangka pengkajian profil masyarakat (modifikasi),
pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori
sebelumnnya tentang pengkajian komunitas.
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperolah
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2012).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
(1) Wawancara atau Anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komukasi timbale
balik yang berbentuk Tanya jawab antara perawat
dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang
hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien
atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara
atau anamnesa dicata dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2012).
(2) Pengamatan
Pengamatatan dalam keperawatan komunitas
dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis, prilaku dan
sikap dalam rangka menegakan diagnose keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca
indra dan hasilnya dicatat dalam format proses
keperawatan (Mubarak, 2012).
(3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana slah satu
asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan
keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakan diagnose
keperawatan dengan cara inspeksi, perkusi, palpasi dan
auskultasi (Mubarak, 2012).
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah
pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
(a) Klasifikasi data atau kategori data
(b) Perhitungan presentase cakupan
(c) Tabulasi data
(d) Interpretasi data
b) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan
data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif
yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan
atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu
masalah kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak
2012).
c) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat,
sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi. Namun demikian masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin di atasi sekaligus.Oleh karena
itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak 2012).
d) Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan
masyarakat dan keperawatan perlu dipertimbangkan
berbagai factor sebagai kriteria diantaranya adalah
(Mubarak 2012).
(1) Perhatian masyarakat
(2) Prevalansi kejadian
(3) Berat ringangannya masalah
(4) Kemungkinan masalah diatasi
(5) Tersedianya sumber daya masyarakat
(6) Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas


menurut format Mueke (1988) dalam Mubarak (2012)
mempunyai penapisan, antara lain :
(1) Sesuai dengan peran perawat komunitas
(2) Jumlah yang berisiko
(3) Besarnya resiko
(4) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
(5) Minat masyarakat
(6) Kemungkinan untuk diatasi
(7) Sesuai dengan program pemerintah
(8) Sumber daya tempat
(9) Sumber daya waktu
(10) Sumber daya dana
(11) Sumber daya peralatan
(12) Sumber daya manusia

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial masalah aktual adalah masalah yang
diproleh pada saat pengkajian ,sedangkan masalah potensial adalah masalah
yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagniosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang tentang status dan masalah
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.Dengan demikian
diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah nyang ditemukan.
Diagnose keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (Mubarak,
2012).

C. Perencanaan (intervensi)
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien. Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat
disusun berdasarkan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun berdasarkan harus mencakup perumusan
tujuan,rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan criteria hasil
untukn menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2012).

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat


antara lain sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2. Tetapakan tehnik dan prosedur yang digunakan\
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menysun perencanaan melalui
kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang
sangat dirasakan masyarakat
6. Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistis
8. Disusun secara berurutan

D. Pelaksanaan (implementasi)
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat
kesehhatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan Desa dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2012). Prinsip yang umum digunakan dalam
pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
1. Innovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2012).
2. Integratet
Perawat kesehatan masyrakat harus mampu bekerja sama dengan
sesama propesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasar kan azas kemitraan (Mubarak, 2012).
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus mengunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun (Mubarak 2012).
a. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai
kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan
keperawatan serta kompeten (Mubarak 2012).
b. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai (Mubarak 2012).

E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2012). Kegiatan yang
dilakukan dalam penilaian menurut Effendi, 2009), yaitu :
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawtan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa
evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas.

III. Konsep Dasar Masalah Keperawatan Komunitas Yang Menjadi Pokok


Masalah
A. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat mengidentifikasikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatu dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi
yang secara langsung maupun tidak langsung diduga ikut mempengaruhi
tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme tersebut (Effendi, 2009).
Kesehatan lingkungan yang dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia (himpunan ahli kesehatan lingkungan
Indonesia) menurut WHO (2015), lingkungan merupakan suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dpat menjadi keadaan sehat dari manusia (Effendi, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap
terwujudnya status kesehatn yang optimal pula. Dalam mengatasi masalah
kesehatan lingkungan, pemerintah menggalangkan program nasional seminar
sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM) nerupakan program nasional yang bersifat lintas sektoral dibidang
sanitasi. Program nasional STBM di rancang oleh Menteri Kesehatan RI pada
Agustus 2008.
Tujuan dari program nasional sanitasi total berbasis masyarakat(SPBM)
adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dan
menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika
suatu komunitas :
1. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan
2. Mencuci tangan pakai sabun
3. Mengelola air minum dan makanan yang aman
4. Mengelola sampah dengan benar
5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman

Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatn lingkungan yaitu


sebagai berikut :
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air bungana (limbah) dan pengendalian perencanaan
pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Hygiene makanan, termasuk hygiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesehatan lingkungan dan transfortasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan peristiwa
16. Rindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic
(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-undang nomor 23 tahun 1992, terdapat
delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut :
1. Penyehatan air dan udara
2. Pengamana limbah padat atau sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengam,anan vector penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana.

B. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak.perilaku merupan kumpulan berbagai factor
yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatn, makanan serta lingkungan, batasan ini mempunyai 2 unsur pokok,
yakni respond dan stimulus atau perangsangan respon atau reaksi manusia,
baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap)maupun bersifat aktif
(tindakan yang nyata atu practice) sedangkan stimulus atau rangsangan disini
terdiri dari 4 unsur pokok yakni : sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan (wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam 2
kategori (wawan,2010) yaitu :
1. Perilaku yang terwujud secara nyata dan sadar
2. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku sengaja atu tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok masyarakat sebaliknya ada yang sengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).

IV. Konsep Dasar Keluarga


A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
tingga bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama,
mempunyai generasi peneus, saling pengertian dan saling menyayangi (Achjar,
2010).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada didalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama (Sari, 2015).
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang atau
lebih dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu
tempat/ rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-
masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.

B. Ciri – Ciri Keluarga


Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008).
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.

Menurut Setiadi (2008) ciri keluarga Indonesia, yaitu :


1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
2. Di jiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah.

C. Struktur Keluarga
Menurut Sari (2015) pola dan proses komunikasi, yaitu :
1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c. Berfikiran positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a. Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik.
b. Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi.
3. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri,
anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh
masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain,
sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di
rumah.
4. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif.
Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :
a. Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa
dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol
tingkah laku anggota keluarga yang lain.
b. Referent power
Kekuasan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain
karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif
seorang anak dengan orang tua (role mode).
c. Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima
oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan
seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
d. Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum
dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
e. Affectif power
kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan
atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya
hubungan seksual pasangan suami istri.
5. Nilai – Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan.
Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku
yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.

D. Tipe Keluarga
Menurut BKKBN (2013) ada beberapa tipe-tipe keluarga :
1. Tipe keluarga tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
2. Tipe keluarga non-tradisional
a. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.
e. Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
f. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
g. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
j. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.

E. Fungsi Keluarga
Menurut Sari (2015) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan
melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak - anak dapat meniru tingkah laku
yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat
terpenuhi.
2. Fungsi Sosialiasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak
yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di
sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting
dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.

F. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Sari (2015) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan erjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan
tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang
lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

G. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Sari (2015) membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu :
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan
17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
a. Suami merasa diabaikan.
b. Meningkatan perselisihan dan argument.
c. Interupsi dalam jadwal kontinu.
d. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah Adaptasi
perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
a. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
b. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
c. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Konseling KB post partum 6 minggu.
e. Menata ruang untuk anak.
f. Biaya / dana Child Bearing.
g. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
h. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun) Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
b. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
b. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan
nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman.
c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –
anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family). Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat social dan waktu santai.
b. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakrapan dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.

H. Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keperawatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain adalah:
1. Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan
normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif
serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah dalam perkembangan
keluarga.
2. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan
memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,
yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik
secara berkelompok maupun individu.
4. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
5. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat.
6. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk
tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak
dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama
dengan profesi lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.

I. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
39

7. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan


Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
8. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan
Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
9. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang
kesehatan antara lain adalah :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur
dengan masalah :
1) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
2) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi
masalah kesehatan sendiri.
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau
keluarga dengan penyakit keturunan.
b. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
1) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
2) Menderita kekurangan gizi (anemia).
3) Menderita hipertensi.
4) Primipara dan Multipara.
5) Riwayat persalinan atau komplikasi
c. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
1) Lahir prematur (BBLR).
2) Berat badan sukar naik.
3) Lahir dengan cacat bawaan.
4) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan
bayi.
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam
bayi dan anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota
keluarga
1) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba
untuk digugurkan.
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga
dan sering timbul cekcok dan ketegangan.
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
4) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai,
lari meninggalkan rumah.

J. Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga terdiri dari dua kata yaitu kesejahteraan
dan keluarga. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974
kesejahteraan adalah tata kehidupan dan penghidupan sosial baik
material maupun spritual yang diliputi oleh rasa kesehatan, kesusilaan
dan ketentraman lahir dan batin untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaiknya bagi diri sendiri,
keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi dan
kewajiban sesuai pancasila. Kesejahteraan menurut Sulastri dalam
Solih (2014) menggambarkan kemajuan atau kesuksesan di dalam
hidup baik secara materil, mental spiritual, dan sosial secara
seimbang, sehingga menimbulkan ketentraman dan ketenangan hidup,
sehingga dapat menyongsong kehidupan mendatang dengan gembira
dan optimal
Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, keluarga
adalah adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Sedangkan menurut Friedman (2008), keluarga merujuk kepada
dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan – ikatan kebersamaan
dan ikatan emosional dan yang menidentifikasikan diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.
Di dalam Aspek Keluarga Sejahtera ini diklasifikasikan keluarga
dalam tahapan dengan indikator-indikator tertentu, yaitu:
1. Tahapan Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator
tahapan keluarga sejahtera I.
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I
Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator
berikut :
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah dan bepergian
c. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai,
dinding yang baik
d. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi
f. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan
Keluarga Sejahtera I (indikator 1 sampai dengan 6) dan indikator
berikut
a. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing
b. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/ telur
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu
pasang pakaian baru dalam setahun
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni
rumah
e. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga
dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing
f. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan
g. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan
latin
h. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Adalah keluarga yang sudah memenuhi indikator Tahapan keluarga
Sejahtera I dan Indikator Keluarga Sejahtera II (Indikator 1 s/d 14)
dan indikator berikut :
a. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
b. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang
c. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi
d. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal
e. Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/tv
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan keluarga
Sejahtera I, Indikator Keluarga Sejahtera II dan Indikator Keluarga
Sejahtera III (Indikator 1 sampai dengan 19) dan indikator berikut :
a. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materil untuk kegiatan sosial
b. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat (BKKBN, 2013).

V. Konsep Keperawatan Gerontik


A. Pengertian
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific
approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan, seperti
aspek kesehatan, psikologis, sosial ekonomi, perilaku, lingkungan,
dan lain- lain (S. Tamher, 2009). Keperawatan gerontik atau
keperawatan gerontologik adalah spesialis keperawatan lanjut usia
yang menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan,
keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni dalam merawat untuk
meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif
(Kushariyadi, 2010).
Menurut siti Badriah (2009), keperawatan gerontik adalah
suatu pelayanan professional yang berdasarkan ilmu dan kiat/ teknik
keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial- spiritual dan cultural
yang holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun
sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Menurut S. Tamher (2009), geriatri merupakan salah satu
cabang dari gerontology dan medis yang mempelajari khusus aspek
kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang mencangkup kesehatan
badani, jiwa dan social, serta penyakit cacat.
44

B. Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan- lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantanides, 1994).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Teori – teori yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam
dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
1. Teori biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktural, pengembangan, panjang usia
dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh termasuk perubahan
molecular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
2. Teori genetik
Teori sebab- akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi
oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan oleh pembentukkan gen
dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetik, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia
telah ditentukan sebelumnya. Teori genetik terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik,
dan teori glikogen.
3. Teori wear and tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa
akumulasi sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA,
sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
4. Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan
mereka terhadap organism asing mengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker adan
infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi system imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Seiring dengan
bertambahnyan usia berat dan ukuran kelenjar timus menurun, seperti
halnya kemampuan tubuh untuk mendeferensiasi sel T. Karena hilangnya
proses diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yan tua dan tidak
beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh
kehilangan kemampuan untuk meningkatkan responnya terhadap se
lasing, terutama bila menghadapi infeksi.
5. Teori Neuroendokrin
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan bahwa penuaan
terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon
tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi sistem saraf. Hal ini
lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan
reproduksi. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara
universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk
menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai
perlambatan tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan, tetapi
orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak
kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan
menunggu respons mereka.
6. Teori Psikologis
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari implikasi
biologi pada kerusakan anatomis.
7. Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur
dalam tahun- tahun akhir kehidupan. Teori kepribadian menyebutkan
aspek – aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan
atau tugas spesifik lansia. Jung (1994), mengembangkan suatu teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian
sebagai ekstrovert atau introvert. (Stanley, 2006).
8. Teori tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam
kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap
sepanjang rentang hidup manusia. Tugas perkembangan adalah aktivitas
dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap- tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas (Stanley,
Mickey. 2006).
9. Teori aktivitas
Havighurst (1989), menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
social sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat, menunjukkan
bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi
kepuasan hidup, dan menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik
yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatansepanjang masa kehhidupan manusia (Stanley, Mickey. 2006)
C. Batasan Usia Lanjut
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda – beda,
umumnya berkisar antara 60 – 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang
batasan usia adalah sebagai berikut :
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi menjadi :
a. Masa bayi (usia 0-1 tahun)
b. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
c. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
d. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
e. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)
f. Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)
3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari Universitas Indonesia,
kedewasaan dibagi empat bagian :
a. Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
b. Fase verilitas (usia 40-50 tahun)
c. Fase prasenium (usia 55-65 tahun)
d. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)
4. Menurut Prof. DR. Koeseomanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia
dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas :
1) Young old (usia 70-75 tahun)
2) Old (usia 75- 80 tahun)
3) Very old (usia > 80 tahun)
5. Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia, yaitu :
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70- 79 tahun)
c. Old- old (usia 80-89 tahun)
d. Very old- old (usia >90 tahun)

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas,


terdapat. Didalam Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2.

D. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketuaan


Meliputi :
1. Hereditas (keturunan/ genetik)
2. Nutrisi / makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress

E. Mitos – mitos lanjut usia dan kenyataannya


1. Menurut kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jernih payahnya
dimasa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan
seakan- akan sudah berhasil dilewati. Kenyataan : Sering ditemui stress
karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit.
a. Depresi
b. Kekhawatiran
c. Paranoid
d. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran, Pandangan bahwa lanjut usia pada
umumnya :
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa anak- anak
g. Susah berubah
h. Keras kepala dan,
i. Cerewet

Kenyataan : Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian.

3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai
oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua. Kenyataan : Memang proses penuaan disertai dengan
menurunnya daya tahan tubuh dan metabolism sehingga rawan terhadap
penyakit. Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan
diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandangan sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak
ada. Kenyataan : Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang
masa. Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun,
minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataan
: Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja.
Memang frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan
meningkatnya usia tetapi masih tetap tinggi.
7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif. Kenyataan :
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan,
kemantapan, dan produktifitas mental dan material.

F. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia


1. Perubahan – perubahan fisik
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya
2) Lebih besar ukurannya
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraselular
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
5) Jumlah sel otak menurun
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem persarafan
1) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan
3) Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress.
4) Mengecilnya saraf panca indera
5) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf pencium, dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem pendengaran
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada- nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50% terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun.
2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
4) Pendengaran bertambahnya menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa/ stres.
d. Sistem penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapangan padang : berkurang luas pandangannya.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada
skala.
e. Sistem kardiovaskuler
1) Elastisitas, dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bias menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170
mmHg. Diastolis normal ± 90 mmHg.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang memperngaruhinya. Yang sering
ditemui, antara lain :
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC
ini akibat metabolisme yang menurun.
2) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
g. Sistem respirasi
1) Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO2 pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
h. Sistem gastrointestinal
1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease
yang bias terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensifitas dari saraf pengecapan tentang rasa asin, asam, dan
pahit.
3) Esophagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
i. Sistem reproduksi
1) Menciut ovary dan uterus
2) Atrofi payudara
3) Pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
4) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik), yaitu :
a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia.
b) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
c) Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
5) Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali,
dan terjadi perubahan – perubahan warna.
j. Sistem genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism
tubuh, melalui urin, darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1), BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria (kandung kemih)
a) Otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b) Atrofi vulva
c) Vagina
k. Orang – orang yang makin menua sexual intercourse masih juga
membutuhkan, tidak ada batasan umum tertentu fungsi seksual
seseorang berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung menurun
secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan
menikmati berjalan terus sampai tua.
l. Sistem endokrin
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya di dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari
ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4) Menurunnya akitifitas tiroid, menurunnya BMR = Basal
Metabolic Rate, dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya : progesterone,
esterogen, dan testosteron.
m. Sistem kulit
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel
epidermis).
3) Menurunnya respon terhadap trauma.
4) Mekanisme proteksi kulit menurun.
a) Produksi serum menurun.
b) Penurunan produksi VTD.
c) Gangguan pigmentasi kulit.
5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
8) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
11) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
n. Sistem musculoskeletal
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2) Kifosis
3) Pinggang, lutut dan jari- jari pergelangan terbatas.
4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
5) Persendian membesar dan menjadi kaku.
6) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
7) Atrofi serabut otot (otot- otot serabut mengecil) : Serabut –
serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot- otot kram dan menjadi tremor.
8) Otot – otot polos tidak begitu berpengaruh.

G. Perubahan – perubahan mental


Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Pertama – tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Keturunan (hereditas).
5. Lingkungan.
6. Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan
mungkin karena faktor lain seperti penyakit- penyakit.
7. Kenangan (memory)
a. Kenangan jangka panjang : Berjam – jam sampai berhari – hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika 0-10 menit, kenangan buruk.
8. I.Q (Intellgentia Quantion)
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor :
terjadi perubahan pada daya membahayangkan karena tekanan –
tekanan dari faktor waktu.
9. Perubahan – perubahan psikologis
a. Pensiun : Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang
pension (Purna Tugas), ia akan mengalami kehilangan- kehilangan,
antara lain :
1) Kehilangan financial (income berkurang)
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/ kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/ kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality).
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman- teman dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

H. Dampak kemunduran dan reaksi – reaksi yang terjadi.


Kemunduran – kemunduran yang telah disebutkan itu mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan terhadap perasaan orang yang memasuki
lanjut usia. Jelas jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduranlah yang
akan paling banyak dikemukakan tetapi di samping berbagai macam
kemunduran, ada sesuatu yang dapat dikatakan justru meningkat dalam proses
menua, yang dapat dikatakan justru meningkat dalam proses menua, yaitu :

Kondisi Usia dewasa Usia lanjut


Emosi Tidak terlalu stress Emosi lebih sensitive.
Stres/ kecemasan
Fisik Kulit kencang, tampilan Kecantikan dan
menarik. ketampanan mulai
Cantik dan tampan menghilang.
Kehilangan daya tarik.
Seks Masa klimakterium. Perubahan keseimbangan
Perasaan daya tarik dalam hormonal sehingga
seks. kurangnya dorongan seks.
Wanita terjadi
menopause.
Laki- laki hormon
testoteron menurun.

Gejala – gejala yang sering timbul pada masa menopause meliputi :

1. Gangguan pada haid : haid menjadi tidak teratur, kadang – kadang terjadi
perdarahan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
2. Gelombang rasa panas (hot flush): kadang – kadang timbul rasa panas
pada muka, leher, dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya
keringat yang banyak. Perasaan panas ini berlangsung beberapa detik
saja, namun bisa berlangsung sampai 30 menit – 1 jam.
3. Gejala – gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah
sedih, cepat marah, mudah tersinggung, gugup, dan mental yang kurang
mantap. Bila wanita pada mudanya mempunyai kecenderungan mudah
dipengaruhi keadaan emosionalnya maka ia akan lebih mengalami
gangguan psikologik pada masa ini.
4. Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium.
Tetapi tidak semua rasa lelah dapat diartikan sebagai tanda menopause.
Sebaiknya dicari sebab- sebab lainnya.
5. Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.
6. Rasa gatal – gatal pada genitalia disebabkan kulit yang menjadi kering
dan keriput.
7. Sakit – sakit bisa dirasakan seluruh badan atau pada bagian tubuh
tertentu.
8. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya: karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan
penglihatan atau bisa juga adanya stres mental.
9. Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab
fisik maupun psikis.
10. Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual, yang hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormonal maupun pengaruh psikis. Gejala – gejala kejiwaan
yang timbul sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
Keluhan yang sering timbul adalah adanya rasa takut, tegang, gelisah,
lekas marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi, lekas lupa dan susah
tidur.
11. Adanya wanita yang mengalami menopause menafsirkan sebagai
kehilangan fungsinya sebagai wanita, karena ia tidak bisa hamil dan
mendapatkan anak lagi. Di lain pihak ada yang menafsirkannya sebagai
akan terhentinya kehidupan seksualnya hal ini adalah keliru sekali.
Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kegiatan seksual itu kurang
pantas dilakukan bagi mereka yang sudah tua, meskipun dorongan kea
rah itu masih ada. Dengan demikian dapat dilihat bahwa kerisauan
menghadapi masa tua seringkali juga menyangkut kehidupan seksual.
12. Berubahnya libido (nafsu seks).
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya gejala- gejala atau
keluhan – keluhan tersebut, antara lain :
a. Penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi
hormonal.
b. Sosiobudaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan social ekonomi yang
mempengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan.
c. Faktor psikologis yang tergantung dari perilaku wanita tersebut.
d. Pada klimakterium ini hendaklah wanita memeriksakan dirinya
secara teratur, walaupun tidak ada keluhan - keluhan. Hal ini penting
untuk mengetahui adanya kelainan yang mungkin terjadi pada usia
empat puluhan, khususnya keganasan.
BAB III
HASIL SURVEY

A. Data Umum
1. Pedoman Winshield Survey
a. Kondisi wilayah
1) Batas wilayah RT 18
Utara : Berbatasan dengan Belitung Utara
Selatan : Berbatasan dengan Jalan Zafri Zam-Zam
Barat : Berbatasan dengan Kuin Cerucuk
Timur : Berbatasan dengan Belitung
2) Kondisi pemukiman penduduk
Kondisi pemukiman warga berdasarkan winshield
survey data yang didapat dikelurahan Kuin Cerucuk RT 18
pemukiman warga adalah berbentuk semi permanen, dan
permanen. Jarak antara rumah satu dan rumah lain sangat
berdekatan, akses tidak terlalu sempit. Sebagian tidak ada
memiliki halaman didepan rumah, sebagian warga
mempunyai peliharaan berupa ayam dan kucing.
3) Kondisi sarana kesehatan lingkungan
a) Tempat pembuangan sampah
Berdasarkan winshield survey data yang didapat
di Kuin Cerucuk RT 18, untuk pengelolaan sampah
warga memiliki tempat pembuangan sampah khusus,
sampah milik warga dikumpulkan dalam plastik lalu
beberapa hari sekali ada petugas pengumpul sampah
yang dibayar untuk mengambil sampah dan
membuangnya ke tempat pembuangan akhir.

61
62

b) Tempat pembuangan saluran limbah


Berdasarkan winshield survey data yang didapat
di Pelamuan RT. 18, untuk pembuangan limbah
sebagian dari warga ada memiliki saluran
pembuangan limbah dan sebagiannya tidak memiliki
saluran pembuangan limbah dan langsung
membuangnya ke kolong rumah.
c) Wc umum
Berdasarkan winshield survey data yang didapat
di Kuin Cerucuk RT 18, sebagian besar setiap rumah
memiliki wc sendiri dan tidak ada wc umum. Keadaan
wc di kebanyakan rumah bersih.
d) Sumur umum
Berdasarkan winshield survey data yang didapat
di Kuin Cerucuk RT 18, tidak ada sumur umum tetapi
kebanyakan warga sudah memiliki saluran air PDAM
pribadi.
4) Kondisi fasilitas sosial dan umum yang tersedia
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di
Kuin Cerucuk RT 18, warga memiliki langgar, toko,
warung dan pos pemadam.
5) Sumber-sumber pencemaraan lingkungan
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di
Kuin Cerucuk RT 18, asal dari pencemaran lingkungan
disebabkan oleh limbah-limbah warga yang tidak dibuang
melalui SPAL tertutup, limbah dibuang langsung ke
kolong rumah.
6) Fasilitas umum
a) Sarana transportasi umum
Berdasarkan winshield survey data yang didapat
di Kuin Cerucuk RT 18, warga biasanya
menggunakan
becak, angkot, ojek, tetapi kebanyakan warga
mempunyai kendaraan pribadi seperti motor.
b) Jenis sarana komunikasi dan media komunikasi
masyarakat
Berdasarkan winshield survey data yang didapat
di Kuin Cerucuk RT 18, warga biasanya
menggunakan mushola dan whatsapp grup untuk
menyampaikan informasi tentang akan diadakan
kegiatan seperti posyandu lansia dan kegiatan lain
seperti penkes, gotong royong dan kegiatan lainnya.
b. Kondisi tatanan sosial
1) Kegiatan penduduk
a) Pagi hari
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di
Kuin Cerucuk RT 18, biasanya warga pergi ke pasar
untuk berjualan dan selain itu juga warga ada yang
membersihkan pekarangan rumah, berdagang di muka
rumah, belanja ke pasar, memasak, dan bekerja sebagai
buruh, tukang ojek.
b) Siang hari
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di
Kuin Cerucuk RT 18, biasanya warga beristirahat bagi
warga yang pulang berjualan dari pasar, ada yang
berkumpul bersama tetangga, ada juga warga yang
berjualan, dan ada lanjut bekerja.
c) Sore hari
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di
Kuin Cerucuk RT 18, pada sore hari biasanya ada
warga yang berkumpul bersama berbincang-bincang,
mengurus ternak dan tanaman.
d) Malam hari
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di
Kuin Cerucuk RT 18, biasanya pada malam hari warga
beristirahat, jika ada acara biasanya warga berkumpul
untuk melakukan kegiatan keagamaan dan selain itu
ada juga yang berkumpul bersama keluarga.
2) Kegiatan masyarakat yang sedang berlangsung
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di
Kuin Cerucuk RT 18, biasanya warga melakukan yasinan,
posyandu balita RT lain, gotong royong gabungan dengan
RT lain.
c. Kejadian tertentu (terkait kesehatan) yang ditemui di
masyarakat pada saat survey
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di Kuin
Cerucuk RT 18, anggota tidak menemukan adanya kejadian
atau kegiatan terkait kesehatan yang dilakukan oleh
masyarakat seperti membersihkan pekarangan rumah dan
gotong royong.
2. Keadaan Geografi
Nama Kelurahan : Kuin Cerucuk
Kecamatan : Banjarmasin Barat
Kabupaten : Banjarmasin
Pemerintah daerah : Kalimantan Selatan
a. Batas Wilayah RT
Utara : Berbatasan dengan Jalan Zafri Zam-Zam
Selatan : Berbatasan dengan Belitung
Barat : Berbatasan dengan Kuin Selatan
Timur : Berbatasan dengan Kuin Cerucuk
b. Luas wilayah : 2,12 km2
c. Tingkat kepadatan penduduk :
Di Kelurahan Kuin Cerucuk Banjarmasin
Barat adalah 26.669jiwa/km2.
d. Jarak RT 18 ke
1) Puskesmas : 500 m
2) RS Suaka Insan Banjarmasin : 1,2 km
3) RSUD Sultan Suriansyah : 1,6 km
3. Keadaan Demografi
a. Jumlah RT 69
b. RT yang dikaji 07
c. Jumlah RW 4
d. Jumlah penduduk : 26.669 jiwa
e. Laki-laki : 13.473 jiwa
f. Perempuan : 13.196 jiwa
g. Jumlah kepala keluarga terkaji : 141 kepala keluarga

4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)


UKBM yang ada dikelurahan
a. Waktu pelaksanaan
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di Kuin
Cerucuk RT 18, kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat
seperti kegiatan posyandu balita dan posyandu lansia
dilaksanakan secara berkala namun bergabung dengan RT yang
lainnya kurang lebih 1 bulan sekali.
b. Jumlah kunjungan
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di Kuin
Cerucuk RT 18, jumlah kunjungan oleh warga sekitar 20-30
orang.
c. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan saat posyandu biasanya
pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah, gula darah, asam
urat serta penyuluhan dan menimbang berat badan dengan
pemeriksaaan status gizi hingga senam gabungan.
d. Permasalahan yang dialami UKBM
Kurangnya peminatan dan partisipasi dari warga dalam
mengikuti kegiatan pelayanan kesehatan yang diadakan di RT
maupun bergabung dengan RT lain.
e. Tingkat kepadatan penduduk
Berdasarkan winshield survey data yang didapat di Kuin
Cerucuk RT 18, merupakan salah satu wilayah dengan kondisi
cukup padat penduduk dikarenakan jarak antara satu rumah
dengan rumah yang lain beragam rata-rata kurang dari satu
meter.

B. Data Khusus
1. Data identitas
Tabel 3.1 Distribusi Kategori Kepala Keluarga Berdasarkan
Jenis Kelamin Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT XVIII
No. Jenis Kelamin Jumlah %
1. Laki-laki 15 68
2. Perempuan 7 32
JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.1 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori kepala keluarga menurut jenis kelamin di RT. XVIII
Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK terdapat
68% (15 KK) berjenis kelamin laki-laki dan 32% (7 KK) yang
berjenis kelamin perempuan.
Tabel 3.2 Distribusi Kategori Jenis Kepala Keluarga Di
Kelurahan Kuin Cerucuk RT. XVIII
No. Umur Jumlah %
1. PUS (Sebelum menikah <60 tahun) 7 32
2. Lansia (>60 tahun) 15 68

JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.3 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori jenis kepala keluarga di RT. XVIII Kelurahan Kuin
Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 68% (15 KK)
termasuk dalam kategori lansia, 32% (7 KK) termasuk dalam
kategori PUS.

Tabel 3.3 Distribusi Kategori Agama Di Kelurahan Kuin


Cerucuk RT. XVIII
No. Agama Jumlah %
1. Islam 22 100
2. Katolik 0 0
3. Kristen 0 0
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
6. Lainnya 0 0
JUMLAH 31 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.3 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori agama responden di RT.VII Kelurahan Kuin Cerucuk,
didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 100% (22 KK) beragama islam.

Tabel 3.4 Distribusi Kategori Pendidikan Terakhir Di


Kelurahan Kuin Cerucuk RT. XVIII
No. Pendidikan Terakhir Jumlah %
1. Tak sekolah 0 0
2. Tak tamat SD 0 0
3. SD 5 23
4. SLTP 7 32
5. SLTA 8 36
6. Diploma 1 5
7. Sarjana 1 5
8. Pasca Sarjana 0 0
9. S3 0 0
JUMLAH 31 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.4 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori pendidikan terakhir responden di RT. XVIII Kelurahan
Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 36% (8 KK)
dengan tingkat pendidikan SLTA, 32% (7 KK) dengan tingkat
pendidikan SLTP, 23% (5 KK) dengan tingkat pendidikan SD, 5%
(1 KK) dengan tingkat pendidikan diploma, dan 5% (1 KK) dengan
tingkat pendidikan Sarjana.

Tabel 3.5 Distribusi Kategori Pekerjaan Di Kelurahan


Kuin Cerucuk RT. XVIII
No. Pekerjaan Jumlah %
1. PNS 0 0
2. TNI/Polri 0 0
3. Guru/Dosen 1 5
4. Swasta 12 55
5. Petani 1 5
6. Buruh 1 5
7. Lainnya 7 32
JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.5 : Berdasarkan tabel distribusi kategori
pekerjaan responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk,
didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 55% (12 KK) dengan jenis
pekerjaan swasta, 32% (7 KK) dengan jenis pekerjaan lainnya, 5%
(1 KK) dengan jenis pekerjaan buruh, dan, 5% (1 KK) dengan jenis
pekerjaan Petani, 5% (1 KK) dengan jenis pekerjaan Guru/Dosen.
Tabel 3.6 Distribusi Kategori Suku Bangsa Di Kelurahan Kuin
Cerucuk RT. XVIII
No. Suku Bangsa Jumlah %
1. Dayak 22 100
2. Lainnya 0 0
JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.7 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori suku bangsa responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin
Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 100% (21 KK)
termasuk dalam suku Lainnya dan 0% (0 KK) termasuk dalam
suku Dayak.

Tabel 3.7 Distribusi Kategori Penghasilan Di Kelurahan


Kuin Cerucuk RT. XVIII
No. Penghasilan Perbulan Jumlah %
1. < 900.000 5 23
2. 900.000 - 1.500.000 4 18
3. 1.500.000 - 2.000.000 7 32
4. > 2.000.000 6 27
JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.7 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori penghasilan responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin
Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 23% (5 KK)
berpenghasilan < Rp 900.000, 27% (6 KK) berpenghasilan > Rp
2.000.000, 18% (4
KK) berpenghasilan Rp 900.000 – 1.500.000, dan 32% (7 KK)
berpenghasilan Rp 1.500.000 – 2.000.000.
70

Tabel 3.8 Distribusi Kategori Jaminan Kesehatan Di Kuin


Cerucuk RT. XVIII
No. Jenis Jamkes Jumlah %
1. Tak punya 1 5
2. JAMKESDA/JAMKESTA 0 0
3. BPJS 21 95
4. ASKES Lainnya 0 0
JUMLAH 22 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.8 : Berdasarkan tabel distribusi
kategori jaminan kesehatan responden di RT. XVIII Kelurahan
Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 95% (21 KK)
memiliki jaminan kesehatan BPJS, dan 5% (1 KK) tidak
mempunyai jaminan kesehatan.
71

Tabel 3.10 Distribusi Kategori Kebiasaan Kesehatan Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT XVIII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No. Sehat kurang
Uraian Jumlah Jumlah sehat Jumlah
(%)
(%)
1. Aktivitas Keluarga 20 91 2 9 22 100
fisik melakukan
aktivitas fisik (min
30 menit) setiap
hari (kecuali
bayi/balita)
2. Mandi 2 Seluruh anggota 22 100 0 0 22 100
kali keluarga mandi

sehari minimal 2
kali
3. Sikat gigi Seluruh anggota 22 100 0 0 22 100
benar keluarga sikat gigi
minimal di pagi
hari dan malam
hari sebelum tidur
(Kecuali bayi)
4. Keramas Seluruh anggota 22 100 0 0 22 100
rutin keluarga
membiasakan
keramas (cuci
rambut) minimal
seminggu 2 kali
5. Kuku Kondisi kebersihan 22 100 0 0 22 100
bersih kuku keluarga
pendek dan bersih
6. Cuci Keluarga 20 91 2 9 22 100
tangan membiasakan
mencuci tangan
dengan air
mengalir dan sabun
JUMLAH 130 98 100
Sumber Data : Data Primer

Analisa data tabel 3.10 : Berdasarkan tabel distribusi


kategori kebiasaan kesehatan di RT. XVIII Kelurahan Kuin
Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK, yaitu 91 % keluarga sudah
melakukan aktivitas fisik (minimal 30 menit), 9 % keluarga kurang
melakukan aktivitas fisik, hal ini disebabkan karena rata-rata warga
masyarakat berprofesi sebagai pedagang (swasta) di pagi dan sore
72

hari sehingga mereka tidak memiliki waktu luang dalam


melakukan aktivitas fisik secara rutin. 100% seluruh anggota
keluarga mandi sehari minimal 2 kali, 100% seluruh anggota
keluarga menyikat gigi pagi dan malam hari, 100% seluruh
anggota keluarga melakukan keramas rutin, 90% seluruh anggota
keluarga memiliki kebersihan kuku yang baik (tampak bersih),
10% seluruh anggota keluarga kurang memperhatikan kebersihan
dan perawatan kuku. 90% seluruh anggota keluarga membiasakan
cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan 10% seluruh
anggota keluarga belum membiasakan cuci tanagn dengan air
mengalir dan sabun. Dilihat dari kebiasaan kesehatan keluarga,
sebagian besar keluarga telah memiliki kesadaran dan kebiasaan
yang baik dalam perawatan diri.
73

Tabel 3.11 Distribusi Kategori Perumahan Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT. XVIII
Uraian Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No kurang
Jumlah sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Milik sendiri Rumah yang di tempati
milik sendiri 29 77 5 23 22 100
2 Permanen Bangunan rumah permanen 19 86 11 14 22 100
3 Lantai Lantai rumah dari
semen tegel/semen/keramik 19 86 3 14 22 100
4 Ventilasi Ventilasi rumah > 10% luas
>10% lantai 22 100 0 0 22 100
5 Pencahayaan Pencahayaan cukup terang
cukup 20 91 2 9 22 100
6 Luas Luas bangunan mencukupi
bangunan 8m2 untuk setiap orang
20 91 2 9 22 100
7 Merokok Ada anggota keluarga yang
merokok, jika jawaban Ya
lanjut ke nomer 8 jika
jawaban tidak lanjut ke
nomer 9 12 55 10 45 22 100
8 Merokok di Anggota keluarga yang
luar rumah perokok selalu merokok di
luar rumah 12 55 10 45 22 100
9 Pemanfaatan Pekarangan di manfaatkan
pekarangan untuk TOGA, Sayuran dan
Buah-buahan 17 77 5 23 22 100
JUMLAH 117 89 15 11 132 100
Sumber Data : Data Primer

Analisa data tabel 3.11 : Berdasarkan tabel distribusi kategori kondisi


perumahan responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil
dari 22 KK, yaitu 77% keluarga menempati rumah milik sendiri dan 23% keluarga
menempati rumah yang bukan milik sendiri. 86% keluarga memiliki bangunan
rumah permanen dan 14% memiliki rumah tidak permanen.
74

Tabel 3.12 Distribusi Kategori Kondisi Pembuangan Di Kelurahan


Kuin Cerucuk RT. XVIII

Skor 1 Skor 2 Jumlah Total


Sehat kurang
No Jumlah Jumlah sehat Jumlah
(%)
(%)

1 Keluarga memiliki jamban sehat 22 100 0 0 22 100


2 Keluarga BAB di jamban sehat 9 50 9 50 18 100
Jarak septik tank > 10 m dari
3. sumber air 13 59 9 41 22 100
4 Kondisi jamban terawat dan tidak 21 95 1 5 22 100

Jumlah 65 77 19 23 84 100
Sumber Data : Data Primer

Analisa data tabel 3.12 : Berdasarkan tabel distribusi kategori kondisi


perumahan responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk didapatkan hasil
dari 22 KK, yaitu 100% keluarga memiliki jamban sehat dan keluarga BAB di
jamban sehat, 50% jarak septik tank >10 m dari sumber air dan 50% jarak septi
tank <10 m dari sumber air, 95% kondisi jamban terawat dan tidak ada vector
penyakit dan 5% kondisi jamban belum terawat dengan baik.
75

Tabel 3.13 Distribusi Kategori Sumber Air Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT. XVIII

Skor 1 Skor 2 Jumlah Total


No Uraian kurang
Jumlah sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Air bersih Keluarga menggunakan air bersih
dari sumur /PDAM/mata air untuk
minum dan memasak 22
100 0 0 22 100
2 Memasak kelurga memasak air minum yang
air berasal dari sumber air bersih
minum 16 73 6 27 22 100
Jumlah
Sumber data: Data Primer

Analisa data tabel 3.13 : Berdasarkan tabel distribusi kategori


sumber air responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan
hasil dari 31 KK, 100 % keluarga menggunakan air bersih dari sumur
/PDAM/mata air untuk minum dan memasak, serta 73 % kelurga memasak
air minum yang berasal dari sumber air bersih dan 27% tidak memasak air
minum dari PDAM.

Tabel 3.14 Distribusi Kategori Tampungan Air Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT.VII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No Uraian kurang
Jumlah sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Tampungan Keluarga menggunakan
air tertutup penampungan air yang tertutup
13 59 9 41 22 100
2 Rutin Kelurga rutin melakukan
menguras pengurasan tempat penampungan
air 17 77 5 23 22 100
Air Kondisi air di penampungan air
tampungan tidak berbau, tidak berwarna dan
3 sehat tidak berasa 15 68 7 32 22 100
Jumlah

Sumber data : Data Primer

Analisa data tabel 3.14 : Berdasarkan tabel distribusi kategori sumber air
responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22 KK,
yaitu
76

59 % keluarga menggunakan penampungan air yang tertutup, 79 % rutin


melakukan pengurasan tempat penampungan air dan kondisi air di penampungan
air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa, sedangkan 41% keluarga tidak
menggunakan penampungan air yang tertutup, 23 % belum rutin melakukan
pengurasan tempat penampungan air dan kondisi air di penampungan kadang
berbau, berwarna dan ada berasa.

Tabel 3.15 Distribusi Kategori Pembuangan Sampah Di Kelurahan Pelambaun RT. XVIII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
Uraian Sehat kurang
No Jumlah Jumlah sehat Jumlah
(%)
(%)
1 Memiliki tempat Keluarga memiliki tempat
sampah sampah 100 6 19 22 100
22
2 Tempat sampah Tempat sampah tertutup
baik dan kedap air
22 100 18 58 22 100
3 Mengelola Keluarga mengelola
sampah sampah atau membuang
sampah di tempat sampah
umum 22 100 6 0 22 100
4 SPAL tertutup Keluarga memiliki dan
menggunakan SPAL yang
tertutup
pembuangan limbah untuk 10 45 12 55 22 100
Jumlah

Sumber data : Data Primer

Analisa data tabel 3.15 : Berdasarkan tabel distribusi kategori pembuangan


smapah responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari
22 KK, yaitu 100% Keluarga memiliki tempat sampah dan 0 % keluarga tidak
memiliki tempat sempah, 100% tempat sampah tertutup dan kedap air dan 58%
keluarga tidak memiliki tempat sampah tertutup dan kedap air, 100% keluarga
mengelola sampah atau membuang sampah di tempat sampah umum dan 45%
Keluarga memiliki dan menggunakan SPAL yang tertutup untuk pembuangan
77

limbah dan 55% keluarga tidak memiliki dan menggunakan SPAL yang tertutup
untuk pembuangan limbah.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian warga di daerah tersebut telah
mampu mengolah sampah dengan cukup baik, namun karena kondisi pemukiman
yang sempit dan padat penduduk, hanya memiliki sedikit dan tidak ada SPAL
tertutup/terbuka.

Tabel 3.17 Distribusi Kategori Status Kesehatan Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT.VII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No Uraian kurang
Jumlah Sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Sarana kesehatan Ada sarana kesehatan 22 100 0 0 22 100
terdekat terdekat dengan rumah
2 Memanfaatkan Keluarga memanfaatkan 22 100 0 0 22 100
yankes jika sakit sarana kesehatan jika ada
yang sakit
3 Ada yang sakit Dalam tiga bulan terkahir 22 100 0 0 22 100
ada anggota keluarga yang
menderita penyakit
4 Punya penyakit Keluarga memiliki riwayat 48 0 0 22 100
menular/menurun penyakit turunan dan atau
menular
5 Kematian dalam Apakah ada anggota 13 59 9 9 100
1 tahun keluarga yang meninggal
dalam satu tahun terakhir
Jumlah

Sumber data : Data Primer

Analisa data tabel 3.17 : Berdasarkan tabel distribusi kategori status


kesehatan responden di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan
hasil dari 22 KK, yaitu 100% keluarga memiliki sarana kesehatan terdekat
dengan rumah dan 0% keluarga tidak memiliki sarana kesehatan terdekat
dengan rumah, hal ini dikarenakan daerah tersebut dekat dengan
puskesmas dan memiliki klinik dokter praktik. Dalam hal memanfaatkan
pelayanan kesehatan jika sakit 100% keluarga telah mampu memanfaatkan
sarana kesehatan yang ada jika ada anggota keluarga yang mengalami
sakit dan hanya 0% keluarga yang belum maksimal dalam memanfaatkan
78

pelayanan kesehatan jika mengalami sakit. Dalam tiga bulan terkahir ada
anggota keluarga yang menderita penyakit terdapat 100% dan 0% keluarga
tidak memiliki anggota keluarga yang sakit dalam waktu tiga bulan
terakhir ini. Pada keluarga memiliki riwayat penyakit turunan dan atau
menular terdapat 48% dan hanya 52% keluarga yang dianggota keluarga
memiliki riwayat peyakit atau menular.
79

Dalam satu tahun terakhir terdapat 59% anggota keluarga yang telah
meninggal dan 51% keluarga di daerah tersebut tidak memiliki anggota
keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir.

Tabel 3.22 Distribusi Kategori Status Kesehatan Lansia Di Kelurahan Kuin Cerucuk RT.VII
Skor 1 Skor 2 Jumlah Total
No Uraian kurang
Jumlah Sehat Jumlah Jumlah
sehat
1 Lansia sehat Lansia tidak memiliki keluhan 15 100 0 0 15 100
penyakit, jika jawaban Ya
lanjut ke nomor 3, jika jawaban
Tidak lanjut ke nomer 2
2 Keluhan lansia Keluhan kesehatan lansian 1 7 14 93 15 100
berkaitan sengan : (1) Sistem penglihatan
(2) sistem, pendengaran (3) Sistem,
Pernafasan (4) Sistem Kardiovaskuler
(5) Sistem, pencernaan (6) Sistem
pergerakan (7) sistem persyarafan
(8) Sistem perkemihan
3 Lansia berobat ke tenaga kesehatan bila sakit 15 100 0 0 15 100
4 Lansia memanfaatkan waktu senggang untuk 15 100 0 0 15 100
kegiatan yang positif (sosial-keagamaan-hoby)
5 Lansia mengikuti posyandu lansia 15 100 0 0 15 100
6 Lansia mandiri dalam melakukan aktivitas sehari- 15 100 0 0 15 100
hari
7 Lansia tidak merokok 15 100 0 0 15 100
Sumber data : Data Primer
Analisa data tabel 3.22 : Berdasarkan tabel distribusi kategori status
kesehatan lansia di RT. XVIII Kelurahan Kuin Cerucuk, didapatkan hasil dari 22
KK, yaitu 100% lansia berobat ke tenaga kesehatan bila sakit dan lansia mandiri
dalam melakukan aktivitas sehari-hari sedangkan 0% lansia tidak/ jarang berobat
ke tenaga kesehatan bila sakit dan lansia tidak mandiri dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Terkait keluhan kesehatan yang diderita oleh lansia, lansia memiliki
keluhan terkait kesehatan terdapat 7% dan 93% lansia tidak memiliki keluhan
terkait kesehatannya. Lansia yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak
0% dan 100% lansia tidak memiliki kebiasaan merokok. Terkait lansia tidak
memiliki keluhan penyakit terdapat 0% dan lansia yang memiliki keluhan
penyakit sebanyak 100%. Lansia memanfaatkan waktu senggang untuk kegiatan
yang positif (sosial - keagamaan - hobby) sebanyak 100% dan 0% lansia tidak
memanfaatkan waktu senggang untuk kegiatan yang positif (sosial - keagamaan -
hobby). Dalam kegiatan sosial dan keagamaan di daerah tersebut seperti yasinan,
pernikahan, kematian, pemilu, dll. Lansia mengikuti Posyandu sebanyak 100%
dan 0% lansia tidak mengikuti Posyandu, ahir ahir ini lansia kurangnya aktif
80
dalam kegiatan posyandu, terkait pandemi, serta dalam hal keluhan penyakit,
peningkatan kesehatan serta pemanfaatan saran kesehatan masih cukup baik
81

Pokok Bahasan : DIET PADA HIPERTENSI

Tempat : GG Rahmat
Sasaran : Warga Binaan Kelurahan Kuin Cerucuk
Hari / Tanggal : selasa 25 oktober 2021
Waktu : 60 menit

1. Tujuan
A. Tujuan umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan diharapkan warga dapat
memahami tentang hipertensi serta melakukan diet nya dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan informasi kesehatan tentang hipertensi, warga
dapat :
a. Menyebutkan jenis-jenis diet yang menyebabkan hipertensi
b. Menyebutkan jenis-jenis diet yang dianjurkan untuk mencegah
terjadinya hipertensi.
c. Menyebutkan jenis-jenis diet yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi.
d. Menyebutkan jenis-jenis diet yang dilarang untuk penderita hipertensi.

2. Sasaran
Warga binaan kelurahan kuin cerucuk

3. Waktu
25 Oktober 2021

4. Tempat
Gang Rahmat, di halaman rumah bu RT

5. Pokok bahasan
Diet pada hipertensi
82

6. Metode
a. Ceramah dan Tanya jawab

7. Media
a. Leaflet

8. Materi
a. Jenis jenis diet hipertensi

9. Peralatan
a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Glukometer
d. Alat tulis

10. Pengorganisasian
a. Penyaji : Bodiyarno dan Mujiono
b. MC dan Moderator : Juliani Hutabarat
c. Seksi Perlengkapan : Tri Jaya Firmansyah, Bagiarianto, dan Agustinus
Surya Putra
d. Seksi Konsumsi : Sr Maria Cardoso Lima dan Sr Seline (Mathilde Meo)
e. Seksi Dokumentasi : Apriliana Pida
f. Notulen : Erba Reymelsa Tumon
g. Leader : Lusila Oktavia C. Gampung

11. Kegiatan Pembelajaran


No Aktivitas Aktivitas peserta Waktu
1 Memberikan salam dan
mem perkenalkan diri. Membalas salam dan
1 menit
Menjelaskan maksud tujuan mendengarkan menyimak.
dari pembelajaran
2 Menanyakan apakah ada
yang sudah atau pernah Menjawab dan
5 menit
mengetahui tentang menyampaikan pendapat
hipertensi
83

3 Menjelaskan tentang
konsep hipertensi,,
Menyimak penjelasan
meliputi: pengertian, 5 menit
perawat dan bertanya
klasifikasi, penyebab,
manifestasi klinis.
4 Menjelaskan tentang jenis- Memperhatikan dan
jenis diet pada hipertensi: mendengarkan
yang dianjurkan, yang tidak 5 menit
dianjurkan.

5 Membuka sesi diskusi Bertanya 5 menit


Melakukan evaluasi dengan
memberikan beberapa Menjawab 4 menit
pertanyaan.
Terminasi. Menyampaikan
salam penutup

12. Evaluasi
A. Apa pengertian Hipertensi? (Warga menjawab hipertensi adalah tensi
tinggi)
B. Apa saja jenis diet yang dapat menyebabkan hipertensi? Sebutkan minimal
3 jenis. (warga menjawab makanan berlemak dan asin)
C. Apa saja jenis diet yang dilarang untuk penderita hipertensi? Sebutkan
minimal 3 jenis! (warga menjawab, makanan yang tinggi lemak, asin asin)
D. Warga bertanya apakah tensi tinggi sama dengan kurang darah.
E. Warga bertanya yang dikatakan tensi tinggi itu berapa kemudia apakah
jika 140/60 dikatakan tensi tinggi.

13. MATERI PENYULUHAN


A. Pengertian Hipertensi
a. Menurut smeltzer (2001), hipertensi merupakan gangguan sistem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas
nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg.Hipertensi merupakan
salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah bertambah
secara perlahan dengan bertambahnya umur. Populasi yang berusia ≥
55 tahun, memiliki resiko yang tinggi untuk menderita hipertensi.
84

b. Menurut Dharma (2005) merupakam gangguan pada sistem


peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
diatas normal 120/80 mmHg.
c. Menurut WHO (2013) hipertensi adalah suatu keadaan diaman
tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolic 90 mmHg yang
seharusnya ada pada batas normal 120/80 mmHg.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
hipertensi adalah suatu tekanan darah dalam keadaan tinggi dimana nilai
sistol 140 atau lebih dan diastole 90 atau lebih dan berdasarkan rata rata
tiga kali pengukuran atau lebih yang di lakukan oleh petugas kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah
1. Stimulasi sistem saraf simpatis yang berlebih sperti stres
2. Stimulasi saraf parasimpatis
3. Hormone

B. Klasifikasi hipertensi
a. Menurut bentuknya :
1. Hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat
sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
2. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan
tekanan diastolik nya
b. Menurut Sebabnya :
1. Hipertensi primer
Penyebab nya belum dapat di ketahui secara pasti. pada
hipertensi primer tidak di temukan penyakit renovaskuler
(penurunan aliran darah menuju ginjal) , aldosteronism,
pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.
Genetic dan ras merupakan bagian yang menjadi bagian yang
menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor
lain yang di antara nya adalah faktor strees, minum alkohol,
85

merokok, lingkungan, dan gaya hidup


2. Hipertensi sekunder
Menurut aspiani (2014) hipertesi sekunder terjadi akibat
penyebab yang jelas. Salah satu contoh hipertensi sekunder
adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Stenois arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II.
Angiotensin II secara langsung mensintesis aldosterone dan
reabsorbsi natrium. Apabila dapat di lakakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan
darah akan kembali normal
Join National Committee 7 (2003)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
- Derajat 1 140-159 90-99
- Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

c. Resiko Pengidap hipertensi


Riwayat keluarga (genetic) Menurut para ahli Sudiharto (2007)
1. Faktor usia golongan
Kisaran 50-59 tahun Dengan bertambahnya umur maka
semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Ini disebabkan oleh
perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon.

2. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap
terjadinya hipertensi, dimana masa muda dan paruh baya lebih
tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki, sedangkan pada
wanita resiko hipertensi lebih tinggi setelah usia 55 tahun,
khususnya ketika seseorang wanita mengalami menopause.
86

3. Factor lingkungan
Seperti stress berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga
melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah, apabia stress berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah dapat menetap tinggi.
4. Kegemukan
Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal

a. Gejala umum pada hipertensi. (Crowin 2000)


b. Sakit kepala (pusing, migran)
c. Gampang marah
d. tengkuk terasa pegal
e. Mimisan (jarang terjadi)
f. NB: tidak setiap sakit kepala itu merupakan hipertensi.
87

C. Makanan dan minuman yang tidak di anjurkan untuk penderita


hipertensi
1. Makanan siap saji
a. Mie instan
2. Makanan kalengan
a. Sarden
b. Kornet
3. Hindari produk keju
4. Hindari minuman yang bersoda dan beralkohol dan berkaffein.

D. jenis diet yang dapat menyebabkan hipertensi


1. Makanan berlemak
Konsumsi lemak berlebihan, khususnya lemak jenuh, memicu
obisitas yang berujung pada resiko tekanan darah tinggi. Makanan yang
mengandung lemak jenuh seperti lemak pada daging sapi, domba dan
minyak sawit sangat dilarang untuk penderita tekanan darah tinggi. asupan
lemak trans atau jenuh yang berlebihan dapat meningkatkan resiko
kegemukan yang bisa memicu tekanan darah tinggi. Selain itu penderita
darah tinggi juga sangat dilarang untuk konsumsi makanan yang digoreng
karena bisa meningkatkan resiko serangan jantung. (Makanan yang
mengandung kolesterol). Trigliserida adalahsalah satu jenis lemak yang
dapat ditemukan di dalam darah. Lipid merupakan zat lemak yang
diciptakan dari kalori ekstra yang di dapat dari makanan. Setelah tubuh
menggunakan apa yang di butuhkan pada saat itu, maka sisanya disimpan
dalam bentuk lipid. Jika anda menkonsumsi lebih banyak kalori dari yang
dibutuhkan dengan makan berlebihan, maka dapat menyebabkan
trigliserida tinggi. Kondisi ini sering terjadi jika kalori ekstra berasal dari
makanan berlemak atau yang tinggi karbohidrat. Dari berbagai banyak
penyebab salah satu penyebab tingginya kadar trigliserida (Muchlisin).
Beberapa jenis makanan di bawah ini memiliki kandungan lemak jenuh
yang tinggi dan sebaiknya dihindari:
88

a. Kentang goreng. Kentang goreng memiliki kandungan


lemak dan natrium yang tinggi, misalnya saja penyajian
kentang goring ukuran sedang mengandung 270mg sodium
dan 19 gram lemak.
b. Daging asap. Tiga potong daging asap mengandung 270
mg sodium dan 4,5 gram lemak. Daging burung biasanya
menjadi alternative daripada daging asap.
c. Susu. Merupakan sumber kalsium, tetapi tinggi lemak.
Dalam segelas susu terkandung 8 gram lemak jenuh tak
baik untuk pengidap liver dan berbahaya bagi orang yang
memiliki tekanan darah tinggi.
d. Kolesterol jahat atau LDL(low-destiny lipoprotein). adalah
kolestrol yang dapat menumpuk pada pembuluh darah
arteri, membentuk plak yang membuat arteri menjadi
sempit dan kurang fleksibel (aterosklerosis). Kondisi inilah
yang sering menyebabkan penyakit jantung coroner dan
stroke. Trigliserida dan kolesterolsama sama lemak dalam
darah hanya berbeda jenis. Trigliserida adalah lemak yang
disimpan untuk penggunaan energy dan sementara
kolesterol digunakan untuk pembentukan sel dan hormone.
Keduanya beredar dalam darah dan dialirkan ke seluruh
tubuh. Keduanya tidak dapat larut langsung dalam aliran
darah, sehingga mereka di angkut oleh lipoprotein.
Kelebihan keduanya dapat berakibat buruk bagi kesehatan.
Klasifikasi nilai kolesterol dan Trigliserida serum menurut
National blood, lung, and heart institute’s National
cholesterol education program.
Kolesterol Kolesterol Trigliserida
total LDL (MG/DL) (MG/DL)
(MG/DL)
optimal Kurang dari
100
Diharapkan Dibawah 100-129 <150
89

200
Garis batas 200 hingga 130 hingga 150 hingga
239 159 199
Tinggi 240 hingga 160 hingga 200 hingga
lebih tinggi 189 499
Sangat tinggi > 190 ≥ 500

2. Makanan Tinggi Natrium


Natrium sebenarnya merupakan mineral penting bagi tubuh.
Normalnya, ginjal akan mengatur kadar natrium yang berada dalam tubuh
dan membuang kelebihan natrium melalui air seni. Akan tetapi, apabila
kadar natrium tubuh terlalu tinggi, ginjal tidak sanggup mengeluarkan
seluruhnya sehingga natrium akan beredar di dalam pembuluh
darah.Menurut penelitian dalam Journal of Human Hypertension (2002)
Asupan garam yang tinggi dapat mengganggu keseimbangan natrium
alami yang ada dalam tubuh Anda. Oleh karena itu, penderita hipertensi
disarankan untuk mengurangi asupan garamnya, walaupun ia sudah
mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darahnya. Mengurangi
asupan garam dapat membantu Anda mengontrol tekanan darah. Menurut
WHO (1990), pembatasan garam dapur adalah 6 gram/ hr atau 1 sdt garam
dapur.

E. Makanan yang baik dikosumsi untuk hipertensi efektif menurunkan


tekanan darah berdasarkan penelitian
1. Pisang Ambon.
Hasil penelitian oleh Megia (2008), konsumsi pisang ambon 2
buah tiap 1 hari pagi dan sore ± 140gr dikonsumsi selama seminggu,
dapat menurunkan tekanan darah yang tinggi. Dalam 100g pisang
ambon mengandung 435mg kalium dan hanya 18mg natrium.
Sehingga pisang ambon menjadi alternative diet untuk meningkatkan
kalium khusus nya pada lansia.
2. Jus Mentimun
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulius(2003) bahwa terjadi
90

penurunan tekanan darah sistolik pada 10 responden sesudah


menkonsumsi jus mentimun sebanyak 600 gram dari 96,2 mmhg
menjadi 89,6 mmhg dan penurunan tekanan darah diastolok dari 64,4
mmhg menjadi 60,2 mmHg pada wanita normal.
3. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
Menurut penelitian (chaturvedi, Saurabh & Rajeev 2009).
Menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang tinggi kalsium,
magnesium, kalium dan serat terbukti dapat menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolic 5,5 mmHg dan 3 mmHg
4. Gandum
Menurut penelitian Manurung (2008). Beta-glucan terkandung
dalam gandum telah terbukti mengurangi tekanan darah dan kadar
kolesterol. Gandum direkomendasikan sebagai pengganti makanan
pokok untuk orang-orang yang melakukan diet. Cara pembuatan Roti,
biscuit, dan sereal sarapan. Setiap 100 gram gandum terkandung 3,1
mg zat besi dan 36 mg kalsium .
5. Wortel
Menurut penelitianHembing (2008). Dalam wortel mengandung
kalium dan beta-karoten yang sangat tinggi. Kedua zat tersebut
diyakini bisa mengurangi tekanan darah tinggi. Kebanyakan orang
mengubahnya dalam bentuk jus untuk menggampangkan proses
konsumsi dan pencernaan.
6. Alpukat
Menurut penelitian dalam Frontiersnin.AN (2017). Ada tida zat
penting yang terkandung dalam buah alpukat, yaitu Asam oleat,
potasium dan folat. Ketiga zat itu sangat penting untuk kesehatan
jantung, memperlancar saluran dara dan mencegah terjadinya stroke.
7. Seledri
Menurutpenelitian Harmilan (2010) membuktikan bahwa makan
empat batang seledri setiap hari dapat menurunkan tekanan darah
tinggi. Namun, seledri mengandung senyawa natrium dan lainnya
yang mungkin memiliki efek samping ketika Anda memakan seledri
91

dalam jumlah yang berlebihan.


Menurut Soeryoko (2011) seledri mengandung apigenin yang
sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan
tekanan darah tinggi, seledri juga mengandung philades dan
magnesium yang baik untuk membantu melemaskan otot otot sekitar
pembuluh darah. Philades dapat mereduksi hormone stress yang dapat
meningkatkan darah.
8. Bayam
Menurut peneliti Drs.raden.p.sudomo (2014) Kandungan
magnesium dan potassium dalam bayam sangat berguna dalam
menjaga kesehatan jantung dan menurunkan tekanan darah. Namun
Anda perlu berhati-hati, karena makan bayam dalam porsi yang
berlebihan juga tidak baik untuk kesehatan.
9. Teh hijau
Sebuah studi yang dilakukan di Taiwan menemukan bahwa orang
yang minum setidaknya 20 ons (600 ml.) Teh hijau setiap hari selama
satu tahun memiliki risiko 65% lebih rendah memiliki tekanan darah
tinggi daripada mereka yang tidak meminumnya. Anda bisa mencoba
ganti jenis the yang selama ini Anda minum dengan teh hijau.  
10. Kedelai
Isoflavon yang ditemukan dalam kedelai telah terbukti
memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Salah satu manfaat
itu adalah menurunkan tekanan darah dan kolesterol.

F. Cara Pengolahan Makanan yang Benar


1. Wortel menurut Hembing fri (2008), di bikin jus dalam satu gelas
aturan minum nya kali dalam sehari pagi dan siang hari.
2. Seledri di bikin Jus, daun nya di cuci lalu di masukan di blander dan
di saring air nya di minum 2 kali dalam sehari.
3. Olahan pisasang ambon bisa di mkan secara langsung dan di bikin
jus 100 grm, tomat 150 campur air lalu di blander dan di minum.
92

4. Kedelai cara pengolahan nya di bikin susu, menurut Miguel dkk


(2007).
5. gandum : cara pengolahan nya di bikin roti, karena dapat pengganti
nasi menurut penelitian Dr,suci.dw (2015
G. MODIFIKASI GAYA HIDUP
1. Upaya menurunkan trigliserida berlebih.
a. Menurunkan berat badan berlebih
b. Mengurangi asupan kalori
c. Pilih lemak sehat : turunkan asupan lemak jenuh dan tak
jenuh tunggal dan beralih lah mengkonsumsi atau asam
lemak omega -3. Pilih minyak sehat seperti minyak zaitun,
minyak jagung ?. makan ikan sebagai pengganti daging
merah, khususnya ikan yang kaya akan omega-3 ,
d. Olah raga
e. Hindari alcohol
2. Modifikasi Gaya Hidup untuk Hipertensi
a. Pertahankan berat badan normal ; turunkan berat badan jika
kelebihan berat.
b. Lakukan modifikasi diet :
1) Makanan diet kaya buah, sayuran , dan produk susu
rendah lemak
2) Mengurangi asupan natrium.
3) Mengurangi asupan kolesterol
4) Mengurangi asupan kolesterol, lemak total dan
jenuh.
c. Batasi asupan alcohol
d. Aktifitas fisik : latihan fisik teratur seperti berjalan ,
bersepeda , berlari, atau berenang
e. Usaha kontrol stress : teknik relaksasi, sentuhan terapi,
yoga, meditasi dll.
93

DAFTAR PUSTAKA

Triyanto. Endang, pelayanan keeperawatan bagi penderita hipertensi secara


terpadu, Graha ilmu (2014)

Lemore, bauldoff,(2015). Keperawatan medikal bedah: Jakarta penerbit


EGC

Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi).

Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi: Pengenalan, Pencegahan dan


Pengobatan. Jakarta.Journal of Human Hypertension (2002)

Aspiani, Yuli. Buku ajar asuhan keperawatan kardiovaskular. Jakarta:


EGC 2014
94
95
Program Mono 1 : Penyuluhan
PJ : Mahasiswa Non Reguler STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Sasaran : Warga Gg. Simpang Rahmat RT.18/02
POA (Planning Of Action)
NB. Kegiatan dilakukan
NO KEGIATAN LOKASI WAKTU SASARAN URAIAN KEGIATAN KELUARAN/HASIL PERKAP BIAYA
1. Pendataan Di RT. 18 12 Sasaran yaitu Mendata 22 KK yang Data Lansia dan warga Buku, alat Rp….
Gg. Oktober warga RT. 18 terdiri dari lansia dan yang dewasa di RT. 18 Tulis
Simpang 2021 (PUS, Lansia, dewasa yang memiliki
Rahmat 16.00 pm Janda, Anak- risiko, untuk dijadikan
anak, Bayi, sample dalam
Dewasa) memberikan asuhan
keperawatan komunitas

2. Kegiatan Di RT. 18 12- 22 Semua Lansia, 1. Melakukan 1. Data Kesehatan Buku, alat Rp.0
Gg. Oktober warga usia pemeriksaan warga RT. 18 tulis, tensi
Simpang 2021 Dewasa dan kesehatan meliputi 2. Status Gizi dan meter, alat
Rahmat 16.00 pm bekerjasama a. Pemeriksaan TTV lingkungan pengukur
dengan b. Pemeriksaan Gula 3. Dari 22 KK rata-rata gula darah
puskesmas kuin darah menderita Hipertensi dan
raya c. Pemeriksaan kolestrol
kolestrol
2. Pengumpulan data
riwayat kesehatan dan
lingkungan tempat
tinggal
5. Penyuluhan Di RT. 18 25 Semua Lansia, 1. Melakukan 1. Data Kesehatan warga Buku, alat Rp.
Kesehatan Gg. Oktober warga usia pemeriksaan RT. 18 tulis, tensi 1.200.000
(KIE) Simpang 2021 Dewasa dan kesehatan 2. Warga paham dan meter, alat
Rahmat 16.00 pm bekerjasama 2. Membagikan leaflet mengerti tentang pengukur
dengan dan kuesioner materi yang diberikan gula darah
puskesmas kuin 3. Memberikan Materi 3. Warga bisa dan
raya tentang temuan menjelaskan ulang kolestrol,
masalah kesehatan di tentang materi yang laptop,
RT. 18 diberikan
4. Tanya Jawab dan 4. Semua warga yang
melakukan evaluasi hadir merubah pola
materi kesehatannya
6. Pemantauan Di RT. 18 28 Semua Lansia, 1. Melakukan evaluasi 1. Evaluasi data Buku, alat Rp.0
dan Evaluasi Gg. Oktober warga usia pemeriksaan Kesehatan terbaru tulis, tensi
Simpang 2021 Dewasa kesehatan warga RT. warga RT. 18 meter, alat
Rahmat 16.00 pm 18 2. Warga paham dan pengukur
2. Melakukan mengerti tentang gula darah
wawancara dan menjaga kesehatan dan
observasi langsung 3. Warga bisa kolestrol,
menjelaskan
bagaimana cara
menjaga pola hidup
yang sehat
4. Semua warga RT. 18
yang menjadi lebih
baik dan sehat

Anda mungkin juga menyukai