Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

OLEH :
DIANA RAHMADINI
1914901789

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. DIA RESTI DND, M. Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PERINTIS PADANG
T.A 2019/2020
TINJAUAN TEORITIS
OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel
(Alimul, 2012).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam
mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi
yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan
dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel)
(Alimul, 2012).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas
berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
pasien akan meninggal (Asmadi, 2008). 
Oksigenasi adalah proses perubahan oksigen kedalam system (kimia atau fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energy,
dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Mubarak, 2007).
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksugen
(O2) keadaan tubuh serta menghembuskan karbon dioksida (CO 2) sebagai hasil sisa
oksidasi (Wartonah, 2006).
Oksigenasi adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang
ditemukan dalam atmosfer ligkungan. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernapas dan mengurangi stress miokardium (Smeltzer, 2002).
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel (Perry, P.A dan Potter A.G, 2005).
Pernafasan adalah peristiwa penghirupan udara luar yang mengandung O2 dan
pengeluaran udara yang mengandung CO2 sebagai sisa oksidasi yang keluar dari tubuh
(Pearce, 2002).

B. Etiologi
Dalam  (Wartonah, 2006) disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor Fisiologi :
a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluran
nafas bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, penyakit kronik TB paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler : adanya risiko saluran pernafasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan :  Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : Adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
b. Exercise: exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok: Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d. Alkohol dan obat-obatan :  Menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernafasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut

C. Manifestasi Klinis
Menurut (Bennita W. Vaughan, 2013), Tanda-tanda pasti yang menunjukkan bahwa
sesorang pasien mempunyai masalah oksigenasi, di antaranya :
a. Cemas, bingung, disorientasi
b. Perubahan TTV
c. Napas pendek
d. Cyanosis (tanda terlambat)
e. Retraksi dinding dada
f. Suara napas abnormal
g. Batuk
h. Cairan dalam paru-paru dan meningkatnya produksi spuktum
i. Sakit dada (disebabkan pernapasan atas jantung)
j. Desir jantung abnormal
k. Jari-jari dan tumit kesemutan (dengan kekurangan oksigen kronis)
l. Isi ulang kapiler <3 detik
m. Perubahan warna kulit gelap dan ulser (kekurangan O2 pada jaringan pariferal)
n. Kram otot

D. Patofisiologi
Proses Oksigenasi terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-
paru atau sebaliknya, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan
atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (752
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke
alveolus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Kebersihan jalan nafas (adanya hambatan atau obstruksi jalan nafas akan
menghalangi masuk keluarnya udara dari dank e paru-paru).
b. Adekuatnya system saraf pusat dan pernafasan.
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru, kemudian otot-otot
pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal interkosta, otot
abdominal (Wartonah, 2006).

2. Difusi
Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih
besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding
alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang
sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan
oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40
mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan membran
b. Tebal membran respirasi
c. Komposisi membran
d. Koefisien difusi O2 dan CO2
e. Perbedaan tekanan O2 dan CO2 (Muttaqin, 2010)
3. Transport
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida
harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa
ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam
cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi
paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
F. Komplikasi 
Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah (Tarwoto
dan Wartonah, 2010) :
1. Penurunan kesadaran
2. Hipoksia
3. Disorientasi
4. Gelisah dan cemas

G. Penatalaksanaan (Saryono, 2011
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning

H. Pengkajian Fokus
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi
dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari.
5. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung
lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan
yang mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa,
usus, bagaimana nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi
BAK apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien
stroke mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan
postural.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan
dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan
bola mata kelateral (nervus VI).
c. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.
d. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
e. Dada
 Inspeksi                 :  Bentuk simetris
 Palpasi                   :  Tidak adanya massa dan benjolan.
 Perkusi                  :  Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
 Auskultasi            : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I
dan II murmur atau gallop.
f. Abdomen
 Inspeksi                 :  Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
 Auskultasi             :  Bisisng usus agak lemah.
 Perkusi                  : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa
atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan
pengukuran kekuatan otot, normal : 5
h. Pengukuran kekuatan otot menurut (Muttaqin, 2008)
 Nilai 0  : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
 Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
 Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
 Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
 Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
 Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.
7. Riwayat Keperawatan
Masalah keperawatan yang pernah dialami
a. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b. Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c. Pernah mengalami nyeri dada.
d. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
8. Riwayat penyakit pernapasan
a. Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
b. Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
9. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau
peredaran darah.
10. Gaya hidup
Merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

I. Diagnosa yang mungkin muncul


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Ketidakefektifan pola nafas.
3. Gangguan pertukaran gas.
J. Intervensi
Intervensi keparawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien (Rohmah & Walid, 2012).
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi selama 1. Latihan batuk efektif (I.01006)
tidak efektif 3x24 jam bersihan jalan nafas membaik, a. Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk.
dengan criteria hasil :
 Monitor adanya retensi sputum.
a. Batuk efektif 5  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas.
b. Produksi sputum 5  Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah
dan karakteristik)
c. Mengi 5
b. Terapeutik
d. Weezing 5  Atur posisi semi fowler atau fowler.
e. Mekonium  Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien.
(pada neonatus) 5
 Buang sekret pada tempat sputum.
f. Dyspnue 5 c. Edukasi
g. Ortopnea 5  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif.
 Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
h. Sulit berbicara 5
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
i. Sianosis 5 kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
j. Gelisah 5 mencucu (dibulatkan) selama 8 detik.
 Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam selama
k. Frekuensi nafas 5
3 kali.
l. Pola nafas 5  Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
Tarik nafas dalam yang ke 3.
d. Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian mukolitik atau
Ekspektoran, jika perlu.
2. Manajemen Jalan Nafas (I. 01.011)
a. Observasi
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
Usaha nafas).
 Posisikan semi fowler atau fowler.
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-trust jika curiga
ada trauma servical).
 Posisikan semi fowler atau fowler.
 Berikan minum hangat.
 Laukan fisioterapi dada, jika perlu.
 Lakukan penghisapan lendir (- 15detik).
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal.
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forcepMcGill.
 Berikan oksigen, jika perlu.
c. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontra indikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif.
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian broncodilator,
ekspektoran, mumolitik, jika perlu.
3. Pemantauan Respirasi (I.01014)
a. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya nafas.
 Monitor pola nafas.
 Monitor kemampuan batuk efektif.
 Monitor adanya produksi sputum.
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas.
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
 Auskultasi bunyi nafas.
 Monitor sturasi oksigen.
 Monitor nilai AGD.
 Monitor hasil x-ray thorak.
b. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien.
 Dokumentasikan hasil pemantauan.
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan intervensi selama 1. Pemantauan Respirasi (I.01014)
nafas 3x24 jam pola nafas membaik, dengan a. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
criteria hasil : upaya nafas.
a. Dispnea 5  Monitor pola nafas.
b. Penggunaan otot bantu nafas 5  Monitor kemampuan batuk efektif.
 Monitor adanya produksi sputum.
c. Pernafasan cuping hidung 5
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas.
d. Frekuensi nafas 5  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
e. Kedalaman nafas 5  Auskultasi bunyi nafas.
 Monitor sturasi oksigen.
 Monitor nilai AGD.
 Monitor hasil x-ray thorak.
b. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien.
 Dokumentasikan hasil pemantauan.
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2. Manajemen Jalan Nafas (I. 01.011)
a. Observasi
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
Usaha nafas).
 Posisikan semi fowler atau fowler.
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-trust jika curiga
ada trauma servical).
 Posisikan semi fowler atau fowler.
 Berikan minum hangat.
 Laukan fisioterapi dada, jika perlu.
 Lakukan penghisapan lendir (- 15detik).
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal.
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forcepMcGill.
 Berikan oksigen, jika perlu.
c. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontra indikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif.
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian broncodilator,
ekspektoran, mumolitik, jika perlu.
3. Gangguan pertukaran L.01003 Pertukaran Gas 1. Pemantauan Respirasi (I.01014)
gas Ekspektasi : meningkat a. Observasi
Kriteria Hasil :  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
a. Tingkat kesadaran upaya nafas.
meningkat.  Monitor pola nafas.
b. Dyspnea menurun.  Monitor kemampuan batuk efektif.
c. Bunyi nafas tambahan  Monitor adanya produksi sputum.
menurun.  Monitor adanya sumbatan jalan nafas.
d. Pusing menurun.  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
e. Penglihatan kabur menurun.
 Auskultasi bunyi nafas.
f. Diaforesis menurun.
 Monitor sturasi oksigen.
g. Gelisah menurun.
h. Nafas cuping hidung  Monitor nilai AGD.
menurun.  Monitor hasil x-ray thorak.
i. PCO2 membaik. b. Terapeutik
j. PO2 membaik  Atur interval waktu pemantauan respirasi
k. pH arteri membaik. sesuai kondisi pasien.
l. Sianosis membaik.  Dokumentasikan hasil pemantauan.
m. Pola napas membaik. c. Edukasi
n. Warna kulit membaik.  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2. Terapi Oksigen (I. 01026)
a. Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen.
 Monitor posisi alat terapi oksigen.
 Monitor aliran oksigen secara periodik dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup.
 Monitor kemampuan melepas oksigen saat
makan.
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi.
 Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelaktasis.
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen.
 Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen.
b. Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
trakea, jika perlu.
 Pertahankan kepatenan jalan nafas.
 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen.
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu.
 Tetap berikan oksigen tambahan saat pasien
ditransportasi.
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien.
c. Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah.
d. Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan oksigen.
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur.
K. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).

L. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yan menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2009 : 135).

Anda mungkin juga menyukai