Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang timbul
kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga, dalam hal ini setiap
anggota keluarga diberi kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam menyelesaikan
masalah.
Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri
atas beberapa individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung,
serta diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Keluarga
memiliki hubungan satu sama lain dalam suatu sistem keluarga terikat begitu ruwet sehingga
suatu perubahan yang terjadi pada satu bagian pasti menyebabkan perubahan dalam seluruh
sistem keluarga. Setiap anggota keluarga dan subsistem akan dipengaruhi oleh stresor
transisional dan situasional, tetapi efek tersebut berbeda intensitas ataupun kualitas. Oleh
karena itu, jika ada seorang anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan baik fisik
maupun psikososial maka hal tersebut akan dapat memengaruhi kondisi keluarga secara
keseluruhan.
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga dimana
setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi sebagai terapis. Terapi ini bertujuan agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya dalam merawat klien dengan gangguan jiwa.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; yaitu
keluarga yang tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi selanjutnya
setiap anggota keluarga mengidentifikasi penyebab masalah tersebut dan kontribusi setiap
anggota keluarga terhadap munculnya masalah untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga
seperti yang seharusnya.
2. Masing-masing anggota keluarga menyadari bahwa masalah emosi merupakan bagian dari
fungsi setiap individu.
3. Setiap anggota keluarga mampu mempertahankan kontak emosi pada setiap generasi.
6. Antara orang dan anak terbentuk hubungan yang terbuka dan bersahabat.
2. Ketidakseimbangan pola asuh seperti ibu yang terlalu melindungi atau sebaliknya.
3. Konflik pada masa transisi dalam keluarga seperti pasangan yang baru menikah, kelahiran
anak pertama, dan masalah remaja.
4. Terapi individu yang memerlukan melibatkan anggota keluarga lain.
Proses terapi keluarga terdiri dari tiga tahapan yaitu fase 1 (orientasi/perjanjian),
fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan
hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan
bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh
perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi antar anggota keluarga,
meningkatkan kompetensi masing-masing anggota keluarga, dan mengeksplorasi batasan-
batasan dalam keluarga serta peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga
diakhiri di fase terminasi di mana keluarga mampu memecahkan masalah yang dialami
dengan mengatasi berbagai isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
a. Pengkajian
b. Diagnosis
Diagnosis yang umum dan sering adalah konflik (gangguan hubungan interpersonal
anak dan keluarga) berhubungan dengan koping keluarga tidak efektif.
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah mengacu pada problem atau
masalah yaitu konflik menurun atau dapat diatasi dan hubungan interpersonal anak
dan keluarga dapat ditingkatkan.
Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai mengacu pada etiologi, yaitu koping
keluarga efektif.
e. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang direncanakan dapat berupa hal sebagai berikut.
1. Memanipulasi lingkungan.
2. Sistem pendukung.
b. penggunaan penguatan,
1. Pasien
2. Keluarga
Sumber :