Anda di halaman 1dari 37

KISI-KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

MATA KULIAH HUKUM BISNIS

NAMA : Louisa Evita

NPM : 6081801067

KELAS: F

NO HP: 085860006750

1. Arman, Berman, Sernan , Tamara dan Mumuh mendirikan CV di jalan Sukamenyewakan No. 5
yang begerak dalam penyediaan rumah kost bernama CV AMANBESERTAMU. Dan CV tersebut
telah berjalan dengan baik selama 7 tahun . Pesero komanditernya adalah Arman dan Tamara,
sedangkan yang lainnya merupakan pesero komplementer. Pada tahun 2019 CV tersebut
membutuhkan dana segar dari Bank Central Kredit yang bersedia meminjamkan dan akan dicicil
dalam waktu 2 tahun. Renovasi selesai bulan April 2020 dan karena pandemi Covid-19 di akhir
Maret 2020, penyewa kost sepi dan mengakibatkan cash flow CV tidak memungkinkan untuk
mencicil pinjaman. Harta bersama CV tinggal Rp30.000.000,00. Arman dan Tamara bertransaksi
dengan Bank Central Kredit dengan pinjaman Rp 120.000.000,00.

Pertanyaan:
a. Jelaskan tanggung jawab ekstern dan intern pesero komanditer dan komplementer atas
perbuatan hukum tersebut disertai dasar hukumnya!

Untuk persero komanditer yaitu arman dan tamara maka mereka harus bertanggung jawab seluruh
dana karena mereka resikonya sangat besar yaitu mempercayakan uang tersebut untuk sebagai komanditer
dan sudah mencantumkan oleh pengaturan Perseroan komanditer diatur dalam pasal 19,20 dan 21 KUHD.

“Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan perseroan komanditer, didirikan antara satu
orang atau beberapa pesero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada
pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. dengan demikian, bisa terjadi
suatu perseroan itu pada suatu ketika yang sama merupakan perseroan firma terhadap para pesero firma di
dalamnya dan merupakan perseroan komanditer terhadap pelepas uang” (Pasal 19 KUHD).
“Dengan tak mengurangi kekecualian tersebut dalam ayat kedua pasal 30, nama pesero pelepas
uang tidak boleh dipakai dalam firma. Pesero yang belakangan ini tak diperbolehkan melakukan perbuatan-
perbuatan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan, biar kiranya ia dikuasakan untuk itu
sekalipun. ia tidak usah menanggung kerugian yang lebih dari jumlah uang yang telah atau harus
dimasukkan olehnya sebagai modal dalam perseroan, pula tak perlu mengembalikan segala keuntungan
yang telah dinikmatinya” (Pasal 20 KUHD).

“Tiap-tiap pesero-pelepas uang yang melanggar ketentuan-ketentuan ayat ke satu atau kedua dari
pasal yang lalu adalah secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala utang
dan segala perikatan dari perseroan” (Pasal 21 KUHD).

Untuk persero komplementer yaitu serman,berman dan mumuh. Persero komplementer. ini sekutu
komanditer merupakan sekutu pasif yang hanya menyetorkan modalnya ke perusahaan. Maka mereka
bersedia dan mengelola persekutuan dan bertanggung jawab penuh dengan jaminan seluruh jumlah
kekayaan pribadi tersebut.

b. Siapakah yang cakap dan berwenang sebagai organ untuk mewakili PT. Bank Central Kredit
dalam memberikan pinjaman?

Orang yang cakap adalah Arman dan Tamara karena orang cakap ini seharusnya sudah dewasa
untuk melakukan perbuatan hukum. Dan seharusnya mereka sudah mandiri dan memahami dengan baik

c. Apa perbedaan yang prinsipal antara badan usaha PT dan CV?

PT CV
Dilakukan oleh Direksi dan bawahannya Dilakukan oleh sekutu aktif yang diberikan
berdasarkan RUPS. Pemilik/pemegang saham kewenangan untuk mengurus saja. Sekutu pasif
yang tidak berwenang tidak boleh melakukan tidak dapat melakukan pengurusan meskipun ia
pengurusan. dikuasakan untuk melakukan pengurusan.

Tanggung jawab dari segala kerugian dibebankan Tanggung jawab dibebankan kepada sekutu aktif
kepada PT, karena adanya status badan hukum. saja. Dapat dibebankan pula kepada sekutu pasif
Pemegang saham hanya bertanggungjawab sebatas apabila ia melakukan tindakan pengurusan
jumlah saham yang disetorkan kepada PT.
Direksi pada PT tidak dapat diangkat buat Sekutu kerja pada CV dengan saham boleh
selamanya karena bisa akan diberhentikan diangkat untuk selamanya.
sewkatu- waktu.

d. Jelaskan perbedaan PT Persero, Koperasi, dan Yayasan dari aspek hukumnya!


Aspek Hukumnya
• Koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 dan Menurut UU No.
25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding


dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut
dalam koperasi)

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e. Kemandirian

f. Pendidikan perkoprasian

g. kerjasama antar koperasi

• Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disingkat UUPT) dikenal dengan nama Direksi (selanjutnya akan
digunakan sebutan Direksi). Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) UU PT, Direksi adalah organ
Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili
Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
• Yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Nomor 28 Tahun 2004.
Menurut UU No. 16 tahun 2001, sebagai dasar hukum positif yayasan. Pengertian yayasan adalah
badan hukum yang kekayaanya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuan dengan cara
mendirikan badan usaha atau ikut serta dalam suatu badan usaha

2. Badan Usaha yang berstatus Badan Hukum terdiri dari PT, BUMN, Koperasi, dan Yayasan.
Walaupun badan hukum tersebut sama-sama berstatus badan hukum, namun masing-masing
mempunyai karakteristik tersendiri. Sebutkan perbedaan masing-masing badan hukum yang
berbadan hukum tersebut dilihat dari hal-hal di bawah ini:

a. Dasar pengaturan dan unsur badan hukum;


• PT (Perseroan terbatas) : Landasan yuridis keberadaan PT sebagai badan usaha diatur dalam UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sebelum munculnya UU PT, landasan yuridisnya
mengacu pada KUHD, di Pasal 36-56.
• BUMN: Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 1967 tentang pengarahan dan
penyederhanaan Perusahaan Negara (PN) ke dalam tiga bentuk Usaha Negara. Dasar pertimbangan
dikeluarkannya Instruksi Presiden tersebut
• Koperasi dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menyebutkan: “Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama atas asas kekeluargaan.” Penjabaran pasal tersebut selanjutnya dimuat dalam UU
No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi.
• Yayasan Undang-undang yang mengatur yayasan yaitu UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Undang – Undang No.28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang No.16 Tahun 2001
tentang Yayasan. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-undang
tentang Yayasan.

b. Cara mendirikan dan cara pengambilan keputusan dalam pembubarannya;

Cara mendirikan PT (perseroan terbatas)

1. Pembuatan akta pendirian

Sebuah PT harus dibuat dalam bentuk otentik, yaitu dengan akta notaris (Pasal 38 ayat (1) KUHD).
Tanpa adanya akta yang demikian, maka pendirian PT itu tidak sah. Artinya kedudukan akta notaris di
sini merupakan syarat mutlak untuk mendirikan PT (selain alat bukti).

2. Pengesahan Menteri Kehakiman


Untuk sahnya pendirian suatu PT maka akta pendirian atau naskah dari akta pendiriannya harus
mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman (Pasal 36 ayat (2) KUHD). Maksud dari pengesahan
tersebut adalah sebagai pengawasan preventif yang dilakukan oleh pemerintah, di mana dengan
demikian pemerintah dapat mencegah berdirinya suatu PT yang tujuannya melanggar hukum,
bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, dan yang mengandung hal-hal yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

3. Pendaftaran dan Pengumuman

Undang-undang mewajibkan para pendiri untuk mendaftarkan akta pendirian beserta pengesahan
Menteri Kehakiman pada register umum di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya
meliputi tempat kedudukan dari perseroan tersebut (Pasal 38 ayat (2) KUHD). Setelah akta pendirian
disahkan oleh Menteri Kehakiman, maka para pendiri ataupun kuasanya (notaris) membawa akta
pendirian yang sudah disahkan beserta surat Keputusan Pengesahannya tersebut ke Kantor
Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang mewilayahi domisili PT tersebut, untuk didaftarkan di dalam
buku register PT.

Hal-hal yang harus didaftarkan dan diumumkan adalah:

i) Salinan lengkap dari akta pendirian PT, termasuk anggaran dasarnya


ii) Salinan dari surat keputusan pengesahan akta pendirian dari Departemen Kehakiman

Akta pendirian PT harus memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang berkaitan dengan pendirian
PT. Apabila dalam jangka waktu 120 hari sejak penandatanganan Akta Pendirian tidak diajukan
permohonan pengesahan, PT bubar demi hukum dan pemberesan dilakukan sendiri.

Cara pengambilan keputusan dalam pembubarannya (PT)

Pembubaran PT dapat terjadi jika:

1. Berdasarkan keputusan RUPS


2. Karena jangka waktu berdirinya yang diterapkan dalam AD telah berakhir
3. Berdasarkan penetapan pengadilan
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, harga pailit PT tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan
5. Karena harta pailit PT yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana
diatur dalam UU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
6. Karena dicabutnya izin usaha PT sehingga mewajibkan PT melakukan likuidasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Dalam hal terjadi pembubaran PT:

1. Wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator


2. PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan
PT dalam rangka likuidasi

Pembubaran PT terjadi karena hukum apabila jangka waktu berdirinya PT berdasarkan AD berakhir.
Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari setelah jangka waktu berdirinya PT berakhir, RUPS menetapkan
penunjukan likuidator. Direksi tidak boleh melakukan perbuatan hukum baru atas nama PT setelah jangka
waktu berdirinya PT yang ditetapkan dalam AD berakhir. Pembubaran PT tidak mengakibatkan PT
kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator
diterima oleh RUPD atau pengadilan. Sejak saat pembubaran, pada setiap surat keluar PT dicantumkan kata
“dalam likuidasi” di belakang nama PT.

Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal pembubaran PT, likuidator wajib
memberitahukan kepada semua kreditur mengenai pembubaran PT dengan cara membuat pengumuman
pembubaran PT di surat kabar dan Berita Negara RI. Pembubaran PT juga harus diberitahukan kepada
Menkumham untuk dicatat dalam Daftar Perseroan bahwa PT dalam likuidasi. Dalam hal pemberitahuan
kepada 2 pihak tersebut belum dilakukan, maka pembubaran PT tidak berlaku bagi pihak ketiga. Dalam hal
likuidator lalai melakukan pemberitahuan kepada kreditur dan Menkumham, likuidator secara tanggung
renteng dengan PT bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

Menkumham RI mencatat berakhirnya status badan hukum PT dan menghapus nama PT dari daftar
perseroan, termasuk karena penggabungan, peleburan, atau pemisahan. Pemberitahuan dan pengumuman
pengakhiran status badan hukum PT tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung
sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan. Menkumham
mengumumkan berakhirnya status badan hukum PT dalam Berita Negara RI.

Cara mendirikan BUMN

Dalam Pasal 4 Ayat (1) UU BUMN disebutkan bahwa modal Persero berasal dari uang/kekayaan
Negara yang dipisahkan. Dalam konsep hukum perseroan pemisahaan kekayaan Negara yang kemudian
dimasukkan dalam modal Persero disebut sebagai penyertaan modal.
Dalam konsep hukum publik/hukum administrasi, penyertaan modal negara adalah pemisahaan kekayaan
negara. Untuk itu diperlukan prosedur administrasi sesuai dengan aturan-aturan pengelolaan kekayaan
negara. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 7 PP No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan
Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas, bahwa “Penyertaan Modal Negara
adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara atau penetapan
cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas
lainnya dan dikelola secara koperasi.” Selanjutnya dalam Pasal 4 PP No. 44 Tahun 2005 menentukan
bahwa, setiap penyertaan dari APBN dilaksanakan sesuai ketentuan bidang keuangan negara.
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Ayat (3) UU BUMN penyertaan dari APBN harus digunakan Peraturan
Pemerintah (PP) . Untuk penyertaan negara yang tidak berasal dari APBN, pada penjelasan Pasal 4 Ayat
(5) UU BUMN ditegaskan dapat dilakukan dengan keputusan RUPS atau Menteri Negara BUMN dan
dilaporkan kepada Menteri keuangan. Penyertaan modal berdasarkan Pasal 5 PP No. 44 Tahun 2005 dapat
dilakukan oleh negara antara lain dalam hal (a). pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas. Pendirian
Persero adalah merupakan bagian dari penyertaan modal. Sebelum sebuah “penyertaan” menjadi modal
Persero, diperlukan adanya syarat kajian yang mendalam tentang pentingnya “penyertaan” tersebut
dilakukan. Kajian ini dilakukan 3 (tiga) menteri yakni oleh Menteri Keuangan, Menteri Negara BUMN dan
Menteri Teknis. Secara rinci prosedur “penyertaan” diatur Pasal 10 Ayat (1) sampai Ayat (4) PP Nomor 44
Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada BUMN Dan Perseroan
Terbatas.

Proses berikutnya, adalah diatur dalam Pasal 12 PP Nomor 44 Tahun 2005 bahwa berdasar kajian yang
layak tersebut kemudian Presiden menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pendirian Persero, yang
memuat pendirian, maksud dan tujuan, dan jumlah kekayaan yang dipisahkan untuk modal Persero. Jumlah
antara “penyertaan negara” dengan modal harus sama. Dalam PP pendirian juga dimuat bahwa penyertaan
modal Negara adalah kekayaan Negara yang dipisahkan yang berasal dari APBN Tahun Anggaran tertentu.
Berdasarkan PP Pendirian ini, Menteri Negara BUMN mewakili Negara, menghadap notaris untuk
memenuhi tata cara pendirian sebuah Perseroan Terbatas. Hal-hal yang termuat dalam PP Pendirian akan
dimuat dalam anggaran dasar persero. Kedudukan Menteri Negara BUMN mewakili negara sebagai
pemegang saham, merupakan delegasi kewenangan dari Presiden, namun proses peralihan kewenangan
tidak terjadi langsung dari Presiden kepada Menteri Negara BUMN (Pasal 6 UU BUMN). Menteri
Keuangan selanjutnya melimpahkan sebagian kekuasaan pada Menteri Negara BUMN, dan atau kuasa
substitusinya, bertindak untuk dan atas nama negara sebagai pemegang saham. Pelimpahan ini diatur Pasal
1 PP Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas Dan Kewenangan Menteri Keuangan
Pada Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) Dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara”.Setelah proses pemisahaan kekayaan negara melalui PP
Pendirian selesai dilakukan, pendirian Persero selanjutnya dilakukan melalui prosedur hukum privat/hukum
perseroan. Melalui prosedur hukum ini berubahlah penyertaan negara menjadi modal Persero yang
berwujud saham-saham. Sejak Persero berdiri berdasarkan hukum privat/perseroan, Persero dianggap
mempunyai hak dan kewajiban sendiri lepas dari negara. Tanggal pengesahan pendirian Persero oleh
Menteri Hukum dan HAM RI, merupakan tanggal pemisahan tanggung jawab antara pemegang saham
dengan Persero sebagai badan hukum (separate legal entity). Dalam hukum perseroan sebelum memperoleh
status badan hukum, negara, direksi dan komisaris bertanggung jawab pribadi atas perbuatan hukum
perseroan .

Cara pembubaran BUMN

Pasal 79
Pembubaran BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah

Untuk bagian pembubaran Persero

Pasal 80
Pembubaran persero dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

Pasal 81
(1)Pembubaran Persero karena keputusan RUPS diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Keuangan.
(2)Pengkajian terhadap rencana pembubaran Persero sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengikutsertakan Menteri Teknis, Menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dipandang perlu
dengan atau tanpa menggunakan konsultan independen.
(3)Dalam hal usulan rencana pembubaran Persero sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas
inisiatif Menteri Teknis, inisiatif tersebut disampaikan kepada Menteri untuk selanjutnya dilakukan
pengkajian yang dikoordinasikan oleh Menteri.

Pasal 82
Menteri segera mengajukan rancangan peraturan pemerintah kepada presiden mengenai pembubaaran
persero yang bubar bukan karena keputusan RUPS

Untuk pembubaran perum adalah

Pasal 83
Perum bubar karena
a.ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah berdasarkan usulan Menteri;
b.jangka waktu berdiri yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
c. Penetapan pengadilan
d.dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga sebab harta pailit Perum tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan; atau
e.Perum dalam keadaan tidak mampu membayar (insolven) sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.

Pasal 84
(1)Pembubaran Perum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d
diikuti dengan likuidasi.
(2)Likuidasi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 83 huruf a, huruf b, dan huruf d dilakukan oleh
likuidator yang ditunjuk oleh Menteri.
(3)Ketentuan mengenai pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian, wewenang,
kewajiban, tanggung jawab, dan pengawasan terhadap Direksi berlaku pula bagi likuidator sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), kecuali pengangkatan dan pemberhentian likuidator yang ditunjuk oleh
pengadilan.
(4)Menteri segera mengajukan rancangan peraturan pemerintah kepada Presiden mengenai pembubaran
Perum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf a, huruf c, dan huruf d.

Pasal 85
(1)Pembubaran Perum yang dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83
huruf a diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama dengan Menteri Keuangan.
(2)Pengkajian terhadap rencana pembubaran Perum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
mengikutsertakan Menteri Teknis, menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dipandang perlu,
dengan atau tanpa menggunakan konsultan independen.
(3)Dalam hal inisiatif pembubaran Perum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari Menteri
Teknis, maka inisiatif tersebut disampaikan kepada Menteri untuk selanjutnya dilakukan pengkajian
yang dikoordinasikan oleh Menteri.

Pasal 86
(1)Selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu berdirinya Perum, Menteri
dapat mengusulkan kepada Presiden untuk memperpanjang jangka waktu berdirinya Perum tersebut.
(2)Dalam hal usul perpanjangan jangka waktu berdirinya Perum tidak diajukan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Menteri mengajukan rancangan peraturan pemerintah mengenai pembubaran Perum
kepada Presiden.
(3)Dalam hal Presiden tidak menetapkan perpanjangan jangka waktu berdirinya Perum sampai dengan
tanggal berakhirnya jangka waktu berdirinya Perum, maka Perum bubar pada tanggal tersebut.

Pasal 87
(1)Pengadilan dapat membubarkan Perum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf c atas
permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat Perum melanggar kepentingan umum.
(2)Dalam penetapan pengadilan ditetapkan pula penunjukan likuidator.

Pasal 88
(1)Dalam hal Perum bubar karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf e, maka
likuidasi dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.
(2)Menteri segera mengajukan rancangan peraturan pemerintah mengenai pembubaran Perum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf e.

Pasal 89
(1)Likuidator dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pembubaran Perum, wajib:
a.mendaftarkan pembubaran Perum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang wajib daftar
perusahaan;
b.mengumumkan pembubaran Perum dalam 2 (dua) surat kabar harian; dan
c.memberitahukan kepada semua kreditornya dengan surat tercatat mengenai bubarnya Perum.
(2)Dalam pendaftaran, pengumuman dan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disebutkan:
a. Nama dan alamat likuidator
b.tata cara pengajuan tagihan;
c.jangka waktu mengajukan tagihan yang tidak boleh lebih dari 120 (seratus dua puluh) hari terhitung
sejak didaftarkan, diumumkan dan diberitahukannya pembubaran Perum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3)Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan ketentuan mengenai tata cara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dan kemudian
ditolak, dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung
sejak tanggal penolakan.
(4)Kreditor yang tidak mengajukan tagihannya sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c, dapat mengajukan tagihannya melalui pengadilan negeri dalam waktu 2 (dua) tahun
terhitung sejak bubarnya Perum didaftarkan, diumumkan, dan diberitahukan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(5)Tagihan yang diajukan kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat dilakukan terhadap
sisa kekayaan Perum yang belum dibayarkan kepada Menteri.
(6)Dalam hal sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibayarkan kepada Menteri dan terdapat tagihan kreditor
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), pengadilan negeri atas permintaan kreditor yang bersangkutan
menunjuk likuidator untuk menarik kembali sisa hasil likuidasi yang telah dibayarkan tersebut.
(7)Menteri wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
sesuai dengan jumlah tagihan.

Pasal 90
(1)Dalam hal Perum bubar, maka Perum tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan
untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi.
(2)Tindakan pemberesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perum
b. penentuan tata cara penbagian kekayaan
c.pembayaran kepada para kreditor;
d.pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada Menteri; dan
e.tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
(3)Dalam hal Perum sedang dalam proses likuidasi, maka pada surat ke luar dicantumkan perkataan
"dalam likuidasi" di belakang nama Perum.

Pasal 91
(1)Atas permohonan 1 (satu) orang atau lebih yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan,
ketua pengadilan negeri dapat mengangkat likuidator baru dan memberhentikan likuidator lama karena
yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya atau dalam hal utang Perum
melebihi kekayaan Perum.
(2)Dalam penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan pula hal-hal yang
berkaitan dengan pengalihan tugas dan kewajiban likuidator.

Pasal 92
(1)Likuidator yang ditunjuk oleh Menteri bertanggung jawab kepada Menteri atas likuidasi yang
dilakukan.
(2)Likuidator yang ditunjuk oleh pengadilan bertanggung jawab kepada Pengadilan atas likuidasi yang
dilakukan.

Pasal 93
(1)Sisa kekayaan hasil likuidasi diperuntukkan bagi Menteri.
(2)Kecuali ditentukan lain dalam peraturan pemerintah mengenai pembubaran Perum, Menteri langsung
menyetor sisa kekayaan hasil likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke Kas Negara.
(3)Likuidator wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan mengumumkan dalam Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia hasil akhir proses likuidasi serta mengumumkannya dalam 2 (dua)
surat kabar harian dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah ditetapkannya keputusan
Menteri atau pengadilan mengenai persetujuan atas hasil akhir likuidasi

Cara mendirikan Koperasi

Mengenai tahapan dan tata cara pendirian koperasi sesuai diatur permen koperasi dan UKM no 9 Tahun
2018 adalah:

1. Perencanaan Pendirian Koperasi

• Ada minimal 20 anggota (koperasi primer)


• Menentukan tempat kedudukan koperasi
• Punya modal sendiri (minimal dari simpanan pokok, bisa ditambah simpanan wajib, hibah)
• Tentukan nama koperasi (paling sedikit 3 kata setelah frasa koperasi)
• Buat rencana awal usaha
• Ada calon pengurus dan pengawas

2. Penyampaian rencana dan konsultasi ke dinas (daerah) atau pusat (Kementerian)


3. Rapat pendirian koperasi .
• Dihadiri calon pendiri, minimal 20 orang (untuk koperasi primer)
• Dihadiri pejabat penyuluh dari dinas atau kementerian
• Dapat dihadiri notaris
• Rapat pendirian koperasi dipimpin oleh pimpinan dan sekretaris yang ditunjuk para pendiri
• Rapat memilih pengurus dan pengawas serta menentukan masa bhaktinya
• Rapat pendirian koperasi membahas rancangan anggaran dasar
• Hasil rapat dibuat dalam notulen rapat dan/atau Berita Acara Rapat
• Notulen rapat atau berita acara rapat dituangkan dalam rancangan Anggaran Dasar Koperasi
• Notaris mencatat kesepakatan tentang pokok-pokok hasil pembahasan dalam rapat pendirian
• Pokok-pokok hasil pembahasan dirumuskan dalam Akta Pendirian Koperasi

4. Verifikasi Nama koperasi

• Notaris mengonfirmasi penetapan nama koperasi pada Sistem Administrasi Layanan Badan Hukum
Koperasi (Sisminbhkop)
• Koperasi yang telah memperoleh persetujuan nama wajib mengajukan permohonan Akta Pendirian
di dalam waktu paling lama 30 hari

5. Pengajuan pengesahan Akta pendirian koperasi

• Untuk mendapatkan pengesahan akta pendirian Koperasi, pendiri atau kuasa para pendiri
mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada menteri melalui Sisminbhkop
• Permintaan pengesahan diajukan dengan melampirkan: 2 rangkap akta pendirian Koperasi, dan satu
di antaranya bermaterai cukup; Berita acara rapat pendirian Koperasi, termasuk pemberian kuasa
untuk mengajukan permohonan pengesahan apabila ada; bukti penyetoran modal minimal sebesar
simpanan pokok; dan rencana awal kegiatan usaha Koperasi

6. Verifikasi dokumen permohonan


• Lampiran permohonan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang diajukan oleh pemohon
dilengkapi persyaratan dan berkas dokumen pendukung (untuk memenuhi syarat pendirian
koperasi)
• Dokumen diserahkan pemohon untuk diperiksa dan diteliti oleh pejabat berwenang melalui
Sisminbhkop
• Pejabat yang berwenang menerbitkan tanda terima kepada pemohon, setelah dokumen dinyatakan
lengkap dan memenuhi persyaratan
• Berkas dokumen dan surat tanda terima disimpan oleh Notaris

7. Mekanisme di sisminbhkop

• Permohonan pengesahan Akta Pendirian Koperasi dilakukan secara tertulis dengan mengisi Form
Isian Akta Pendirian Koperasi sebagaimana tersedia pada Sisminbhkop
• Permohonan pengesahan Akta Pendirian Koperasi diajukan pemohon dengan cara memindai dan
mengunggah dokumen
• Administrator Sisminbhkop memeriksa format isian dan dokumen dari pemohon
• Apabila format isian tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pejabat
berwenang memberitahukan alasan penolakan kepada pemohon secara elektronik
• Penolakan dapat dikoreksi atau diperbaiki pemohon dan selanjutnya disampaikan kembali melalui
Sisminbhkop

8.Pengesahan pendirian koperasi

• Menteri menerbitkan keputusan pengesahan Akta Pendirian koperasi dalam jangka waktu paling
lama 7 hari terhitung sejak pengisian format isian akta pendirian dan dokumen yang diunggah
dinyatakan telah dipenuhi secara lengkap dan benar
• Keputusan Menteri disampaikan kepada Pemohon secara elektronik.
• Notaris bisa langsung mencetak Surat Keputusan Menteri tentang pengesahan Akta Pendirian
Koperasi
• Keputusan pengesahan Akta Pendirian Koperasi dihimpun Kementerian Koperasi dan UKM dan
dicatat dalam Buku Daftar Umum Koperasi dan dapat dibuat secara elektronik
• Kementerian Koperasi dan UKM wajib menyampaikan salinan keputusan pengesahan Akta
Pendirian Koperasi kepada Dinas (provinsi/kabupaten/kota) di lokasi kedudukan koperasi.

Cara membubarkan koperasi

1. Keputusan Rapat Anggota Rapat anggota selaku pemegang kekuasaan tertinggi berhak
membubarkan koperasi. Apabila rapat anggota telah memutuskan untuk membubarkan koperasi,
maka pengurus koperasi atau kuasa rapat anggota memberitahukan secara tertulis keputusan
pembubaran koperasi tersebut kepada semua kreditor dan pemerintah, dalam jangka waktu paling
lama 14 hari sejak tanggal keputusan rapat anggota pembubaran. Jika alasan pembubaran diterima
oleh pemerintah maka akan diumumkan pembubaran tersebut dalam berita negara RI. Sejak tanggal
pengumuman pembubaran dalam berita negara RI maka status badan hukum koperasi yang
bersangkutan hapus.
2. Keputusan Pemerintah Pemerintah dalam hal ini pejabat koperasi berhak pula melakukan
pembubaran koperasi. Pembubaran koperasi yang dilakukan pemerintah berdasarkan alasan-alasan
berikut ini.
1. Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan Undang-undang koperasi.
2. Kegiatan koperasi bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, berdasarkan
keputusan pengadilan.
3. Kelangsungan hidup koperasi tidak dapat diharapkan lagi, misalnya koperasi tersebut
pailit.

Cara mendirikan YAYASAN

Dalam mendirikan yayasan, akta pendiriannya harus berdasarkan akta otentik (Pasal 9 ayat (1) ).
Adapun syarat dan dokumen yang diperlukan untuk mendirikan yayasan, antara lain:

• Nama yayasan.

Tidak semua pilihan nama yayasan akan langsung disetujui oleh Kementerian Hukum dan HAM. Hal
ini dikarenakan antara lain nama sudah dipakai oleh yayasan lain. Jadi, siapkan pilihan nama yayasan
minimal tiga sebagai opsi apabila nama yayasan yang pertama ditolak. Logo yayasan juga harus
disiapkan sejak awal.

• Jumlah kekayaan awal yayasan dan Anggaran Dasar yayasan.

Anggaran Dasar dari yayasan ini juga harus disetujui serta ditandatangani oleh pendiri atau ketua
yayasan serta semua pengurus harian.

• Bukti modal atau aset awal yayasan

Berkas Fotocopy KTP para pendiri, pembina, pengawas dan pengurus yayasan. Jangan lupa untuk
menyertakan juga foto berwarna ukuran 3x4 sebanyak empat lembar.

• Fotocopy NPWP ketua yayasan.

Fotocopy bukti kantor yayasan seperti surat tanah dan bangunan, atau bisa juga surat perjanjian sewa
menyewa kantor

• Surat pengantar dari RT/RW sesuai domisili yayasan


Jika seluruh persyaratan telah dilengkapi, langkah selanjutnya adalah menghubungi Notaris. Dalam
proses pendirian yayasan, Notaris memegang peranan yang cukup penting, karena Akta Pendirian
Yayasan harus dibuat dalam bentuk Akta Notaris.

Selain itu, Notarislah yang bertugas mengawal proses pendirian yayasan, mulai dari pemesanan nama
hingga penerimaan berkas-berkas jadi yayasan. Proses pengurusan pendirian yayasan ini biasanya
memakan waktu 60 hari kerja.

Selanjutnya, Akta Pendirian ditandatangani bersama-sama di hadapan Notaris. Setelahnya barulah


yayasan dianggap berdiri. Namun demikian, untuk mensyahkannya menjadi badan hukum, Notaris harus
segera memproses pengesahan badan hukum yayasan ke Kementerian Hukum dan HAM RI.

Setelah Akta Pendirian Yayasan disahkan sebagai badan hukum oleh Menteri Hukum dan HAM, maka
yayasan dianggap sebagai pihak yang dapat melakukan perbuatan hukum yang secara hukum juga
bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Selanjutnya apabila yayasan ingin melakukan aktivitas
penggalangan dana, yayasan harus mendaftarkan diri kepada Kementerian Sosial RI untuk mendapatkan
izin penggalangan dana tersebut.

Cara membubarkan YAYASAN

Setelah lahirnya UU Yayasan, tidak dapat dengan mudah untuk pengurus yayasan membubarkan
yayasan yang dikelolanya. Hal ini disebabkan Pasal 62 UU Yayasan memberikan persyaratan untuk dapat
bubarnya sebuah yayasan itu:

a. Karena jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir.


b. Tujuan yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai
c. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan

Dari hal-hal tersebut di atas, maka tentang pembubaran suatu yayasan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Pembubaran yang dilakukan atas inisiatif dari dalam yayasan sendiri karena keadaan yang
mengharuskan demikian.
2. Pembubaran berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
berdasarkan adanya pelanggaran ketertiban umum dan kesusilaan, yayasan jatuh pailit.
3. Pembubaran yang diakibatkan karena tidak dipenuhinya ketentuan UU Yayasan
c. Kedudukan dan tanggung jawab para pemodal/pendana;

1.PT (perseroan terbatas)

1. Kedudukan perseroan terbatas sebagai badan hukum semata-mata ditentukan oleh pengesahan
sebagai badan hukum yang diberikan oleh Menteri Kehakiman dan sejak itu perseroan terbatas menjadi
subjek hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban dan bertanggung jawab secara mandiri terhadap
segala akibat yang timbul atas perbuatan hukum yang dilakukan. Dengan demikian perbuatan hukum
perseroan dan kedudukan pendiri beralih menjadi pemegang saham dan tidak bertanggung jawab terhadap
segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan sebab pemegang saham bukanlah pihak yang
mewakili bertanggung jawab terhadap perbuatan perseroan yang dianggap mewalan hukum dan merugikan
pihak ketiga.

2. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas ada dua yaitu tanggung jawab korporasi dan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. korporasi yang berbentuk perseroan terbatas yang merupakan subjek hukum
berbadan hukum yang sering digunakan dalam dunia bisnis, pada prinsipnya pemegang saham
(pemodal/owners) pada perseroan terbatas tidak dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi
melebihi nilai saham yang ia masukkan dalam perseroan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan terbatas sendiri, komunitas
setempat, dan masyarakat.

BUMN

Kedudukan BUMN yaitu sebagai entitas mandiri badan hukum yang harta kekayaannya terpisah
dari pendirinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas yaitu Negara sebagai pemegang saham perseroan bertanggung jawab sebesar saham yang
dimilikinya atas Perseroan.

Koperasi

• Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka


• Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis
• Pembagian sisa hasil usaha dilakukan adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota koperasi ( Anggota koperasi = Pemodal)
• Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Yayasan

Ketentuan tentang pendirian dan keikutsertaan yayasan dalam badan usaha di dalam UU No. 16
Tahun 2001 jo. UU No. 28 Tahun 2004 sebagaimana diuraikan di atas, tidak mengatur tentang status badan
usaha yang dapat didirikan dan/atau diikuti oleh yayasan. Sebagaimana diketahui, dalam badan usaha yang
berstatus badan hukum (al: perseroan terbatas) maka besarnya tanggungjawab yayasan adalah sejauh modal
yang disetor yayasan dalam mendirikan atau ikut serta dalam badan usaha yang berstatus badan hukum
tersebut. Pendiri Yayasan harus memisahkan kekayaan pribadinya dengan kekayaan Yayasan. Hal ini sama
seperti PT, dimana pendiri “menyetorkan” sejumlah uang kepada Yayasan, untuk kemudian uang tersebut
selanjutnya menjadi Modal awal/kekayaan Yayasan. Modalpun yang diikutsertakan dalam kerjasama itu
berasal dari harta kekayaan yayasan. Penyertaan modal tersebut paling banyak 25% dari seluruh nilai
kekayaan yayasan

d. Organ-organ dan fungsi masing-masing organ;

1.PT (perseroan terbatas)

1. Rapat Umum Pemegang Saham

Dalam Pasal 1 ayat (4) UUPT disebutkan: “Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut
RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau Anggaran Dasar.”
Dari rumusan pasal ini, dapat disimpulkan bahwa RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam PT.

Tugas dan wewenang RUPS di antaranya:

1) Penambahan modal perseroan → Pasal 41 ayat (1)


2) Pengurangan modal perseroan → Pasal 44 ayat (1)
3) Penyetujuan laporan tahunan → Pasal 69
4) Penentuan besarnya dividen → Pasal 71
5) Pengubahan anggaran dasar perseroan → Pasal 88 ayat (1)
6) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan, permohonan pailit, perpanjangan
jayat waktu berdirinya perseroan, dan pembubaran perseroan → Pasal 89 ayat (1)
7) Pengayattan dan pemberhentian direksi perseroan → Pasal 94 ayat (1), Pasal 105 ayat (1)
8) Penetapan besarnya gaji dan tunjangan direksi → Pasal 96 ayat (1)
9) Pengayattan dan pemberhentian dewan komisaris → Pasal 111 ayat (1)
10) Penetapan besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan anggota dewan komisaris → Pasal
113
11) Pembubaran perseroan → Pasal 142 ayat (1)

2. Direksi

Dalam Pasal 1 ayat (5) UUPT disebutkan: “Direksi adalah Organ yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.”

Adapun tugas dan wewenang direksi di antaranya:

1) Mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham → Pasal 50 ayat (1)


2) Menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan dating → Pasal 63
3) Menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS → Pasal 66
4) Menyelenggarakan RUPS → Pasal 79
5) Menjalankan pengurusan perseroan → Pasal 92
6) Mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan → Pasal 98
7) Membuat daftar pemegang saham → Pasal 100

3. Komisaris

Dalam Pasal 1 ayat (6) disebutkan: “Dewan Komisaris adalah Organ Persoalan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada Direksi”

Tugas dan wewenang komisaris antara lain:

1) Menyelenggarakan RUPS → Pasal 79 ayat (2) huruf b dan ayat (6) huruf b
2) Memberhentikan direksi untuk sementara dengan menyebutkan alasannya → Pasal 106
3) Melakukan pengawasan atas kebijakan pengurus → Pasal 108
4) Bertanggung jawab atas pengawasan perseroan → Pasal 113
5) Membuat risalah rapat dan menyimpannya → Pasal 116 ayat (1)
6) Memberikan persetujuan dan bantuan dalam hal tertentu kepada direksi sebagaimana yang
ditetapkan dalam anggaran dasar → Pasal 117 ayat (1)
7) Melakukan tindakan Pengurusan untuk jangka waktu tertentu sesuai anggaran dasar dan
keputusan RUPS → Pasal 118 ayat (1)

2.Koperasi

a. Rapat Anggota

Merupakan organ tertinggi dalam koperasi. Hal ini tampak bahwa rapat anggota berwenang untuk
menetapkan:

1) Anggaran dasar
2) Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi
3) Pemilihan, pengangakatan, pemberhentian pengurus dan pengawas
4) Rencana kerja, rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi, serta pengesahan laporan
keuangan
5) Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya
6) Pembagian sisa hasil usaha
7) Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi.

Dalam Pasal 24 UUK, mekanisme pengambilan keputusan dalam rapat anggota adalah:

1) Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat


2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan suara terbanyak
3) Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara
4) Hak suara dalam koperasi sekunder dapat diatur dalam anggaran dasar anggota dengan
mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha koperasi-koperasisecara berimbang.

b. Pengurus

Pengurus nantinya adalah orang yang akan tampil ke depan umum dalam menjalankan kegiatan
koperasi. Dalam mengangkat pengurus, pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dengan masa
jabatan paling lama 5 tahun.

Tugas dan wewenang pengurus dijabarkan dalam Pasal 30 UUK:

1) Pengurus bertugas:
a) Mengelola koperasi dan usahanya
b) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Koperasi
c) Menyelenggarakan rapat anggota
d) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
e) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus
2) Pengurus berwenang:
a) Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan
b) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai
dengan ketentuan dalam anggaran dasar
c) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan
tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota

c. Pengawas

Pengawas adalah organ yang mengontrol aktivitas yang diselenggarakan oleh pengurus. Tugas dan
wewenang pengawas dijabarkan dalam Pasal 39, yaitu:

1) Pengawas bertugas:
a) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi
b) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya
2) Pengawas berwenang:
a) Meneliti catatan yang ada pada koperasi
b) Mendapat segala keterangan yang diperlukan
3) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga

Dalam Pasal 38, disebutkan:

1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota
2) Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota
3) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas ditetapkan dalam anggaran
dasar

3.BUMN

1. Perusahaan (Negara) Jawatan → Perjan


Tugas :
a) Menjalankan pelayanan kepada masyarakat.
b) Menjadi bagian dari Departemen/Direktorat Jenderal/Direktorat/Pemerintah Daerah
tertentu. Modal Perjan termasuk bagian dari Anggaran Belanja yang menjadi hak dari
Departemen yang bersangkuran dan yang selalu diperhitungkan pada pembicaraan anggaran
belanja dari tahun yang bersangkutan
c) Sebagai salah satu bagian dari susunan departemen/pemerintah daerah, maka Perjan
memiliki “hubungan hukum publik”
d) Hubungan usaha antara pemeritnah sebagai yang melayani dengan masyarakat sebagai
yang dilayani harus didasarkan pada business zakelijkheid, costaccounting principles dan
management effectifness.

2. Perusahaan (Negara) Umum → Perum


Tugas:
1. Melayani kepentingan umum sekaligus untuk memupuk keuntungan.
2. Berstatus badan hukum dan diatur berdasarkan UU.
3. Dipimpin oleh suatu direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah.
3. Perusahaan (Negara) Perseroan → Persero
Tugas :
1. Berstatus sebagai badan hukum perdata.
2. Hubungan-hubungan usahanya diatur menurut hakim perdata.
3. Dipimpin oleh suatu direksi yang mempunyai keahlian di dalam pengetahuan teknis sesuai
bidang usaha persero.
4. Yayasan

Ada 3 macam organ yang ada dalam yayasan yang masing-masing hak dan wewenangnya berbeda:

1. Pembina Yayasan

Menurut Pasal 28 ayat (1) UU Yayasan, Pembina adalah organ yang mempunyai kewenangan yang
tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-undang ini atau Anggaran Dasar.

Kewenangannya adalah:

a. Membuat keputusan mengenai perubahan AD


b. Mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus dan pengawas
c. Menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan AD yayasan
d. Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan
e. Menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan

2. Pengurus

Pengurus adalah organ yang melaksanakan kepengurusan yayasan (Pasal 31 ayat (1)). Pengurus
diangkat berdasarkan rapat pembinadan untuk jangka waktu 5 tahun, sehingga setiap 5 tahun pengurus
harus diganti atau diperpanjang. Dalam menjalankan kepengurusan, pengurus diperbolehkan untuk
mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan.

3. Pengawas

Pengawas bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan
kegiatan yayasan. Pengawas dapat dijabat oleh seorang atau lebih yang cakap melakukan tindakan
hukum atas dasar keputusan organ Pembina untuk masa 5 tahun. Pengawas dapat diangkat kembali
setelah masa jabatan berakhir sesuai kebutuhan yayasan.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.
a. Apa tujuan diterbitkannya UU Nomor 5 Tahun 1999?

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi serta melindungi konsumen

2. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat,
dan menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang

3. Menjaga praktik-praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan
pelaku usaha

4. Menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan
efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya meingkatkan kesejahteraan rakyat

b. Berikan komentar saudara apakah dengan terbitnya undang-undang ini, BUMN berdasarkan
Pasal 33 ayat (2) telah melakukan praktik monopoli sehingga telah melanggar UU Nomor 5
Tahun 1999!

Jika praktik monopoli sehingga melanggar mungkin karena:

1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri
3. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia
4. Sakit jasmani atau rohani
5. Berakhirnya masa jabatan
6. Diberhentikan

c. Berikan perbedaan antara monopoli, oligopoli, monopsoni dan oligopsoni dan faktor-faktor apa
yang menyebabkan hal tersebut!
1. Monopoli :
• Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan
jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

• Pelakunya biasanya BUMN, karena produk yang dimonopoli merupakan kebutuhan publik yang
vital, seperti listrik, air minum, dan angkutan umum. (Pasal 33 UUD 1945)

Monopoli bisa berjalan buruk, alasannya:

• Akan terdapat pengendalian harga secara sepihak karena produsennya tunggal, tidak ada pesaing.

• Maksimalisasi laba secara berlebihan atau tidak wajar.

Penyebab terjadinya monopoli:

• Skala ekonomi → dalam jenis industri tertentu untuk memproduksi dalam jumlah banyak lebih
efisien (cost production), harga jual menjadi lebih murah. Untuk memproduksi demikian
perusahaan harus memiliki modal besar dan teknologi canggih

• Regulasi/kebijakan pemerintah → regulasi berupa pemberian paten, hak mutlak yang diberikan
bagi inventor di mana dapat mendayagunakan/memproduksi sekaligus menjual penemuannya.
Haknya bersifat monopoli

• Tingkah laku konsumen → berkaitan dengan cara kebiasaan konsumen mengkonsumsi produk.
Misal di suatu wilayah tertentu konsumen lebih menyukai produk dari produsen X kertimbang dari
yang perusahaan lain.

• Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini
mengandung 6 (enam) bagian pengaturan yang terdiri dari : 1. perjanjian yang dilarang; 2. kegiatan
yang dilarang; 3. posisi dominan; 4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha; 5. penegakan hukum; 6.
ketentuan lain-lain.

2.Oligopoli:

Perjanjian oligopoli merupakan suatu bentuk perjanjian dimana pelaku usaha yang memiliki segala
macam benda maupun suatu kegiatan. Adanya persetujuan tersebut perlunya adanya asas keseimbangan
dalam melakukan usaha dalam melindungi orang lain dalam melaksanakan usaha ekonomi yang
bermutu serta seimbang berdasarkan ketentuan yang berlaku. Oligopoli salah satu bentuk perjanjian
yang dilarang dalam undang- undang persaingan Usaha. Terjadinya perjanjian oligopoli ini berdampak
besar terhadap kerugian konsumen dan antar pelaku usaha. Praktek oligopoli umumnya dilakukan
sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaanperusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar
dan juga perusahaan- perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba
normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual sehingga menyebabkan kompetisi
harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada dan kaku.

Faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya perjanjian oligopoli diantaranya pelaku usaha
cenderung melakukan tindakan memperbanyak jumlah produksinya agar harga jual produknya relatif
lebih murah dibandingkan dengan pesaingnya pelakuusaha cenderung melakukan penurunan harga jual
produknya tanpa menambah jumlah produksinya dengan maksud untuk menguasai pangsa pasar lebih
dari 75%pelakuusaha cenderung melakukan efisiensi skala besar dalam hal investasi awal sangat besar
dan biaya produksi murah bila skala produksi sangat besar sehingga pelaku usaha mendorong untuk
melakukan perjanjian oligopoli ini.

• Identik→ misalnya baja dalam suatu negara diproduksi oleh 2 produsen. Produk yang
dihasilkanpun identik.

• Terdiferensiasi → misalnya sebuah minuman ringan produsennya hanya ada kurang dari 10
sedangkan konsumennya jutaan. Lalu ada 6 merek (4 dikuasai oleh holding company dan 2
terpisah), tetap saja bila tidak disatukan bukan monopoli, tapi oligopoli

3.Monopsoni → pembelinya tunggal.

Monopsoni adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam suatu pasar komoditas,perlu diteliti faktor-faktor lain
penyebab monopsoni. Pasar monopsoni adalah kegiatan jual beli dimana satu pelaku usaha atau
pembeli menguasai pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam suatu pasar
komoditas. Pasar monopsoni timbul karena pengkhususan sumber untuk digunakan oleh pemakai
tertentu dan imobilitas sumber yang digunakan dalam suatu daerah tertentu oleh perusahaan tertentu.
Pembeli tunggal atau monopsoni termasuk ke dalam perjanjian-perjanjian yang di larang karena
dianggap sebagai paraktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat. Apabila perjanjian-
perjanjian yang dilarang ini tetap dibuat oleh pelaku usaha maka perjanjian yang demikian diancam
batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada perjanjian karena yang dijadikan objek perjanjian
hal-hal yang “tidak halal “, yang dilarang oleh undang-undang.

1. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang
dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dan 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu.

4. Oligopsoni

Suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu
wilayah area. Pasar Oligopoli adalah suatu pasar dimana terdapat beberapa produsen yang menghasilkan
barang-barang yang saling bersaingan. Ini merupakan sifat utama dari pasar oligopoly. Pasar Oligopoli
merupakan salah satu jenis dari pasar persaingan tidak sempurna. Dimana pasar Oligopoli merupakan pasar
yang hanya terdapat beberapa perusahaan atau penjual yang memproduksi barang sejenis.

d. Mengapa price fixing (penentuan harga) dilarang? Sebutkan dua pendekatan dalam berkompetisi!
1. Konsumen akan dirugikan karena produsen akan memperbesar keuntungan.
2. Horizontal price fixing yang dilarang adalah penentuan harga di antara sesama produsen melalui
suatu kontrak atau perjanjian.
3. ex. Di Indonesia hanya ada 2 pabrik semen dan sepakat menentukan harga Rp15.000,00/zak.
Karena kebutuhan semen banyak, harga tinggipun pasti laku
4. Bila tidak ada price fixing mungkin harga jualnya Rp.10.000,00. namun karena disepakati
Rp15.000,00, ini merupakan horizontal price fixing atau lebih dikenal dengan kartel

Untuk 2 pendekatan dalam bekompetisi adalah

• Pendekatan etika: dipertanyakan apakah dalam berbisnis diperlukan etika


• Pendekatan yuridis: pembuatanperangkat/pranata hukum kompetisi atau persaingan usaha

4. Kepailitan:
a. Sebutkan syarat-syarat untuk dinyatakan pailit dan apa akibat hukumnya!

Dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan disebutkan bahwa “Debitor yang mempunyai dua atau lebih
Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan
satu atau lebih kreditornya”. Adapun kriteria yang harus dipenuhi , yakni debitor mempunyai dua atau lebih
kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dapat ditagih. Sedangkan
pengertian utang sendiri ada di Pasal 1 butir 6 UU Kepailitan, yaitu kewajiban yang dinyatakan atau dapat
dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau
undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor
untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.

Pengertian kreditor terdapat di Pasal 1 butir 2 UU Kepailitan, yaitu orang yang mempunyai piutang
karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Dari ketentuan tersebut,
dapat diketahui bahwa pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit adalah kreditor dan debitor.
Selain itu, dalam UU Kepailitan dikemukakan bahwa untuk bidang usaha tertentu, yang berhak mengajukan
permohonan pailit adalah lembaga yang ditentukan oleh undang-undang. Tepatnya, dalam Pasal 2 UU
Kepailitan dijelaskan:

• Ayat (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga diajukan oleh kejaksaan
untuk kepentingan umum.
• Ayat (3) Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
Bank Indonesia.
• Ayat (4) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
• Ayat (5) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,
atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Dengan demikian, pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah:

1. Kreditor;
2. Debitor;
3. Bank Indonesia;
4. Menteri Keuangan;
5. Badan Pengawas Pasar Modal
6. Jaksa demi kepentingan umum.

b. Apa fungsi kurator dalam kepailitan dan bagaimana kedudukan kreditur?


• Menyangkut Kewenangan Kurator

Dalam kaitan dengan pelaksanaan tugasnya, kurator juga berwenang membuka surat dan telegram yang
dialamatkan kepada debitur pailit. Selain itu, kurator pun berwenang menurut keadaan memberikan suatu
jumlah uang yang ditetapkan oleh hakim pengawas untuk biaya debitur pailit. Kurator juga dapat
mengalihkan harta pailit, sejauh diperlukan untuk biaya kepailitan, tentunya atas persetujuan hakim
pengawas, hal ini dapat kita temui pengaturannya pada Pasal 107 UU Kepailitan, yang menyebutkan:

“Atas persetujuan Hakim Pengawas, Kurator dapat mengalihkan harta pailit sejauh diperlukan untuk
menutup biaya kepailitan atau apabila penahanannya akan mengakibatkan kerugian pada harta pailit,
meskipun terhadap putusan pailit diajukan kasasi atau peninjauan kembali”.

• Yang Menjadi Kewajiban Kurator

Berkaitan dengan kewajiban kurator menyimpan semua harta pailit (berupa uang, perhiasan, efek, dan surat
berharga lainnya), kecuali jika oleh hakim pengawas ditentukan lain. Uang tunai yang tidak diperlukan
untuk pengurusan harta pailit wajib disimpan oleh kurator di Bank untuk kepentingan harta pailit setelah
mendapat izin hakum pengawas.

Dalam Pasal 116 UU Kepailitan dinyatakan bahwa:

1. Kurator wajib:
o mencocokkan perhitungan piutang yang diserahkan oleh Kreditor dengan catatan yang
telah dibuat sebelumnya dan keterangan Debitor Pailit; atau
o berunding dengan Kreditor jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima.
2. Kurator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak meminta kepada Kreditor agar memasukkan
surat yang belum diserahkan, termasuk memperlihatkan catatan dan surat bukti asli.
Selain itu, kurator juga wajib memasukkan piutang yang disetujuinya ke dalam suatu daftar piutang yang
diakui sementara. Sedangkan piutang yang dibantah termasuk alasannya dimasukkan ke dalam daftar
tersendiri.

Kemudian, kurator juga wajib menyediakan di kepaniteraan pengadilan Salinan daftar piutang tersebut
selama 7 (tujuh) hari sebelum hari pencocokan piutang dan setiap orang dapat melihatnya secara cuma-
cuma (Ketentuan ini ada pada Pasal 119 UU Kepailitan).

Daftar piutang itu juga harus diberitahukan dengan surat oleh kurator kepada kreditur yang dikenal disertai
panggilan untuk menghadiri rapat pencocokan piutang dengan menyebutkan rencana perdamaian jika telah
diserahkan oleh debitur pailit.

c. Apa akibat hukum PKPU dan apa perbedaan dengan kepailitan?

Adanya PKPU menimbulkan akibat hukum terhadap status sita dan eksekusi jaminan. PKPU
mengakibatkan ditangguhkannya semua tindakan eksekusi yang telah dimulai untuk memperoleh pelunasan
utang (Pasal 242 ayat (1) UUKPKPU). Dengan demikian maka debitur selama masa PKPU tidak dapat
dipaksa untuk membayar utangnya, karena pada dasarnya Pengadilan Niaga memberikan kesempatan bagi
debitur untuk mengajukan rencana perdamaian sehingga kewajiban pembayaran utang pun ditunda.
Keadaan ini akan berlangsung baik selama PKPU sementara maupun selama PKPU tetap. Semua sita yang
telah diletakkan gugur setelah diucapkan putusan PKPU tetap atau setelah putusan pengesahan perdamaian
memperoleh kekuatan hukum tetap dan atas permintaan pengurus atau Hakim Pengawas, jika masih
diperlukan, Pengadilan wajib mengangkat sita yang telah diletakkan atas benda yang temasuk harta debitur.
Ketentuan tersebut dikecualikan dalam hal Pengadilan berdasarkan permintaan Pengurus telah menetapkan
tanggal sita yang lebih awal.

Untuk perbedaan dengan kepailitian adalah

Perbedaan Kepailitan PKPU

Upaya hukum Terhadap putusan atas Terhadap putusan PKPU tidak


permohonan pernyataan pailit, dapat diajukan upaya hukum
dapat diajukan kasasi ke apapun (Pasal 235 ayat [1] UU
Mahkamah Agung (Pasal 11 ayat Kepailitan).
[1] UU Kepailitan).
Selain itu terhadap putusan atas
permohonan pernyataan pailit
yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap,

dapat diajukan peninjauan


kembali ke Mahkamah Agung
(Pasal 14 UU Kepailitan).

Yang melakukan pengurusan Kurator (Pasal 1 angka 5, Pasal Pengurus (Pasal 225 ayat [2] dan
harta debitur 15 ayat [1], dan Pasal 16 UU ayat [3] UU Kepailitan)
Kepailitan)

Kewenangan debitur Sejak tanggal putusan pernyataan Dalam PKPU, debitur masih
pailit diucapkan, debitur dapat melakukan pengurusan
kehilangan haknya untuk terhadap hartanya selama
menguasai dan mengurus mendapatkan persetujuan dari
kekayaannya yang termasuk pengurus (Pasal 240 UU
dalam harta pailit (Pasal 24 ayat Kepailitan).
[1] UU Kepailitan).

Jangka waktu penyelesaian Dalam kepailitan, setelah Dalam PKPU, PKPU dan
diputuskannya pailit oleh perpanjangannya tidak boleh
Pengadilan Niaga, tidak ada batas melebihi 270 (dua ratus tujuh
waktu tertentu untuk puluh) hari setelah putusan
penyelesaian seluruh proses PKPU sementara diucapkan
kepailitan. (Pasal 228 ayat [6] UU
Kepailitan).
5. HAKI
Hak atas Kekayaan Intelektual terdiri dari: UU Hak Cipta, Merk, Paten, Perlindungan Varietas
Tanaman, Rahasia Dagang.
a. Apa yang menjadi objek yang dilindungi?

UU Hak Cipta yang di lindungi adalah

Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menetapkan secara rinci
ciptaan yang dapat dilindungi, yaitu:

• buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain;
• ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
• alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
• lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
• drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
• seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni
patung, kolase, dan seni terapan;
• arsitektur;
• peta;
• seni batik;
• fotografi;
• sinematografi;
• terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa saja untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut kecuali dengan seijin Pemegang Hak Cipta. Jangka waktu
perlindungan Hak Cipta pada umumnya berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50
(lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia. Namun demikian, pasal 30 UU Hak Cipta
menyatakan bahwa Hak Cipta atas Ciptaan:

• program komputer;
• sinematografi;
• fotografi;
• database; dan
• karya hasil pengalihwujudan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

Hak merek yang dilindungi adalah :

Merek memberikan perlindungan bagi logo/simbol dagang (seperti yag tercantum pada Pasal 1
angka 1 UU No. 15 Tahun 2001) dengan memberikan hak atas merek yang bersangkutan. Hak atas merek
merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar
umum merek untuk jangka waktu tertentu. Hak tersebut untuk menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya (perhatikan ketentuan Pasal 3 UU No. 15 Tahun
2001).

Hak paten yang di lindungi adalah:

Objek yang dilindungi oleh paten yaitu invensi dalam bidang teknologi. Lebih lanjut Pasal 1 angka
2 UU No. 14 Tahun 2001 memberikan pengertian mengenai invensi, yaitu ide inventor yang dituangkan ke
dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau
proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

Hak perlindungan varietas tanaman yang dilindungi adalah:

Perlindungan varietas tanaman (PVT), seperti telah dijelaskan di atas, adalah hak yang diberikan
kepada pemulia dan/atau pemegang hak PVT untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau
memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu
(UU No. 29/2000). Pendaftaran varietas tanaman merupakan kegiatan mendaftarkan suatu varietas untuk
kepentingan pengumpulan data mengenai varietas lokal, varietas yang dilepas dan varietas hasil pemuliaan
yang tidak dilepas, serta data mengenai hubungan hukum antara Varietas yang bersangkutan dengan
pemiliknya dan/atau penggunanya (PP No. 13/2004).

Hak Rahasia dagang yang dilindungi adalah:

Objek Rahasia Dagang


a) Formula,
b) Metode pengolahan bahan-bahan kimia dan makanan,
c) Metode dalam menyelenggarakan usaha,
d) Daftar konsumen,
e) Tingkat kemampuan debitur mengembalikan kredit ( credit rating ),
f) Perencanaan ( blueprint ),
g) Rencana arsitektur,
h) Tabulasi data,
i) Informasi teknik manufaktur,
j) Rumus-rumus perancangan,
k) Rencana pemasaran,
l) Perangkat lunak komputer,
m) Kode-kode akses,
n) Personal identification number ( PIN ),
o) Data pemasaran, dan
p) Rencana usaha
Objek yang dilindungi
a) Semua informasi yang telah menjadi milik umum ( public ) dan
b) Informasi yang telah dipublikasikan di muka umum.

b. Apa alasan kenapa harus dilindungi?

Karena wajib dilindungi dalam hak tersebut, jika tidak di lindungi maka bisa plagiarisme atau
penjiplakan yang disengaja dan sesudah 2 × 24 jam berita surat kabar tersiar, maka seseorang bisa dapat
mengambil alih dengan syarat harus menyebutkan sumbernya. Plagiarisme juga tidak mengacu ke pada hasil
karya tulisan saja melainkan juga hasil karya musik, desain dan sebagainya. Maka harus menjaga hasil karya
sendiri karena sebagai penulis tersebut.

c. Berapa lama perlindungan pada masing-masing halnya? Lengkapi dengan dasar hukum!

UU hak cipta

Masa perlindungan perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan. Dasar hukum mengenai hak cipta termuat dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 .

Hak merk

Masa perlindungan Hak Merek berlaku selama 10 tahun sejak Tanggal Penerimaan. Jika Tanggal
Penerimaan permohonan pendaftaran suatu merek adalah 1 Oktober 2017, maka perlindungannya akan
berlaku hingga 1 Oktober 2027. Masa perlindungan Hak Merek dapat diperpanjang setiap 10 tahun secara
terus menerus. Dasar hukum dari merek terdapat pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.
Hak paten
Paten diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diperpanjang.Tanggal mulai dan
berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan melalui media elektronik dan/atau media non-
elektronik. Dasar hukum hak paten adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001.

Hak perlindungan varietas tanaman

Adapun jangka waktu perlindungan yang diberikan adalah selama 20 (dua puluh) tahun untuk
tanaman semusim, dan 25 (dua puluh lima) tahun untuk tanaman tahunan. Pengertian tanaman tahunan
ditujukan untuk jenis pohon-pohonan dan tanaman merambat yang masa produksinya lebih dari satu tahun,
sedangkan yang lainnya disebut sebagai tanaman semusim. Dasar hukum : (UU No. 29/2000).

Hak rahasia dagang

Masa perlindungannya adalah tidak terbatas waktunya. Dasar hukum nya adalah pasal 4 Undang-Undang
no 30 tahun 2000.

6. Bentuk penyelesaian sengketa bisnis dapat dilakukan secara litigasi dan nonlitigasi.
a. Berikan karakteristik dan mekanisme kedua cara tersebut!

Litigasi adalah persiapan dan presentasi dari setiap kasus, termasuk juga memberikan informasi secara
menyeluruh sebagaimana proses dan kerjasama untuk mengidentifikasi permasalahan dan menghindari
permasalahan yang tak terduga. Jadi menyelesaikan perselisihan hukum di pengadilan di mana setiap pihak
yang bersengketa mendapatkan kesempatan untuk mengajukan gugatan dan bantahan dan seluruh
rangkaian wajib melakukan dalam proses peradilan baik itu dalam perkara,perdata,pidana dan tata usaha
negara, termasuk proses pelaporan dan pemeriksaan di kepolisian dan penuntutan di kejaksaan dalam
perkara pidana.

Nonlitigasi adalah menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan dan berdasarkan itikad baik yang
dimiliki para pihak yang bersengketa. penyelesaian sengketa di luar jalur pengadilan sesuai kesepakatan
bersama. Untuk penyelesaian sengketa dengan non litigasi adalah

1. Konsiliasi
Konsiliasi ini akan menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau
perselisihan antar serikat pekerja (PHK) maupun serikat buruh dalam satu perusahaan melalui musyawarah
yang ditengahi oleh seorang konsiliator yang netral. Jika perdamaiannya tercapai maka konsiliator dan
pihak akan menandatangani perjanjian bersama tetapi perdamaiannya tidak tercapai maka bisa mengajukan
ajuran tertulis tersebut.

Penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator
yang wilayah kerjanya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja. Penyelesaian oleh konsiliator dilaksanakan
setelah para pihak mengajukan permintaan penyelesaian secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk
dan disepakati oleh para pihak.. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan melalui
konsiliasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh
konsiliator dan didaftar di Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian
Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran tersebut.

2. Negosiasi

Para pihak yang bersengketa bertemu untuk mencapai titik terang penyelesaian masalah. Perundingan
ini akan menghasilkan kesepakatan bersama atas dasar yang lebih harmonis dan kreatif. Jadi penyelesaian
sengketa melalui musyawarah/perundingan langsung diantara para pihak yang mencari dan menemukan
bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat diterima para pihak tersebut. Negosiasi ini menggunakan cara-cara
pertukaran sesuatu seperti tawar-menawar atau tukar menukar. Negosiasi juga menyangkut hal-hal di masa
depan atau sesuatu yang belum terjadi.

3. Mediasi

Proses mediasi hampir sama dengan negosiasi yaitu sama-sama melakukan perundingan. Jadi proses
mediasi menggunakan bantuan seorang mediator dalam proses perundingan dari pihak-pihak yang terkait
dan perundingan kesepakatan pihak dengan dibantu oleh mediator.

Penyelesaian perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang berada di setiap kantor
instansi. Mediator harus sudah mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan segera mengadakan
sidang mediasi. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
mediasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh mediator
serta didaftar di Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk
mendapatkan akta bukti pendaftaran.
4. Arbitrase

Arbitrase pada dasarnya dirancang untuk menjadi opsi yang bisa dipilih untuk menangani masalah
hukum. Untuk bisa melakukan arbitrase, diperkukan kesepakatan antara kedua pihak yang bersengketa.
Arbitrase hanya terjadi ketika dua pihak menyetujuinya, baik sebelum atau setelah sengketa hukum muncul.
Untuk alasan ini, perjanjian secara tertulis harus dilakukan oleh kedua pihak sebelum arbitrase.

Untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase yaitu yang berwenang
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial harus arbiter yang telah ditetapkan oleh Menteri. Wilayah
kerja arbiter meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Penyelesaian perselisihan hubungan
melalui arbiter dilakukan atas dasar kesepakatan para pihak yang berselisih. Kesepakatan para pihak yang
berselisih dinyatakan secara tertulis dalam surat perjanjian arbitrase,

Dalam hal para pihak sepakat untuk menunjuk arbiter tunggal, maka para pihak harus sudah
mencapai kesepakatan tentang nama arbiter dimaksud. Jika Dalam hal para pihak tidak sepakat untuk
menunjuk arbiter baik tunggal maupun beberapa arbiter (majelis) dalam jumlah gasal, maka atas
permohonan salah satu pihak Ketua Pengadilan dapat mengangkat arbiter dari daftar arbiter yang ditetapkan
oleh Menteri.

b. Mengapa mediator perlu mendaftarkan kesepakatan/perdamaian para pihak tersebut ke


Pengadilan Negeri?

Karena proses penyelesaian sengketa di pengadilan yang dilakukan melalui perundingan diantara
pihak-pihak yang berperkara. Perlindungan tersebut dibantu mediator yang berkedudukan dang berfungsi
sebagai pihak ketiga yang netral. Mediator tersebut juga membantu para pihak dalam mencari berbagai
alternatif kesepakatan yang sebaik-baiknya dan saling menguntungkan. Maka perdamaian ini berasal dari
mediator pengadilan maupun luar pengadilan.

c. Sebutkan dua jenis badan arbitrase dalam bidang bisnis nasional dan internasional serta
bagaimana sifat putusannya!
• Arbitrase Institusional

Arbitrase institusional adalah arbitrase di mana lembaga khusus ditunjuk dan mengambil peran
mengelola proses arbitrase / manajemen kasus. Setiap lembaga memiliki seperangkat aturan sendiri yang
berkaitan dengan kerangka kerja, seperti jadwal pengajuan dokumen atau prosedur untuk membuat aplikasi
dll untuk membantu proses arbitrase.
Keuntungan dari arbitrase institusional adalah bantuan administratif yang diberikan oleh institusi.
Ketersediaan aturan yang ditetapkan juga membantu arbitrase agar bisa selesai tepat waktu. Lembaga
biasanya akan menagih persentase dari jumlah yang disengketakan sebagai biaya mereka, yang kadang-
kadang bisa sangat besar dalam perselisihan besar.

• Arbitrase Ad Hoc

Arbitrase ad hoc adalah arbitrase yang tidak dikelola oleh suatu institusi. Para pihak akan menentukan
peran mereka sendiri dalam aspek arbitrase, seperti penunjukan arbiter, aturan yang berlaku, dan jadwal
waktu untuk mengajukan berbagai dokumen.

Tanpa lembaga pengelola, para pihak dalam arbitrase ad hoc bebas untuk untuk menggunakan prosedur
pilihan mereka. Dalam kasus-kasus di mana tidak ada aturan prosedural yang disepakati, majelis arbitrase
akan mengelola arbitrase dengan cara yang dianggapnya sesuai.

Arbitrase ad hoc juga dapat diubah menjadi arbitrase institusional. Jika pihak merasa mereka
memerlukan bantuan dari lembaga khusus untuk menangani kasus ini di beberapa hal.

Anda mungkin juga menyukai