Anda di halaman 1dari 8

Akuntansi Asuransi Syariah

1. Apa itu Akuntansi Asuransi Syariah?Asuransi dalam bahasa Arab disebut At’ta’min yang berasal
dari kata amanah yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari
rasa
takut. Istilah menta’minkan sesuatu berarti seseorang memberikan uang cicilan
agar ia atau orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti rugi
atas hartanya yang hilang.
• Menurut Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah bagian pertama menyebutkan pengertian Asuransi Syariah (ta’min, takaful’
atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk set dan atau tabarru
yang memberikan pola pengembalian untuk mengehadapi resiko tertentu melalui
akad atau perikatan yang sesuai dengan syariah.

2. Jenis/pembagian Akad
Akad dalam Asuransi
1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri
atas akad tijarah dan / atau akad tabarru'.
2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah
mudharabah. Sedangkan akad tabarru’ adalah hibah.

3. Dasar Hukum (PSAK/SYARIAH)


Al Quran

“Hai orang yang beriman, Bertaqwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat nya
untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).

“Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu.


Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1)

Al Hadits

“Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling


baik dalam pembayaran hutangnya” (HR. Bukhari).

“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan


di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari
kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia
(suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah).

“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka


buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin
‘Auf)

4.Rukun Dan Ketentuan

Menurut Mazhab Hanafi, rukun kafa>lah (asuransi) hanya ada satu,


yaitu ijab dan qabul. Sedangkan menurut para ulama lainnya, rukun dan
syarat kafa>lah (asuransi) adalah sebagai berikut:
a. Kafid. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar dapat
diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun akan tetap.16
Murtadha Muthahhari mengatakan bahwa asuransi merupakan suatu
akad, yaitu suatu tindakan yang dalam kewenangan dua pihak (nasabah
dan perusahaan asuransi).17 Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa
terdapat persyaratan dan larangan bagi sahnya suatu akad. Akad yang
tidak memenuhi salah satu dari persyaratan ini atau melanggar dari
salah satu larangan ini adalah batal. Adapun akad yang memenuhi
semua persyaratan dan tercegah dari semua larangan, maka akad itu
adalah sah, meskipun akad itu merupakan akad yang baru.
Di antara
sejumlah persyaratan itu misalnya:
a. Baligh (dewasa).
b. Berakal, sudah barang tentu setiap transaksi yang dilakukan oleh
orang yang kehilangan akal adalah tidak sah, maka
perasuransiannya pun batal.
c. Ikhtiyar (kehendak bebas), tidak boleh ada paksaan dalam transaksi
yang tidak disukai.
d. Tidak sah transaksi atas suatu yang tidak diketahui. Syarat ini
terdapat di dalam seluruh transaksi. Tidak sah jual beli apabila
barang yang di jual tidak diketahui, dan tidak sah pembayaranl (orang yang menjamin), dimana
persyaratannya adalah sudah
baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan hartanya dan dilakukan
dengan kehendaknya sendiri.
b. Makful lah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa yang
berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin. Disyaratkan dikenal
oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini
dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
c. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.
harga atas sesuatu yang tidak diketahui. Karena transaksi tersebut
seperti perjudian.
e. Tidak sah transaksi yang mengandung unsur riba.
  Ini adalah persyaratan dan larangan bagi sahnya transaksi.
Atas dasar ini, maka setiap transaksi yang baru harus kita anggap
sah, sesuai tuntutan prinsip.
5. Prinsip yang mendukung klaim

Prinsip utama dalam asuransi syaiah adalah ta’awunu ‘ala al birr wa al-
taqwa (tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan alta’min (rasa aman).
Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi
sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling menjamin dan
menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi
syariah adalah akad takafuli (saling menanggung), bukan akad tabaduli (saling
menukar) yang selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Prinsip dasar asuransi syariah
adalah:
1) Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan
yang ada dalam syariat Islam. Setiap Bangunan dan aktivitas kehidupan
manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid. Artinya bahwa dalam setiap
gerak langkah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai
ketuhanan.
2) Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam beransuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai
keadilan (justice) antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi.
Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan
kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.
3) Tolong-menolong (ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi
harus didasari dengan semangat tolong-menolong (ta’awun) antara anggota.
Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan
motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu
ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4) Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam
literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapatkan mandat
dari Khaliq-nya untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran di muka
bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.
5) Amanah (trustworthy)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam
nilai-nilai akuntabilitas (pertanggung jawaban) perusahaan melalui penyajian
laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus
memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam
bermuamalah dan melalui auditor public.
6) Kerelaan (al-ridha)Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota
(nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan
sejumlah dana (premi) yang disetorkan keperusahaan asuransi, yang
difungsikan sebagai dana sosial. Dan dana sosial memang betul-betul
digunakan untuk tujuan membantu anggota (nasabah) asuransi yang lain jika
mengalami bencana kerugiaan.
7) Larangan riba
Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang melarang pengayaan diri
dengan cara yang tidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan dan
melarang riba.
8) Larangan maisi<r (judi)
Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur maisi<r (judi) artinya
adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami
kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab
tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya
tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang
yang telah dibayarkan kecuali sebagaian kecil saja. Juga adanya unsur
keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, di mana
untung-rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan.
9) Larangan gharar (ketidak pastian)
Gharar dalam pengertian bahasa adalah penipuan, yaitu suatu
tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.

6.perlakuan akuntansi

PSAK 108 memberikan pernyataan yang memuat beberapa istilah yang


digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Jenis-jenis laporan
keuangan asuransi syariah menurut PSAK 108 beserta cakupannya :
1) Laporan posisi keuangan asuransi syariah mencakup aset, liabilitas, dana
pesarta, dan ekuitas
2) Laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’ mencakup laporan
laba rugi peserta dengan memperhatikan ketentuan PSAK yang relavan.
3) Laporan perubahaan dana tabarru’ mencakup surplus atau defisit
periode berjalan, bagian surplus yang didistribusikan ke peserta dan
pengelola, dan surplus yang tersedia untuk dana tabarru’.
4) Laporan laba rugi berisi pendapatan pengelola yang diperoleh dan
beban operasional yang dikeluarkan oleh pengelola atas aktivitas
usahanya.
5) Laporan arus kas menunjukkan perubahan modal disetor, cadangan, dan
saldo laba dana pengelola pada periode tertentu.
6) Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan
para pengguna untuk mengetahui bagaimana entitas menghasilkan kas
dan setara kas.
7) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat mengungkapkan sumber
zakat internal maupun eksternal dari entitas asuransi syariah, kebijakan
penyaluran zakat dan proporsi dana yang disalurkan.
8) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berisi sumber
penyaluran dana kebajikan, proporsi dana, dan alasan munculnya
penerimaan dan penggunaan dana non halal.
9) Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi penting.
b) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan
dilaporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahaan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana
zakat, dan laporan penggunaan dana kebajikan.
c) Informai tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Pengakuan Awal Berdasarkan PSAK 108
Dalam akuntansi asuransi syariah adanya pengakuan pendapatan dan
beban :
1) Pengakuan Pendapatan
a) Apabila jumlah premi dapat diestimasi secara layak, maka
pendapatan premi diakui selama periode kontrak dan jumlah premi
tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan jumlah
premi yang sebenarnya.
b) Apabila jumlah premi tidak dapat doestimasi secara layak, maka
premi diperlukan dengan menggunakan metode uang muka sampai
jumlah premi dapat diestimasi secara layak.
2) Pengakuan Beban
Berdasarkan PSAK 108 terkait dalam pengakuan awal:
1. Kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan dana tabarru’ dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta
diakui sebagai pendapatan dana tabarru’ sesuai periode akad
asuransi;
b) Untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta
diakui sebagai pendapatan dana tabarru’ pada saat jatuh tempo
pembayaran dari peserta.
2) Kontribusi peserta yang diterima bukan merupakan pendapatan entitas
pengelola karena entitas pengelola merupakan wakil para perserta untuk
mengelola dana tabarru’ dan kontribusi peserta tersebut merupakan
milik peserta secara kolektif dalam dana tabarru'.
3) Selain dari kontribusi peserta, perubahan saldo dana tabarru’ juga
berasal dari hasil investasi dana tabarru’ dan surplus atau defisit
underwriting dana tabarru’. Entitas pengelola melakukan investasi dari
dana tabarru’ dalam kedudukannya sebagai wakil para peserta (jika
menggunakan akad wakalah) atau pengelola dana (jika menggunakan
akad mudharabah atau mudharabah musytarakah).
4) Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai dana
investasi mudharabah, dana investasi mudharabah musytarakah, dan
dana investasi wakalah. Bagian pembayaran tersebut bukan merupakan
pendapatan entitas pengelola karena milik peserta secara individual.
Atas pengakuan kontribusi atau premi dalam asuransi syariah
bukanlah pendapatan atau milik pengelola seperti dalam asuransi
konvensional, akan tetapi kontribusi adalah milik peserta secara kolektif
yang mana salah satu bagian/komponen utama adalah dana tabarru’.
Akumulasi dana tabarru’ milik peserta kolektif tersebut juga dapat
bertambah dari hasil investasi dana tabbaru’ yang dikelola pengelola
sebelum pembayaran klaim bertambah dari akumulasi cadangan surplus
underwriting dana tabarru’ di akhir periode. Untuk mengakui transaksi
dimana polis diterbitkan dengan nilai kontribusi/premi.
Pengakuan atas bagian fee (ujrah) diatur dalam paragraf 20, yakni
“bagian kontribusi untuk fee diakui sebagai pendapatan (bagi pengelola)
dalam laporan laba rugi dan beban (bagi peserta) dalam laporan surplus
defisit underwriting.”
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Menurut PSAK, pengukuran setelah pengakuan awal adalah
sebagai berikut :
1) Penetapan besaran alokasi atas surplus underwriting dana tabarru’
bergantung pada peserta secara kolektif, regulator, atau kebijakan
manajemen. Alokasi surplus underwriting dana tabarru' adalah sebagai
berikut:
a) Seluruh surplus underwriting tersebut sebagai penambah saldo
dana tabarru’.
b) Sebagian surplus underwriting tersebut sebagai penambah saldo
dana tabarru’ dan sebagian lainnya didistribusikan ke peserta
secara individual atau
c) Sebagian surplus underwriting tersebut sebagai penambah saldo
dana tabarru’, sebagian didistribusikan ke peserta secara
individual, dan sebagian lainnya didistribusikan ke entitas
pengelola.
2) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang dialokasikan ke
peserta secara individual dan entitas pengelola diakui sebagai
pengurang surplus underwriting.
3) Surplus underwriting dana tabarru’ yang dialokasikan ke entitas
pengelola diakui sebagai pendapatan entitas pengelola. Surplus
underwriting dana tabarru’ yang dialokasikan ke peserta disajikan
dalam liabilitas.
4) Ketika dana tabarru’ mengalami kekurangan kas dan setara kas untuk
membayar klaim, maka entitas pengelola wajib menanggulangi
kekurangan tersebut dalam bentuk pinjaman (qardh). Pengembalian
pinjaman tersebut berasal dari kontribusi peserta di masa depan.

7.Penyajian Berdasarkan PSAK 108


Berdasarkan PSAK 108 maka penyajiannya adalah :
1) Bagian surplus underwriting dan tabarru’ yang didistribusikan ke peserta
disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dan
tabarru’ yang didistribusikan ke peserta” dan bagian surplus yang
didistribusikan ke entitas pengelola disajikan secara terpisah pada pos
“bagian surplus underwraiting dana tabarru’ yang didistribusikan ke
pengelola” dalam laporan perubahaan dana tabarru’.
2) Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada liabilitis dalam laporan
posisi keuangan.
3) Dana tabarru’ disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari
liabilitas dan ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
4) Cadangan dana tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan
perubahan dana tabarru’.
8.Pengungkapan Berdasarkan PSAK 108

Dalam pengungkapannya, PSAK 108 mengatur :


1) Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait kontribusi peserta
meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
a) Kebijakan akuntansi untuk:
b) Kontribusi yang diterima dan perubahannya.
2) Pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya.
a) Piutang kontribusi peserta, entitas asuransi, dan reasuransi.
b) Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi.
d) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian
risiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis asuransi.
e) Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’
f) Jumlah pinjaman kepada dana tabarru’ (jika ada).
3) Entitas pengelola mengungkapkan informasi yang memungkikan
pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan luas risiko
yang timbul dari akad asuransi syariah terhadap dana tabarru’ meliputi,
tetapi tidak terbatas pada:
a) Tujuan, kebijakan, dan proses dalam pengelolaan risiko yang timbul
dari akad asuransi syariah, serta metode yang digunakan untuk
mengelola risiko tersebut.
b) Informasi tentang risiko asuransi (baik sebelum dan sesudah mitigasi
risiko oleh reasuransi), termasuk informasi tentang:
(1) Analisis sensitivitas risiko asuransi terhadap surplus dan defisit
underwriting dana tabarru’ dan saldo dana tabarru’ jika
terdapat perubahan variabel risiko yang paling mungkin terjadi
pada akhir periode pelaporan, serta metode dan asumsi yang
digunakan dalam menyiapkan analisis sensitivitas.
(2) Informasi kualitatif tentang sensitivitas, serta informasi
tentang persyaratan dan ketentuan akad asuransi syariah yang

Daftar pustaka

Mediawati, Elis."Tanpa Tahun" "Akuntansi Asuransi Syariah"

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi


Syariah.

Ali, Zainudin.2008. "Hukum Asuransi Syariah".Jakarta:Sinar Grafika.

Suhendi, Hendi.2005. " Fiqh Muamalah". Jakarta:Raja Grafindo Persada.


Muthahhari,Murtadha.1995. "Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba", Terjemah: Irwan
Kurniawan, Ar-Riba Wa At Ta’min. Bandung: Pustaka Hidayah.

Dzajuli H.A dan Yadi Jazwari.2002."Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah


Pengenalan)". Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ikatan Akuntansi Indonesia.PSAK No 108 Tentang" Akuntansi Transaksi Asuransi syariah"- Edisi revisi
2015

Anda mungkin juga menyukai